Anda di halaman 1dari 101

STRUKTUR BETON

BERTULANG

MATERI I

PENGERTIAN BETON BERTULANG


Beton adalah campuran pasir, kerikil atau batu pecah,
semen, dan air.
Bahan lain (admixtures) dapat ditambahkan pada
campuran beton untuk meningkatkan workability,
durability, dan waktu pengerasan.
Beton mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, dan
kekuatan tarik yang rendah.
Beton dapat retak karena adanya tegangan tarik akibat
beban, susut yang tertahan, atau perubahan temperatur.
Beton bertulang adalah kombinasi dari beton dan baja,
dimana baja tulangan memberikan kekuatan tarik yang
tidak dimiliki beton. Baja tulangan juga dapat memberikan
tambahan kekuatan tekan pada struktur beton.

KELEBIHAN BETON BERTULANG


SEBAGAI BAHAN STRUKTUR
Memiliki kekuatan tekan yang relative lebih tinggi dari pada kebanyakan
bahan lainnya
Struktur beton bertulang sangat kokoh. Tahan terhadap api dan air
Tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
Dibanding dengan bahan lain, beton bertulang memiliki masa layan
yang sangat panjang. Sangat ekonomis untuk pondasi tapak, dinding
basement, tiang tumpuan jembatan, dsb.
Salah satu ciri khas beton adalah kemampuannya untuk dicetak
menjadi bentuk yang sangat beragam, mulai dari plat, balok, kolom
yang sederhana sampai atap kubah dan cangkang besar.
Di sebagian besar daerah, beton terbuat dari bahan local yang murah
(pasir, kerikil, air) dan relative membutuhkan sedikit semen dan baja
yang mungkin saja harus didatangkan dari tempat lain.
Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton
lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti baja struktur.

KELEMAHAN BETON BERTULANG


Beton memiliki kekuatan tarik yang sangat rendah sehingga memerlukan
penggunaan tulangan tarik.
Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap pada
tempatnyan sampai beton mengeras.
Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton menyebabkan beton
bertulang menjadi berat. Ini akan berpengaruh terutama pada struktur
dengan bentang-bentang panjang dimana beban mati akibat berat sendiri
yang sangat besar akan mempengaruhi momen lentur.
Rendahnya kekuatan per satuan volume mengakibatkan beton bertulang
akan berukuran relative besar. Hal penting yang harus dipertimbangkan
untuk bangunan tinggi dan struktur dengan bentang panjang.
Sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi campuran dan
pengerjaannya. Penuangan dan perawatan beton umumnya tidak bisa
ditangani seteliti yang dilakukan pada proses produksi material lain seperti
baja struktur.
Sifat susut (shrinkage) dan rangkak (creep) pada beton bila tidak
diperhatikan dapat menimbulkan masalah yang berarti

Berikut adalah Diagram TeganganRegangan Baja


Daerah Elastis
adalah keadaan
dimana baja
masih bersifat
elastis artinya
dapat kembali ke
posisi semula.
Titik Batas adalah
keadaan dimana
baja sudah dalam
kondisi batas atau
hampir putus.

FAKTOR KEAMANAN STRUKTUR


BERDASARKAN DESAIN KEKUATAN
A.KUAT PERLU (U)
Strukur harus dirancang shg. setiap
penampang mempunyai kekuatan sama
dengan kuat perlu yg dihitung berdasarkan
beban/gaya terfaktor.
Faktor Beban(lihat SNI-03-2002)
U= 1,4 D (D = beban mati0
U= 1,2 D + 1,6 L (L = beban hidup)
U= 1,2 D + L E , dll (E= beban gempa)

B. FAKTOR REDUKSI KEKUATAN ()


Tujuan :
memperhitungkan penurunan kekuatan akibat
kesalahan dlm pelaksanaan, kwalitas material yg
tidak sesuai, dll
KUAT RENCANA = KUAT PERLU ( U )
dimana := 0,80 (lentur) ; Kuat Rencana Momen
(Mn)= Mu/
= 0.75 (geser)
= 0.65 (aksial)

LENTUR

Lentur disebabkan oleh momen.Akibat lenturan makas


ebagian penampang menerima tekan,sebagian lagi menerima
tarik.Peralihan daerah tekan dg daerah tarik disebut garis
netral (Daerah dg Reg dan teg=0).Kekuatan tarik beton sangat
kecil sehingga bagian penampang beton yang menerima tarik
kekuatannya diabaikan dan tugasnya akan digantikan oleh
baja tulangan.

DASAR-DASAR ANGGAPAN DALAM


PERENCANAAN:
Regangan dalam beton dan baja tulangan
dianggap berbanding lurus dg jarak terhadap garis
netral. (Bentuk diagram regangan selalu linier)
Regangan maks. Beton pada serat tekan terluar
cu = 0.003
Untuk s < y, teg. Baja fs = s . Es
Untuk s y, teg. Baja fs = fy
Kekuatan tarik beton diabaikan
Baja tulangan dianggap terekat sempurna dengan
beton sehingga regangan baja sama dengan
regangan beton.

HUBUNGAN ANTARA DIAGRAM


REGANGAN DAN TEGANGAN

Perencanaan Penampang Persegi


Terhadap Tarik (Tulangan Tunggal)
Dalam perencanaan penampang persegi
dengan tulangan tarik, permasalahan yang
timbul adalah bagaimana menentukan b,d,
dan As untuk harga = Mu, atau Mn =
dengan sifat bahan fc fan fy yang diketahui

Perencanaan Penampang Persegi


Terhadap Lentur Dengan Penulangan
Tarik dan Tekan (Rangkap).

PENAMPANG BUKAN PERSEGI

ANALISIS BALOK T
Pada umumnya, zona tekan balok T
berbentuk persegi seperti terlihat pada
gambar 4.2b (diatas). Untuk kasus seperti
ini, balok T tersebut dapat dianalisa
sebagai balok persegi dengan lebar b.
Untk kasus dimana zona tekan berbentuk T
seperti pada gambar 4.2d (diatas) analisis
dapat dilakukan dengan memperhitungkan
secara terpisah kontribusi sayap dan badan
penampang dalam menahan momen.

Analisis dilakukan secara terpisah sebagai berikut :


BALOK SAYAP
Luas zona tekan = (b bw) hf
Gaya tekan Cf = 0,85. fc. (b bw) hf
Syarat keseimbangan , Tf = Cf
Sehingga dengan asumsi fs = fy maka :
Asf. fy = 0,85. fc. (b-bw) hf
sehingga Asf dapat dicari dari persamaan di atas
Lengan momen = (d-hf/2)
Mnf = 0,85. fc. (b-bw) hf (d-hf/2)
atau, Mnf = Asf. fy (d-hf/2)
BALOK BADAN
Luas tulangan tarik badan > Asw = As Asf
Gaya tekan , Cw = 0,85. fc. bw. a
Syarat keseimbangan > Cw = Tw = Asw . fy
sehingga, a =Asw.fy/ 0,85. fc. bw
Lengan momennya adalah (d-a/2), sehingga :
Mnw = 0,85. fc. bw. a (d-a/2), atau
Mnw = Asw. fy (d-a/2)
Maka ,Momen pada balok T adalah = Momen pada balok sayap
+ Momen pada balok badan
Momen balok T = Mnf + Mnw

BATASAN TULANGAN MAXIMUM UNTUK BALOK T


Untuk menjamin perilaku yang daktail, SNI 2002 pasal
12.3 butir 3 mensyaratkan :
0,75b
TULANGAN MINIMUM BALOK T
SNI 2002 pasal 12.5 butir 2 mensyaratkan batasan
tulangan minimum untuk balok T yaitu
Asmin = (fc / 2.fy) bw.d
Atau
Asmin =(fc / 4.fy) bf.d

GESER
Untuk memahami mekanisme geser, kita tinjau suatu balok
sederhana yang homogen, isotropis, dan linier elastis dengan
pembebanan merata. Kita tinjau dua elemen kecil A1 dan A2
pada balok tersebut, maka tegangan.lentur (f) dan tegangan
geser (v) pada elemen-elemen tersebut adalah :

PERILAKU BALOK TANPA


TULANGAN GESER
Untuk balok yang mempunyai tulangan memanjang, yaitu tulangan yang
direncanakan untuk memikul gaya-gaya lentur tarik dan tekan yang
ditimbulkan oleh momen lentur, tegangan geser yang tinggi menimbulkan
retak miring. Untuk mencegah pembentukan retak miring, maka digunakan
penulangan transversal (dikenal dengan penulangan geser), yang berbentuk
sengkang tertutup atau yang berbentuk U di arah vertical atau miring untuk
menutupi penulangan memanjang utama di sekeliling muka balok.
Pada dasarnya ada tiga jenis keretakan pada balok :
Retak lentur (flexural crack), terjadi di daerah yang mempunyai harga
momen lentur besar. Arah retak hampir tegak lurus.pada sumbu balok.
Retak geser lentur ( flexural shear crack), terjadi pada bagian balok yang
sebelumnya telah terjadi keretakan lentur. Jadi retak geser lentur
merupakan perambatan retak miring dari retak lentur yang sudah terjadi
sebelumnya.
Retak geser badan / retak tarik diagonal (web shear crack), terjadi pada
daerah garis netral penampang dimana gaya geser maksimum dan
tegangan aksial sangat kecil.

MEKANISME TRANSFER GESER

Pada balok tanpa tulangan geser, keruntuhan balok


dapat disebabkan oleh runtuhnya salah satu dari
ketiga komponen gaya transfer di atas segera
setelah terbentuknya keretakan miring. Jumlah dari
ketiga komponen di atas, pada ACI dan SNI disebut
dengan "komponen gaya geser yang ditahan oleh
beton" atau Vc. Pada balok semacam ini beban
keretakan miring Vc merupakan parameter penentu
dalam disain. Karena keruntuhan balok tanpa
sengkang tiba-tiba tanpa adanya aba-aba yang
cukup, dimana hal ini tidak diinginkan, maka
peraturan pada umumnya mensyaratkan sedapat
mungkin pemakaian sengkang. Persyaratan
penggunaan tulangan geser minimum, yaitu untuk
,Vc > V > 0,5 .Vc , digunakan sengkang
minimum sebesar :

2.Penampang dengan tulangan geser

Sengkang akan meningkatkan kekuatan balok


karena :
1. Sengkang akan memikul sebagian gaya geser
penampang
2. Sengkang akan menahan perkembangan
lebar retak akibat tarik diagonal sehingga
mempertahankan adanya interface shear
transfer
3. Sengkang yg cukup rapat akan mengikat
tulangan memanjang sehingga meningkatkan
dowelcapacity

PERENCANAAN PENAMPANG
TERHADAP GESER
Langkah-langkah perencanaan penampang terhadap geser adalah :

1. Hitung gaya geser terfaktor Vu pada penampang kritis di sepanjang


elemen.
2. Untuk suatu penampang kritis, hitung kekuatan geser beton Vc.
3. a). Bila (Vu - . Vc) > 0,67.bw d.(f'c), ukuran balok diperbesar.
b). Bila (Vu -. Vc) < 0,67. bw .d.(f'c), tentukan jumlah tulangan
geser untuk menahan
kelebihan tegangan.
c). Bila Vu > 0,5. . Vc, gunakan tulangan geser minimum Vu= . Vn
Dengan Vu adalah gaya geser terfaktor yang bekerja pada
penampang yang ditinjau,
Sedangkan Vn merupakan kuat geser nominal yang dihitung dari : V n
= Vc + VS
Dengan Vc = kekuatan geser nominal yang diberikan oleh beton
Vs = kekuatan geser nominal yang diberikan oleh tulangan badan

a) Bila Vu .Vc. tidak perlu tulangan


geser , hanya tulangan geser praktis
b) Bila 0,5. .Vc < Vu < .Vc,
gunakan tulangan geser minimum
c) Bila Vu > .Vc, diperlukan tulangan
geser, dengan gaya yang harus
ditahan oleh sengkang sebesar :

MATERI II

Perencanaan Puntir
Pengaruh
puntir dapat diabaikan bila:

Tu <
Tu <

(apabila ada gaya normal)

Acp = luas yang dibatasi keliling luar


penampang beton
pcp = keliling luar penampang beton

Untuk
struktur statis tak tentu

Tu maks =
Tu maks =
Dimensi penampang harus
memenuhi:

ph = keliling dari garis pusat tulangan


sengkang terluar
Aoh = luas yang dibatasi oleh garis
pusat tulangan sengkang torsi terluar

Perencanaan
tulangan sengkang untuk puntir

Tn = cot
Tn Tu
Ao = 0,85 Aoh
At = luas satu kaki sengkang penahan puntir
fyv = tegangan leleh sengkang penahan puntir

Tulangan longitudinal untuk menahan puntir


Al =
fyl = tegangan leleh tulangan torsi longitudinal

Tulangan puntir minimum


Av + 2At = bw s

Av + 2At =
Tulangan puntir longitudinal minimum
Al minimum = -

Spasi tulangan puntir


1.Spasi sengkang puntir atau 300 mm
2.Tulangan longitudinal harus terdistribusi sekeliling sengkang
dengan spasi . Diameter tulangan longitudinal spasi sengkang atau

Penyelesaian

Vc =
Vc = = 80498,447 N
Vn = = = 200000 N
Vs = Vn Vc
Vs = 200000 80498,447 = 119501 N

Puntir diabaikan bila:


Tu <
Tu <
Tu > 2874944 Nmm maka puntir tidak diabaikan

Perencanaan tulangan puntir


Tn = cot
Ao = 0,85 Aoh = 0,85.70400 = 59840
mm2
fyv = fy = 400 MPa
Tn = = 6 Nmm
20.106 =
= 0,417

Kombinasi sengkang geser dengan sengkang puntir

= +
= 0,8298 + 2. 0,417 = 1,6638
Pakai D10 Avt = 2.0,25. 3,14. 102 = 150,72 mm2
s = = 90,58 mm
Cek tulangan puntir minimum
Av + 2At = bw s
Av + 2At = 300. 90,58 = 18,98 mm2
Av + 2At = 150,72 + 150,72 = 301,44 mm2
301,44 mm2 > 18,98 mm2 ok
Av + 2At =
Av + 2At = = 22,645 mm2

301,44 mm2> 22,645 mm2 ok

Tulangan
longitudinal penahan puntir

Al =
Al = = 450,36 mm2
Ambil D13 maka jumlah tulangan memanjang = =
3,39 ( 4 batang)
Cek tulangan minimum longitudinal:
Al minimum = Al minimum = - = 108,65 mm2

450,36 mm2> 108,65 mm2 ok

MATERI III

a. Definisi Kolom
Struktur kolom adalah batang vertikal dari
rangka struktur yang memikul beban dari balok
(E.G Nawy.,1998). Kolom berfungsi meneruskan
beban dari elevasi atas ke elevasi bawahnya
hingga sampai tanah melalui fondasi. Kolom
merupakan struktur tekan sehingga keruntuhan
kolom tidak memberikan peringatan awal yang
cukup jelas. Oleh karena itu, dalam
merencanakan kolom perlu adanya perencanaan
kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
elemen beton bertulang lainnya.

Berdasarkan bentuk dan susunan tulangan,


kolom dibedakan menjadi :
1. Kolom segi empat dengan tulangan
memanjang dan sengkang.
2. Kolom bulat dengan tulangan memanjang
dan tulangan lateral berbentuk spiral.
3. Kolom komposit yang terdiri dari beton dan
baja profil didalamnya.

b. Kolom dengan Beban Sentris dan


Eksentris
1. Kolom Pendek dengan Beban Sentris
Kapasitas beban sentris maksimum
diperoleh dengan menambah
kontribusi beton yaitu (Ag Ast) 0,85
fc dan kontribusi baja tulangan yaitu
Ast fy, dimana Ag luas penampang
bruto dan Ast luas total tulangan
baja

Kolom dengan Beban Sentris dan


Eksentris
Batas eksentrisitas minimal untuk kolom
sengkang dalam arah tegak lurus sumbu lentur
adalah 10% dari tebal kolom dan 5% untuk
kolom bulat (E.G Nawy., 1998) Berdasarkan
SNI 03-2847-2002 tentang tata cara
perencanaan beton untuk bangunan gedung,
kuat rencana kolom tidak boleh lebih dari :

Kolom dengan Beban Sentris dan


Eksentris
Dengan faktor reduksi kekuatan untuk kolom
sengkang sebesar 0,65 dan untuk kolom bulat 0,70.
Persyaratan detail penulangan kolom bulat antara lain :
1. Luas tulangan longitudinal komponen struktur tekan
tidak boleh kurang dari 0,01 ataupun lebih dari 0,08
kali luas penampang bruto (pasal 12.9(1)).
2. Jumlah tulangan longitudinal munimum adalah 4 untuk
kolom persegi empat atau lingkaran, 3 untuk kolom
sengkang segitiga dan 6 untuk kolom pengikat spiral
(pasal 12.9(2)).
3. Rasio penulangan spiral untuk fy 400 tidak boleh
kurang dari (pasal 12.9(3)) :

Kolom Dengan Beban Eksentris


Kolom yang menahan beban eksentris mengakibatkan
baja pada sisi yang tertarik akan mengalami tarik dengan
garis netral dianggap kurang dari tinggi efektif
penampang (d).
Berdasarkan regangan yang terjadi pada baja tulangan
yang tertarik, kondisi awal keruntuhan digolongkan
menjadi dua yaitu :
1. Keruntuhan tarik yang diawali dengan luluhnya tulangan
tarik dimana
Pn < Pnb.
2. Keruntuhan tekan yang diawali dengan kehancuran beton
dimana
Pn > Pnb.
. Beton mencapai kekuatan maksimum fc pada saat
regangan desak beton maksimal mencapai 0,003

Kolom Dengan Beban


Eksentris
Perencanaan kolom eksentris diselesaikan dengan
dua cara antara lain :
1. Diagram Pn - Mn
yaitu suatu grafik daerah batas yang menunjukkan
ragam kombinasi beban aksial dan momen yang
dapat ditahan oleh kolom secara aman. Diagram
interaksi tersebut dibagi menjadi dua daerah yaitu
daerah keruntuhan tekan dan daerah keruntuhan
tarik dengan pembatasnya adalah titik balance.
Analisis kolom dengan diagram Pn - Mn
diperhitungkan pada tiga kondisi yaitu :

Kolom Dengan Beban


Eksentris
Pada Kondisi Eksentrisitas Kecil
Prinsip-prinsip pada kondisi ini
dimana kuat tekan rencana memiliki
nilai sebesar kuat rencana
maksimum.
sehingga kuat tekan kolom maksimum
yaitu :

Kolom Dengan Beban


Eksentris
Pada Kondisi Momen Murni
Momen murni tercapai apabila tulangan tarik
belum luluh sedangkan tulangan tekan telah
luluh dimana fs adalah tegangan tulangan
tekan pada kondisi luluh. Pada kondisi
momen murni keruntuhan terjadi saat
hancurnya beton (Pn = Pu = 0). Keseimbangan
pada kondisi momen murni yaitu :
ND1 + ND2 = NT .........................(7)

Kolom Dengan Beban


Eksentris
Dimana

Selisih akibat perhitungan sangat kecil


sehingga dapat diabaikan. Persamaan yang
diperoleh dari segitiga sebangun dengan
tinggi sumbu netral pada c yaitu :

Kolom Dengan Beban


Eksentris
Dengan mensubtitusikan persamaan
(7) dan (11) akan dihasilkan
persamaan pangkat dua dengan
perubah tinggi sumbu netral c.
Momen rencana dapat dihitung
sebagai berikut :

Kolom Dengan Beban Eksentris


Pada Kondisi Balance
Kondisi keruntuhan balance tercapai
apabila tulangan tarik luluh dan
beton mengalami batas regangan
dan mulai hancur. Persamaan yang
diperoleh dari segitiga yang
sebangun dengan persamaan sumbu
netral pada kondisi balance (Cb) yaitu
:

Kolom Dengan Beban


Eksentris
Sehingga eksentrisitas balance (eb)
dapat ditulis sebagai berikut :

Kolom Dengan Beban


Eksentris
2. Metode Pendekatan Whitney
Persamaan-persamaan yang
disarankan Whitney dugunakan
sebagai solusi alternatif dengan cara
coba-coba walaupun tidak selalu
konservatif khususnya apabila beban
rencana terlalu dekat dengan beban
balance.

Kolom Dengan Beban


Eksentris
a. Kolom Segi Empat :
. Persamaan-persamaan Whitney pada kondisi
keruntuhan tekan yang disarankan berdasarkan
asumsi-asumsi :
. Tulangan dipasang simetris pada satu lapis sejajar
terhadap sumbu lentur penampang segi empat.
. Tulangan tekan telah leleh.
. Luas beton yang ditempati tulangan diabaikan.
. Tinggi balok tegangan ekivalen dianggap sebesar
0,54d setara dengan harga a rata-rata kondisi
balance pada penampang segi empat.
. Keruntuhan tekan menentukan.

Kolom Dengan Beban


Eksentris
Dalam banyak hal, metode Whitney konservatif
apabila eksentrisitas sangat kecil.
Persamaan Whitney untuk hancur tekan
menentukan :

Persamaan Whitney untuk hancur tarik


menentukan berdasarkan asumsi-asumsi
keruntuhan ditandai dengan luluhnya tulangan
tarik sedangkan tulangan tekan bisa belum
luluh.

Kolom Dengan Beban


Eksentris
b. Kolom Bulat
Persamaan-persamaan Whitney pada kondisi keruntuhan
tekan yang disarankan berdaarkan asumsi-asumsi :
Transformasi kolom bulat menjadi kolom segi empat
akivalen.
Tebal penampang segi empat ekivalen diambil sebesar
0,8h dimana h adalah diameter kolom bulat.
Lebar kolom segi empat ekivalen diambil sebesar Ag / 0,8h.
Luas total tulangan segi empat ekivalen pada dua lapis
yang sejajar berjarak 2Ds /3 dalam arah lentur dimana Ds
adalah diameter tulangan terluar dari as ke as.
Persamaan Whitney untuk keruntuhan tekan :

Kolom Dengan Beban


Eksentris
Persamaan Whitney untuk
keruntuhan tarik :

c. Kolom Langsing
Apabila angka kelangsingan kolom melebihi
batas untuk kolom pendek maka kolom tersebut
akan mengalami tekuk sebelum mencapai batas
limit kegagalan material. Kolom tersebut adalah
jenis kolom langsing yang mengalami momen
tambahan akibat efek P dimana P adalah
beban aksial dan adalah defleksi akibat kolom
tertekuk pada penampang yang ditinjau.
1. Besarnya k dapat dihitung dengan persamaanpersamaan dari peraturan ACI (E.G Nawy., 1998)
antara lain :

Kolom Langsing
a. Batas atas faktor panjang efektif untuk
batang tekan berpengaku diambil dari
nilai terkecil antara persamaan
berikut:

Dimana A dan B adalah pada ujung


kolom dan min adalah yang terkecil
dari kedua harga tersebut.

Kolom Langsing
b. Batas atas faktor panjang efektif untuk batang
tekan tanpa pengaku yang tertahan pada kedua
ujungnya diambil sebesar :

Diamana m adalah harga rata-rata dari kedua


ujung batang tertekan tersebut.

Kolom Langsing
c. Batas atas faktor panjang efektif
untuk batang tekan tanpa pengaku
yang kedua ujungnya sendi diambil
sebesar :

Kolom Langsing
2. Pengaruh kelangsingan
SNI (1991) mensyaratkan pengaruh kelangsingan
boleh diabaikan apabila :

untuk komponen struktur tekan


yang ditahan terhadap goyangan kesamping.

untuk komponen struktur tekan yang


tidak ditahan terhadap goyang kesamping.
M1b dan M2b adalah momen pada ujung-ujung
yang berlawanan pada kolom dengan M2b adalah
momen yang lebih besar dan M1b adalah momen
yang lebih kecil.

Kolom Langsing
3. Metode pembesaran momen
Pembesaran momen bergantung
pada kelangsingan batang, desain
penampang dan kekuatan seluruh
rangka portal bergoyang. Komponen
struktur tekan harus direncanakan
menggunakan beban aksial terfaktor
dan momen terfaktor yang
diperbesar.

Kolom Langsing

Dimana Pu adalah beban vertikal trfaktor pada suatu


tingkat dan Pc adalah kapasitas tekan total kolom-kolom
pada suatu tingkat.

Kolom Langsing
4. Kuat geser
a. Perencanaan kolom harus
mempertimbangkan gaya geser
yang bekerja antara lain :
. Komponen struktur yang menerima
beban aksial tekan :

Kolom Langsing
b. Kuat geser boleh dihitung dengan perhitungan yang
lebih rinci yaitu :

Dengan nilai Mm menggantikan Mu dan nilai Vud/Mu boleh


diambil lebih daripada 1,0 dengan :

Tetapi dalam hal ini Vc tidak boleh diambil lebih besar


dari pada :

Kolom Langsing

CONTOH PERHITUNGAN DAN


PEMBAHASAN
A. Contoh Hitungan Kolom
berpenampang Persegi
Perancangan kolom berpenampang
persegi dengan cara hitungan
manual biasa dan cara grafis
Interaksi M-N.

MATERI IV

CONTOH SOAL PERANCANGAN


DESAIN PELAT LANTAI
Pembebanan Pelat Lantai
Beban-beban yang bekeja pada pelat berdasarkan pada
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung Tahun 1983.
Adapun ketentuan dari pelat lantai adalah :
Tebal pelat lantai, t = 12 cm =120 mm
Tebal spesi, t = 3 cm = 30 mm
Tebal tegel, t = 2 cm = 20 mm
Diameter tulangan utama d = 10 mm
Tebal selimut beton untuk beton yang tidak langsung
berhubungan dengan tanah sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 9.7
butir 1.c pelat dinding, pelat berusuk seperti batang D-36 dan
yang lebih kecil dipakai p = 20 mm
Gamma beton, b = 2400 Kg/m3
Gamma spesi s = 2100 Kg/m3

Beban mati (WD), ditinjau per meter lebar pias


Berat
Berat
Berat
Berat
Berat

sendiri pelat (0.12 2400 Kg/m3) = 288 Kg/m2


spesi (0.03 2100 Kg/m3) = 63 Kg/m2
tegel, t = 2 cm (0.02 2400 Kg/m3)
= 48 Kg/m2
plafond = 11 Kg/m2
penggantung = 7 Kg/m2

Total beban mati (WD) = 417 Kg/m2


Beban hidup (WL)
Beban untuk lantai gedung Hotel= 250 Kg/m2

Total beban hidup (WL)


Beban ultimate (WU)

1.2 q 1.6 q

D
L
WU =
1.2 417 1.6 250
=
= 900.4 Kg/m2
= 9.004 KN/m2

= 250 Kg/m2

Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 12.5.3 sebagai


alternatif, untuk komponen struktur yang besar dan masif, luas
tulangan yang diperlukan pada setiap penampang, positif atau
negatif, paling sedikit harus sepertiga lebih besar dari yang
diperlukan berdasarkan analisis, sehingga :

Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 12.5.3 sebagai


alternatif, untuk komponen struktur yang besar dan masif, luas
tulangan yang diperlukan pada setiap penampang, positif atau
negatif, paling sedikit harus sepertiga lebih besar dari yang
diperlukan berdasarkan analisis, sehingga :

Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 12.5.3 sebagai


alternatif, untuk komponen struktur yang besar dan masif, luas
tulangan yang diperlukan pada setiap penampang, positif atau
negatif, paling sedikit harus sepertiga lebih besar dari yang
diperlukan berdasarkan analisis, sehingga :

Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 12.5.3 sebagai


alternatif, untuk komponen struktur yang besar dan masif, luas
tulangan yang diperlukan pada setiap penampang, positif atau
negatif, paling sedikit harus sepertiga lebih besar dari yang
diperlukan berdasarkan analisis, sehingga :

SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai