Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN

KEJADIAN SKABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LINGKAR TIMUR


KOTA BENGKULU
Sudiyanto
Stikes Dehasen, Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Jl. Merapi Raya No. 43 Kota Bengkulu

Abstract: The purpose of this study was to determine the relationship of personal and
environmental sanitation hyigene with scabies incidence in Puskesmas East Rim Cities
Bengkulu.Penelitian analytic survey was conducted using a cross sectional design, this
study is a sample of the suspected disease scabies in PHC East Rim totaled 76 respondents.
Data collection using questionnaire instruments, after the collected data is processed and
analyzed. Results of research conducted in the region of East Rim Bengkulu city health
centers showed that there was no relationship between the incidence of environmental
sanitation scabies disease where p value = 0.375> (0.05) and no significant relationship
between personal hygiene with disease incidence of scabies in which p value = 0.012, <
(0.05)
Keywords: Personal Hygiene, Genesis scabies
Skabies banyak ditemukan di daerah yang kumuh, taraf sosial ekonomi yang
rendah, dengan keadaan perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan semua ini
tergolong dalam hygiene sanitasi yang buruk.Dibeberapa negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia, penyakit Skabies menempati urutan ke 3 dari 10 urutan
penyakit kulit terbesar pada pelita IV (Sudirman, 2006). Prevalensi penyakit ini sekitar 6
% - 27 % dari populasi umum (Sungkar dalam Kartika, 2008). Insidens Skabies tertinggi
di Jawa Barat. Amirudin dkk, dalam penelitian Skabies di Rumah sakit Dr. Soetomo
Surabaya, menemukan insidens penderita Skabies selama 1983-1884 adalah 2,7%. Abu A
dalam penelitiannya di RSU Dadi Ujung Pandang mendapat insidens Skabies 0,67%
selama 1987-1988 (Harahap, 2005). Prevalensi Skabies di puskesmas seluruh Indonesia
adalah 4,6 % - 12,95 % (Departemen Kesehatan RI).
Skabies merupakan salah satu penyakit kulit yang sering ditemukan pada
individu dengan personal hygiene yang kurang baik dan disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis (sejenis kutu, tungau) dan produknya
pada tubuh. Gejala yang muncul ditandai dengan keluhan gatal , terutama pada malam
hari. Penularan Skabies melalui kontak langsung dan kontak tak langsung. Kontak
langsung terjadi ketika kontak kulit dengan kulit misalnya: berjabat tangan, tidur
bersama, hubungan seksual. Penularan tak langsung melalui benda mi salnya pakaian,
handuk, seprai, bantal (Djuanda, 2007).
Berdasarkan data dari Dinkes Kota Bengkulu Tahun 2009 sebanyak 967
kasus ( 0,35% ) dan pada tahun 2010 sebanyak 1361 kasus ( 0,49 % ), yang terdiri dari 8
kecamatan ( 19 puskesmas ) yang ada di Kota Bengkulu. Puskesmas Ratu Agung 139
kasus, Puskesmas Basuki Rahmad dengan jumlah 299 kasus. Puskesmas Lingkar timur
merupakan puskesmas dengan angka kejadian Skabies tertinggi dibandingkan dengan 18
puskesmas lainya. Tahun 2008 terdapat 289 kasus (33,96 %). Tahun 2009 terdapat 464
kasus (47,98 %).dan tahun 2010 terdapat 707 kasus (51,94 %).

Penyakit kulit bisa disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut


diantaranya adalah faktor lingkungan dan kebiasaan hidup sehari-hari. Lingkungan yang
sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya,
lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit
(Faulkner, 2008).
Survei awal yang peneliti lakukan di Puskesmas Lingkar Timur pada tanggal 27
-30 desember 2011,dari 20 orang pasien didapat 6 orang yang menderita Skabies dan
14 orang tidak menderita skabies. Dari 6 orang penderita skabies terdapat 4 orang
dengan personal hygiene buruk,dan 2 orang penderita dengan personal hygiene baik,
dari 6 orang penderita skabies tersebut terdapat 3 orang yang sanitasi baik dan 3 orang
snitasi nya buruk.
Dari 14 pasien yang tidak menderita skabies di peroleh hasil 9 orang yang
sanitasi buruk dan 5 orang yang sanitasi nya baik. Dari 14 orang tersebut 8 orang
personal hygine nya baik , dan 6 orang personal hygine nya buruk.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan personal hygiene dan
sanitasi dengan kejadian Skabies di wilayah kerja Puskesmas Lingkar timur Kota
Bengkulu.
BAHAN DAN CARA KERJA
Jenis Penelitian ini dilakukan secara survey analitik dengan menggunakan desain
cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berkunjung ke
puskesmas Lingkar Timur pada tahun yaitu sebanyak 218 kasus. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 76 responden. Cara pengambilan sampel dalam penelitian adalah
dengan menggunakan taknik Accidental Sampling
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh dari hasil penyebaran koesiner dan wawancara terhadap responden. Analisis
yang dilakukan pada penelitian adalah analisis univariat untuk melihat distribusi
frekuensi masing-masing variabel independent. Sedangkan analisis bivariat untuk melihat
hubungan antara variabel dengan menggunakan uji Chi-Square (X2) dengan derajat
kemaknaan () 5%.
HASIL
Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan pada masing-masing variabel untuk menggambarkan
distribusi frekuensi masing-masing variabel tersebut. Berdasarkan wawancara dan
observasi terhadap personal hygine, sanitasi lingkungan dan kejadian scabies pada
responden diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1.1.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Skabies di


Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Timur Tahun 2012.
Kejadian Skabies
Skabies
Tidak Skabies
Total

Frekuensi
35
41
76

Presentase
46,1
53,9
100

Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa berdasarkan kejadian skabies sebagian dari responden
(46,1 %) mengalami skabies.

Tabel 1.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Personal Hygine


di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Timur Tahun 2012.
Personal Hygine
Kurang
Baik
Total

Frekuensi
46
30
76

Presentase
60,5
39,5
100

Pada tabel 1.2. dapat dilihat, bahwa berdasarkan personal hygiene, sebagian besar dari
responden (60,5%) mempunyai personal hygiene kurang.
Tabel 1.3.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Sanitasi


Lingkungan di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Timur Tahun 2012.
Sanitasi Lingkungan
Kurang
Baik
Total

Frekuensi
68
8
76

Presentase
89,5
10,5
100

Pada tabel 1.3. dapat dilihat bahwa berdasarkan sanitasi lingkungan,


sebagian dari responden (89,5%) mempunyai sanitasi yang kurang
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan
terikat. Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square (x2), dengan derajat kemaknaan
() 0,05 dan tingkat signifikan 95%. Berikut ini adalah hasil analisis data tersebut :
Tabel 1.4. Hubungan Personal Hygine Dengan Kejadian Skabies di Wilayah Kerja
Puskesmas Lingkar Timur Tahun 2012.

Personal
Hygine
Kurang
Baik
Total

Kejadian Skabies
Tidak
Skabies
Skabies
F
%
f
%
41,
27
58,7
19
3
73,
8
26,7
22
3
53,
35
46,1
41
9

Total
f

46

100

30

100

76

100

X2

6,264

0,012

Dari tabel 1.4 di atas menunjukkan bahwa dari 20 responden yang memiliki
personal hygiene yang baik, 22 (73,3%) tidak mengalami skabies, dan 8 (26,7%)

mengalami skabies. Sedangkan dari 46 responden yang memiliki personal hygiene yang
kurang 19 (41,3%) tidak mengalami skabies dan 27 (58,7%) mengalami skabies.
Berdasarkan uji statistik Chi-Squarediperoleh p Value = 0,012 < (0,05)
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara hubungan personal hygiene
dengan kejadian skabies di wilayah kerja puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu.
Dimana didapatkan p Value lebih kecil dari = 0.05. secara hipotesa yang menyatakan
bahwa ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian skabies di wilayah kerja
puskesmas lingkar timur kota bengkulu. Hal ini terbukti secara statistik, Ha diterima.
Tabel 1.5. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Skabies di Wilayah
Kerja Puskesmas Lingkar Timur Tahun 2012.

Sanitasi
Lingkungan
Kurang
Baik
Total

Kejadian Skabies
Tidak
Skabies
Skabies
F
%
f
%
33
48,5
35
51,5
2
25,0
6
75,0
35
46,1
41
53,9

Total
f
68
8
76

%
100
100
100

X2

0,789

0,375

Dari tabel 1.5 di atas menunjukkan bahwa dari 8 responden yang memiliki
sanitasi lingkungan yang baik, 6 (75,0%) tidak mengalami skabies, dan 2 (25,0%)
mengalami skabies. Sedangkan dari 68 responden yang memiliki sanitasi lingkungan
yang kurang 35 (51,5%) tidak mengalami skabies dan 33 (48,5%) mengalami skabies.
Berdasarkan uji statistik Chi-Squarediperoleh p Value = 0,375 > (0,05)
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara hubungan sanitasi
lingkungan dengan kejadian skabies di wilayah kerja puskesmas Lingkar Timur Kota
Bengkulu. Dimana didapatkan p Value lebih besar dari = 0.05. secara hipotesa yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian
skabies di wilayah kerja puskesmas lingkar timur kota bengkulu. Hal ini terbukti secara
statistik, Ha ditolak.
PEMBAHASAN
Hubungan personal hygiene dengan kejadian skabies di wilayah kerja puskesmas
lingkar timur kota bengkulu.
Berdasarkan tabel 4.4 hubungan personal hygiene dengan kejadian Skabies
di Wilayah Kerja puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu dengan Dilihat dari nilai P
diketahui bahwa nilai p 0,012, karena nilai p < 0,05 maka Ho ditolak artinya secara
statistik dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara hubungan personal
hygiene dengan kejadian Skabies di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Timur Kota
Bengkulu.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Harahap, M, (2000), bahwa
penyakit Skabies merupakan penyakit endemi pada banyak masyarakat. Penyakit ini
dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia dan dapat mengenai semua
umur. Salah satu faktor penyebabnya adalah hygiene yang jelek
Menurut peneliti selain faktor-faktor diatas, ada juga faktor yang dapat
mempengaruhi penyakit Skabies seperti air (sungai, PAM sumur), lingkungan (bersih,

kotor), walaupun sabun yang dipakai bersih namun bila airnya tidak bersih maka akan
memungkinkan timbulnya penyakit Skabies, begitu juga dengan peralatan tidur, pakaian,
handuk, cara mandi, akan terjadi hal yang sama bila tidak bersih dalam pemakaian dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan personal hygiene.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Soekidjo N (1997) bahwa
perilaku manusia dalam menjaga kebersihan pribadi juga ikut mempengaruhi penyebaran
penyakit Skabies. Resevoir Skabies adalah manusia sehingga penularan dapat terjadi
secara langsung dari orang ke orang atau tidak langsung lewat peralatan seperti
bergantian handuk atau pakaian dengan penderita Skabies (Juli soemirat, 2002). Dapat
pula terjadi bila memakai tempat tidur yang digunakan penderita Skabies (Jan A.
Rozendaal).
Hubungan sanitasi lingkungan
dengan kejadian skabies di wilayah kerja
puskesmas lingkar timur kota bengkulu.
Berdasarkan tabel 1.5 hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian Skabies di
Wilayah Kerja puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu dengan Dilihat dari nilai p
diketahui bahwa nilai p 0,375 karena nilai p > 0,05 maka Ho diterima artinya secara
statistik dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara hubungan
sanitasi lingkungan dengan kejadian Skabies di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Timur
Kota Bengkulu.
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara sanitasi lingkungan dengan kejadian penyakit skabies dan responden yang
memiliki sanitasi lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat belum tentu merupakan
faktor risiko untuk terkena penyakit skabies.
Berdasarkan pengamatan peneliti sebagian besar warga di wilayah Kerja
Puskesmas Lingkar Timur sanitasi lingkungan nya tidak memenuhi syarat walaupun desa
ini bukan merupakan daerah yang kumuh, seperti ventilasi yang tertutup, jendela tidak
dibuka, hal ini dikarenakan rutinitas setiap hari, orang tua responden maupun responden
pergi ke pasar untuk berdagang karena mayoritas warga adalah pedagang, disamping
sebagian dari mereka pergi sebagai buruh.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Lingkar
Timur dapat di peroleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian dari responden 60,5% memiliki personal hygiene yang kurang.
2. Sebagian responden 89,5% memiliki sanitasi lingkungan yang kurang
3. Sebagian responden 46,1% mengalami skabies.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara personal hygiene dengan kejadian
Skabies di Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu. Berdasarkan uji statistic chi
square dengan P.Value 0.012 lebih kecil dari = 0.05.
5. Berdasarka hasil penelitian di peroleh bahwa tidak hubungan yang signifikan
antara hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian Skabies di Wilayah Kerja
puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu. Dilihat dari nilai p diketahui bahwa
nilai p 0,375 karena nilai p > 0,05.

DAFTAR PUSTAKA

Cak

Moki. 2007. Skabies : Kulit Gatal Bikin Sebal. http://www.k-sateedu/parasitlogy/625tutorials/Anthropods01.html (diakses 14 Desember 2011).
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. 2010. Bidang Informasi Kesehatan.Bengkulu
Djuanda, Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ( edisi 5). Jakarta: FKUI
Harahap, Marwali. 2005. Ilmu Penyakit Kulit (cetakan ke 2). Jakarta: Hipokratos
Iskandar, T. 2000. Masalah scabies pada hewan dan manusia serta penanggulangannya.
Wartoza. Vol. 10, No. 1. Hal 28-34
Kartika. H. 2006. Skabies. http://henykartika. Wordpers.com /2008/02/24/scabies,
( diakses 10 Januari 2012).
Mansjoer, Arif. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. (jilid 2). Jakarta:FKUI
Natoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Priyo susanto, 2009. Statistik Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo
Sudirman. T. 2006. scabies : Masalah Diagmosis dan Pengobatan. Majalah Kesehatan
Damianus. Vol. 5, No. 3. September 2006. Hal : 177-190
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dehasen Bengkulu. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi Program
Studi S 1 Kesehatan Masyarakat. Bengkulu
Wardhani. 2007. Hubungan Praktek Kebersihan Diri Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri
Dengan Kejadian Skabies Pada Pemulung di TPA Bukung Bandar Lampung. Skripsi.
Semarang. UNDIP.
Marufi I, Keman S, Notobroto HB. 2007. Faktor sanitasi lingkungan yang berperan
terhadap prevalensi penyakit scabies,
http://www.journal.unair.ac.id/login/journal/filer/kesling
( diakses 3 desember 2012 )
Ditjen PPM & PLP, 2000, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Jakarta: DepKes RI

Anda mungkin juga menyukai