Anda di halaman 1dari 2

Tanya :

Bagaimana hukum alat-alat orkes (mazammirul-lahwi) yang dipergunakan untuk bersenang-senang


(hiburan)? Bila haram, apakah termasuk juga terompet perang, terompet jemaah haji, seruling
penggembala dan seruling permainan anak-anak (damenan, Jawa)?
Jawab :
Muktamar memutuskan bahwa segala macam alat-alat orkes (malahi) seperti seruling dan segala
macam jenisnya dan alat-alat orkes lainnya, kesemuanya itu HARAM , kecuali terompet perang, trompet
jemaah haji, seruling gembala, seruling permainan anak-anak dan lain-lain sebagainya yang tidak
dimaksudkan untuk dipergunakan hiburan.
Keterangan : dalam kitab al-Ithaf alal Ihya Ulumiddin Juz VI


:










,

.










Dengan pengertian ini, maka HARAM lah seruling Iraq dan seluruh peralatan musik yang
menggunakan senar (gitar) seperti al-ud, ak-dhabh, rabbab dan barith (nama-nama peralatan musik
Arab). Sedangkan yang selain itu maka tidak termasuk dalam pengertian yang diharamkan seperti
(membunyikan suara menyerupai) burung elang yang dipergunakan para penggembala, jamaah haji,
dan pemukul genderang.
Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Hukum Islam, Keputusan Muktamar, Munas, dan Konbes
Nahdlatul Ulama (1926-2004 M), h.19-20, Pengantar: Rais Am PBNU, DR.KH.MA Sahal Mahfudh,
Penerbit Lajnah Talif wan Nasyr (LTN) NU Jawa Timur dan Khalista, cet.III, Pebruari 2007.

Tanya:
Bagaimana hukumnya membangun kuburan dan mengelilinginya (memagarinya) dengan
tembok pada tanah milik sendiri?
Jawab:
Membangun kuburan dan memagari dengan tembok di tanah kuburan milik sendiri
dengan tidak ada suatu kepentingan, hukumnya makruh.
Keterangan:
Dalam kitab Fathul Muin dijelaskan:
) ) ( ( .

Makruh hukumnya membangun suatu bagunan di atas kuburan, karena adanya hadits
shahih yang melarangnya, bila hal tersebut dilakukan tanpa keperluan seperti
kekhawatiran akan digali dan dibongkar binatang buas, atau diterjang banjir.


Dan kemakruhan tersebut bila kuburan itu berada di tanah miliknya sendiri. Sedangkan
membangun kuburan tanpa ada suatu keperluan sebagaimana yang telah dijelaskan,
atau memberi kubah di atas kuburan yang terletak di pemakaman umum, atau di tanah
wakaf, maka hukumnya haram dan wajib dihancurkan, karena bangunan tersebut akan
mash ada setelah jenazahnya hancur (mengabadikan jenazah setelah kehancurannya).
:
Dan berkata Imam Al Bujayrimiy: Sebagian ulama mengecualikan keberadaan
bangunan kuburan pada kuburan para Nabi, Syuhada, dan orang-orang shalih, dan
semisalnya.
Sumber :
Ahkamul Fuqaha; Solusi Problematika Aktual Hukum Islam. Keputusan Muktamar,
Munas, dan Konbes Nahdlatul Ulama (NU) (1926-2010) nomor 14, halaman14-15.
Diterbitkan oleh : LTN PBNU dan Khalista Surabaya

Anda mungkin juga menyukai