Anda di halaman 1dari 3

Perusahaan multinasional pertama muncul pada 1602 yaitu Perusahaan Hindia Timur Belanda

yang merupakan saingan berat dari Perusahaan Hindia Timur Britania.

Bagaimana budaya kerja di perusahaan multinasional?

Perusahaan multinasional biasanya memiliki nilai dan budaya tersendiri yang berkembang sejak
awal perusahaan didirikan. Nilai tersebut menjadi dasar bagi karyawan untuk berprilaku. Dalam
kasus Unilever, ada sebuah nilai dasar yang disebut Kode Etik Berbisnis. Karyawan dalam setiap
level wajib memenuhi kode etik tersebut dan berlaku untuk seluruh negara di dunia. Budaya
lainnya adalah bagaimana perusahaan berinteraksi dengan pelanggan, bersaing secara sehat
dengan kompetitor, budaya kerja untuk selalu berprestasi dan memberikan hasil kerja terbaik.

Peluang apa saja yang diberikan perusahaan multinasional?

Karena perusahaan multinasional beroperasi di banyak negara, maka kesempatan dan peluang
untuk berinteraksi dengan partner dari negara berbeda sangat tinggi. Termasuk di dalamnya
peluang untuk ditempatkan di negara lain. Jika berbicara tentang perusahaan multinasional, maka
seorang karyawan harus melihat karirnya secara global. Jadi, tidak hanya siap menjadi karyawan
di negeri sendiri, melainkan harus mau dan mampu bersaing dengan negara-negara lainnya
termasuk jika ditugaskan untuk ekspatriasi ke negara lain. Hal ini merupakan peluang sekaligus
tantangan karena harus memiliki kemampuan beradaptasi dengan budaya yang berbeda-beda.

Bagaimana cara kerja perusahaan multinasional?

Dalam bekerja, kita harus bisa memadukan antara panduan dari level Global dan Regional
dengan kebutuhan negara setempat. Di satu sisi sudah ada rambu-rambu yang harus dipatuhi tapi
di sisi lain sisi kreativitas untuk eksekusi di pasar masing-masing tetap terbuka. Dalam
perusahaan multinasional, tidak jarang kita harus bekerja sama dengan rekan-rekan kerja dari
negara lain, secara aktif berdiskusi lewat teknologi yang ada seperti teleconference, live-meeting,
web-cast, telepresence dan teknologi lainnya. Dengan cara ini teknologi sangat membantu orang-
orang dari berbagai negara dapat berdiskusi dari tempat yang terpisah antar benua. Hal yang
kadang sedikit mengganggu adalah zona waktu yang berbeda sangat jauh sehingga di satu negara
bisa terjadi kondisi masih sangat pagi sedangkan di negara lain sudah sangat larut.

Bekerja di perusahaan multinasional juga berarti akan dimonitor target kerja dan pencapaian
sesuai bidangnya. Untuk itu dibutuhkan kualitas seorang karyawan yang secara pribadi mampu
menjalankan target yang diberikan dan di sisi lain memiliki kemampuan menangani berbagai
rintangan yang ada dan mengubah tantangan menjadi peluang.

Apa kelebihan dan kelemahan orang Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain?

Orang Indonesia sebenarnya juga pekerja keras dan memiliki kemampuan yang baik dan mampu
bersaing. Untuk perusahaan seperti Unilever misalnya, Unilever Indonesia termasuk yang
diperhitungkan secara global. Cukup banyak talenta asal Indonesia yang dipercaya mengisi
jabatan di level Regional maupun Global. Ini membuktikan bahwa bangsa kita tidak kalah dari
negara lain.
Adapun kelemahannya, secara umum orang Indonesia cenderung bersikap low profile dan tidak
terlalu ingin menampilkan diri. Di satu sisi, hal ini adalah sebuah kelebihan di mana bangsa kita
memang tidak suka menonjolkan diri, tapi di sisi lain hal ini membuat kemampuan terbaik yang
dimiliki tidak bisa dilihat oleh partner kerja dari negara lain. Padahal orang Indonesia juga
banyak yang pintar dan hebat tidak kalah dengan tenaga asing baik dalam hal kemampuan teknis
maupun dalam merancang dan menjalankan strategi. Untuk negara Asia, India masih cukup
mendominasi dengan budaya bersaingnya yang kuat. Mereka juga terkenal gigih dalam
mempertahankan pendapat sehingga secara relatif terlihat lebih unggul dan menonjol.

Bagaimana standar gaji yang diberikan?

Masing-masing perusahaan memiliki standar gaji tersendiri. Untuk perusahaan yang sudah
mapan biasanya secara rutin melakukan survey gaji dengan membandingkan perusahaan sejenis
maupun industri yang berbeda. Lewat survey ini perusahaan akan menentukan kebijakan gaji
yang diambil apakah rata-rata pasar, di atas pasar atau jauh di atas pasar. Untuk perusahaan
multinasional secara relatif cenderung di atas pasar lokal. Dan masing-masing industri juga
memiliki strategi penggajian tersendiri terkait ciri khas dan tantangan yang berbeda-beda.

Selain gaji, benefit apa yang ditawarkan perusahaan?

Dalam konsep balas jasa atau dikenal dengan istilah remunerasi, ada yang berbentuk cash dan
non cash. Remunerasi berbentuk cash adalah gaji dan segala sesuatu yang memiliki nilai uang.
Sedangkan remunerasi non cash adalah bentuk balas jasa non uang. Diantaranya adalah reputasi
perusahaan, budaya kerja yang mendukung, serta kesempatan untuk berkarir yang lebih luas.

Sebuah perusahaan multinasional biasanya sudah memiliki paket remunerasi yang terstruktur dan
menjadi daya tarik bagi calon karyawan yang mau masuk maupun mempertahankan karyawan
yang sudah ada di dalam organisasi.

Apa persyaratan agar diterima di perusahaan multinasional?

Persyaratan umum sebenarnya sama dengan perusahaan lainnya yakni kemampuan teknis sesuai
bidangnya maupun kompetensi pendukung yang dimiliki dari seorang calon karyawan. Bedanya,
perusahaan multinasional juga akan melihat kompetensi non teknis sebagai bagian penting dalam
proses perekrutan karena akan menentukan apakah seseorang akan sesuai di organisasi tersebut
dan dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang. Terkait penguasaan bahasa asing, pada
perusahaan multinasional akan menjadi nilai tambah dan hampir menjadi sesuatu yang wajib
meskipun nantinya keahlian berbahasa bisa terus diasah ketika sudah bekerja.

Bagaimana proses seleksi yang dilakukan?

Pada beberapa perusahaan multinasional, proses rekrutmen sudah tidak lagi melihat batas-batas
negara. Seorang yang direkrut dari Indonesia misalnya, harus siap untuk bekerja di negara mana
saja yang membutuhkan. Karenanya konsep rekrutmen yang dilakukan didasarkan pada Region
atau Geografis tertentu misal Asia Tenggara dan Australia, Asia Selatan, Eropa Barat, Eropa
Timur, Amerika dan seterusnya.
Proses seleksi tentu saja relatif lebih ketat dan persaingan antar kandidat juga cukup berat. Hal
bisa dimaklumi karena yang mendaftar juga merupakan orang-orang terbaik dari berbagai
perguruan tinggi bergengsi dalam dan luar negeri. Walaupun demikian, lulusan Indonesia
memiliki kualitas yang baik dan tak jarang memenangkan persaingan dibandingkan kandidat
yang pernah kuliah di luar negeri. Salah satu proses seleksi yang ada adalah Focus Group
Discussion di mana para kandidat diberi sebuah persoalan dan diminta untuk menyelesaikan
dengan interaksi antar individu dalam sebuah grup. Dalam diskusi ini akan terlihat kualitas
seseorang mulai dari kemampuan memimpin, mengemukakan pendapat, menganalisa persoalan,
menarik kesimpulan dan berbagai kualitas lainnya.

Apa saja yang harus dipersiapkan oleh seorang mahasiswa agar siap melamar di perusahaan
multinasional?

Pertama tentu saja harus menguasai bidang ilmu yang dipelajari dengan baik. Jika kuliah di
Teknik Mesin, kuasailah bidang tersebut dengan baik. Jika kuliah di Ekonomi, kuasai pula
bidang tersebut dengan baik. Selain pengetahuan yang sesuai dengan jurusan yang dijalani,
seorang mahasiswa harus memanfaatkan waktu untuk belajar hal-hal lain seperti kemampuan
berkomunikasi, menyampaikan sebuah ide atau pendapat, menganalisa sebuah permasalahan,
menggunakan common sense untuk mengatasi persoalan, memiliki energi dan komitmen yang
kuat dalam bekerja, serta memiliki kedewasaan yang matang secara pribadi, kemampuan
berorganisasi baik memimpin maupun dipimpin. Jika kualitas diri seperti itu dimiliki dan secara
fungsional bidang yang dipelajari juga dikuasai dengan baik, maka akan banyak perusahaan yang
mencari.

Persyaratan nilai atau IPK adalah sebagai batu loncatan awal. Jika nilai minimum telah
terpenuhi, persaingan selanjutnya adalah kualitas diri yang mendukung untuk dapat bekerja
dengan baik, konsisten dan berprestasi. Tidak jarang mahasiswa dengan IPK sangat tinggi 3,5 ke
atas tidak cocok di dunia kerja karena kurang bisa bekerjasama atau kesulitan menyampaikan
pendapatnya meskipun sebenarnya memiliki ide brilian karena dia sangat cerdas.

Mengutip buku Daniel Goleman berjudul Emotional Intelligence, disebutkan bahwa IQ ternyata
tidak berkorelasi dengan kesuksesan di tempat kerja. IQ dan kemampuan akademis biasanya
diperlukan sebagai persyaratan minimal agar bisa mengerjakan suatu pekerjaan. Kemampuan
yang nantinya lebih berperan adalah EQ (Emotional Quotient) atau kecerdasan emosional di
mana seseorang mengenal dirinya baik kelebihan dan kekurangan, mampu memahami orang lain
dan bekerja secara sinergi sekaligus memiliki kecerdasan sosial baik ketika memimpin orang,
mempengaruhi orang lain sampai memotivasi orang lain untuk sebuah pencapaian. Terkait hal
ini akan saya bahas lebih mendalam dalam posting lainnya.

Anda mungkin juga menyukai