Anda di halaman 1dari 33

IMPLEMENTASI LESSON STUDY

TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR


DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS XI IPA
SMA NEGERI 3 RAHA MELALUI
METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
PADA POKOK BAHASAN TERMOKIMIA

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :
SITTI LILIS PERMATASARI
A1C4 13 037

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan Rahmat, Hidayah, serta InayahNya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan proposal penelitian ini. Penyusun juga tidak lupa menyampaikan
shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabat yang tetap setia hingga akhir zaman.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada Dosen Pembimbing
yang telah membantu menjelaskan tata cara penulisan (penyusunan) proposal dan
menjelaskan isi materi terkait proposal penelitian ini dengan judul penelitian
yaituImplementasi Lesson Study terhadap Peningkatan Hasil Belajar dan
Aktivitas Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Raha Melalui Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pokok Bahasan Termokimia.
Demikianlah pengantar dari penyusun. Semoga proposal penelitian ini
dapat bermanfaat bagi teman-teman pembaca serta penyusun pribadi. Mohon
maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan proposal penelitian ini.
Penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari paca
pembaca sekalian. Selamat membaca

Kendari, 06 Januari 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

iii

DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR GAMBAR

BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
7
1.4. Manfaat Penelitian

6
7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Kajian Teori
2.1.1. Hasil Belajar
2.1.2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
2.1.3. Lesson Study
2.2. Kerangka Pemikiran
2.3. Hipotesis Tindakan
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
22
3.3. Faktor yang Akan Diteliti
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Siklus Pertama
3.4.2. Siklus Kedua
3.4.3. Siklus Ketiga
3.5. Teknik Pengumpulan data
3.6. Indikator Kerja
25
3.7. Teknik Analisis data
3.7.1. Analisis Deskriptif Pengamatan Aktivitas Siswa
3.7.2. Analisis Hasil Belajar
3

8
8
9
12
20
21
22
22
23
23
24
25
25
25
25
26

DAFTAR PUSTAKA

27

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Fase Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

10

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skema kegiatan Lesson Study

14

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran

20

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

23

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia mengalami pergantian beberapa kurikulum.

Kurikulum yang saat ini dianut Indonesia adalah KTSP atau yang lebih dikenal
dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Perubahan kurikulum KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) menjadi KTSP adalah salah satu inovasi dalam
bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh.
Peningkatan kualitas ini dapat dilihat dari bentuk penguasaan kompetensi sebagai
target dan indikator keberhasilan belajar ssiswa di sekolah. Namun dengan
penerapan KTSP pada tahun pelajaran 2006/2007 banyak sekolah yang belum siap
untuk mengimplementasikan KTSP. Salah satu karakteristik KTSP yang
mempunyai ciri-ciri proses pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi serta sumber belajar tidak terbatas pada guru tetapi dapat
dilengkapi dengan berbagai sumber lain yang relevan, menuntut setiap guru untuk
lebih kreatif dan inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran. Penggunaan model
pembelajaran yang bervariatif dapat menunjang keberhasilan belajar siswa. Salah
satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
Seperti yang tertuang dalam Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki
posisi penting di antara komponen-komponen pendidikan lainnya. Dapat
dikatakan bahwa seluruh komponen dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan
semata-mata terarah kepada pencapaian tujuan tersebut.
Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dirancang dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah
satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah antara lain dengan
cara perbaikan proses pembelajaran. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang
proses pembelajaran di sekolah telah muncul dan berkembang seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai ujung tombak
pelaku pendidikan di sekolah menduduki posisi strategis dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia dituntut terus mengikuti berkembangnya
konsep-konsep baru dalam proses pembelajaran (Fathurrohman, 2007).
Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan strategi
pembelajaran yang diharapkan mampu memperbaiki mutu pendidikan selama ini.
Salah satu tolak ukur keberhasilan guru adalah bila dalam proses belajar mengajar
mampu meningkatkan aktivitas siswa, sehingga prestasi belajarnya secara tidak

langsung akan optimal. Keberhasilan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan


guru dalam meramu dan mengelola kegiatan belajar mengajar di kelas.
Komunikasi dua arah secara timbal balik sangat memungkinkan
tercapainya aktivitas dan interaksi belajar yang optimal, yang pada akhirnya
mengarah kepada pencapaian hasil belajar yang maksimal. Untuk mencapai hasil
belajar yang maksimal guru harus memiliki kemampuan dalam menciptakan
situasi belajar yang melibatkan siswa secara aktif sekaligus membangun motivasi
dan aktivitas yang memadai. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan
menerapkan model pembelajaran dengan berbagai strategi dan metode
(Rachmadiarti, 2003).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di SMA Negeri 3 Raha,
dan hasil diskusi dengan guru kimia di sekolah tersebut diperoleh informasi
bahwa hasil belajar Kimia kelas XI IPA semester Ganjil tahun ajaran 2015/2016
pada materi termokimia sudah mencapai kompetensi yang diharapkan yakni ratarata 75 % dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal tersebut dikarenakan
masih rendahnya standar KKM yang diberikan kepada siswa yaitu 65 untuk mata
pelajaran kimia di kelas XI IPA. Namun sehubungan dengan dinaikannya standar
KKM pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 ini, maka ada keraguan
terhadap hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA, apakah hasil belajar siswa akan
mencapai standar KKM nasional dengan nilai 76 untuk mata pelajaran kimia atau
tidak. Disamping itu pula, tampak bahwa pendekatan yang digunakan oleh
sebagian besar guru masih tradisional, yaitu guru cenderung menggunakan teknik
ceramah dan jarang menggunakan model diskusi, sehingga, ada saja siswa yang

kurang aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini membawa dampak rendahnya
motivasi siswa dalam belajar maupun berkompetisi sehingga siswa kurang
memahami materi yang telah diajarkan.
Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dilakukan perbaikan kualitas
pembelajaran yang komprehensif yang dimulai dari sekolah-sekolah agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Perbaikan tersebut setidaknya harus meliputi dua
komponen yaitu peningkatan profesi keguruan bagi guru-guru dan kualitas
pembelajaran. Berawal dari itu, maka perlu adanya pengembangan model
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui implementasi Lesson Study.
Lesson study merupakan kegiatan riset untuk mengkaji metodologi yang
digunakan selama di kelas dan berbagi hasil observasi untuk meningkatkan mutu
pembelajaran. Lesson study juga merupakan strategi mengkaji berbagai aspek
pembelajaran agar siswa belajar optimal. Aspek pembelajaran di antaranya adalah
siswa, kurikulum, bahan ajar, metode pembelajaran, media, pengelolaan kelas dan
assesmen, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran karena
dalam Lesson Study terdapat sejumlah indikator yang dapat meningkatkan
kompetensi guru dan meningkakan proses pembelajaran, motivasi dan aktivitas
siswa dalam PBM. Indikator-indikator tersebut antara lain (1) pengembangan
Lesson Study dilakukan dan didasarkan pada hasil sharing pengetahuan
profesional para guru yang terlibat, (2) penekanan yang mendasar pada Lesson
Study adalah agar para siswa memiliki kualitas belajar yang tinggi, (3) dalam
Lesson Study disusun oleh para guru secara kolaboratif, maka mereka dapat (a)

menentukan secara bersama-sama tujuan pembelajaran yang cocok dengan


kondisi peserta didik, (b) mengkaji dan meningkatkan pembelajaran yang
bermanfaat bagi siswa, (c) merencanakan pembelajaran yang kolaboratif dan
efektif, serta (d) melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan,
serta (4) adanya open class memungkinkan guru-guru (pengajar) lain dapat
melihat secara langsung model pembelajaran yang dilakukan oleh guru (pengajar)
model untuk kemudian dilakukan refleksi.
Model pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hal ini didukung dengan hasil penelitian sebelumnya (Wulandari, 2010)
menyimpulkan bahwa pembelajaran tipe STAD nenunjukkan adanya peningkatan
prestasi belajar matematika pada kelas VII.D SMP Negeri Godean.
Slavin

dalam

Trianto

(2007)

menyatakan

bahwa

pada

model

pembelajaran tipe STAD menempatkan siswa dalam tim belajar yang


beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi,
jenis kelamin, dan suku yang berbeda (heterogen). Guru menyajikan materi
pelajaran dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan
bahwa seluruh anggota tim telah menguasai materi pelajaran tersebut.
Sedangkan Lesson Study merupakan salah satu strategi pengembangan
profesi guru dalam mengembangkan pembelajaran secara bersama-sama, salah
seorang guru bertugas melaksanakan pembelajaran, guru lainya mengamati belajar
siswa. Proses ini dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Pada akhir kegiatan
guru-guru berkumpul dan melakukan tanya jawab tentang pembelajaran yang
dilakukan, merevisi dan menyusun pembelajaran berikutnya berdasarkan hasil

diskusi. Lesson Study dilakukan tiga tahapan yaitu Plan (merencanakan), Do


(melaksanakan), dan See (merefleksi). Lesson Study mempertimbangkan tujuan
pembelajaran dan perkembangan siswa, meningkatkan pengetahuan tentang
pembelajaran, serta meningkatkan kemampuan mengobservasi aktivitas belajar.
Hal lain yang terpenting di dalam kegiatan Lesson Study adalah berkelanjutan
proses belajar yang dilakukan guru-guru dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran sehari-hari sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara umum.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
sebuah penelitian dengan judul : Implementasi Lesson Study Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri
3 Raha Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Pada Pokok Bahasan
Termokimia.
1.2.

Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Implementasi


Lesson study dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe
STAD pada Pelajaran Kimia Materi Termokimia Pada Siswa Kelas XI IPA
di SMA Negeri 3 Raha ?
2. Bagaimanakah Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Implementasi
Lesson study dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe
STAD pada Pelajaran Kimia Materi Termokimia Pada Siswa Kelas XI IPA
di SMA Negeri 3 Raha ?

1.3.

Tujuan Penelitian

1. Untuk

mengetahui

Peningkatan Aktivitas

Belajar Siswa Melalui

Implementasi Lesson study dengan Menggunakan Metode Pembelajaran


Kooperatif tipa STAD pada Pelajaran Kimia Materi Termokimia Pada
Siswa Kelas XI IPA di SMA Negeri 3 Raha.
2. Untuk mengetahui Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Implementasi
Lesson study dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif tipa
STAD pada Pelajaran Kimia Materi Termokimia Pada Siswa Kelas XI IPA
di SMA Negeri 3 Raha.
1.4.

Manfaat Penelitian

1. Bagi guru, khususnya guru Kimia di SMA Negeri 3 Raha dapat membantu
pemilihan model pembelajaran yang tepat, menciptakan terjadinya
pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan belajar siswa dan
meningkatkan kolaborasi pada sesama guru.
2. Bagi sekolah, dapat menjadi salah satu dasar dan masukkan untuk
perbaikan pembelajaran secara berkesinambungan
3. Bagi penulis, merupakan suatu latihan awal dalam sebuah karya ilmiah
sehingga penelitian-penelitian selanjutnya dapat berjalan dengan baik dan
menambah pengetahuan sebagai calon guru dalam menentukan suatu
model pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Kajian Teori

2.1.1. Hasil Belajar


Hasil belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga disebut sebagai
prestasi belajar. Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan
belajar. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan
sebagainya). Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai penguasaan pengetahuan
atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan
dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru (Situnggang, 2003). Prestasi
belajar dapat memberikan kepuasan kepada orang yang melakukan suatu
pekerjaan, khususnya orang yang menuntut ilmu. Prestasi belajar meliputi
segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses
belajar.
Hasil belajar merupakan salah satu indikator dari perubahan-perubahan
yang terjadi pada diri individu setelah menjalani proses belajar, dimana untuk
mengungkapkannya biasa menggunakan suatu alat penilaian yang disiapkan oleh
guru. Menurut Nasution (1982) bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi
pada individu yang belajar meliputi pengetahuan, kecakapan, kebiasaan,
pengertian, penghargaan dan penguasaan diri pribadi individu yang belajar.
Howard Kingsley dalam Sudjana (1989) memberikan tiga macam hasil belajar

yaitu: pengetahuan, keterampilan dan sikap yang masing-masing golongan dapat


diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
merupakan ukuran keberhasilan seorang siswa setelah mengikuti proses belajar
disuatu tempat tertentu yang diketahui dengan memberikan tes hasil belajar
sebagai alat ukur.
2.1.2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkins dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada
belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap
minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam satu kelas tertentu
dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang dan setiap kelompok
haruslah heterogen laki-laki dan perempuan dari berbagai suku, memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar
kegiatan atau perangkat belajar yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya
dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran
melalui tutorial (Ibrahim, 2000).
Terdapat 6 langkah atau fase dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD,
yaitu : a) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa; b) menyajikan materi; c)
mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar; d) membimbing
siswa bekerja/belajar kelompok; e) melakukan evaluasi; dan f) memberikan

10

penghargaan kepada siswa secara berkelompok. Dalam kaitannya dengan kegiatan


guru pada setiap fase dapat dilihat pada table 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Fase Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Fase Pembelajaran
Tingkah Laku Guru
Fase 1. Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
memotivasi siswa
yang ingin dicapai dan memotivasi siswa
belajar.
Fase 2. Menyampaikan materi Guru menyajikan materi pelajaran kepada
pembelajaran
siswa lewat bahan bacaan.
Fase 3. Mengorganisasi siswa ke Guru menjelaskan cara membentuk
dalam kelompok-kelompok belajar kelompok agar melakukan transisi secara
efisien dalam belajar
Fase 4. Membimbing siswa belajar Guru membimbing kelompok-kelompok
dalam kelompok
belajar melalui catatan terbimbing,
menyimpulkan dan meringkas materi
pelajaran
Fase 5. Melakukan evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar siswa
menentukan
skor
individual
dan
kemajuannya,
tiap
kelompok
mempersentasikan hasil kerjanya dan
menetukan skor rata-rata kelompok.
Fase 6. Memberikan penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok, memberikan penghargaan
kepada kelompok.
(Ibrahim, 2000).
Secara operasional penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat mengikuti langkah-langkah umum sebagai berikut :
Langkah Pertama : Persiapan
Tahap ini, guru menyusun rencana pembelajaran dengan menganalisis
materi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada tahap ini kelompok sudah dapat
dibentuk agar tidak memakan waktu lama jika ditemukan dalam kelas pada saat
pembelajaran sedang berlangsung. Dalam pembentukan kelompok tiap kelompok

11

beranggotakan 4-5 orang siswa yang terdiri dari siswa yang berkemampuan
tinggi, sedang dan rendah serta dari jenis kelamin dan etnis yang heterogen.

Langkah Kedua : Penyajian Materi


Kegiatan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD pada awalnya
diperkenalkan melalui penyajian materi dalam kelas dilakukan sebelum siswa
melakukan kegiatan belajar kelompok.
Langkah Ketiga : Interaksi Kelompok
Kerja kelas, guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada setiap
siswa sebagai bahan yang akan dipelajari atau tugas yang akan dikerjakan. Dalam
kerja kelompok setiap siswa berbagi dalam mengerjakan tugas-tugas, dan
selanjutnya saling memberi informasi hasil pekerjaannya. Jika ada siswa yang
belum memahami, maka temannya bertanggung jawab untuk menjelaskan karena
akhir tahapan belajar mengajar guru mengambil salah satu pekerjaan siswa dalam
setiap kelompok sebagai penilaian.
Langkah Keempat : Penyajian Hasil Belajar Interaksi
Mengkaji hasil belajar siswa baik dalam proses maupun setelah
pembelajaran maka guru harus memberikan tes akhir, diberikan pada saat akhir
pembelajaran. Gunanya adalah untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dan
pemahaman siswa tentang materi Sistem Gerak Pada Manusia.
Langkah Kelima : Penskoran Kemajuan Individu
Tahap ini guru menghitung skor kemajuan individu berdasarkan skor
sebelumnya (skor awal) yang ditetapkan sebagai skor standar. Berdasarkan skor

12

awal, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan


sumbangan skor maksimal terhadap kelompoknya sesuai dengan skor maksimal
yang diperolehnya. Selanjutnya, berdasarkan skor kemajuan individu, guru
menghitung rata-rata skor kemajuan kelompok, yang digunakan untuk
menentukan kelompok unggul atau terbaik. Jadi setiap individu memiliki
kontribusi terhadap pencapaian skor rata-rata kelompoknya.
Tahap ini guru memberikan penghargaan kelompok setelah melakukan
tes dan melakukan perhitungan skor rata-rata kelompok dilakukan dengan cara
menjumlahkan masing-masing sumbangan skor individu anggota kelompok dan
hasilnya dibagi sesuai dengan jumlah anggota, sehingga mendapat skor rata-rata
kelompok inilah yang dijadikan dasar bagi guru untuk memberikan hadiah kepada
kelompok unggul.
2.1.3. Lesson Study
2.1.3.1.

Pengertian Lesson Study


Lesson Study merupakan terjemahan dari bahasa Jepang jugyo yang

berarti lesson atau pembelajaran dan kenkyu yang berarti study atau pengkajian.
Lesson study, yang dalam bahasa Jepangnya jugyou kenkyuu, adalah sebuah
pendekatan untuk melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran di Jepang.
Perbaikan-perbaikan pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses-proses
kolaborasi antar para guru. Lewis (2002) mendeskripsikan proses-proses tersebut
sebagai langkah-langkah kolaborasi dengan guru-guru untuk merencanakan
(plan), mengamati (observer), dan melakukan refleksi (reflect) terhadap
pembelajaran (lessons). Lebih lanjut, Lewis menyatakan, bahwa Lesson Study

13

adalah suatu proses yang kompleks, didukung oleh penataan tujuan secara
kolaboratif, pencermatan dalam pengumpulan data tentang belajar siswa, dan
kesepakatan yang memberi peluang diskusi yang produktif tentang isu-isu yang
sulit. Lesson Study pada hakikatnya merupakan aktivitas berkesinambungan yang
memiliki implikasi praktis dalam pendidikan. Berdasarkan uraian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa Lesson Study adalah suatu model pembinaan profesi
pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan
berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutuallearning untuk membangun
komunitas belajar (Sutopo, 2006).
Secara sederhana Lesson Study ada tiga tahapan kegiatan yaitu sebagai berikut :
1.

Perencanaan (Plan)
Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan pembelajaran yang
diyakini mampu membelajarkan siswa secara efektif serta membangkitkan
partisipasi siswa dalam pembelajaran.Dalam perencanaan, guru secara
kolaboratif

berbagi

ide

menyusun

rancangan

pembelajaran

untuk

menghasilkan cara-cara pengorganisasian bahan ajar, proses pembelajaran,


maupun penyiapan alat bantu pembelajaran. Sebelum diimplementasikan
dalam kelas, rancangan pembelajaran yang telah disusun kemudian
disimulasikan. Pada tahap ini ditetapkan prosedur pengamatan dan instrumen
yang diperlukan dalam pengamatan.
2. Pelaksanaan (Do)
Tahap pelaksanaan Lesson Study bertujuan untuk mengimplementasikan
rancangan pembelajaran. Dalam proses pelaksanaan tersebut, salah satu guru

14

berperan sebagai pelaksana (Guru model) Lesson Study dan guru yang lain
sebagai pengamat. Fokus pengamatan bukan pada penampilan guru yang
mengajar, tetapi lebih diarahkan pada kegiatan belajar siswa dengan
berpedoman pada prosedur dan instrumen yang telah disepakati pada tahap
perencanaan. Pengamat (Observer) tidak diperkenankan mengganggu proses
pembelajaran.
3. Refleksi (See)
Tujuan refleksi adalah untuk menemukan kelebihan dan kekurangan
pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan diawali dengan penyampaian kesan dari
pembelajar (guru model) dan selanjutnya diberikan kepada pengamat. Kritik
dan saran diarahkan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dan
disampaikan secara bijak tanpa merendahkan atau menyakiti hati guru model
yang membelajarkan. Masukan yang positif dapat digunakan untuk
merancang kembali pembelajaran yang lebih baik.
Tahapan-tahapan kegiatan Lesson Study dapat memfasilitasi peningkatan
kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Skema kegiatan Lesson Study disajikan pada Gambar 2.1
PLAN
(Merencanakan)

DO
(Melaksanakan)
SEE
(Merefleksi)

Gambar 2.1 Skema Kegiatan Lesson Study


2.1.3.2.

Penerapan Lesson Study Dalam Pembelajaran

15

Lesson

Study

dapat

meningkatkan

profesionalisme

guru,

maka

pelaksanaan Lesson Study secara berkesinambungan diyakini dapat meningkatkan


praktik-praktik

pembelajaran

sehari-hari.

Peningkatan

praktik-praktik

pembelajaran akan bermuara pada peningkatan kualitas proses dan produk belajar
siswa. Dalam praktik pembelajaran, secara operasional Lesson Study dapat
dilaksanakan melalui 6 (enam) tahapan, yaitu (1) membentuk kelompok LS, (2)
memfokuskan LS, (3) Merencanakan Research Lesson (RL), (4) membelajarkan
dan mengamati RL, (5) mendiskusikan dan menganalisis RL, dan (6)
merefleksikan dan merencanakan kembali LS.
Tahapan Pertama : Membentuk Kelompok Lesson Study
Tahapan pertama ini, ada empat langkah kegiatan yang dapat dilakukan
yaitu sebagai berikut :
a) Merekrut anggota kelompok dari guru, dosen, pejabat pendidikan, dan
pemerhatipendidikan. Kriteria anggota adalah memiliki komitmen minat, dan
kemauan untuk melakukan inovasi dan memperbaiki kualitas pendidikan.
b) Membuat komitmen untuk menyediakan waktu khusus guna mewujudkan
atau mengimplementasikan Lesson Study. Para anggota kelompok biasanya
menyelenggarakan pertemuan rutin baik mingguan, bulanan, semesteran,
maupun tahunan dalam tahun ajaran tertentu.
c) Menyusun jadwal pertemuan tertentu mengingat pertemuan sangat sering dan
beragam. Jadwal juga sangat berguna dalam mengatur semua tugas yang
terkait dengan kegiatan anggota kelompok, termasuk tugas mengajar rutin.

16

d) Menyetujui aturan main kelompok, antara lain bagaimana cara mengambil


keputusan kelompok, bagaimana membagi tanggung jawab antar anggota
kelompok, penggunaan waktu, dan bagaimana menyampaikan saran,
termasuk bagaimana menetapkan siapa yang menjadi fasilitator diskusi.

Tahapan Kedua : Memfokuskan Lesson Study


Tahapan ini, ada tiga langkah kegiatan yang dapat dilakukan, yaitu
sebagai berikut:
a) Menyepakati tema penelitian untuk Lesson Study. Tema penelitian dipilih
dengan memperhatikan tiga hal. Pertama, bagaimana kualitas aktual para
siswa saat sekarang. Kedua, apa kualitas ideal para siswa yang diinginkan di
masamendatang. Ketiga, adakah kesenjangan antara kualitas ideal dan
kualitas aktual para siswa yang menjadi sasaran Lesson Study. Kesenjangan
inilah yang dapat diangkat menjadi bahan tema penelitian.
b) Memilih mata pelajaran untuk Lesson Study. Sebagai panduan memilih mata
pelajaran dapat menggunakan pertanyaan berikut. Pertama, mata pelajaran
apa yang paling sulit bagi siswa. Kedua, mata pelajaran apa yang paling sulit
diajarkan oleh guru. Ketiga, mata pelajaran apa yang ada pada kurikulum
baru yang ingin dikuasai dan dipahami oleh guru.
c) Memilih topik (unit) dan pelajaran (lesson). Topik yang dipilih sebaiknya
adalah topik yang menjadi dasar bagi topik belajar berikutnya, topik yang
selalu sulit bagi siswa atau tidak disukai siswa, topik yang sulit diajarkan atau
tidak disukai guru,atau topik yang baru dalam kurikulum. Setelah topik

17

dipilih selanjutnya menetapkan tujuan topik tersebut. Berdasarkan tujuan


topik ini ditetapkan beberapa pelajaran yang akan menunjang tercapainya
tujuan topik tersebut.

Tahapan Ketiga : Merencanakan Research Lesson (RL)


Merencanakan suatu Research Lesson, ada tiga langkah kegiatan, yang
harus dilakukan yaitu sebagai berikut:
a) Mengkaji pelajaran yang sedang berlangsung atau yang sudah ada.
b) Mengembangkan suatu rencana untuk memandu belajar. Rencana untuk
memandu

siswa

belajar

akan

memandu

pelaksanaan

pembelajaran,

pengamatan, dan diskusi tentang RL serta mengungkap temuan yang muncul


selama Lesson Studyberlangsung. Dalam merencanakan Research Lesson
secara efektif, dapat dilakukan dengan memikirkan jawaban dari dua buah
pertanyaan berikut. Pertama, perubahan-perubahan apa saja yang akan terjadi
pada siswa selama pembelajaran berlangsung? Kedua, apa saja yang dapat
dilakukan untuk membangkitkan motivasi instrinsik siswa? Rencana research
lesson ini biasa ditulis dalam suatu tabel yang memuat tiga atau empat kolom.
Kolom-kolom tersebut memuat (a) pertanyaan, masalah, dan kegiatan yang
harus dikemukakan oleh guru, (b) antisipasi jawaban-jawaban siswa, (c)
jawaban-jawaban yang direncanakan guru untuk siswa, (d) butir-butir yang
perlu dicatat selama pelajaran (atau evaluasi). Untuk memandu
perencanaan research lesson dapat menggunakan pertanyaan pertanyaan

18

berikut: apa yang saat ini dipahami oleh siswa tentang topik ini? Apa yang
diinginkan untuk dipahami siswa pada akhir pembelajaran? Apa rentetan
pertanyaan dan pengalaman yang akan mendorong siswa untuk berpindah
dari pemahaman awal menuju pemahaman yang akan diinginkan? Bagaimana
siswa akan menjawab pertanyaan dan beraktivitas pada pembelajaran
tersebut? Apa masalah yang akan muncul? Bagaimana guru akan
menggunakan ide dan miskonsepsi untuk meningkatkan pelajaran tersebut?
Apa yang akan membuat pelajaran ini mampu memotivasi dan bermakna bagi
siswa? Apa bukti tentang belajar siswa, memotivasi siswa, perilaku siswa
yang harus dikumpulkan agar guru dapat mendiskusikan pembelajaran itu dan
membahasnya dalam tema penelitian yang lebih luas? Apa sajakah format
pengumpulan data yang diperlukan?
c) Mengundang pakar dari luar (bila memungkinkan). Pakar bisa dari guru,
dosen, atau peneliti yang memiliki pengetahuan tentang bidang studi dan atau
bagaimana membelajarkannya.
Tahapan Keempat : Membelajarkan dan Mengamati Research Lesson
Research Lesson yang telah direncanakan sudah dapat diimplemetasikan
dan diamati. Salah satu guru yang telah disepakati ditunjuk untuk membelajarkan
pelajaran (lesson) yang sudah ditetapkan, sedangkan anggota kelompok lain
sebagai pengamat. Pengamat berbagi tugas dan tugas utamanya adalah hanya
untuk mempelajari pembelajaran yang berlangsung, bukan membantu siswa.
Untuk mendokumentasikan research lesson dapat dilakukan dengan menggunakan

19

audiotape, vediotape, handycam, kamera, karya siswa, dan catatan observasi


naratif.
Tahapan Kelima : Mendiskusikan dan Menganalisis Research Lesson
Research Lesson yang sudah diimplementasikan perlu didiskusikan dan
dianalisis. Diskusi dan analisis diharapkan memuat hal-hal sebagai berikut:
refleksi instruktur, latar belakang anggota kelompok LS, presentasi dan diskusi
tentang data dari RL, diskusi umum, komentator dari luar (opsional), dan ucapan
terima kasih. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan diskusi, adalah
sebagai berikut :
a) Diskusi dilaksanakan segera, pada hari yang sama.
b) Pembelajar diberi kesempatan pertama mengemukakan kesulitan yang
dihadapi dalam pembelajaran.
c) Pembelajaran yang dilaksanakan merupakan milik pembelajaran semua
anggota kelompok (pembelajaran kita bukan pembelajaran saya).
d) Instruktur atau guru yang merencanakan pembelajaran perlu menceritakan
alasannya dan menjelaskan perbedaan antara rencana dan apa yang telah
terlaksana.
e) Diskusi difokuskan pada data yang dikumpulkan oleh pengamat.
f) Waktu diskusi digunakan secara efektif dan efisien.
Tahapan Keenam : Merefleksikan Lesson Study dan Merencanakan Tahapan
Berikutnya
Saat merefleksikan Lesson Study perlu dipikirkan tentang apa yang sudah
berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana dan apa yang masih perlu
diperbaiki. Selanjutnya perlu juga dipikirkan apa yang harus dilakukan kelompok
lesson study. Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan untuk membantu

20

guru dalam melakukan refleksi. (a) Apakah yang berguna atau bernilai tentang
lesson study yang dikerjakan bersama? (b) Apakah lesson study membimbing guru
untuk berpikir dengan cara baru tentang praktek pembelajaran sehari-hari? (c)
Apakah lesson study membantu mengembangkan pengetahuan guru tentang mata
pelajaran serta pengetahuan tentang belajar dan perkembangan siswa? (d) Apakah
lesson study menarik bagi semua guru?

2.2.

Kerangka Pemikiran
Secara umum hasil belajar dan penguasaan terhadap konsep-konsep

kimia masih berada dalam kategori rendah. Untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar serta penguasaan terhadap konsep dasar kimia guru diharapkan
mampu berkreasi dengan menerapkan model ataupun pendekatan dalam
pembelajaran yang cocok dengan karakteristik materi yang akan diajarkan.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Penelitian Lesson
Study) tidak hanya menguasai konsep dan materi pelajaran, tetapi juga memberi
rangsangan pemikiran siswa ke dalam suasana aksi dan melibatkan siswa lebih
aktif dalam kelas, lebih komunikatif antara siswa dengan guru, maupun antara
siswa dengan siswa dalam membuat proses pemikiran yang lebih optimal. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.2
Guru Mengajar
Model Pembelajaran
Pendekatan Lesson study
Plan
(Merencanakan)

Do
(Melaksanakan)

See
(Merefleksi)

21

Observer

Refleksi

Observer

Evaluasi
Hasil Belajar Siswa
Ganbar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran

2.3.

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka, maka hipotesis penelitian ini adalah

Implementasi Lesson study Dapat Meningkatan Hasil belajar dan aktivitas Siswa
Melalui Model Pembelajaran STAD dalam Pokok Bahasan Termokimia Pada
Siswa Kelas XI IPA di SMA Negeri 3 Raha.

22

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan pada semester ganjil Tahun

Pelajaran 2016/2017 pada materi termokimia bertempat di SMA Negeri 3 Raha.

3.2.

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA di SMA

Negeri 3 Raha. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA
Negeri 3 Raha yang berjumlah 36 siswa.

3.3.

Faktor yang Akan Diteliti


Faktor-faktor yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :
a. Faktor Siswa
1. Mengamati bagaimana kemampuan siswa dalam mempelajari dan
menyelesaikan soal kimia khususnya pada materi termokimia.
2. Mengamati aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung
b. Faktor guru
1. Mengamati persiapan administrasi dan perangkat pembelajaran serta
bagaimana memodelkan pembelajaran itu sesuai dengan fasenya.
2. Mengorganisasi dan membimbing siswa selama menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Lesson Study,

23

serta materi ajar yang digunakan apakah sesuai dengan kompetensi dasar
dan indikator hasil belajar.

3.4.

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini menggunakan metode pengembangan sistem

pembelajaran yang diterapkan adalah lesson research dengan Lesson study model
Lewis (2002), dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
Pelaksanaanya direncanakan berlangsung dalam 4 siklus yang disesuaikan dengan
alokasi waktu dan pokok bahasan yang dipilih yaitu materi termokimia. Setiap
siklus terdiri dari 3 kegiatan, yaitu, Perencanaan (plan), Pelaksanaan dan
Observasi (do), Refleksi (see).

PLAN 1

DO 1

SEE 1

SEE 2

DO 2

PLAN 2

PLAN 1

DO 3

SEE 3

SEE 2

DO 2

PLAN 2

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian


3.4.1. Siklus Pertama
a. Perencanaan (plan), tahap perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini secara berkolaborasi adalah :

24

1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)


2) Membuat materi ajar
3) Membuat alat bantu pembelajaran
4) Membuat lembar kerja siswa (LKS)
5) Membuat lembar observasi
6) Membuat alat evaluasi
7) Membuat laporan hasil observasi
b. Pelaksanaan dan Observasi (do), rencana pembelajaran yang telah
disusun bersama diimplementasikan di kelas oleh guru model. Anggota
kelompok

sebagai

observer

akan

mengumpulkan

data

selama

pembelajaran berlangsung.
c. Refleksi (see), mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi baik
pada siswa, suasana kelas mapun guru. Tujuannya untuk mengatasi
permasalahan, dengan memodifikasi perencanaan sebelumnya sesuai
dengan data lapangan. Proses pembelajaran yang sudah terlaksana perlu
dilakukan refleksi dan dianalisis segera setelah pembelajaran selesai.
Hasil refleksi digunakan sebagai masukan untuk perbaikan atau revisi
rencana pembelajaran berikutnya.
3.4.2. Siklus Kedua
Siklus kedua langkahnya dilakukan seperti tahapan-tahapan pada siklus
pertama tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang
diperoleh pada siklus pertama, sehingga kelemahan-kelemahan yang terjadi pada
siklus pertama tidak terjadi pada siklus kedua.

25

3.4.3. Siklus Ketiga


Siklus ketiga langkahnya dilakukan seperti tahapan-tahapan pada siklus
pertama dan kedua, tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasilhasil yang diperoleh pada siklus kedua, sehingga kelemahan-kelemahan yang
terjadi pada siklus kedua tidak terjadi pada siklus ketiga.
3.5.

Teknik Pengumpulan Data


Sumber data adalah siswa dan guru. Data dalam penelitian ini terdiri atas

dua macam, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data ini diperoleh dengan
menggunakan lembar observasi dan laporan hasil pengamatan.
3.6.

Indikator Kerja
Sebagai indikator keberhasilan dari penelitian ini didasarkan pada

peningkatan hasil beajar , aktivitas siswa dan kriteria ketuntasan individu maupun
klaksial. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kriteria
ketuntasan yang disyaratkan yakni siswa dikatakan tuntas secara individual jika
daya serapnya mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan
untuk setiap kompetensi dasar. Sedangkan tuntas klasikal (kelompok) tercapai
apabila 75% dari jumlah siswa telah mencapai daya serap minimal KKM
(Depdiknas, 2002).
3.7.

Teknik Analisa Data

3.7.1. Analisis Deskriptif Pengamatan Aktivitas Siswa


Data hasil pengamatan aktivitas siswa dideskripsikan sesuai dengan hasil
lembar observasi yang diamati oleh observer.

26

3.7.2. Analisis Hasil Belajar


Analisis tes hasil belajar dilakukan untuk mengetahui ketuntasan belajar
siswa dengan patokan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada kompetensi
dasar (KD). Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa (individual) dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan :
KB=

T
+100
T1

Dimana : KB = Ketuntasan belajar


T = Jumlah skor yang diperoleh siswa
T1 = Jumlah skor total (Muhammad Ali, 2003).
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individual) jika nilai
perolehan siswa telah mencapai KKM pada kompetensi dasar tersebut.

27

DAFTAR PUSTAKA
Fathurrahman, P. dan Sutikno, S. (2007). Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika
Aditama.
Ibrahim. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA-University Press.
Rachmadiarti, F. (2003). Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.
Situnggang, C. dkk. (2003). Kamus Belajar. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Sudjana, N. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Remaja
Rosdakarya.
Trianto.

(2007).
Model-model
Pembelajaran
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Inovatif

Berorientasi

Wulandari. (2008). Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kebiasaan Belajar


terhadap Prestasi Belajar Siswa (studi pada siswa kelas II dan III
Program Studi Administrasi Perkantoran di SMK BM Ardjuna 2
Malang). Skripsi: Universitas Malang.

Anda mungkin juga menyukai