Anda di halaman 1dari 6

TUGAS UTS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

TENTANG REUMATOID ARTRITIS


Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Ujian Akhir Semester 2

Oleh:
Ridwan Fitra Gumilar
173151007

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
JAKARTA
2016

REUMATOID ARTRITIS
A. Pengertian
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi.
Kedua, itis yang berarti peradangan.
Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu
penyakit

autoimun

dimana

persendian

(biasanya

sendi

tangan

dan

kaki)

mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya


menyebabkan

kerusakan

bagian dalam

sendi (Gordon,

2002). Engram

(1998)

mengatakan bahwa, rheumatoid arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik


dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi darimembrane synovial dari sendi diartroidial.

B. Gejala Klinis
Secara umum gejala klinis perdarahan intrakranial merupakan gambaran klinis
akibat akumulasi darah di dalam parenkim otak.

perdarahan intrakranial khas terjadi

sewaktu aktivitas, onset pada saat tidur sangat jarang. Perjalanan penyakitnya, sebagian
besar (37,5-70%) per akut. biasanya disertai dengan penurunan kesadaran. penurunan
kesadaran ini bervariasi frekuensi dan derajatnya tergantung dari lokasi dan besarnya
perdarahan tetapi secara keseluruhan minimal terdapat pada 60% kasus. Dua pertiganya
mengalami koma, yang dihubungkan dengan adanya perluasan perdarahan ke arah
ventrikel, ukuran hematomnya besar dan prognosis yang jelek. Sakit kepala hebat dan
muntah yang merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial dijumpai pada
perdarahan intrakranial , tetapi frekuensinya bervariasi. Tetapi hanya 36% kasus yang
disertai dengan sakit kepala sedang muntah didapati pada 44% kasus. Jadi tidak adanya
sakit kepala dan muntah tidak menyingkirkan perdarahan intrakranial , sebaliknya bila
dijumpai akan sangat mendukung diagnosis

perdarahan intrakranial

atau perdarahn

subarakhnoid sebab hanya 10% kasus stroke oklusif disertai gejala tersebut. kejang jarang
dijumpai pada saat onset perdarahan intrakranial .
C. Gambaran Epidemiologi
Prevalensi RA relative konstan berkisar antara 0,5-1% di seluruh dunia. Insidensi
dan prevalensi RA bervariasi berdasarkan lokasi geografis dan diantara berbagai grup
etnik dalam suatu Negara. Di Cina, Indonesia dan Filipina prevalensinya kurang dari 0,4%

didaerah

urban

maupun rural. Hasil survey

yang dilakukan

di

Jawa Tengah, prevalensi RA sebesar 0,2% di daerah rural dan 0,3% di daerah urban.
Prevalensi RA lebih bnyak ditemukan pada perempuan dibandingkan dengan lakilaki dengan rasio 3:1 dan dapat terjadi pada semua kelompok umur,dengan angka
kejadian tertinggi didapatkan pada decade keemppat dan kelima (Suarjana, 2009).
Prevalensi RA yang hanya sebesar 1 sampai 2% diseluruh dunia pada wanita usia diatas
50 tahun prevalensinya meningkat hampir 5%. Puncak kejadian RA terjadi pada usia 20-45
tahun. Berdasarkan penelitian para ahlidari Universitas Alabama, AS, wanita yang
menderita RA mempunyai kemungkinan 60% lebih besar untuk meninggal dibanding yang
tidak menderita penyakit tersebut
D. Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan intracranial:
Variable

OR

95% CI
Lower
0,06
7,857
1,475
1,085

P value

Usia
Hipertensi
Kebiasaan merokok
Kebiasaan
menggunakan

2,8
16,33
2,68
4,02

amfetamin
riwayat hiperkolesterolemia
Diabetes mellitus
Keterangan

3,92
1,939
7,928
0,027
5,35
2,575
11,154
0,026
P<0,05 adalah memiliki hubungan signifikan

Upper
0,14
33,953
4,895
14,955

0,015
0,00
0,011
0,003

E. Diagnosis Dan Pemeriksaan


1. Pungsi lumbar
Walau gambaran klinis sering cukup untuk memperkirakan diagnosis, ia tak dapat
ditegakkan dengan pasti hingga adanya ruptur aneurisma disingkirkan. Pungsi lumbar
dilakukan pada semua kasus yang diperkirakan tidak disertai peninggian tekanan
intrakranial.
2. Tomografi terkomputer

Hematoma intraserebral segar tampak jelas, juga

ukuran dan

lokasi

terhadap

substansi putih dan kelabu dari otak. Distribusi anatomis hematoma sendiri memberi
pengarahan yang kuat akan etiologinya. CT scan memungkinkan diagnosis yang cepat
dan akurat atas perdarahan intrakranial spontan. Tampilan sering mengarahkan pada
lesi spesifik. CT scan dengan kontras intravena mungkin menunjukkan adanya tumor
atau AVM, pengenalan atas kemungkinan penyebab perdarahan.
3. Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI)
Dengan gadolinium intravena diindikasikan untuk
perdarahan spontan terjadi pada pasien

pasien yang klinis stabil bila

nonhipertensif

dengan

pemeriksaan

koagulasi normal, perdarahan pada lokasi yang tidak biasa pada pasien hipertensif,
tampilan klinis mengarah

pada penyebab

nonhipertensif,

atau

CT

scan

inisial

menunjukan lesi yang bertanggung-jawab seperti tumor.


4. Angiografi
Angiografi serebral haus dilakukan pada semua pasien yang diduga mempunyai
perdarahan intrakranial akibat aneurisma, fistula arteriovenosa, malformasi vaskuler,
atau vaskulitis. Terkadang, angiogram inisial mungkin negatif akibat penekanan oleh
hematoma pada kelainan vaskuler. Bila lesi vaskuler yang bertanggung-jawab sangat
diduga, angiografi ulang harus dilakukan 2-3 minggu setelah hematoma berkurang
serta edema

berkurang.

Hanya angiografi yang dapat memberikan jawaban pasti

atas pertanyaan akan kelainan vaskuler yang mendasari.

F. 5 LEVEL PREVENTION
G.
Health Promotion
Salah satu tindakan health promotion adalah penyuluhan tentang perdarahan
otak ini. Lalu olahraga teratur agar jantung dan pembuluh darah tetap sehat. Hindari
merokok, atau kurangi merokok bagi pecandu rokok, menghindari alcohol, minum air

yang banyak, serta Hindari makanan tinggi lemak jahat.


Specific Protection
Agar terhindar dari penrdarahan otak ini bisa dilakukan dengan cara melakukan
Medical Check Up serta mengkonsumsi multivitamin untuk darah secara rutin.
Early Diagnosis and treatment

Jika pasein mengluhkan tanda gejala yg disebutkan diatas segera lakukan


pemeriksa penunjang agar cepat terdiagnosa ada tidaknya perdarahan di otak,
dikarenakan onset perjalanan penyakit tersebut sangat cepat. Periksa pula tanda-tanda
vital pasien untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien sampai dimana, dan lakukan
juga cek GCS.
Setelah itu pengobatan tindakan kedokteran dan pemberian obat-obatan di ugd
juga sangat menentukan keberhasilan hidup pasien. Bahkan tidak jarang pasien
mendapatkan tindakan operasi untuk menangani perdarahannya. Pemberian oksigen
4

tambahan biasanya juga diperlukan.


Disablity Limitation
Untuk menghindari kecacatan berikutnya, pasien di batasi aktivitasnya, dan juga

perpindahannya.
Rehabilitation
Pasien di lakukan tindakan fisioterapi untuk memulihkan kembali fungsi-fungsi
orang yang terganggu akibat perdarahan di otak tersebut. Biasanya tindakan rehabilitasi
ini berlangsung selama berbulan-bulan ergantung dari tingkat keparahan pasien itu
sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti,

2012.
Hubungan
Hipertensi
dengan
Stroke.
UNS;
Surakarta
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:oGahI3jbJm8J:documents.tips/documents/112376971-hubungan-hipertensidan-stroke.html+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id diunduh pada tanggal 14 April 2016

Burhanudin, dkk. 2012. Faktor resiko kejadian stroke pada dewasa awal (18-40 Tahun). Unhas;
Makasar.
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:QRQlcuCWNAkJ:repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5426/MU
TMAINNA%2520B_FAKTOR%2520RISIKO%2520KEJADIAN_140613.pdf
%3Fsequence%3D1+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id diunduh pada tanggal 14 April 2016
Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of Clinical Neurology, 3 rd
ed. Philadelphia : Saunders. 2007.
Rahmani, 2015. Pengaruh volume perdarahan terhadap TIK pada pasien stroke hemoragik.
http://etd.unsyiah.ac.id/ebook/index.php?id=14288 Diunduh pada tanggal 13 April 2016

Saanin,
2014.
Ilmu
Bedah
Saraf.
UNAND.
Padang.
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/PIS.html diunduh pada tanggal 13 April 2016
Salasabyla,
dkk.
2011.
Perdarahan
Intrakranial.
https://www.scribd.com/doc/128824802/Perdarahan-Intrakranial
14 April 2016

Unpad;
Bandung
diunduh pada tanggal

Anda mungkin juga menyukai