O L E H:
MUHAMMAD IHSANUDDIN
P00313014009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian anak pada kelompok umur 1 4 tahun terutam disebabkan
oleholeh penyakit infeksi dan parasit dengan proporsi sebebsar 44,7%, pernapasan
13%. Sedangkan pada kelompok umur 15 -34 tahun, penyakit infeksi dan parasit
menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kematian yaitu sebesar 10980
penderita dnegan jumlah kematian 277. Di indonesia dilaporkan terdapat 1,6
sampai 2 kejadian diare per tahun pada balita sehingga secara keseluruhan
diperkirakan kejadian diare pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan
kematian sebanyak 200.000 400.000 balita. Pada survei tahun 2010 yang
dilakukan oleh Didjen P2ML di 10 provinsi di dapatkan hasil bahwa dar 18. 000
ruamah tangga yang di survey diambil sampel sebanyak 13.440 balita.
Penyakit diare merupakan penyebab kesakitan dan kematian di negara
berembang.diare tergolong sebagai penyakit berat dengan angka kematian tinggi
terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang, diare terjadi
lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian 15-34%
dari semua penyebab kematian (Aman 2004, dalam Zubit, et al, 2006). Sedangkan
Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare, sebagaian data
tersebut terjadi di negara berkembang. (Datinkes 2011).
Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, diare diartikan sebagai buang air
besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak
dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih
dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak,
frekuensinya lebih dari 3 kali (Simatupang, 2004). Menurut WHO (2005) diare
dapat diklasifikasikan menjadi (1). Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang
dari 14 hari., (2). Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah, (3). Diare persisten,
yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. (4). Diare yang disertai dengan
malnutrisi berat (Simatupang, 2004).
5. Hubungan status gizi balita dengn kejadian diare balita di wilyah krja
puskesmas Wolowa kabupaten Buton.
D. Manfaat Penelitian
A. Pemerintah
Diharapkan, penelitian ini dapat menjadi informasi yang berguna dalam
membantu menetapkan program kerja dalam bidang kesehatan, khusussnya
kesehatan anak dan balita dalam upaya menurunkan kejadian diare utamanya di
wilyah kerja puskesma Molowa kabupaten Buton.
B. Bagi Masyarakat
Diharapkan, penelitian ini dapat menjadi informai penting bagi masyarakat
untuk lebih memperhatikann kebersihan diri sendiri dan lingkungan, sehingga
terhindar dari penyakit diare khususnya di wilayah kerja puskesmas Molowa
kabupaten Buton.
C. IPTEK
Sebagai sumber informasi baru serta dapat dijadika sebagai sumber
pustaka.
D. Peneliti
Sebagai sarana unuk menetapkan ilmu dan teori yang diperoeh saat kuliah,
dan untuk memperkaya wawasan serta pengalamnan dalam bidang penelitian.
E. Rumusan Masalah
1. Ada hubungsn pengetahuan gizi ibu dengan kejadian diare balta di wilayah kerja
puskesmas Wolowa kabupaten Buton.
2. Ada Hubungan pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian diare balita di wilyah
kerja puskeksmas Wolowa kabupaten Buton.
3. Ada Hubungan ketersediaan air bersih dengan kejadian diare balitadi wilrh kerja
puskesmas Wolowa kabupaten Buton.
4. Ada Hubungan penggunaan jamban dengan kejadian diare balita di wilayah
kerja puskesmas Wolowa kabupaten Buton.
5
5. Ada hubungan status gizi balita dengn kejadian diare balita di wilyah krja
puskesmas Wolowa kabupaten Buton.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai perubahan bentuk konsistensi
tinja yang lembek sampai cair dan ertambahnya frekuensi BAB yaitu 3 kali atau
kebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah, atau tinja yang
berdarah. ( Simatupang, 2004).
B. Epidemiologi
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di
Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan
pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia
data menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat pertama s/d ke
empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.
Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun
sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar
200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap
tahunnya.5 WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun
dengan mortalitas 3-4 juta pertahun
Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode
iare pada orang dewasa per tahun.Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989 jumlah
kasus diare didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada
penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama disentri di
Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan
Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella
dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella
dan Enteroinvasive E.coli (EIEC)
Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien
diare akut yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi,
berpergian, penggunaan antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk
penting dalam mengidentifikasi pasien beresiko tinggi untuk diare infeksi.
7
C. Etiologi
Infeksi non-invasif.
Stafilococcus aureus
Keracunan makanan karena stafilokokkus disebabkan asupan makanan
yang mengandung toksin stafilokokkus, yang terdapat pada makanan yang
tidak tepat cara pengawetannya. Enterotoksin stafilokokus stabil terhadap
panas.
Gejala terjadi dalam waktu 1 6 jam setelah asupan makanan
terkontaminasi. Sekitar 75 % pasien mengalami mual, muntah, dan nyeri
abdomen, yang kemudian diikuti diare sebanyak 68 %. Demam sangat jarang
terjadi. Lekositosis perifer jarang terjadi, dan sel darah putih tidak terdapat pada
pulasan feses. Masa berlangsungnya penyakit kurang dari 24 jam.
Diagnosis ditegakkan dengan biakan S. aureus dari makanan yang
terkontaminasi, atau dari kotoran dan muntahan pasien. Terapi dengan hidrasi
oral dan antiemetik. Tidak ada peranan antibiotik dalam mengeradikasi
stafilokokus dari makanan yang ditelan.
Bacillus cereus
B. cereus adalah bakteri batang gram positip, aerobik, membentuk spora.
Enterotoksin dari B. cereus menyebabkan gejala muntah dan diare, dengan
gejala muntah lebih dominan.
Gejala dapat ditemukan pada 1 6 jam setelah asupan makanan
terkontaminasi, dan masa berlangsungnya penyakit kurang dari 24 jam. Gejala
akut mual, muntah, dan nyeri abdomen, yang seringkali berakhir setelah 10
jam. Gejala diare terjadi pada 8 16 jam setelah asupan makanan
terkontaminasi dengan gejala diare cair dan kejang abdomen. Mual dan muntah
jarang terjadi. Terapi dengan rehidrasi oral dan antiemetik.
Clostridium perfringens
C perfringens adalah bakteri batang gram positip, anaerob, membentuk
spora. Bakteri ini sering menyebabkan keracunan makanan akibat dari
enterotoksin dan biasanya sembuh sendiri . Gejala berlangsung setelah 8 24
8
jam setelah asupan produk-produk daging yang terkontaminasi, diare cair dan
nyeri epigastrium, kemudian diikuti dengan mual, dan muntah. Demam jarang
terjadi. Gejala ini akan berakhir dalam waktu 24 jam.
Pemeriksaan mikrobiologis bahan makanan dengan isolasi lebih dari 10 5
organisma per gram makanan, menegakkan diagnosa keracunan makanan C
perfringens
Pulasan
cairan
fekal
menunjukkan
tidak
adanya
sel
Infeksi Invasif
Shigella
10
11
Demam
tiphoid
dikarakteristikkan
dengan
demam
panjang,
bakterimia,
organisma
ini
bersarang
pada
sistem
12
13
14
kerusakan ginjal. Awal dari penyakit dengan gejala diare sedang hingga berat
(hingga 10-12 kali perhari).
Karakteristik Penilitian;
Diare
Tidak Diare
:
:
Angket
Kuesioner
B. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan mengenai peran makanan, zat
yang dimakan, serta sumber zat gizi sehingga tidak menyebabkan penyakit
(Nototmodjo, 2005).
Kriteria Objektif
Baik
Sedang
Kurang
:
:
:
> 80%
60 80%
< 60%
:
:
Angket
Kuesioner
ASI Ekslusif
15
: Angket
: Kuesinoer
Air
Bersih
:
:
Observasi
Afar Cross Check
.
Metode dan Instrumen
Metode
Instrumen
E. Penggunaan Jamban
Adalah penggunaan berbagai jenis tempat pembuangan air besar yang setiap
hari digunakan oleh keluarga termasuk balita, untuk membuang tinja (sumber, tesis
syabarni 2002).
Kriteria Objektif
Mudah dibersihkan, tidak berbau, cukup
penerangan, tersedia air dan alat pembersih
Tidak mudah dibersihkan, berbau, tidak
cukup penerangan, tidak tersedia air dan
Jamban Sehat
Jamban Tidak Sehat
16
alat pembersih
Metode dan Instrumen
Metode
Instrumen
:
:
Angket
Kuesioner
F. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi dan dibedakan status gizi buruk, Kurang, dan Baik.
(Almatsier, 2005)
Kriteria Objektif
Gizi Lebih
Gizi Baik
Gizi Kurang
Gizi Buruk
:
:
:
:
> + 2SD
+2SD - < -2SD
-3 SD - -2SD
< -3 SD
:
:
Antropometri
Timbangan Dacin
17
Krangka Pemikiran
Faktor Lingkungan
Faktor
sosiodemograf
Faktor perilaku
Penggunaan
jamban
Tingkat
pendidikan
Pembuangan
tinja
Penggunaan air
yang telah
tercemar
Usia ibu
Pemberian ASI
Ekslusif
Ketersediaan
air bersih
Pekerjaan ibu
Kebiasaan
mencuci tangan
Pebgetahuan
gizi ibu
Pengolahan
pangan
Variabel diteliti
Variabel tidak
diteliti
18
Status gizi