Anda di halaman 1dari 4

Tentang membaca Alquran dan Yasinan

Blog Pengajian Bremen

Depan

Artikel

Video

Tentang Blog

Seputar Yasinan dan Membaca alQuran Secara Berjamaah


Oleh: Bpk. Yudi N. Ihsan.
Kegiatan Yasinan dan membaca al-Quran secara bersamaan (berjamaah) dapat
kita temui di berbagai tempat dan acara. Acara-acara seperti ini terkadang
menimbulkan pertanyaan, apakah hal tersebut dicontohkan oleh Nabi SAW atau
tidak. Untuk itu berikut ini sedikit pembahasan tentang hal tersebut.
Kaidah ushul mengatakan: Al ashlu fil ibadati haromun illa ma dalla dalilu la
filihi (asalnya ibadah itu adalah haram/terlarang kecuali ada dalil yang
menunjukan perintah untuk mengerjakannya). Berdasarkan kaidah ini maka
seorang muslim harus berhati-hati dalam mengerjakan sebuah ibadah (al-waro).
Jika dicontohkan oleh Rasulullah SAW, maka lakukanlah ibadah tersebut seperti
Rasulullah mengerjakannya, sebagaimana sabda Nabi Saw dari Malik bin
Huwarits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori: Sholluu kama roaitumunnii
usholii (shalatlah/beribadahlah kamu seperti kalian melihat aku
sholat/beribadah). Dan jika ada amalan ibadah yang tidak dicontohkan oleh
Rasulullah SAW, maka sebisa mungkin kita menghindarinya sebagai sebuah
bentuk kehati-hatian (al-Waro) agar tidak termasuk kelompok yang senantiasa
melakukan bidah, yaitu mengada-adakan suatu ibadah yang tidak ada contohnya
dari Rasulullah saw. Hadits dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, dari Nabi saw
beliau bersabda: Barangsiapa yang mengadakan kedustaan atasku, maka berarti
telah menyediakan tempat duduknya dalam neraka. (HR Muttafaq Alaih). Yang

dimaksud dengan kalimat mengadakan kedustaan atasku ialah seseorang yang


mengatakan adanya sebuah ibadah berasal atau berdasarkan perkataan,
perbuatan, atau taqrir Nabi saw, padahal pada kenyataannya Rasulullah saw
tidak pernah mengatakan, melakukan, atau tidak ada taqrir beliau. Urusan
seperti ini adalah semacam bidah dan diancam oleh Rasulullah saw dengan
adzab neraka, karena mereka telah berdusta kepada Allah dan Rasul-Nya serta
kaum muslimin. Akan lebih besar lagi dosanya, jika kedustaan mereka diamalkan
oleh kaum muslimin yang tidak tahu sama sekali tentang hal tersebut. Hadits
lain: Barangsiapa yang mengerjakan suatu perbuatan (agama) yang tidak ada
perintahku untuk melakukannya, maka perbuatan itu tertolak. (HR. Muslim dan
Ahmad)
1.

Keutamaan surat Yasin banyak disampaikan oleh para ulama, diantaranya


oleh Ibnu Katsir yang mengatakan bahwa akan diberi kemudahan yang
berlimpah bagi yang membaca surat yasin saat menghadapi kesulitan atau
kesukaran (bukan hadits). Imam Al-Ghazali memberikan gelar kepada
Surat Yasin bahwa surat tersebut adalah jantung Al-Quran. Penamaan
seperti itu menurut al-Ghazali disebabkan surat Yasin menekankan
uraiannya tentang hari kebangkitan, sedang keimanan baru dinilai benar
kalau seseorang mempercayai hari kebangkitan. Kepercayaan tentang hari
kebangkitan akan mendorong manusia untuk beramal shalih dengan tulus.
Menurut Imam Al-Ghazali, kondisi tersebut dapat dihayati oleh orang yang
memahami arti ayat-ayat didalam surat Yasin.

2.

Dalil membaca surat Yasin untuk orang yang sudah meninggal adalah
berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Qudamah dari Maqal bin
Yasar, bahwa Nabi pernah bersabda: Iqrouu Yaasin la Mautaakum
(Bacalah surat Yasin atas Mautaakum/orang-orang yang meninggal
diantara kamu).
a.

Menurut Al-Qathan hadits tersebut termasuk hadits cacat,


sedangkan Imam Ad-Daruqutni menyatakan bahwa sanad hadits
tersebut Dhoif/lemah.

b.

Menurut Ibnu Hibban lafadz Mautaakum bermakna Majazi


(kiasan) yaitu bermakna sekarat, sehingga yang dimaksud dengan
hadits tersebut adalah membaca surat Yasin dihadapan orang yang
sedang sekarat atau akan meninggal agar orang yang sekarat tersebut
ingat akan adanya hari kebangkitan, bukan kepada orang yang sudah

meninggal. Pendapat Ibnu Hibban ini diperkuat oleh Imam AtThabrani.


3.

Prof. Dr. T M Hasbi Ash Shiddieqy dalam bukunya Pedoman Zikir dan
Doa, menganjurkan supaya surat Yasin, al Waqiah, dan al Mulk (tabaaraka)
dibiasakan dibaca setiap malam oleh kita yang masih hidup untuk diri kita
sendiri bukan untuk orang yang sudah meninggal. Berdasarkan hadits yang
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
Apabila manusia telah mati, maka putuslah segala amalnya kecuali tiga
perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat baginya, dan anak saleh
yang mendoakannya. (HR. Muslim)

4.

Tentang membaca surat Yasin pada setiap malam jumat, sampai saat ini
belum ditemukan dalil-dalinya yang shahih dan maqbul baik dari Al-Quran
dan hadits yang dapat dijadikan dasar untuk menetapkan hukum tentang
membaca Yasin bersama-sama yang diadakan pada malam Jumat.
Demikian pula, belum ditemukan dalil yang menunjukan bahwa kegiatan
tersebut diperintahkan oleh Allah atau pernah diperintahkan Rasulullah
untuk mengerjakannya atau beliau sendiri pernah mengerjakannya. Juga
belum ditemukan dalil bahwa di antara sahabat ada yang pernah
melakukannya.

5.

Tentang membaca Al-Quran secara bersama-sama (berjamaah) juga


belum ditemukan riwayat yang menjelaskan bahwa Nabi SAW pernah
melakukannya. Tidak ada satupun dalil atau riwayat yang menerangkan jika
Nabi SAW atau para sahabat pernah membaca Al-Quran bersama-sama
(berjamaah) baik secara perlahan-lahan atau dikeraskan atau seperti
berlomba membaca Al-Quran. Adapun dalil-dalil tentang membaca AlQuran adalah sebagai berikut:
a.

Al-Quran surat Al-Araf ayat 204: Artinya: Dan apabila dibacakan


Al-Quran maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan
tenang agar kamu mendapat Rahmat (QS Al-Araf:204).
Ayat ini menjelaskan tentang perintah Allah SWT agar kaum
Muslimin rajin membaca Al-Quran. Dan jika ada yang membaca AlQuran maka yang lain cukup mendengarkannya dengan baik dan
berdiam diri agar mendapat rahmat.

b.

Waktu terbaik untuk membaca Al-Quran adalah berdasarkan


firman Allah SWT di dalam surat Al-Muzamil ayat 17. Artinya: Hai

orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sholat) di


malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau
kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan
bacalah Al Quran itu dengan perlahan lahan. Sesungguhnya Kami
akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya
bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan
bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang
hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). (QS. alMuzzammil,
73: 17).
Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa waktu terbaik untuk
membaca Al-Quran adalah setelah lewat tengah malam, bukan pada
hari-hari tertentu atau pada malam Jumat.
Wallohu alam bis showab
https://pengajianbremen.wordpress.com/2012/02/24/seputar-yasinandan-membaca-al-quran-secara-berjamaah/

Anda mungkin juga menyukai