Anda di halaman 1dari 12

A.

Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi Keperawatan Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan R.I (1998) Keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. (Nasrul Efendi, 1998).
Asuhan Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktek keperawatan degan sasaran keluarga dengan tujuan
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan keluarga. ( Setiadi, 2008)
Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1978), mendefinisikan
perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat
yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang
dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan. ( Nasrul Effendi, 1998).

2. Tujuan Keperawatan Keluarga


Tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan asuhan keperawatan
keluarga adalah meningkatkan status kesehatan keluarga agar keluarga dapat
meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan keluarga.
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan keluarga dalam
meningkatkan, mencegah, memelihara kesehatan mereka sehingga status
kesehatannya meningkat dan mampu melaksanakan tugas-tugas mereka
secara produktif.
b. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan
keluarga dalam hal ini :
1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi.
2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah
kesehatan dasar daam keluarga.
3) Meningktakan kemampuan keluarga dalam memgambil keputusan yang
tepat.
4) Meningkatkan kemampuan keluarga memberikan asuhan keperawatan
terhadap anggota keluarga yang sakit.
5) Meningkatkan produktifitas keluarga dalam meningkatkan mutu
hidupnya.

3. Macam-Macam Struktur / Tipe / Bentuk Keluarga


a. Tradisional
1) The nuclear family (keluarga inti) Keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak.
2) The dyad family. Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa
anak) yang hidup bersama dalam satu rumah
3) Keluarga usila. Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua
dengan anak sudah memisahkan diri
4) The childless family. Keluarga tanpa anak karena terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang
disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
5) The extended family (keluarga luas/besar). Keluarga yang terdiri
dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti
nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek),
keponakan, dll)
6) The single-parent family (keluarga duda/janda). Keluarga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi
biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan)
7) Commuter family. Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda,
tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua
yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada
saat akhir pekan (week-end)
8) Multigenerational family. Keluarga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah
9) Kin-network family. Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang
dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi,
telpon, dll).
10) Blended family. Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
11) The single adult living alone / single-adult family. Keluarga
yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati

b. Non Tradisional
1) The unmarried teenage mother. Keluarga yang terdiri dari orang
tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
2) The stepparent family. Keluarga dengan orangtua tiri
3) Commune family. Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya)
yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan
anak bersama
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family. Keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
5) Gay and lesbian families. Seseorang yang mempunyai persamaan
sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital
partners)
6) Cohabitating couple. Orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu
7) Group-marriage family. Beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah
saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk
sexual dan membesarkan anaknya
8) Group network family. Keluarga inti yang dibatasi oleh set
aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya
9) Foster family. Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya
10) Homeless family. Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental
11) Gang. Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.

4. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga


Menurut Duval 1985 dan Friedman 1998, ada 8 tahap dan siklus tumbuh kembang
keluarga, yaitu :
1. Tahap I : Keluarga Pemula. Keluarga pemula merujuk pada pasangan
menikah/tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah
membangun perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga berencana.
2. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur
30 bulan).Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk
keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan
yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan
dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
3. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6
tahun). Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak
yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya,
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga,
menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga,
menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
4. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun).
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan
dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas
sekolah.
5. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan
mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara
terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan
kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi
terbuka dua arah.
6. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah).Tahap ini adalah
tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas perkembangan
keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan memasukkan
anggota keluarga baru yang didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya,
melanjutkan untuk memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan
perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan
istri.
7. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau
pensiunan).Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap
ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir
pada saat pasangan pensiun. Tugas perkembangannya adalah menyediakan
lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan
penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungna perkawinan
yang kokoh.
8. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia. Dimulai dengan
salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan
pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan keluarga adalah
mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap
pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan,
menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan
keluarga antara generasi.

5. Prinsip Keperawatan Keluarga


Ada beberapa prinsip utama yang harus dipegang oleh perawat keluarga
yaitu:
a. Keluarga dijadikan sebagai unit dalam pelayanan kesehatan. Dalam
konteks ini keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama
pengkajian keperawatan. Keluarga dipandang sebagai system yang
berinteraksi, dimana fokusnya adalah dinamika dan hubungan internal
keluarga, struktur dan fungsi keluarga serta saling ketergantungan
subsistem keluarga dengan kesehatan dan keluarga dengan lingkungan
luarnya.
b. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga sehat adalah sebagai
tujuan utamanya dengan cara meningkatkan status kesehatan keluarga agar
keluarga dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahtraan keluarga.
c. Asuhan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat harus
melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah
dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
e. Diusahakan mengutamakan kegiatan lebih bersifat promotif dan preventif
dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan asuhan keperawatan agar memanfaatkan sumber daya
keluarga semaksimal mungkin.
g. Sasaran asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan keperawatan
adalah dengan pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan
proses keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan adalah
penyulahan kesehatan dan asuhan keperawatan kesehatan dasar/perawatan
dirumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang resiko tinggi, karena keluarga dengan
resiko tinggi berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang
mereka hadapi yang disebabkan karena ketidakmampuan dan
ketidaktahuan mengatasi berbagai masalah yang mereka hadapi.
k. Partisipasi keluarga aktif dilakukan. Dasar pemikiran yang diterapkan
adalah bahwa keluarga memiliki hak dan tanggung jawab untuk membuat
keputusan-keputusan menyangkut kesehatan mereka sendiri, partisipasi
aktif dari keluarga adalah suatu pendekatan esensial yang dimaksudkan
dalam strategi intervensi keperawatan keluarga keperawatan keluarga.
Keterlibatan keluarga dalam implementasi biasanya dimaksudkan untuk
melibatkan keluarga dalam memecahkan masalah mutual, juga
mendiskusikan serta memutuskan pendekatan-pendekatan yang paling
tepat atau paling mungkin untuk digunakan agar mencapai tujuan yang
telah disetujui bersama.

Ada 3 tingkatan pencegahan terhadap kesehatan keluarga yaitu:


a. Pencegahan primer, yang meliputi peningkatan kesehatan dan tindakan
preventif khusus yang dirancang untuk mencegah orang bebas dari
penyakit dan cedera.
b. Pencegahan sekunder, yang terdiri dari deteksi dini, diagnosis dan
pengobatan
c. Pencegahan tersier, yang mencakup tahap penyembuhan dan rehabilitasi,
dirancang untuk meminimalkan tingkat fungsinya

6. Tugas Keperawatan Keluarga


Untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling
memelihara. Freeman (1981) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan
oleh keluarga, yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit, yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas kesehatan yang ada

7. Peran dan Fungsi Keperawatan Keluarga


a. Peran perawat keluarga
Dalam upaya memandirikan keluarga untuk merawat anggota keluarga,
sehingga keluarga mampu melakukan fungsi dan tugas kesehatan sebagaimana
yang dikemukakan oleh friedman, yaitu diharapkan keluarga mampu
mengidentifikasi 5 fungsi dasar yaitu : fungsi efektif, sosialisasi, reproduksi,
ekonomi dan fungsi perawatan keluarga. Perawatan kesehatan keluarga adalah
pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk
mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan
keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Peran
perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah :
1) Edukator
Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga agar : keluarga dapat melakukan program asuhan
kesehatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah
kesehatan keluarga.Kemampuan pendidik ini perlu didukung kemampuan
tentang pemahaman bagaimana keluarga dapat melakukan proses belajar
mengajar.
2) Koordinator
Menurut ANA praktek keperawatan komunitas merupakan praktek
keperawatan yang umum, menyeluruh dan berlanjut. Keperawatan
berkelanjutan dapat dilaksanakan, jika direncanakan dan dikoordinasikan
dengan baik. Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang
bekerja dengan keluarga. Klien yang pulang dari rumah sakit memerlukan
perawatan lanjut di rumah, maka perlu koordinasi lanjutan asuhan
keperawatan di rumah. Program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin
pada keluarga perlu pula dikoordinasikan agar tidak terjadi tumpang tindih
dalam penanggulangan. Koordinasi diperlukan pada perawat berkelanjutan
agar pelayanan yang komperensif dapat tercapai.
3) Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung
Kontak pertama perawat pada keluarga dapat melalui anggota
keluarganya yang sakit. Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga
baik di rumah, klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam
memberikan perawatan langsung atau mengawasi keluarga memberikan
perawatan pada anggota keluarga yang sakit di rumah sakit, perawat
memberikan perawatan langsung atau demonstrasi yang disaksikan oleh
keluarga dengan harapan keluarga mampu melakukan di rumah, perawat
dapat mendemonstrasikan dan mengawasi keluarga melakukan peran
langsung selama di rumah sakit atau di rumah oleh perawat kesehatan
masyarakat.
4) Pengawas Kesehatan
Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur untuk
mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5) Konsultan atau penasehat
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga didalam mengatasi
masalah kesehatan. Hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik,
perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya dengan demikian
keluarga mau meminta nasehat kepada perawat tentang masalah pribadi.
Pada situasi ini perawat sangat dipercaya sebagai narasumber dalam
mengatasi masalah kesehatan keluarga.
6) Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah
sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan
keluarga yag optimal.
7) Advokasi
Keluarga seringkali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di
masyarakat, kadang kala keluarga tidak menyadari mereka telah dirugikan,
sebagai advokat klien perawat berkewajiban melindungi hak keluarga,
misalnya keluarga dengan sosial ekonomi lemah sehingga keluarga tidak
mampu memenuhi kebutuhannya, perawat juga dapat membantu keluarga
mencari bantuan yang mungkin dapat memenuhi kebutuhan keluarga.
8) Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga didalam
menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Keluarga
sering tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan karena berbagai
kendala yang ada. Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan
didalam menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi, dan
masalah sosial budaya. Agar dapat melaksanakan peran Fasilitator dengan
baik maka peran perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan
kesehatan misalnya sistem rujukan dan dana sehat.
9) Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah
mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi
ledakan penyakit atau wabah.
10) Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta
lingkungan yang sehat.

b. Fungsi Keperawatan Keluarga


Bagi profesional kesehatan keluarga, fungsi perawatan kesehatan
merupakan pertimbangan vital dalam keluarga. Untuk menempatkannya dalam
perspektif, fungsi ini adalah salah satu fungsi keluarga dan memerlukan
penyediaan kebutuhan-kebutuhan fisik : makan, pakaian tempat tinggal dan
perawatan kesehatan. Dari perspektif masyarakat, keluarga merupakan sistem
dasar dimana prilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan dan
diamankan. Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif
dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit. Lebih jauh lagi
keluarga mempunyai tanggung jawab utama untuk memulai dan
mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para profesional perawatan
kesehatan. Keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan dan
memelihara kesehatan. Keluarga melakukan praktek asuhan kesehatan baik untuk
mencegah terjadi gangguan atau merawat anggota yang sakit. Keluarga pula yang
menentukan kapan anggota keluarga yang terganggu perlu meminta pertolongan
tenaga profesional. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mepengaruhi tingkat kesehatan keluarga dan individu. Tingkat pengetahuan
keluarga tentang sehat-sakit mempengaruhi prilaku keluarga dalam menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga. Misalnya sering ditemukan keluarga yang
menganggap diare sabagai tanda perkembangan, imunisasi menyebabkan peyakit
(anak menjadi demam), mengkonsumsi ikan menyebabkan cacingan.
Kesanggupan keluarga melaksanakan perawatan atau pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang
dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak,lowdermik,Jensen.2004.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosi Keperawatan.Jakarta:


EGC

Friedman,Marily M.1998.Keperawatan Keluarga:Teori Dan Praktek.Jakarta:EGC

Hariyanto,tanto;Imam subekti; Joko wiyono. 2005. Asuhan Keperawatan


Keluarga:Konsep Dan Proses.Malang:Buntara Media

Potter,Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,


Dan Praktek. Jakarta: EGC

Rohmah, Nikmatur dan Saiful walid. 2009. Proses Keperawatan: Teori dan
Aplikasi. Jakarta:Ar-Ruzz Media

Saminem,hajjah. 2008. Kehamilan Normal.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai