Disusun Oleh:
Fitria Ningrum Sayekti
15/387011/PEK/20561
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
1. Ringkasan kasus
Kejadian itu berawal dari operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan
penyidik KPK terhadap Ketua PTUN Medan Tripeni Iriyanto Putro, Panitera
sekaligus Sekretaris PTUN Medan Syamsir Yusfan, dan Pengacara M. Yagari
Bhastara alias Gerry. Dalam penggerebekan itu, penyidik menemukan uang
pecahan dolar Amerika Serikat di ruangan milik Tripeni dengan jumlah pecahan
itu mencapai USD5.000. Kemudian KPK juga menangkap dua hakim PTUN lain
dari kantor PTUN. Hakim Tripeni juga mengakui adanya sisa uang yang tertinggal
di ruang kerjanya, dan penyidik kemudian menemukan sejumlah uang
USD10.000 dan 5.000 dolar Singapura. Sekitar pukul 20.00 WIB, kelimanya
digiring ke Jakarta untuk melengkapi pemeriksaan selanjutnya. Empat jam
berjalan, kelimanya mendarat di lembaga antikorupsi itu, tepatnya sekitar pukul
24.00 WIB (Sindonews, 2015).
Kasus dugaan korupsi dana Bansos dan BDB Provinsi Sumut ini menjadi
awal mula terjadinya gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Medan
yang berujung dugaan suap kepada tiga Hakim dan seorang Panitera. Perkara ini
dimulai ketika Kepala Biro Keuangan Pemprov Sumut Ahmad Fuad Lubis dan
Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Sumut Sabrina mendapat panggilan Kejati
Sumut. Khawatir adanya pelebaran perkara, Gatot dan Evy pun menemui Kaligis
untuk menjadi kuasa hukum Fuad. OC Kaligis dan timnya pun berupaya untuk
mengajukan permohonan pengujian kewenangan Kejaksaan Tinggi Sumatera
Utara sesuai dengan UU Nomor 30 tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan atas Penyelidikan tentang dugaan terjadinya Tindak Pidana Korupsi
agar putusannya mengabulkan permohonan yang diajukan oleh Ahmad Fuad
Lubis ke PTUN Medan.
Pada pertengahan April 2015, Syamsir ditemui Kaligis, Gerry, dan Indah di
ruang kerjanya dan diminta agar dapat mempertemukan mereka dengan Hakim
PTUN Medan Tripeni Irianto Putro. Setelah menemui Tripeni, Kaligis
memberikan uang sebesar SGD5,000. Setelah itu, Kaligis memberikan uang
sebesar US$1,000 kepada Syamsir.
Pada 5 Mei 2015, Syamsir kembali ditemui Kaligis dan Gerry yang
meminta dipertemukan dengan Tripeni. Dalam pertemuan tersebut, Kaligis
memberi uang sebesar US$10,000 dalam amplop yang diselipkan di buku kepada
Tripeni. Sementara Gerry menunggu proses pendaftaran gugatan di ruang kerja
Syamsir. Setelah itu, Syamsir menyerahkan berkas gugatan dan meminta Tripeni
untuk menjadi hakimnya (CNNIndonesia, 2015).
Pada 18 Mei 2015, sidang pertama digelar. Sebelum sidang, Gerry kembali
menemui Tripeni untuk meyakinkan soal gugatan tersebut. Lagi, Kaligis bersama
Gerry dan Indah menemui Syamsir untuk dipertemukan dengan Tripeni. Saat itu,
Kaligis menyuruh Gerry untuk menemui Hakim Dermawan Ginting. Gerry pun
akhirnya bertemu Dermawan atas jasa Syamsir. Gery bertemu dengan Hakim
Dermawan dan Hakim Amir untuk menyerahkan duit dalam amplop putih masingmasing senilai US$5.000. Pada akhirnya, Hakim Tripeni memutuskan untuk
membatalkan surat panggilan Kejaksaan Tinggi untuk memeriksa Fuad. Dan
menyatakan bahwa keputusan termohon (Kejaksaan Tinggi) perihal permohonan
keterangan kepada Bendahara Umum Daerah adalah penyalahgunaan wewenang.
Usai sidang, Gerry memberikan US$1,000 di dalam amplop kepada Syamsir
(CNNIndonesia, 2015).
Kasus bansos yang sedang ditangani Kejaksaan Agung tersebut kemudian
diteliti kembali oleh BPK. Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat Badan
Pemeriksa Keuangan Kantor Perwakilan Sumatera Utara, Iskandar Setiawan,
mengatakan hasil audit lembaganya menemukan kejanggalan penggunaan dana
bantuan sosial Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tahun 2011 hingga 2013.
Menurut dia, sejumlah kegiatan yang dibiayai tak sesuai dengan proposal, bahkan
beberapa lainnya diduga fiktif. "Terdapat penerima dana hibah dan bansos yang
belum menyampaikan pertanggungjawaban (Tempo, 2015).
Ahmad menggugat Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara karena mengusut
dugaan korupsi dana bansos. Padahal, Kejaksaan Agung sedang menelisik kasus
yang sama. Merujuk pada audit BPK pada 2012, sebanyak 1.631 proposal dana
bansos Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tak melalui prosedur yang benar.
Besaran dan pengalokasiannya disinyalir banyak ditentukan oleh Gubernur
Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho yang sebelumnya wakil gubernur
berpasangan dengan Gubernur Syamsul Arifin sejak 2008.
Audit BPK itu sejalan dengan temuan Kejaksaan Agung tentang daftar
lembaga penerima bansos termasuk lembaga bentukan pemerintah seperti Dewan
Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda). Dekranasda disebut dalam temuan
Kejaksaan Agung menerima Rp 3 miliar tahun 2012 dan tahun 2013 bersumber
dari dana bansos. Deskarnas diketuai oleh istri pertama Gatot Pujo Nugroho,
Sutias Handayani (Tempo, 2015).
2. Pelaku
- Yagari Bastara Guntur (Gerry) seorang pengacara dari kantor advokat OC
Kaligis dan berperan sebagai perantara pemberi suap.
- Tripeni Irianto Putro seorang mantan ketua PTUN Medan sebagai penerima
suap dan sebagai hakim yang memutuskan untuk membatalkan surat panggilan
Kejaksaan Tinggi untuk memeriksa Fuad.
- Amir Fauzi mantan anggota majelis hakim PTUN Medan sekaligus penerima
suap.
- Darmawan Ginting mantan anggota majelis hakim PTUN Medan sekaligus
penerima suap.
- Syamsir Yusfan adalah mantan Panitera PTUN Medan dan penerima suap.
- OC Kaligis sebagai pengacara dari Gatot Pujo Nugroho dan berperan sebagai
pemberi ide suap dan juga beberapa kali memberikan uang kepada ketua
PTUN.
- Gatot Pujo Nugroho adalah mantan dan mantan gubernur sumut sebagai
sumber dana pemberian suap.
- Evy Susanti istri Gatot dan pemberi suap.
3. Modus kejahatan: Penyuapan ketiga hakim
- Berawal dari surat panggilan Kepala Biro Keuangan Pemprov Sumut Ahmad
Fuad Lubis dan Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Sumut Sabrina mendapat
panggilan Kejati Sumut.,khwatir kasus tersebut akan melibatkan dirinya dan
istri, Gatot, Evy memberikan surat kuasa kepada pengacaranya OC Kaligis
untuk membantu menyelesaikan permasalahan ini.
dugaan
terjadinya
Tindak
Pidana
Korupsi
agar
putusannya
yang
ternyata
telah
didaftarkan.
Hal
tersebut
langsung
Pasal yg dilanggar
Pasal 6 ayat 1 huruf a Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah
Guntur (Gerry)
dengan
Undang-Undang
Nomor
20 Tahun 2001
tentang
Putro
Amir Fauzi
KUH Pidana.
Pasal 12 huruf a atau huruf b atau huruf c atau Pasal 6 Ayat 2 atau
Pasal 5 Ayat 2 atau Pasal 11 UU Nomor 31/1999 sebagaimana
Darmawan
Ginting
Syamsir Yusfan
OC Kaligis
Gatot Pujo
Nugroho
Evy Susanti
6. Hipotesis Pemeriksaan
Nama pelaku
Yagari Bastara
Hipotesis Pemeriksaan
Berdasarkan hasil operasi tangkap tangan KPK, Gerry menjadi
8
Guntur (Gerry)
Tripeni Irianto
Putro
Amir Fauzi
sama.
Berdasarkan hasil operasi tangkap tangan KPK, Amir menerima
suap sebesar US$ 5.000 untuk memenangkan perkara yang
ditangani tim pengacara OC Kaligis. Dan diduga melakukan
Darmawan
Ginting
Syamsir Yusfan
OC Kaligis
Gatot Pujo
sama.
Diduga menjadi tersangka pemberi suap tiga hakim PTUN Medan.
Diduga menyuap tiga hakim serta satu panitera Pengadilan Tata
Nugroho
Evy Susanti
bersama-sama.
Diduga menyuap tiga hakim serta satu panitera Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN) Medan dan eks Sekjen NasDem Patrice
Rio Capella. Dan memberikan suap sebesar US$ 27.000 dan 5.000
dollar Singapur. Diduga melakukan tindak pidana korupsi secara
bersama-sama.
Bukti Digital
Bukti berupa rekaman suara dari komunikasi antar para tersangka dan bukti lain adalah
rekaman
isi pesan singkat/SMS (Short Message Service). Rekaman SMS ini dapat
9
diperoleh melalui penyadapan atau meminta dari operator yang bersangkutan, mengingat
bahwa KPK diperbolehkan untuk melakukan penyadapan. Rekaman CCTV dibeberapa
tempat yang digunakan sebagai tempat transaksi.
-
Bukti fisik
Uang sejumlah USD5.000 yang ditemukan pada saat operasi tangkap tangan (OTT).
Bukti dokumen
Surat kuasa untuk OC kaligis untuk menyelesaikan kasus, hasil audit BPK tahun 2011,
2012 dan 2013. Surat pencairan dan SPM (surat perintah membayar) serta dokumen terkait
alat bukti untuk putusan pengadilan.
8. Vonis hakim
Nama pelaku
Yagari Bastara
Hukuman
Tanggal putusan: 17 Februari 2016
Guntur (Gerry)
Tripeni Irianto
Putro
Amir Fauzi
denda
Rp200
juta
dengan
subsider
dua
bulan
(CNNIndonesia, 2015).
Tanggal putusan: 27 Januari 2016
Putusan: Divonis penjara 2 tahun dan dikenakan hukuman membayar
denda sebesar Rp200 juta subsidair 2 bulan kurungan.
Darmawan
Ginting
Syamsir Yusfan
OC Kaligis
(CNNIndonesia, 2015).
Tanggal putusan pertama: 17 Desember 2015
10
Putusan: Divonis penjara 5 tahun dan 6 bulan dan denda Rp300 juta
dan apabila tidak dibayar, diganti dengan kurungan selama empat
bulan.
Mengajukan banding dan Tanggal putusan kedua: 3 Juni 2016
Putusan: diperberat menjadi 7 tahun penjara.
Gatot Pujo
(CNNIndonesia, 2016).
Tanggal putusan pertama: 14 Maret 2016
Nugroho
Evy Susanti
(Kompas, 2016)
Tanggal putusan pertama: 14 Maret 2016
Putusan: Divonis penjara 2 tahun dan enam bulan dan denda masingmasing Rp100 juta yang apabila tidak dibayar diganti dengan
kurungan tiga bulan. (Kompas, 2016)
9. Kesimpulan analisis
Kasus ini memiliki dua sudut pandang, yaitu berkaitan dengan kasus suap dan kasus
bansos yang menjadi awal penyebabnya. Sehingga terdapat dua motif yang menyebabkan
terjadinya kedua kasus tersebut. Motif awal dari adanya kasus bansos berdasarkan fraud
triangle adalah rasionalisasi. Mantan Gubernur Sumatera utara mengakui bahwa adanya
uang ketok yang sudah tradisi selama ia menjabat di Sumatera Utara sejak 2011. Makna
uang ketok sendiri adalah dana pemulus pengesahan anggaran pendapatan dan belanja
daerah (Tempo, 2016). Dana tersebut dibagikan ke seluruh anggota DPRD Sumatera Utara
untuk tahun anggaran 2012 hingga 2015. Hal ini yang menjadi alasan mengapa Gatot
menganggap uang ketok tersebut menjadi wajar. Motif kedua, pemberian suap karena
adanya pressure (tekanan) yang diterima oleh Gatot dan Evy. Surat panggilan untuk Ahmad
Fuad Lubis dan Sabrina dari Kejati Sumut memunculkan kekhawatiran akan melibatkan
dirinya dan istri dalam kasus dana bansos. Motif inilah yang kemudian mendorong Gatot
untuk meminta bantuan kuasa hukumnya, yaitu OC Kaligis untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut.
Jenis fraud untuk kasus ini adalah penyuapan (bribery) yang dilakukan oleh Gatot dan
Evy melalui kuasa hukumnya OC Kaligis dan Gerry kepada mantan hakim, mantan anggota
majelis hakim, dan mantan Panitera PTUN Medan. Selain itu, terjadi pengambilan aset secara
ilegal (asset misappropriation) berupa dana uang ketok yang digunakan untuk menyuap
11
anggota DPRD. Dana tersebut diperoleh melalui uang yang dikumpulkan dari seluruh SKPD
di Provinsi Sumatera Utara.
Hal yang menarik adalah mengapa kasus bansos ini baru diketahui melibatkan mantan
Gubernur Sumatera Utara setelah adanya Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK. Salah satu
penyebabnya karena kasus korupsi sulit untuk dideteksi dengan proses audit BPK.
Kecurangan dengan penyalahgunaan aset dan manipulasi laporan keuangan bisa terdeteksi
dengan proses audit. Kasus ini menggunakan dana yang berasal dari tabungan Gatot sendiri
sehingga semakin sulit dideteksi. Hal lainnya adalah gatot menggunakan perantara kuasa
hukumnya sebagai eksekutor untuk memberikan suap kepada hakim.
Motif rasionalisasi dan tekanan menjadi pendorong dari munculnya kedua kasus
tersebut. Hal yang menarik lainnya bahwa tindakan Gatot dengan memberikan suap menjadi
bukti bahwa kasus korupsi ditutupi dengan kasus suap. Berarti bahwa tindakan kejahatan
yang pertama akan coba ditutupi dengan tindakan kejahatan kedua atau bahkan selanjutnya.
Kecurangan pertama berupa penyalahgunaan aset kemudian ditutupi dengan manipulasi
laporan keuangan bahkan laporan pertanggungjawaban gubernur tahun 2011 hingga 2013.
Dan selanjutnya ditutup dengan korupsi pemberian suap kepada anggota DPRD dan Hakim
PTUN Medan. Kasus Gatot ini sudah mencerminkan fraud tree berdasarkan ACFE 2008
(Tuanakotta, 2010).
Kasus bansos masih ditangani Kejaksaan Agung Medan. Tetapi untuk kasus suap telah
diputuskan melalui pengadilan tipikor yang ditangani KPK. Terdapat kesulitan yang
menghambat pihak kejaksaan untuk menyelesaikan kasus bansos tersebut, mengingat kasus
ini melibatkan banyak pihak. Kurang lebih ada 1.000 saksi yang perlu dihadirkan untuk
memperoleh keterangan mengenai kasus ini. Tidak hanya pihak DPRD yang seluruhnya
menerima suap, tetapi juga pihak-pihak yang benar menerima bantuan sosial tersebut.
Referensi
Adzkia, Aghnia. 2015. Ketua PTUN Medan Jadi Pembocor Kasus Suap Bansos Sumut.
http://www.cnnindonesia.com. Diakses pada 5 Juni 2016.
_____________. 2015. Jaksa Tuntut Panitera PTUN Medan Hukuman 4,5 Tahun Bui.
http://www.cnnindonesia.com. Diakses pada 5 Juni 2016.
Adyatama, Egi. 2016. Jadi Justice Collaborator, Gary Divonis 2 Tahun Penjara.
https://nasional.tempo.co. Diakses pada Juni 2016
12
Andinni, Alfani Roosy. 2016. Hukuman Bertambah Jadi Tujuh Tahun, OC Kaligis Ajukan
Kasasi. http://www.cnnindonesia.com. Diakses pada 5 Juni 2016.
Gabrillin, Abba. 2016. Terima Putusan Hakim Gatot Pujo Minta Maaf kepada Warga Sumut.
http://nasional.kompas.com. Diakses pada 5 Juni 2016.
Gumilang, Prima. 2015. Hakim PTUN Medan Penerima Suap OC Kaligis Divonis Dua
Tahun. http://www.cnnindonesia.com. Diakses pada Juni 2016
Hidayat, Arief. 2016. Gatot Sebut Pemberian Uang Ketok Ke DPRD Sudah Tradisi.
https://nasional.tempo.co. Diakses pada 5 Juni 2016.
Pramesti, Siwi. 2015. Kronologi Penangkapan Lima Tersangka Suap di PTUN Medan.
http://nasional.Sindonews.com. Diakses pada 5 Juni 2016.
Siswono, Eko. 2015. Eksklusif BPK Temukan Penyimpangan Bansos Gubernur Gatot.
https://m.tempo.co. Diakses pada 5 Juni 2016.
Tuanakotta, Theodorus. M. 2010. Akuntansi Forensik dan Auditor Investigatif. Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPFE UI). Edisi ke 2: Jakarta.
13
Argumen:
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho mengakui ada uang
pemulus untuk pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi
Sumatera Utara tahun anggaran 2012. "Dulu saya waktu masih jadi Gubenrur pernah
memberikan 'uang ketok' untuk pemulus APBD 2012," ujar Gatot saat menjadi saksi dalam
sidang terdakwa Kamaluddin Harahap di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Rabu,
2 Maret 2016.
Gatot menjelaskan tiap anggota DPRD biasanya menerima Rp 10 juta tiap kali rapat
pengesahan APBD. "Uang ketok di DPRD Sumatera Utara adalah tradisi selama 2012-2015,"
ujar Gatot. Dia menambahkan bahwa tradisi ini sudah berlangsung sejak ia menjadi
pelaksana tugas Gubernur Sumatera pada 2011.
KPK telah menetapkan Gatot Pujo Nugroho sebagai tersangka pemberi suap kepada DPRD
Sumatera Utara periode 2009-2014 dan 2014-2019 pada 3 November lalu. Selain Gatot,
komisi antirasuah menetapkan lima anggota DPRD sebagai tersangka penerima suap. Mereka
adalah Ketua DPRD 2014-2019 dari Fraksi Golkar Ajib Shah, Ketua DPRD 2009-2014 dari
14
Kepala Biro Kuangan Ahmad Fuad Lubis atas perintah Gubernur Sumatera
Utara, Gatot Pujo Nugroho. Disinyalir gugatan itu untuk menyelamatkan nasib
Gatot yang diduga tersangkut kasus dugaan korupsi APBD Sumut, tahun 2011,
2012, dan 2013. Sejumlah pejabat Pemprov Sumut pun disebut-sebut ikut terlibat
dalam dugaan korupsi tersebut.
Sehingga, Gatot dan koleganya menyewa jasa Otto Cornelis Kaligis sebagai
pengacara untuk menangani perkara tersebut. Dalam proses gugatan ?itu,
Pemprov Sumut kabarnya membutuhkan dana yang cukup banyak. Termasuk
dana yang dimaksudkan untuk mengkondisikan Hakim PTUN agar mengabulkan
gugatan Pemprov Sumut.
Untuk memenuhi kebutuhan itu, dana dikumpulkan dari sejumlah Kepala SKPD
yang dikoordinir oleh Tim TAPD Pemprov Sumut. Sampai akhirnya gugatan
Pemprov Sumut dikabulkan Hakim PTUN Medan dengan Nomor:
25/G/2015/PTUN-Medan, yang diberikan kepada Kuasa Penggugat (Pemprov
Sumut) OC Kaligis, Rico Pandeirot, Julius Irwansyah, Yagari Bhastara, Guntur,
Anis Rifal, dan R Andika.
15
16