Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.

LATAR BELAKANG

Rasulullah bersabda (yang artinya), Sesungguhnya Islam pertama kali muncul dalam keadaaan
asing dan nanti akan kembali asing sebagaimana semula. Maka berbahagialah orang-orang yang
asing (alghuroba).(hadits shahih riwayat Muslim)
Berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba). (Mereka adalah) orang-orang shalih yang
berada di tengah orang-orang yang berperangai buruk. Dan orang yang memusuhinya lebih
banyak daripada yang mengikuti mereka.(hadits shahih riwayat Ahmad)
Berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba). Yaitu mereka yang mengadakan perbaikan
(ishlah) ketika manusia rusak.(hadits shahih riwayat Abu Amr Ad Dani dan Al Ajurry)
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, tumbal adalah sesuatu yang digunakan untuk
menolak penyakit atau tolak bala dll. Sedangkan sajen merupakan makanan atau bunga-bungaan

& sebagainya yg disajikan kepada orang (makhluk) halus & semisalnya.


Tumbal, dalam prakteknya lebih khusus atau identik dengan sembelihan dan kurban, sedangkan
sesajen biasanya berbentuk makanan yang siap dihidangkan seperti: Jenis-jenis bubur; Buah;
Daging atau Ayam yg telah dimasak, dan dilengkapi dengan berbagai macam bunga serta
terkadang uang logam.
Sesajen merupakan warisan budaya Hindu dan Budha yang biasa dilakukan untuk
memuja para dewa, roh tertentu atau penunggu tempat (pohon, batu, persimpangan) dan lain-lain
yang mereka yakini dapat mendatangkan keberuntungan dan menolak kesialan. Seperti: Upacara
menjelang panen yang mereka persembahkan kepada Dewi Sri (dewi padi dan kesuburan) yang
mungkin masih dipraktekkan di sebagian daerah Jawa, upacara Nglarung (membuang kesialan)
ke laut yg masih banyak dilakukan oleh mereka yang tinggal di pesisir pantai selatan pulau Jawa
tepatnya di tepian Samudra Indonesia yang terkenal dengan mitos Nyi Roro Kidul.
Ada pula jenis lain dari sesajen, yaitu menyediakan berbagai jenis tanaman dan biji-bijian
seperti padi, tebu, jagung dan lain-lain yg masih utuh dengan tangkainya, kemudian diletakkan
pada tiang atau kuda-kuda rumah yang baru di bangun supaya rumah tersebut aman, tentram dan
tidak membawa sial. Adapun tumbal dilakukan dalam bentuk sembelihan, seperti: Menyembelih
ayam dengan ciri-ciri khusus untuk kesembuhan penyakit atau untuk menolak kecelakaan;
Menyembelih kerbau atau sapi, lalu kepalanya di tanam ke dalam tanah yang di atasnya akan
dibangun sebuah gedung atau proyek, supaya proyek pembangunan berjalan lancar dan
bangunannya membawa berkah. Jadi pada intinya tumbal dan sesajen adalah mempersembahkan
sesuatu kepada makhluk halus (roh, jin, lelembut, penunggu, dll) dengan harapan agar yang
diberi persembahan tersebut tidak mengganggu atau mencelakakan, lalu berharap dengannya
keberuntungan dan kesuksesan.
Di dalam Islam, gangguan, sakit, kecelakaan, bencana dan sebagainya di sebut dengan
istilah madharat. Sedangkan kesuksesan, keberuntungan, kebahagiaan disebut dengan manfaat.
Dan seluruh umat manusia pasti berharap agar terlepas dari mudharat dan memperoleh manfaat,
dengan berbagai upaya dan usaha yang mereka lakukan. Dan Islam mengajarkan, bahwa yang
dapat mendatangkan manfaat dan madharat di alam ini hanyalah Allah saja, sehingga tidak
boleh meminta perlindungan, keselamatan, kelancaran rizki kepada selain Allah. Demikian pula
berlindung dari bahaya, kesialan, kecelakaan dan lain-lain juga hanya kepada Allah saja.
Al-Quran telah mensinyalir adanya orang yang mencari manfaat dan menolak madharat kepada
selain Allah, seperti yang telah dilakukan oleh orang-orang musyrik di masa jahiliyah,
sebagaimana difirmankan Allah, Kemudian mereka mengambil ilah-ilah selain Dia (untuk

disembah), yg tidak menciptakan sesuatu apa pun, bahkan mereka sendiri pun diciptakan & tidak
kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil)
sesuatu kemanfaatan dan tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula)
membangkitkan. (QS. 25:3) . Padahal Allah telah memperingatkan, bahwa berhala atau dewadewa mereka sama sekali tidak memiliki kekuasaan sedikit pun, Dan orang-orang yang kamu
seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walau pun setipis kulit ari. Jika kamu
menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu dan kalau mereka mendengar, mereka tidak
dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di Hari Kiamat mereka akan mengingkari
kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu seperti yang
diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. (QS. 35:13-14)
1.

TUJUAN

1.

Agar manusia dapat terhindar dari kemusrykan dan siksaan api neraka

2.

Mempertebal & memperkokoh keimanan kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menciptakan Bumi dan segenap isinya.

BAB II
PEMBAHASAN
1.

Pengertian Sesaji atau Sesajen

Sesajen berarti sajian atau hidangan. Sesajen memiliki nilai sakral di sebagaian besar
masyarakat kita pada umumnya. Acara sakral ini dilakukan untuk ngalap berkah (mencari
berkah) di tempat-tempat tertentu yang diyakini keramat atau di berikan kepada benda-benda
yang diyakini memiliki kekuatan ghaib, semacam keris, trisula dan sebagainya untuk tujuan yang
bersifat duniawi.
Sedangkan waktu penyajiannya di tentukan pada hari-hari tertentu. Seperti malam jumat
kliwon, selasa legi dan sebagainya. Adapun bentuk sesajiannya bervariasi tergantung permintaan
atau sesuai bisikan ghaib yang di terima oleh orang pintar, paranormal, dukun dan sebagainya.
Banyak kaum muslimin berkeyakinan bahwa acara tersebut merupakan hal biasa bahkan
dianggap sebagai bagian daripada kegiatan keagamaan. Sehingga diyakini pula apabila suatu
tempat atau benda keramat yang biasa diberi sesaji lalu pada suatu pada saat tidak diberi sesaji
maka orang yang tidak memberikan sesaji akan kualat (celaka, terkena kutukan).

Anehnya perbuatan yang sebenarnya pengaruh dari ajaran Animisme dan Dinamisme ini
masih marak dilakukan oleh orang-orang pada jaman modernisasi yang serba canggih ini. Hal ini
membuktikan pada kita bahwa sebenarnya manusianya secara naluri/ fitrah meyakini adanya
penguasa yang maha besar, yang pantas dijadikan tempat meminta, mengadu, mengeluh,
berlindung, berharap dan lain-lain. Fitrah inilah yang mendorong manusia terus mencari
Penguasa yang maha besar ? Pada akhirnya ada yang menemukan batu besar, pohon-pohon
rindang, kubur-kubur, benda-benda kuno dan lain-lain, lalu di agungkanlah benda-benda
tersebut. Pengagungan itu antara lain diekspresikan dalam bentuk sesajenyang tak terlepas dari
unsur-unsur berikut: menghinakan diri, rasa takut, berharap, tawakal, doa dan lainnya. Unsurunsur inilah yang biasa disebut dalam islam sebagai ibadah.
Islam datang membimbing manusia agar tetap berjalan diatas fitrah yang lurus dengan
diturunkannya syariat yang agung ini. AllahTaala menerangkan tentang fitrah yang lurus
tersebut dalam Al Quran (yang artinya): Rasul-rasul mereka berkata apakah ada keraguraguan terhadap Allah, pencipta langit dan bumi ? (QS. Ibrahim : 10).
1.

Tumbal Dan Sesajen adalah Syrik dalam Islam

Tumbal dan sesajen merupakan warisan kepercayaan animisme dan dinamisme, yaitu
kepercayaan bahwa benda-benda atau tempat tertentu di alam raya ini memiliki kekuatan ghaib
(magic) yang dapat mencelakai seseorang atau menolong serta memenuhi hajatnya.
Agar penguasa tempat atau benda tersebut tidak mengganggu, maka harus diberi persembahan,
baik tumbal atau sesajen, yang itu jelas merupakan ibadah atau masuk di dalam lingkupnya.
Sedangkan di dalam Islam, memalingkan peribadatan, doa, pengharapan (raja), takut (khauf),
sembelihan, nadzar, istianah, istighatsah dan sebagainya kepada selain Allah adalah syirik. Jika
yg melakukan adalah orang Islam, maka keislamannya menjadi batal dengan sebab semua itu.
Allah Taala memerintahkan kepada Rasulullah SAWm untuk menyelisihi orang-orang musyrik
yang beribadah dan menyembelih karena selain Allah, Dia berfirman, Katakanlah,
Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku & matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam,
tiada sekutu baginya; Dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah) (QS. 6:162-163). Di dalam surat alKautsar Allah SWT juga berfirman, Maka diri kanlah shalat karena Rabb-mu; dan
berkorbanlah. (QS. 108:2)

Kedua ayat ini menunjukkan, bahwa shalat dan penyembelihan binatang (kurban) adalah ibadah
yg harus didasari niat hanya untuk Allah semata. Orang yang memalingkan atau menyimpangkan
persembahan kurban atau penyembelihan kepada selain Allah adalah musyrik, sama saja
statusnya dengan shalat, ruku dan sujud untuk selain Allah.
1.

Masuk Neraka Karena Lalat

Mungkin saja sebagian orang yang melakukan tumbal dan sesajen beralasan, bahwa yang
dipersembahkan bukanlah nyawa manusia (sebagaimana pernah terjadi di zaman dulu), namun
hanya sekedar binatang yang keberadaannya memang untuk dimanfaat kan manusia.Hitunghitung sedekahlah, sedekah alam, sedekah bumi, laut atau gunung, demikian sebagian di antara
mereka beralasan. Perlu diketahui, bahwa permasalahannya tidak sesederhana itu, sebab ini
menyangkut tauhid dan syirik yang berkaitan dengan status keislaman seseorang serta ancaman
Allah terhadap para musyrikin. Jika apa yang mereka lakukan adalah memang bentuk sedekah,
maka tentu Allah dan Rasulullah akan membiarkan orang-orang jahiliyah mengerjakan hal
semacam itu, sebab mereka masih mengakui rububiyah Allah. Letak permasalahannya bukanlah
pada apa yang mereka sembelih atau mereka sedekahkan (menurut mereka), namun pada tujuan
untuk siapa sembelihan dan persembahan itu dilakukan.
Rasulullah SAW pernah mengisahkan seseorang yang masuk neraka karena seekor lalat, dan
masuk surga karena seekor lalat. Beliau bersabda, Ada seseorang masuk surga karena seekor
lalat, dan ada seseorang masuk neraka karena seekor lalat pula. Para shahabat bertanya,
Bagaimana hal itu ya Rasulullah ?. Beliau menjawab, Ada dua orang berjalan melewati suatu
kaum yang memiliki berhala. Tak seorang pun dapat melewati berhala itu sebelum
mempersembahkan kepadanya suatu kurban. Ketika itu berkatalah mereka kepada salah seorang
dari kedua orang tersebut , Persembahkanlah korban kepadanya. Dia menjawab,Aku tidak
mempunyai sesuatu yang dapat kupersembahkan kepadanya. Mereka pun berkata kepadanya
lagi,. Persembahkan meskipun seekor lalat. Lalu orang tersebut mempersembahkan seekor
lalat dan mereka pun memperkenankan dia untuk meneruskan perjalanan, maka dia masuk
neraka karenanya. Kemudian mereka berkata kepada yang lain, Persembahkanlah korban
kepadanya. Dia menjawab Tidak patut bagiku mempersembahkan sesuatu kepada selain Allah
Azza wa Jalla. Kemudian mereka memenggal lehernya. Karenanya orang ini masuk surga.
Perhatikan bagaimana kondisi orang yg melakukan persembahan kepada selain Allah di dalam
hadits di atas. Dia tidak dengan sengaja meniatkan persembahan itu, sekedar untuk melepaskan
diri dari perlakuan buruk para pemuja berhala itu, dan hanya persembahan seekor lalat, namun
ternyata telah menjerumuskannya ke dalam neraka. Jika demikian, maka bagaimana halnya

dengan yang melakukan penyembelihan untuk selain Allah, lebih dari seekor lalat atas kemauan
dan niat sendiri ?.
1.

Bahaya Perbuatan Syirik ( Sesajen Atau Tumbal )

1.

Merupakan Pelecehan Terhadap Martabat Manusia.

Apabila seseorang menyembah kepada sesama makhluk, yang tidak dapat memberikan manfaat
dan menimpakan bahaya, maka berarti telah menjatuhkan martabat kemanu siaannya ke tempat
yang terendah. Allah telah memuliakan manusia dan mengaruniai akal kepada mereka, maka
apakah layak dan pantas seorang yang berakal dan terhormat menyembah dan merendahkan diri
di hadapan patung, pohon, jin, khadam, keris, batu dan yang semisalnya. Maka tidak ada
pelecehan terhadap martabat manusia yg lebih parah daripada kemusyrikan.
1.

Membenarkan Khurafat

Dari keyakinan syirik inilah muncul berbagai khurafat yang tersebar di masyarakat, mitos dan
legenda yang penuh dengan takhayul, kisah-kisah yang sama sekali tidak bisa diterima oleh akal
sehat dan tidak dapat dibenarkan oleh hati nurani manusia.
1.

Syirik adalah Kezhaliman Terbesar.

Allah Subhannahu wa Taala berfirman, Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang
zhalim. (al-Baqarah: 254). Juga firman-Nya yang lain, Sesungguhnya kemusyrikan itu adalah
kezhaliman
yang
besar.
(Lukman:
13)
Adakah kazhaliman yang lebih besar daripada sikap seseorang yang diciptakan oleh Allah tetapi
justru menyembah kepada selain Allah ? Atau orang yang diberi rizki oleh Allah namun justru
bersyukur dan memuja kepada selain Allah ?
1.

Syirik Menimbulkan Rasa Takut.

Orang musyrik tidak memiliki keteguhan dan rasa percaya kepada Allah, sehingga hidupnya
penuh dengan kegelisahan, jiwanya labil dipermainkan oleh klenik, khurafat dan takhayul. Dia
selalu diliputi ketakutan, takut akan segala-galanya dan terhadap segala-galanya, dan inilah
kehidupan yang sangat buruk.
1.

Menjerumuskan ke Neraka.

Kemusyrikan merupakan penyebab utama untuk masuk neraka, Allah SWT berfirman,
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang
zhalim itu seorang penolong pun. (QS. 5:72) . Firman-Nya yang lain, artinya, Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehen daki-Nya (an-Nisa: 48)
Wallahu alam bish shawab.
Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar,
mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan dihari kiamat mereka akan
mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai
yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. (QS.Faathir : 14)
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS.An Nisaa : 48)
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia
mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauhjauhnya. (QS.An Nisaa : 116)
1.

Sesajen Midadareni Dalam Upacara Pernikahaan Masyarakat Jawa

Masyarakat Jawa tradisi kuno mempunyai tatacara yang sangat lengkap dalam tradisi
pernikahaan. Biasanya dapat dibagi menjadi tiga periode, sebelum pernikahaan, hari
pelaksanaan, dan sesudah pernikahaan.
Tatacara berikutnya yang sekarang sudah digabungkan pelaksanaannya adalah tatacara pasok
tukon, pasrah calon manten lan upakarti, serta nyantri. Inti dari upacara tahapan ini adalah
memberikan sebagian harta benda dari pihak keluarga calon pengantin pria kepada keluarga
calon pengantin wanita selain itu juga cara barang-barang seperti cincin, pakaian, aksesoris,
dsbnya kepada calon pengantin wanita dari calon pengantin pria. Tatacara ini dillakukan sebagai
bukti bahwa calon pengantin wanita telah terikat oleh kesepakatan yang dibuat dengan calon
pengantin pria. Biasanya pelaksanaan upacara panggih dan resepsi di pihak keluarga calon
pengantin pria berhak memberikan bantuan yang biasanya berupa uang dan hasil bumi.

Tiga upacara menjelang pernikahan beriktunya sampa sekarang masih dipertahankan adalah
pasang tarub, siraman, dan midadareni. Sejak tradisi kuni hingga seskarang tradisi ketiganya
masih dilakukan oleh masyarakat Jawa. Ketiganya termasuk prosesi penting menjelang
pernikahaan dan biasanya dilaksanakan tiga hari hingga sehari menjelang hari H (tempuking
gawe). Begitu penting, ketiganya termasuk dalam rangkaian pokok pernikahaan dan dalam setiap
upacaranya biasanya disertai dengan ubarampe sesajen. Sebelum kita uraikan mengenai sesajen
Midadareni, sebaiknya kita mengenal makna Midadareni.
Midadareni: Makna dan Mitos
Midadareni merupakan kata bentukan yang berasal dari kata widadari, yang merupakan kata
serapan dari bahasa sansekerta, yaitu widyadhari. Sementara kata midadareni berarti suatu
kegiatan berkumpul dan berjaga (istilah Jawa: lek-lekan) dirumah calon pengantin wanita pada
malam hari menjelang upacara temu/panggih di esok harinya.
Memang upacara midadareni akhirnya dapat dipisahkan dengan kisah-kisah seputar bidadari,
yang menurutk konsep masyarakat Jawa diwujudkan dalam sosok seorang putri cantik yang
boleh dikatakan berasal dari dunia maya. Cerita tutur Jawa yang dianggap berkaitan dengan
upacara midadareni salah satunya adalah cerita Jaka Tarub.
Ketika itu Jaka Tarub sedang menikahkan anaknya yang bernama Nawangsih. Jaka Tarub
meminta bantuan kepada istrinya, seorang bidadari untuk turun ke bumi dari kahyangan guna
merias sekaligus memberi restu kepada anaknya.
BAB III
PENUTUP
1.

Kesimpulan

Sesajen berarti sajian atau hidangan. Sesajen memiliki nilai sakral di sebagaian besar
masyarakat kita pada umumnya. Acara sakral ini dilakukan untuk ngalap berkah (mencari
berkah) di tempat-tempat tertentu yang diyakini keramat atau di berikan kepada benda-benda
yang diyakini memiliki kekuatan ghaib, semacam keris, trisula dan sebagainya untuk tujuan yang
bersifat duniawi.
Sedangkan waktu penyajiannya di tentukan pada hari-hari tertentu. Seperti malam jumat kliwon,
selasa legi dan sebagainya. Adapun bentuk sesajiannya bervariasi tergantung permintaan atau

sesuai bisikan ghaib yang di terima oleh orang pintar, paranormal, dukun dan sebagainya.
Banyak kaum muslimin berkeyakinan bahwa acara tersebut merupakan hal biasa bahkan
dianggap sebagai bagian daripada kegiatan keagamaan. Sehingga diyakini pula apabila suatu
tempat atau benda keramat yang biasa diberi sesaji lalu pada suatu pada saat tidak diberi sesaji
maka orang yang tidak memberikan sesaji akan kualat (celaka, terkena kutukan). Anehnya
perbuatan yang sebenarnya pengaruh dari ajaran Animisme dan Dinamisme ini masih marak
dilakukan oleh orang-orang pada jaman modernisasi yang serba canggih ini. Hal ini
membuktikan pada kita bahwa sebenarnya manusianya secara naluri/ fitrah meyakini adanya
penguasa yang maha besar, yang pantas dijadikan tempat meminta, mengadu, mengeluh,
berlindung, berharap dan lain-lain. Fitrah inilah yang mendorong manusia terus mencari
Penguasa yang maha besar ? Pada akhirnya ada yang menemukan batu besar, pohon-pohon
rindang, kubur-kubur, benda-benda kuno dan lain-lain, lalu di agungkanlah benda-benda
tersebut. Pengagungan itu antara lain diekspresikan dalam bentuk sesajenyang tak terlepas dari
unsur-unsur berikut: menghinakan diri, rasa takut, berharap, tawakal, doa dan lainnya. Unsurunsur inilah yang biasa disebut dalam islam sebagai ibadah. Islam datang membimbing manusia
agar tetap berjalan diatas fitrah yang lurus dengan diturunkannya syariat yang agung ini.
AllahTaala menerangkan tentang fitrah yang lurus tersebut dalam Al Quran (yang
artinya): Rasul-rasul mereka berkata apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, pencipta
langit dan bumi ? (QS. Ibrahim : 10). Allah juga berfirman (yang artinya): Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah), tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (QS. Ar Rum : 30).
Berkenaan dengan ayat-ayat diatas, nabi pun bersabda (yang artinya):Setiap anak dilahirkan
diatas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau
penyembah api. (HR Bukhari, Muslim dan Abu Hurairah, Al Irwa :1220).
Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Qudsi (yang artinya): (Allah
berfirman) Aku menciptakan hamba-hamba-Ku diatas agama yang lurus (hanif) lalu syetan
menyesatkan mereka (HR. Muslim dan Ahmad dari shahabat Iash bin Himar).
Imam Ibnu Abil Izzi menerangkan, Bahwa bayi itu terlahir sesuai dengan fitrah. Artinya bukan
dalam keadaan kosong jiwanya, melainkan mengerti tauhid dan syirik. (Syarah Aqidah
Thahawiyah : 83).

Fitrah ini akan tetap terjaga dengan cara menghambakan diri kepada Allah sepenuhnya. Inilah
yang disebut dengan tauhid ibadah. Allah Taala berfirman (yang artinya): Dan tidaklah Aku
menciptakan jin dan manusia kecuali agar menyembah-Ku. (QS. Ad Dzariyat : 56).
lbnu Katsir menerangkan ayat ini bahwa, Allah menciptakan manusia dan jin agar mereka
menyembah-Nya . (Tafsir Ibnu Katsir surat Ad Dzariyat : 56).
Ibadah yang penting untuk diketahui adalah ibadah hati seperti doa, takut, berharap, tawakal,
cinta dan lain-lain. Semua bentuk ibadah yang agung itu haruslah ditujukan kepada Allah semata,
sebagaimana firman-Nya (yang artinya): Dan sesungguhnya masjid-masjid itu milik Allah
maka janganlah kamu menyeru bersama Allah itu seorangpun ! (QS. Al Jin : 18).
Allah Taala berfirman (yang artinya): Janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah
kepada-Ku jika kalian benar-benar beriman. (QS. Ali Imran : 175).
Allah berfirman (yang artinya): Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya
maka hendaknya ia beramal shalih dan jangan melakukan kesyirikan dalam beribadah kepada
Rabbnya dengan seorangpun. (QS. A1 Kahfi : 110).
Keterangan-keterangan diatas menunjukkan bahwa acara ritualissesajen bertentangan
dengan syariat Islam yang murni. Sebab didalamnya mengandung pengagungan,
penghambaan, pengharapan, takut yang semestinya hanya diperuntukkan kepada Allah
semata. Mudah-mudahan Allah jauhkan kita dari segala bentuk kesyirikan. Allahu Taala Alam.
1.

SARAN SARAN

A. Bersegeralah bersedekah, sebab yang namanya bala tidak pernah mendahului sedekah
B. Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah
C. Obatilah penyakitmu dengan sedekah
Banyak dari kita yang sudah mengetahui dan memahami perihal anjuran bersedekah ini,
namun persoalannya seringkali kita teramat susah untuk melakukannya karena kekhawatiran
bahwa kita salah memberi, sebagai contoh kadang kita enggan memberi pengemis/pengamen
yang kita temui di pinggir jalan dengan pemikiran bahwa mereka (pengemis/pengamen)
menjadikan meminta-minta sebagai profesinya, tidak mendidik, dll. Padahal sesungguhnya
prasangka kita yang demikian adalah bisikan-bisikan setan laknatullah yang tidak rela melihat

kita berbuat baik (bersedekah). Sebaiknya mulai saat ini hendaknya kita hilangkan prasangkaprasangka yang demikian karena seharusnya sedekah itu kita niatkan sebagai bukti keimanan
kita atas perintah Allah dan rasul-Nya yang menganjurkan umatnya untuk gemar bersedekah.
Apabila ternyata kemudian bahwa sedekah yang kita beri kepada pengemis/pengamen
tadi tidak tepat sasaran, bukan lagi urusan kita, karena sedekah hakekatnya adalah ladang amal
bagi hamba-hamba Allah yang bertakwa. Pengemis/pengamen/ fakir miskin lainnya adalah
ladang amal bagi orang yang berkecukupan. Dapat kita bayangkan andaikata tidak ada lagi
orang-orang tersebut, kepada siapa lagi kita dapat beramal (bersedekah)?
Atau kalo kita termasuk orang yang tidak suka memberi sedekah (kepada
pengemis/pengamen/ fakir miskin) dengan berbagai alasan dan pertimbangan, maka biasakanlah
bersedekah dengan menyiapkan sejumlah uang sebelum sholat Jumat dan memasukkan ke
kotak-kotak amal yang tersedia dan biasakan dengan memberi sejumlah minimal setiap Jumat,
misalnya Jumat ini kita menyumbang Rp 10 ribu ke kotak amal, maka sebaiknya Jumat
berikutnya harus sama, syukur-syukur bisa lebih dan terutama harus diiringi dengan keikhlasan.
Sedekah anda, walaupun kecil tetapi amat berharga di sisi Allah Azza Wa Jalla. Orang
yang bakhil dan kikir dengan tidak menyedekahkan sebagian hartanya akan merugi di dunia dan
akhirat karena tidak mendapat keberkahan. Jadi, sejatinya orang yang bersedekah adalah untuk
kepentingan dirinya. Sebab menginfakkan (membelanjakan) harta akan memperoleh berkah dan
sebaliknya menahannya adalah celaka. Tidak mengherankan jika orang yang bersedekah
diibaratkan orang yang berinvestasi dan menabung di sisi Allah dengan jalan meminjamkan
pemberiannya kepada Allah. Balasan yang akan diperoleh berlipat ganda. Mereka tidak akan rugi
meskipun pada awalnya mereka kehilangan sesuatu.
BAB IV
PENUTUP
1.

DAFTAR PUSTAKA

1. Life Is Beautiful: Hidup Tanpa Tekanan Stres. (Nama Samaran : Abdurrahman


Nusantari. Penerbit: PENA Jakarta, Kata Pengantar: Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari,
Psikiater.
2. Negeriku Sayang Indonesiaku Malang. (belum diterbitkan).

3. Mengatasi Kejenuhan. (Nama Samaran : Abu Abdirrahman Al-Qawiy Penerbit:


Khalifa-Pustaka Al Kautsar Group- Jakarta. Tahun cetak 2004

Anda mungkin juga menyukai