BERITA TERKAIT
Salafi
Melakukan Onani di Bulan Ramadan karena Tidak Tahu
AGU 15
Posted by ADMIN
Pertanyaan:
Assalamu `alaikum. Ustadz, saya mau tanya. Bagaimana hukum onani pada saat puasa
Ramadan, apakah kafaratnya sama dengan melakukan hubungan suami-istri? Terus, kalau dulu
tidak tahu hukumnya karena belum ngaji, bagaimana? Setelah ikuti kajian-kajian jadi tahu
hukumnya, apakah harus membayar kafarat pada saat tahu atau bagaimana?
Makasih. Wassalamu `alaikum.
Wiwi Anggraeni (wiwi**@***.com)
Jawaban:
Waalaikumussalam.
Fatwa Lajnah Daimah (Komite Tetap untuk Studi Islam dan Fatwa Arab Saudi),
Onani di bulan Ramadan dan selain bulan Ramadhan, hukumnya haram. Tidak boleh
dilakukan, berdasarkan firman Allah, menceritakan sifat orang yang beriman,
. .
Dan orang-orang yang menjaga kemaluan mereka. Kecuali kepada istri atau hamba sahaya
mereka, karena itu mereka tidak tercela. Barang siapa yang mencari selain itu maka mereka
itulah orang yang melampaui batas. (Q.s. Al-Muminun:57)
Orang yang melakukan tindakan ini di siang hari Ramadan, sementara dia sedang puasa, wajib
bertobat kepada Allah, dan wajib mengganti puasa di hari saat dia melakukan onani. Akan
tetapi, tidak ada kewajiban kafarah, karena kewajiban membayar kafarah hanya untuk
pelanggaran melakukan hubungan suami-istri. Wa billahittaufiq.
Wa shallallahu ala nabiyyina Muhammad wa alihii wa shahbihi wa sallam. (Fatwa Lajnah,
no. 2192)
Jika dia benar-benar belum tahu hukumnya maka dia tidak berdosa. Akan tetapi, puasanya
tetap batal karena dia sengaja dan wajib diqadha di hari yang lain.
Sebagaimana hal ini pernah ditanyakan kepada Lajnah Daimah, tentang orang yang melakukan
hubungan badan di siang hari Ramadan dan dia tidak tahu bahwa itu terlarang.
Lajnah Daimah menjawab, Wajib bagi Anda untuk membayar kafarah sesuai dengan jumlah
hari saat terjadi hubungan suami-istri, juga mengqadha hari puasa yang dibatalkan disebabkan
melakukan onani, karena ini termasuk pembatal puasa. (Fatwa Lajnah, no. 16087)
Allahu alam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah.com).
Artikel www.KonsultasiSyariah.com dan dipublikasikan kembali
olehwww.salafiyunpad.wordpress.com
https://salafiyunpad.wordpress.com/2011/08/15/onani-saat-puasa/#more-10981
Sebagian ulama berpendapat bahwa onani itu makruh, sebagian lain mengatakan itu
haram. bagaimana kalau seseorang melakukannya di salah satu malam Ramadan,
apakah hal itu dapat merusak puasa hari yang lalu?
Alhamdulillah
Yang kuat di antara pendapat ulama bahwa onani itu haram, silahkan merujuk soal
no. 329. Kalau seseorang melakukan perkara haram ini di malam Ramadan, maka ia
tidak merusak puasanya, baik puasa hari sebelumnya maupun hari selanjutnya.
Akan tetapi seharusnya bagi orang muslim berusaha kuat dan mencegah dari
perbuatan haram ini dan perbuatan haram lainnya. Apalagi ini termasuk bulan penuh
berkah. Seharusnya orang muslim mengambil faedah dari bulan penuh berkah itu.
Sesungguhnya puasa ini termasuk pengobatan yang terbaik dari perkara haram ini.
Oleh karena itu Nabi sallallahu alaihi wa sallam memerintahkan bagi para pemuda
yang tidak mampu menikah agar berpuasa. Nabi sallallahualaihi wa sallam
bersabda:
)
1400 5056(
Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian telah mampu menikah, maka
menikahlah. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaknya dia berpuasa.
Karena itu sebagai perisai (dari perbuatan zina). (HR. Bukhari, no. 5056 dan
Muslim, no. 1400)
Maksud dari kata Wija adalah bahwa puasa dapat memutus syahwat.
Bagi orang yang telah melakukan perbuatan tersebut, hendaknya dia bertaubat
kepada Allah, menyesali apa yang telah dia lakukan dan bertekad bulad agar tidak
mengulangi lagi.
Wallahua'lam .
http://islamqa.info/id/37673
NU
Syariah
FIQIH PUASA
Berita Terkait
Sunnah Puasa
Diantara hal-hal yang mebatalkan puasa (seperti diterangkan dalam rubrik syariah
yang lalu adalah) memasukkan sesuatu ke dalam lobang, melakukan hubungan
badan dengan sengaja, muntah disengaja, pengobatan dengan memasukkan
sesuatu ke kemaluan maupun dhubur, keluar air mani sebab bersentuhan, haidh,
nifas, gila, dan murtad. Memang keterangan ini teramat singkat, apalagi jika
dibandingkan dengan referensi kitab-kitab fiqih yang sangat detail yang melengkapi
setiap keterangan dengan beberapa kemungkinan dan pengandaian. Oleh karena
itu wajar jika kemudian muncullah beberapa pertanyaan dari para pembaca.
Diantara beberpa pertanyaan itu adalah mengenai bagaimana hukumnya onani
(mengeluarkan air mani) di bulan Ramadhan, apakah membatalkan puasa?
Dalam kasus ini ada beberapa hal yang ahrus diperhatikan. Pertama adakah
maksud atau sengaja ingin mengeluarkan air mani ataukah tidak. Kedua adakah
persentuhan (an mubasyaratin) dalam proses keluarnya air mani itu atau tidak. Jika
memang seorang yang sedang berpuasa tidak bisa menahan diri dan ingin
merasakan nikmatnya beronani dengan cara tertentu (mengosok/meremas kelamin,
atau menonton gambar porno atau sengaja ngelonjor ngelamun jorok) sehingga hal
ini akan merangsang dan menyebabkan keluar mani maka hal itu dapat
membatalkan puasa. Demikian keterangan dalam Nihayatuz Zain karya Syaikh
Nawawi:
)(
Namun jika tidak ada niat mengeluarkan air mani, tetapi keluar karena adanya
persentuhan atau kontak langsung antara kulit sebagai indera perasa dengan suatu
barang. Semisal mencium, menggenggam tangan atau alat kelamin menempel pada
sesuatu hingga kelar air mani, maka hal itu membatalkan puasa.
Akan tetapi jika proses keluarnya air mani itu terjadi dengan sendirinya, tanpa ada
keinginan dan tanpa ada proses an mubasyaratin persentuhan langsung, seperti
ketika keluar mani sebab bermimpi atau tiba-tiba terlihat pemandangan seronok
maka hal ini tidak membatalkan puasa.
Namun demikian, di bulan puasa yang merupakan ruang melatih diri mengekang
hawa nafsu, hendaklah lebih berhati-hati. Ingatlah hadits Rasulullah saw tentang
mereka yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apapun kecuali lapar dan dahaga,
karena sesungguhnya mereka tidak melakukan puasa kecuali tidak makan dan
minum. (Red. Ulil H)
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,11-id,46007-lang,id-c,syariaht,Onani+ketika+Berpuasa-.phpx
Tidak lama lagi bulan ramadhan akan menjelang tiba dan sedikit pembahasan dari saya mengenai
sesuatu permasalahan yang sering terjadi khilaf diantara para ulama.Yaitu permasalahan onani
disiang bulan ramadhan tatkala puasa. Adapun jumhur ulama, diantaranya syaikh Muhammad bin
Shalih al utsaimin mengatakan bahwasanya onani adalah sesuatu pembatal puasa.
Namun setelah kami telaah kembali bahwasanya onani tidaklah membatalkan puasa. Karena tidak
adanya dalil shorih yg mengatakan hal tersebut. Tidak ada satu ayatpun dan hadits rasul yg
menyatakan oanani membatalkan puasa. Namun perlu diketahui bahwasanya onani tetaplah
haram dan mengundang dosa namun dia bukanlah pembatal puasa.Sebagaimana mencuri,
mencuri adalah perkara haram dan mengundang dosa akan tetapi jika dilakukan disiang hari
ramadhan tatkala puasa dia tidaklah membatalkan puasa seseorang. Tidak ada ulama manapun
yang menyatakan bahwasanya mencuri adalah pembatal puasa, dengan beralasan seseorang
melakukan keharaman tatkala puasa pada siang ramadhan. Maka dari itu telah datang suatu
riwayat dari salaf
:
Telah menceritakan kepada kami Yaziid bin Haaruun, dari Habiib, dari 'Amru bin Harim, ia berkata :
Jaabir bin Zaid pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang memandang istrinya di bulan
Ramadhaan, lalu ia keluar mani akibat syahwatnya tersebut, apakah batal puasanya ?".
Ia berkata : "Tidak, hendaknya ia sempurnakan puasanya"
[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, dengan sanad hasan, Syaikh Al-Albani berkata dalam silsilah
as-shahihah Isnadnya jayyid]
Dan inilah pendapatnya syaikh al albani dalam kitabnya tamamul minnah dalam mengomentari
kitab fiqh sunnah, syaikh Al Albani berkata dalam kitabnya:
" :
".
:
"
" .
/ 6 " "
205 177 - 175
"Perkataannya --syaikh sayyid sabiq- : adalah onani (mengeluarkan mani) sama saja baik sebabnya
dikarenakan seorang lelaki mencium istrinya atau memuluknya ataupun dengan tangan, maka ini
membatalkan puasa dan wajib baginya untuk mengqadha puasa".
Aku berkata -syaikh al albany- : tidak ada dalil atas batalnya puasa karena onani dan
menghubungkannya dengan jima' tidaklah dzahir. Maka dari itu, berkata Ash Shanaani
rahimahullah: Yang lebih jelas adalah bahwasanya istimna tidak perlu qadha ataupun kaffarah
kecuali orang yang berjima dan menyambung-nyambungkan orang yang tidak jima dengan orang
yang jima adalah sesuatu yang sangat jauh untuk disamakan
Maka dari itu Asy Syaukani condong kepada pendapat ini dan inilah pendapat Ibnu Hazm, lihat Al
Muhalla 6/175-177 dan 205 Tamam Al Minnah 408
>>>>>>>>
Adapun ulama yang mengatakan bahwasanya onani adalah pembatal puasa, dikarenakan mereka
mengqiyaskan onani dengan jima dalam hal ladzzah / syahwat (keenakannya) dan dua-duanya
sama-sama mengeluarkan mani.
Namun qiyas ini adalah qiyas faasid (rusak). Dikarenakan mengqiyaskan onani dengan jima dalam
perkara laddzah (enak) tentulah berbeda. Dikarenakan enaknya seseorang yang melakuka onani
dengan tangannya berbeda dengan enaknya seseorang yang berjima' dengan istrinya. Jelas dan
tentulah lebih enak dilakukan dengan jima untuk mengeluarkan maninya.
Maka dari penjelasan diatas, maka onani tidak membatalkan puasa. Karena jima dengan istri baik
dia mengeluarkan mani maupun tidak itu adalah pembatal puasa dan wajib membayar kaffarat.
Begitupula mereka berdalil untuk menyatakan bahwasanya onani adalah pembatal puasa dengan
mengatakan onani adalah salah satu bentuk bentuk syahwat. Dan syahwat termasuk pembatal
puasa dengan dalil:
Orang yang berpuasa itu meninggalkan makan, minum dan syahwat karena-Ku. (HR. Ahmad, 2:
393, sanad shahih)atau (HR. Bukhari no. 7492)
Onani dan mengeluarkan mani dengan paksa termasuk bentuk syahwat. Mengeluarkan mani
termasuk syahwat
Dalil yang anda kemukakan, kurang tepat. Jika anda mengatakan onani adalah bentuk dari syahwat
dan menyatakannya bahwasanya ia adalah pembatal puasa. Namun bagaimana anda menyikapi
dengan bermesra mesraan dan bercumbu di bulan ramadhan? Jelas ini adalah bentuk dari
syahwat. Kenapa anda tidak menyatakannya sebagai pembatal puasa?
Lihat lah Rasul bercumbu dan bermesraan dengan istrinya dibulan ramadhan.
" :
"
Telah menceritakan kepada kami Sulaimaan bin Harb, ia berkata : Dari Syubah, dari Al-Hakam, dari
Ibraahiim, dari Al-Aswad, dari Aaisyah radliyallaahu anhaa, ia berkata : Nabi shallallaahu alaihi
wa sallam pernah mencium dan bermesraan (dengan istrinya) ketika sedang berpuasa. Dan beliau
shallallaahu alaihi wa sallam adalah orang yang paling kuat menahan keinginannya (hawa
nafsunya) di antara kalian HR Bukhari
Dan diantara dalil yang mengatakan bahwasanya onani tidak membatalkan puasa adalah
:
" :
( 8439 / 190 / 4 ) " "
"
Perkataan aisyah Radhiyallahu anha untuk seseorang yang bertanya kepadanya: Apa yang
diperbolehkan untuk lelaki dari istrinya tatkala puasa? maka Aisyah berkata: Semuanya boleh
kecuali jima'" Dikeluarkan oleh Abdurrazzaq dalam mushannafnya (4/190/8439) dengan sanad
yang shohih sebagaimana yang dikatakan oleh al hafidz Ibnu Hajar dalam fathul baari.
Dan ketahuilah, bukan berarti onani tidak membatalkan puasa berarti ia tidak termasuk perbuatan
berdosa. Tidak. Akan tetapi onani tetaplah haram dan dosa akan tetapi tidak membatalkan puasa.
Seperti berbohong ataupun berdusta, ia adalah perbuatan yang haram namun bukanlah pembatal
puasa.
Ikuti status kami dengan menekan tombol like pada halaman FB Muhammad
Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @abdr_alamiry
http://www.alamiry.net/2013/06/onani-tidak-membatalkan-puasa_22.html