Anda di halaman 1dari 17

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Tingkat Keteladanan Guru

Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih

luas dari pada pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu

kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang

mengajar. Antara keduanya kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang.

Sebagai teladan guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas

maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila dikelompokkan terdapat

tiga jenis tugas guru sebagaimana yang dikatakan oleh Uzer Usman yaitu :

“Tugas bidang profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam bidang

kemasyarakatan”1

Ketiga jenis tugas guru sebagaimana di atas, yang perlu dijelaskan adalah

tugas guru sebagai profesi yaitu meliputi mendidik, mengajar dan malatih.

“Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar

berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi

sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keteampilan kepada

siswa”.2

1
Moh.Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. (Bandung : Edisi Kedua. Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm.6
2
Ibid. Hlm. 7

6
7

Diantara tugas guru yang telah disebutkan di atas, masih ada lagi yang

menjadi tugas guru yaitu :

1. Menetapakan tujuan/sasaran

2. Menyusun rencana kerja

3. Pengorganisasian dan pendayagunaan personal

Selain dari tugas sebagai profesi, seorang guru agama juga memiliki

peranan yang sangat penting dimana peranan guru adalah “terciptanya

serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu

situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan

perkembangan siswa yang menjadi tujuannya”.3

Guru sebagai teladan, maka seorang guru harus berperan menjadi teladan

yaitu “senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa bukan untuk seluruh

masyarakat, guru menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah laku”4

Berdasarkan penjelasan di atas dapat difahami bahwa peranan guru agama

adalah melakukan upaya pengembangan para diri siswa baik dalam pengetahuan

maupun tingkah laku. Guru yang sebagai teladan akan mampu menciptakan

lingkungan belajar yang efektif dan akan mampu mengelola kelas sehingga hasil

belajar siswa berada pada tingkat optimal. Karena itu peranan guru meliputi

banyak hal seperti sebagai pengajar, pemimpin, supervisor, motivator dan

konselor. Namun peranan yang dianggap paling dominan adalah :


3
Kanwil Dikbud, Management Kelas dan Metode Mengajar. (Bandung : PLN, 1997), hlm.
77
4
Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bndung : Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.
13
8

1. Guru sebagai Demonstrator


2. Guru sebagai pengelola kelas
3. Guru sebagai mediator dan fasilitator
4. Guru sebagai evaluator.
5. Guru Sebagai Profesionalisme.5

Ad.1. Guru sebagai Demonstator

Sebagai demonstator, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau

materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya

dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya,

karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Seorang guru hendaknya mampu dan terampil dalam merumuskan Tujuan

Pendidikan Khusus, memahami kurikulum, dan terampil dalam memberikan

informasi kepada siswa di kelas. Sebagai pengajar guru harus membantu

perkembangan anak didik untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai

ilmu pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk

senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan.

Ad.2. Guru Sebagai pengelola kelas

Peranan guru sebagai pengelola kelas (learning manager), guru

hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar, serta merupakan

aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisir. Lingkungan yang diatur

dan diawasi bertujuan agar kegiatan proses belajar mengajar tercapai sesuai

dengan tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan turut

5
Moh.Uzer Usman. Op-Cit. hlm. 9-12
9

menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang

baik. Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang bersifat menantang dan

merangsang siswa dalam belajar, memberi rasa aman dan kepuasan dalam

mencapai tujuan.

Ad.3. Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman

yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat

komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Sebagai

mediator guru menjadi perantara dalam hubungan antar manusia. Untuk

keperluan itu guru harus terampil mempergunakan pengetahuan bagaimana

berkomunikasi. Sedangkan sebagai fasilitator guru hendaknya mampu

mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian

tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks,

majalah ataupun surat kabar.

Ad.4. Guru sebagai evaluator

Fungsinya sebagai evaluator atau sebagai penilai hasil belajar siswa, guru

hendaknya terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa

dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan

umpan balik terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan

titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar

selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus menerus

ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.


10

Peranan guru selain yang diuraikan di atas secara psikologi dapat

dibedakan, antara lain :

1. Ahli psikologi pendidikan, yaitu petugas psikologi dalam


pendidikan, yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip psikologi
2. Seniman dalam hubungan antar manusia yaitu orang yang mampu
membuat hubungan antar manusia untuk tujuan tertentu dengan
menggunakan teknik tertentu khususnya dalam kegiatan pendidikan
3. Pembentuk kelompok, yaitu sebagai jalan atau alat dalam
pendidikan
4. Catalytik agent yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam
menimbulkan pembaharuan. Sering pula peranan ini disebut sebagai
innovator (pembaharua)
5. Petugas kesehatan mental yaitu yang bertanggung jawab terhadap
pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan mental siswa.6

Ad.5. Guru Sebagai Profesionalisme

Fungsinya sebagai profesionalisme atau sebagai tugas dan pekerjaan, guru

hendaknya memiliki kemampuan dimana mengajar sebagai profesi, guru sebagai

pendidik dan pengajar harus mampu melihat kelemahan-kelemahan yang dialami

siswa sehingga mampu memberikan motivasi dalam menggerakkan keinginan

siswa agar belajar lebih tekun, giat dan rajin. Karena itu guru yang berkompeten

adalah guru yang menguasai segala yang berkaitan dengan profesinya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peranan seorang guru harus

melaksanakan tugasnya melalui pengawasan dan berkewajiban menyediakan

kondisi yang perlu untuk menyelesaikan tugas dan kewajibannya dengan efektif

dan efisien. Seorang guru hendaknya dapat menjamin keselarasan, kecerdasan di

seluruh usaha pendidikan dan pengajaran. Pengawasan dipakai untuk

6
Moh.Surya, Peranan Guru Dalam Pengembangan Kurikulum. (Jakarta : Suara Daerah,
1997), hlm. 6
11

mengarahkan perbuatan-perbuatan kepada tujuan pendidikan. Namun sebelum

melakukan perbaikan terhadap siswa, maka guru harus terlebih dahulu

memperbaiki dirinya sendiri, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat

Al-Baqarah ayat 44 yaitu :

Artinya :

“Mengapa kamu menyuruh orang lain mengerjakan kebaikan, sedangkan

kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri padahal kamu membaca Al-Kitab

(Taurat) maka tidakkah kamu berpikir”7

Selain memiliki tugas, guru agama juga memiliki peranan antara tugas dan

peranan guru yang tidak dapat dipisakan. Guru agama sebagai pemimpin

pendidikan dilihat dari statusnya di dalam memainkan peranannya sebagai tenaga

pendidikan pada sekolah yang diserahkan pertanggung jawaban kepadanya.

Guru dipandang sebagai orang yang terpandang di lingkungan sekolah,

juga merupakan pusat teladan bagi warga siswa di sekitar sekolah. Guru

hendaknya mengembangkan sekolah sebagai pusat kebudayaan dan ketahanan

sekolah. Hal ini merupakan masalah penting, karena sekolah harus ikut berkiprah

di dalam pembangunan bangsa dan negara, terlebih sekolah harus mampu

menjawab tantangan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan.

7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Bumi Pustaka, 1996),
hlm. 16
12

Oleh karena itu penampilan sekolah harus kreatif untuk mengembangkan

kebudayaan yang menjadi teladan bagi masyarakat di sekitarnya. Di samping itu

guru harus mampu menciptakan suasana aman, damai, tentram, dan sejahtera,

agar semua program dapat berjalan lancar. Dengan demikian dapat difahami

bahwasanya tugas guru sebagai pendidik dan pengajar memang cukup berat,

namun tetap harus dipertanggung jawabkan.

Agar tidak sampai terjadi kesalahan dalam tugas dan peranannya seorang

guru harus mampu bertindak di depan sebagai pemberi teladan bagi siswa,

sebagai pembimbing dan pendorong belajar siswa. Guru adalah orang yang benar-

benar diharapkan menjadi tauladan bahkan sebagai motivator, karena gurulah

yang dapat menentukan segalanya dalam kebijakan untuk kemajuan proses belajar

mengajar di sekolah.

Sebagai pemimpin guru dalam mengambil kebijakan, tentunya harus

dipatuhi oleh seluruh siswa sepanjang kebijakan itu untuk yang terbaik dan

sebaliknya bila kebijakan itu tidak sesuai dengan ajaran Islam maka siswa berhak

untuk membantah dan memberikan yang terbaik terutama dalam menghadapi

berbagai permasalahan.

B. Pengertian Perilaku
13

Perilaku dalam kamus bahasa Indonesia adalah “perbuatan dan sebagainya

yang berdasarkan pendirian (pendapat atau keyakinan)”.8

Secara defenisi perilaku dapat diartikan yaitu “kesediaan bereaksi terhadap

suatu hal”9

Pengertian lain diungkapkan bahwa :

Perilaku (attitude) adalah suatu kecenderungan untuk merspon suatu hal,


benda atau orang dengan suka (senang), tidak suka (menolak) atau acuh tak
acuh, perwujudannya bisa dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, pembiasaan
dan keyakinan. Artinya untuk membentuk perilaku yang positif atau
menghilankan perilaku negatif dapat dilakukan pemberitahuan atau
menginformasikan faedah atau kegunaannya, dengan membiasakannya atau
dengan meyakinkannya. Dalam belajar perilaku berfungsi sebagai dynamic
force yaitu sebagai kekuatan yang akan menggerakkan seseorang untuk
belajar.10

Selanjutnya menurut Sofyan S.Wills bahwa perilaku adalah :

Kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal


tertentu. Perilaku ini dapat berpikir positif dan dapat pula bersifat negative.
Dalam perilaku positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sedangkan dalam perilaku
negative adalah terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci dan tidak menyukai objek tertentu.11

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa perilaku

adalah merupakan suatu perbuatan seseorang, tindakan seseorang serta reaksi

seseorang terhadap sesuatu yang dilakukan, didengar, dan dilihat. Perilaku ini lahir

berdasarkan perbuatan maupun perkataan.


8
WJS. Poerwadarminta. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN. Balai Pustaka. Jakarta,
hlm.139.
9
Gerungan. 1997. Psikologi Sosial. Rineka Cipta, Jakarta , hlm.149
10
Departemen Agama RI. Psikologi Pendidikan. Biro Kepegawaian Sekjen Depag. Jakarta ,
2004. hlm.48
11
Sofyan S.Wills. Problematika Remaja dan Pemecahannya. Angkasa. Bandung, 1993,
hlm.63.
14

C. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Perilaku adalah suatu kecenderungan merespon suatu hal, benda atau orang

dengan suka (senang), tidak suka (menolak) atau acuh tak acuh. Perwujudannya dapat

dipengaruhi oleh faktor-faktor pengetahuan, pembiasaan dan keyakinan, artinya

untuk membentuk perilaku yang positif atau menghilangkan perilaku negatif dapat

dilakukan pemberitahuan atau menginformasikan faedah atau kegunaanya dengan

membiasakan atau dengan meyakinkannya.

Lahirnya perilaku seseorang secara umum dapat dirumuskan berdasarkan 11

rumusan yaitu :

1. Perilaku merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan


interaksi yang terus menerus dengan lingkungan (Attitudes are learned)
2. Perilaku selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia, wawasa,
peristiwa ataupun ide (attitudes are referent)
3. Perilaku diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di rumah,
di sekolah, tempat ibadah atau tempat lainnya melalui nasehat, teladan
atau percakapan (attitudes are social learning)
4. Perilaku sebagai wuju dari kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara
tertentu terhadap objek (attitudes have readlness to respond)
5. Bagian yang dominant dari perilaku adalah perasaan dan afektif seperti
yang tampak dalam menentukan pikiran apakah positif, negative atau ragu
(attitudes are affective)
6. Perilaku memiliki tingkat intensitas terhadap objek tertentu yakni, kuat
dan lemah (attitudes are very infensive)
7. Perilaku tergantung kepada situasi dan waktu, sehinggadalam situasi dan
saat tertentu mungkin sesuai sedangkan di saat dan situasi yang berbeda
belum tentu cocok (attitudes have atime dimension)
8. Perilaku dapat bersifat relativef consistent dalam sejarah hidup individu
(attitudes have duration faktor)
9. Perilaku merupakan bagian dari konteks persepsi atau kognitif individual
(attitudes are complex)
15

10. Perilaku merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai


konsekuensi tertentu bagi seseorang atau yang bersangkutan (attitudes are
evaluation)
11. Perilaku merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin terjadi
indicator yang sempurna atau bahkan tidak memadai (attitudes are
inferred).12

Berdasarkan pernyataan di atas jelaslah bahwa perilaku memiliki berbagai

indikator. Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan perilaku seseorang dapat

dikemukakan yaitu :

1. Adanya akumulasi pengalaman dari tanggapan-tanggapan, tipe yang sama.


Seseorang mungkin berinteraksi dengan berbagai pihak yang mempunyai
perilaku yangs ama terhadap sesuatu hal.
2. Pengamatan terhadap perilaku lain yang berbeda seseorang dapat
menentukan perilaku pro atau anti terhadap gejala tertentu
3. Pengalaman (buruk atau baik) yang pernah dialami
4. Hasil peniruan terhadap perilaku pihaklain (secara sadar atau tidak
sadar).13

Pembentukan perilaku pada dasarnya tidak terjadi dengan sendirinya, namun

pembentukan perilaku senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan

dengan objek terentu. Interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompok

bisa mengubah perilaku atau membentuk perilaku yang baru.

Interaksi di luar kelompok dimaksudkan sebagai interaksi dengan hasil

kebudayaan manusia yang sampai kepadanya melalui alat-alat komunikasi, seperti

surat kabar, radio, TV, buku, risalah dan sebagainya.

Faktor lain yang turut memegang peranan ialah faktor intern di dalam diri

pribadi manusia itu, yakni selektivitasnya sendiri, daya pilihannya sendiri atau minat

12
Jalaluddin. Psikologi Agama. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2003, hlm.199-200.
13
Sururin. Ilmu Jiwa Agamat. Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2004, hlm.51
16

perhatiannya untuk menerima dan mengolah berbagai pengaruh yang datang dari luar

dirinya. Perilaku bukanlah diperoleh karena keturunan tetapi melainkan didapat dari

pengalaman, lingkungan, orang lain, terutama dari pengalaman dramatis yang

meninggalkan kesan sangat mendalam.

Perubahan perilaku pada individu ada yang terjadi dengan mudah dan ada

juga yang sukar. Hal ini tergantung pada kesiapan seseorang untuk menerima atau

menolak rangsangan yang dating kepaanya. “Terjadinya perubahan perilaku individu

ini sering dengan pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi”.14

Jelaslah bahwa terjadinya perubahan perilaku kearah yang lebih baik

dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.

Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki seseorang maka perilaku seseorang akan

lebih baik dalam berbuat, berbicara maupun dalam bertindak terhadap sesuatu yang

dilakukan.

Secara psikolog terdapat empat perilaku seseorang di dalam beragama antara

lain sebagai berikut :

1. Kepercayaan ikut-ikutan

2. Kepercayaan dengan kesadaran

3. Percaya, tetapi agak ragu-ragu

4. Tidak percaya atau cenderung pada atheis.15

Ad.1. Kepercayaan ikut-ikutan

14
Alex Sobur. Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta , 2003, hlm.364
15
Zakiah Dradjat. Ilmu Jiwa Agama. Bulan Bintang. Jakarta, 1998, hlm. 67
17

Kebanyakan siswa/pelajaran yang masih dalam usia sekolah dengan rata-rata

usia taraf remaja percaya kepada Tuhan dan menjalankan ajaran agama karena tidak

terdidik dalam lingkungan beragama, karena ibu bapaknya beragama, teman-teman

dan masyarakat sekelilingnya yang beribadah, maka mereka ikut percaya dan

melaksanakan ibadah dan ajaran agama sekedar mengikuti suasana lingkungan

dimana hidup. Mereka solah-olah apatis, tidak ada perhatian untuk meningkatkan

agama dan tidak mau aktif dalam kegiatan keagamaan.

Percaya ikut-ikutan ini biasanya dihasilkan oleh didikan agama secara

sederhana yang didapat dari keluarga dan lingkungannya. Namun demikian ini

biasanya terjadi pada masa remaja awal (usia 13-16) tahun. Setelahitu biasanya

berkembang kepada cara yang lebih kritis dan sadar sesuai dengan perkembangan

psikisnya.Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwa ekspresi perilaku

beragama pada remaja yang percaya ikut-ikutan bersifat apatis. Hal ini dapat

dipahami mengingat pengalaman beragama belum dimilikinya.

Percaya ikut-ikutan pada anak usia sekolah yang masih kategori remaja dapat

diatasi dengan memberi kesibukan atau memberikan tempat yang layak bagi mereka

untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan keagamaan merupakan cara memberikan

perhatian keagamaan, merupakan cara memberikan yang efektif, karena dengan

kegiatan-kegiatan tersebut akan berdaya guna dan berhasil guna terutama dalam

memupuk rasa keagamaan dan kelakuan dalam beragama. Dengan jalan inilah siswa

berusaha mengekspresikan jiwa keberdagamaannya dalam kegiatan-kegiatan


18

keagamaan. Sebagai contoh ; siswa dilibatkan dalam berbagai kegiatan hari besar

Islam, keikutsertaan dalam organisasi keagamaan dan sebagainya.

Ad.2. Kepercayaan dengan kesadaran

Terjadinya kegelisahan, kecemasan, ketakutan bercampur aduk dengan rasa

bangga dan kesenangan serta bermacam-macam pikiran dan khayalan sebagai

perkembangan psikis dan pertumbuhan fisik, menimbulkan daya tarik bagi remaja

atau siswa untuk memperhatikan dan memikirkan dirinya sendiri. Pada tahap

selanjutnya mendorong siswa untuk berperan dan mengambil posisi dalam

masyarakat.

Semangat keagamaan dimulai dengan melihat kembali tentang masalah-

masalah keagamaan yang dimiliki siswa sejak kecil. Mereka ingin menjalankan

agama sebagai suatu lapangan yang baru untuk membuktikan pribadinya, karena ia

tidak mau lagi beragama secara ikut-ikutan saja. Biasanya smangat agama tersebut

terjadi pada usia 17 tahun atau 18 tahun.

Ad.3. Percaya, tetapi agak ragu-ragu

Siswa/pelajaran dalam usia yang dikenal dengan usia remaja, biasanya

keraguan kepercayaan terhadap agamanya, dapat dibagi menjadi dua yaitu :

a. Keraguan disebabkan kegoncangan jiwa dan terjadi proses

perubahan dalam pribadinya.


19

b. Keraguan disebabkan adanya kontradiksi atas kenyataan yang

dilihat dengan apa yang diyakininya atau dengan pengetahuan yang

dimilikinya

Dalam hal ini menurut Zakiah Dradjat bahwa :”kebimbangan tersebut

tergantung pada dua faktor penting yaitu kondisi jiwa yang bersangkutan dan keadaan

social budaya yang melingkupinya”.16

Ad.4. Tidak percaya atau cenderung pada atheis

Perkembangan kearah tidak percaya pada Tuhan sbenarnya mempunyai akar

atau sumber dari masa kecil. Apabila seorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan

atau kezaliman orang tua, maka ia telah memendam sesuatu tantangan terhadap

kekuasaan orangtua, selanjutnya terhadap kekuasaan apapun termasuk kekuasaan

Tuhan. Di samping itu, keadaan atau peristiwa yang dialami, terutama kebudayaan

dan filsafat yang melingkupi, juga ikut mempengaruhi pemikiran anak.

a. Urgensi Perilaku Dalam Belajar Agama

Kecerdasan seseorang akan mewarnai dirinya untuk menghadapi atau

menyelesaikan sesuatu di dalam kemampuan untuk memecahkan masalah yang

sedang dihadapi siswa di dalam belajar. Perilaku yang penting bagi siswa adalah

belajar, karena belajar adalah menimbulkan perubahan mental pada diri siswa.

Pentingnya perilaku belajar bagi siswa adalah :

1. Untuk menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.
16
Ibid. Hlm.86
20

2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan


dengan siswa lainnya
3. Mengarahkan kegiatan belajar bila perilaku belajar tidak jelas, terutama
siswa yang belajar kurang serius
4. Membesarkan semangat belajar
5. Menyadarkan akan adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang
berkesinambungan.17

Pentingnya perilaku belajar siswa terutama bermanfaat untuk :


1. Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk
belajar sampai berhasil, membangkitkan bila siswa tak bersemangat,
meningkatkan bila semangat belajarnya timbul tenggelam, memelihara
bila semangat belajarnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar.
2. Mengetahui dan memahami perilaku dan motivasi belajar siswa
3. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara
bermacam-macamperan peran sebagai fasilitator, penasehat, instruktur,
teman diskusi dan sebagainya
4. Memberi peluang bagi guru untuk unjuk kerja, agar siswa semua belajar
sampai berhasil.18

Sesuai dengan perilaku siswa yang beraneka ragam, mulai dari yang suka

bermain, serius belajar dan tidak mengerti apa yang dipelajari. Maka seorang guru

sebagai pendidik dan pengajar mempunyai peranan yang sangat penting untuk

mengetahui perilaku masing-masing siswa dalam belajar yang bertujuan untuk

mengarahkan siswa sesuai dengan motivasi belajar yang ada pada diri siswa itu

sendiri.

Dalam upaya pembelajaran, guru berhadapan dengan siswa dan bahan belajar.

Untuk dapat mengajarkan bahan pelajaran yang dapat memotivasi dan memperbaiki

perilaku belajar agama siswa maka guru harus :

1. Terlebih dahulu mempelajari bahan pelajaran


17
Dimyati. Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta. Jakarta, 2006, hlm.85
18
Ibid.
21

2. Memahami bagian-bagian yang mudah, sedang dan sukar

3. Menguasai cara-cara mempelajari bahan dan

4. Memahami sifat bahan pelajaran tersebut. 19

Upaya pembelajaran tekait dengan beberapa prinsip belajar, antara lain :


1. Belajar menjadi bermakna bagi siswa bila siswa memahami tujuan belajar
2. Belajar menjadi bermakna bagi siswa bila siswa diharapkan pada
pemecahan masalah yang menantangnya
3. Belajar menjadi bermakna bagi siswa bila guru mampu memusatkan
segala kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu
4. Sesuai dengan perkembangan jiwa siswa,maka kebutuhan bahan-bahan
belajar siswa semakin bertambah
5. Belajar menjadi menantang bagi siswa bila siswa memahami prinsip
penilaian dan faedah nilai belajarnya. 20

Perilaku beragama seseorang dapat ditimbulkan dari pengalaman-pengalaman

di dalam menyelesaikan sesuatu usaha atau masalah. Hal-hal yang mendasari perilaku

dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu :

1. Faktor dari dalam


Adalah faktor yang berhubungan erat dengan dorongan fisik merangsan
Individu untuk mempertahankan dirinya dari rasa aktif, lapar dan yang
bekaitan dengan kebutuhan fisik.
2. Faktor motif sosial
Adalah merupakan faktor yang dapat membangkitkan minat untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi memenuhi kebutuhan sosial,
misalnya minat sekolah, belajar dan status sosial di lingkungan.
3. Faktor emosional
Adalah faktor emosi, perasaan yang erat hubungannya dengan minat
terhadap objek tertentu. Suatu aktifitas yang berhubungan dengan objek
tersebut yang kemudian akan berhasil dengan sukses, akan menimbulkan
perasaan senang dan puas.21

19
Ibid. hlm.87
20
Ibid. hlm. 103
21
Ibid.hlm, 26
22

Perilaku belajar siswa sangat penting dalam kelancaran proses belajar

mengajar, karena itu agar siswa belajar lebih maksimal, maka siswa harus belajar

seutuh pribadinya, perasaan, kemauan, pikiran, fantasi dan kemampuan yang lain

tertuju pada belajar. Hal ini memang tidak dapat bertahan stabil, karena perilaku

belajar siswa akan melemah bila dipengaruhi oleh kondisi kesehatan jasmani, mental,

dan faktor lain yang dapat membuat perilaku belajar siswa menurun.

D. Hiotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara yang kebenarannya masih perlu

dibuktikan melalui hasil penelitian. Adapun hipotesis penelitianini adalah “terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat keteladanan guru dengan perilaku siswa

pada Madrasah Tsanawiyah Nurul Amal Suka Tani Kuala”.

Anda mungkin juga menyukai

  • 7 Keajaiban Dunia
    7 Keajaiban Dunia
    Dokumen4 halaman
    7 Keajaiban Dunia
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen7 halaman
    Daftar Isi
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen5 halaman
    Bab Iii
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Daftar Is1 Prop
    Daftar Is1 Prop
    Dokumen1 halaman
    Daftar Is1 Prop
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Bank
    Bank
    Dokumen1 halaman
    Bank
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Cut Nyak Din Adalah Pahlawan Nasional
    Cut Nyak Din Adalah Pahlawan Nasional
    Dokumen4 halaman
    Cut Nyak Din Adalah Pahlawan Nasional
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Cut Nyak Din Adalah Pahlawan Nasional
    Cut Nyak Din Adalah Pahlawan Nasional
    Dokumen4 halaman
    Cut Nyak Din Adalah Pahlawan Nasional
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen17 halaman
    Bab Ii
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka 12
    Daftar Pustaka 12
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka 12
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii1
    Bab Iii1
    Dokumen5 halaman
    Bab Iii1
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen5 halaman
    Bab Iii
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • BAB II Baru
    BAB II Baru
    Dokumen15 halaman
    BAB II Baru
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustak1
    Daftar Pustak1
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustak1
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen6 halaman
    Daftar Isi
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • BAB II Asniardi
    BAB II Asniardi
    Dokumen15 halaman
    BAB II Asniardi
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Bab I1
    Bab I1
    Dokumen5 halaman
    Bab I1
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    ruin1412
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen4 halaman
    Bab Iii
    ruin1412
    Belum ada peringkat