Anda di halaman 1dari 28

DASAR-DASAR EKONOMI ISLAM

(Antara Kapitalisme dan Syariah)

Oleh Rum Rosyid, MM

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PONTIANAK
2010
Daftar Isi
Pendahuluan 4
Kesatuan sektor moneter dan sektor riil 5
Axioma-axioma Ekonomi Islam 7
Tinjauan Ontologi 8
Tinjauan Epistemologi 10
Tinjauan Axiologi 10
Ekonomi Islam sebagai Ilmu Ahlak 14
Ekonomi Kapitalisme (Riba) sebagai sumber masalah dunia 15
Hubungan Antara Riba dan Sedekah 23
Dualisme Perekonomian : system riba dan system non riba (ZIS). 24
Kesimpulan
26
Kepustakaan : 27

2
Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah. Terselesainya tulisan ini tidak terlepas dari kondisi perkembangan ekonomi
Islam di Indonesia belum terasa dari sisi distribusi pendapatan bagi masyarakat.
Penulis menduga, karena kita tidak secara jelas keperpihakannya kepada ekonomi Islam
ini. Meskipun beberapa undang-undang yang terkait dengan pengelolaan pasar uang dan
pasar modal telah disyahkan, jika keberadaan ekonomi kapitalisme tetap diberlakukan
maka manfaat ekonomi syariah akan digerus oleh kebrutalan ekonomi kapitalisme.
Karena efek bunga memang akan merugikan bagi kehidupan masyarakat. Dengan kata
lain kekayaan akan mengalir kepada masyarakat kapitalis.
Oleh karena itu rekomendasi penulis adalah secara pasti pemerintah harus berpihak
kepada pemberdayaan masyarakat. Munculnya berbagai jenis lembaga keuangan yang
berusaha berpihak kepada masyarakat , adalah membuktikan bahwa semangat
merealisasikan keadilan tetap membara dihati masyarakat Indonesia. Mulai LKNB
sejenis BMT dan CU merupakan lembaga kredit yang bersemangat kerakyatan. Yang
perlu diingat adalah penggunaan instrument bunga sebagai inti, instrument kapitalisme,
karena tidak memperhitungkan kondisi risk & return dari sektor riil.
Akhirul kalam, semoga karya tulis akan berlanjut dengan karya yang lebih baik. Dan
semoga kita dapat merealisasikan kekuatan yang tersembunyi dari ekonomi syariah ini.

Pontianak, 1 Juni 2010


Wassalam

Rum Rosyid

3
Pendahuluan
Pasca krisis ekonomi 1997, kebijakan ekonomi Indonesia berfokus pada stabilitas
makroekonomi dengan menerapkan kebijakan moneter ketat, mempertahankan defisit
anggaran rendah, serta serangkaian penyesuaian struktural yang bermuara pada
liberalisasi dan privatisasi perekonomian. Hal ini tipikal negara-negara yang mengikuti
program IMF. Krisis keuangan global seperti saat ini menurut Roy Davies dan Glyn
Davies (1996), dalam buku The History of Money From Ancient time to Present Day,
sepanjang Abad 20 telah terjadi lebih 20 kali krisis besar yang melanda banyak negara.
Ini berarti, rata-rata setiap 5 tahun terjadi krisis keuangan hebat yang mengakibatkan
penderitaan bagi ratusan juta umat manusia.
Pendekatan ortodoks ala IMF ini menghasilkan biaya sosial-ekonomi bahkan politik yang
sangat berat bagi rakyat Indonesia. Untuk memperbaiki nilai tukar rupiah, IMF
mendorong pemerintah mempertahankan suku bunga tinggi untuk mendorong aliran
modal masuk, menahan pelarian modal dan mengontrol inflasi. Pemerintah juga diminta
menjalankan kebijakan anggaran ketat dengan menurunkan subsidi, menaikkan
penerimaan pajak dan privatisasi, serta menjaga defisit anggaran rendah. Namun pada
saat yang sama pemerintah tetap dituntut untuk memenuhi semua kewajibannya pada
kreditor.
Dampak dari semua kebijakan diatas adalah luar biasa pada penurunan kesejahteraan
rakyat. Kebijakan moneter ketat telah mematikan dunia usaha, melonjakkan angka
pengangguran, dan meningkatkan beban utang domestik pemerintah. Kenaikan
penerimaan pajak alih-alih memberi stimulus fiskal, justru menciptakan kontraksi
perekonomian. Hal ini tidak lain karena sebagian besar penerimaan habis untuk
membayar utang. Sedangkan privatisasi telah menjadi arena perburuan rente ekonomi
tanpa memberi manfaat ekonomi yang berarti.
Ketika kondisi perekonomian tidak kunjung membaik, pada saat yang sama kemampuan
masyarakat dalam menahan gejolak perekonomian justru semakin tergerus karena
pengurangan subsidi yang masif dan penurunan pengeluaran sosial (pendidikan dan
kesehatan). Lebih buruk lagi, prioritas anggaran untuk membayar utang telah

4
mengalahkan anggaran untuk sektor-sektor yang berjasa besar dalam menopang
kehidupan rakyat seperti pertanian, perikanan, dan UKM.
Pola kebijakan seperti ini nampak tidak mengalami perubahan berarti sejak krisis 1997
hingga kini. Tidak heran bila kemudian Indonesia terus mengalami berbagai masalah
sosial-ekonomi dalam bentuk pengangguran, kemiskinan, dan distribusi pendapatan yang
kian memburuk.

Kesatuan sektor moneter dan sektor riil


Ekonomi Islam tidak mengenal dualisme ekonomi– yaitu ekonomi yang terdiri dari
sektor riil dan sektor keuangan, dimana aktifitasnya didominasi oleh praktik pertaruhan
terhadap apa yang akan terjadi pada ekonomi riil. Ekonomi Islam didasarkan pada
ekonomi riil. Dengan demikian, semua aturan ekonomi Islam memastikan agar
perputaran harta kekayaan tetap berputar secara luas .
Larangan terhadap adanya bunga (riba) bisa dipraktikan dengan melakukan investasi
modal di sektor ekonomi rill, karena penanaman modal di sektor lain (non riil seperti
pasar uang maupun pasar modal) dilarang dalam syariah . Kalaupun masih ada yang
berusaha menaruh sejumlah modal sebagai tabungan atau simpanan di bank (yang
tentunya juga tidak akan memberikan bunga), modal yang tersimpan tersebut juga akan
dialirkan ke sektor riil bisa dalam bentuk kerjasama (syirkah Inan, Abdan, Mudharabah,
Wujuh, Mufawadhah) , sewa menyewa maupun transaksi perdagangan halal di sektor riil
lainnya .
Dualisme hasil pembangunan yang dialami oleh perekonomian konvensional seperti
dalam kasus Indonesia diatas, bersumber pada lepasnya keterkaitan antara sektor riil dan
sektor moneter (decoupling). Perkembangan sektor moneter tidak mencerminkan
perkembangan di sektor riil. Sektor moneter tumbuh cepat dengan meninggalkan sektor
riil jauh dibelakangnya. Hal ini tidak lain merupakan buah dari penerapan sistem bunga.
Riba adalah akar dari semua krisis finansial yang dialami perekonomian modern.
Penerapan riba membuat keputusan investasi terpisah dengan keputusan menabung.
Pemilik modal akan selalu mendapatkan hasil tanpa peduli apapun yang terjadi di sektor
riil. Maka, untuk mempertahankan sistem, perekonomian berbasis riba akan selalu
menghasilkan pertumbuhan uang beredar yang lebih cepat dari pertumbuhan sektor riil.

5
Pertumbuhan uang beredar yang jauh lebih cepat dari sektor riil inilah yang kemudian
mendorong inflasi dan penggelembungan harga aset sehingga menciptakan kemiskinan,
meningkatkan kesenjangan, dan mengalihkan kedaulatan ekonomi ke tangan para pemilik
modal.
Di Indonesia, penerapan suku bunga tinggi telah membawa pada kelesuan sektor riil
berupa turunnya produksi dan investasi, kebangkrutan perusahaan, dan inflasi. Pada saat
yang sama pemilik modal tetap harus mendapat imbalan dengan besaran tetap. Akibatnya
sistem perbankan mengalami akumulasi masalah baik yang berasal dari kredit macet
sektor riil maupun dari negative spread.
Untuk mencegah kehancuran sektor perbankan, BI menyalurkan BLBI dan pemerintah
menyuntikkan obligasi rekap ke perbankan. Jumlah uang beredar-pun semakin melonjak
dan inflasi-pun melejit. Kebijakan bunga tinggi yang semula ditujukan untuk mengurangi
uang beredar dalam rangka menjaga rupiah dan inflasi, justru semakin menambah uang
beredar.
Hal ini berbeda dengan sistem Islam. Di dalam Islam, riba dilarang. Sebagai gantinya,
Islam menganjurkan bagi hasil dan jual beli. Pada saat yang sama zakat diterapkan.
Kombinasi hal tersebut akan membuat sektor moneter akan selalu terkait dengan sektor
riil karena keputusan investasi menjadi bagian integral dari keputusan menabung.
Pada tingkat tabungan yang lebih tinggi, pembayaran zakat akan lebih tinggi, sehingga
akan semakin sedikit pendapatan yang tersisa. Jika investasi tidak menjadi bagian
terintegrasi dalam keputusan menabung, maka kepuasan pemilik modal dipengaruhi
secara negatif oleh tabungan.
Jika tabungan diikuti dengan investasi, maka kepuasan pemilik modal akan tergantung
sepenuhnya pada tingkat bagi hasil dan tingkat pengembalian proyek, karena tarif zakat
adalah konstan. Sebagai hasilnya, kepuasan pemilik modal secara langsung dipengaruhi
oleh kondisi perekonomian. Jika perekonomian lesu, tingkat pengembalian proyek turun,
tingkat bagi hasil turun, sehingga kepuasan pemilik modal lebih rendah. Sebaliknya, jika
perekonomian sedang booming, tingkat pengembalian proyek naik, tingkat bagi hasil
naik, sehingga kepuasan pemilik modal lebih tinggi. Hal ini akan membawa stabilitas
dalam perekonomian.
Dalam sistem Islam, tabungan berhubungan secara positif dengan peluang dan ekspektasi

6
investasi. Hal ini berimplikasi, ketika ekspektasi investasi menurun, tabungan akan
menurun dan konsumsi naik. Hal ini akan meningkatkan permintaan agregat sehingga
akan memperbaiki ekspektasi investasi. Hal ini tidak kita temui dalam sistem berbasis
bunga. Dalam Sistem berbasis bunga, keputusan investasi sama sekali terpisah dari
keputusan menabung. Dikotomi ini menjadi penyebab utama fluktuasi dalam
perekonomian konvensional. Inilah hikmah firman Allah SWT: “… Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba … “ (QS 2: 275).

Di sisi lain, dengan penerapan zakat pemilik modal didorong untuk mempertahankan
tingkat kesejahteraannya dengan meningkatkan tabungan (investasi). Pada saat yang
sama, distribusi zakat akan meningkatkan pendapatan disposabel penerima zakat, dan
karenanya meningkatkan konsumsi. Hasilnya, sistem zakat dalam Islam memberi jalan
bagi kenaikan penawaran agregat melalui kenaikan kapasitas produksi (hasil dari
keputusan menabung yang ditransformasikan ke keputusan investasi) dan pada saat yang
sama juga memberi jalan bagi kenaikan permintaan agregat. Dengan demikian,
kombinasi pelarangan riba dan penerapan zakat akan membawa perekonomian pada
kesejahteraan sekaligus stabilitas makroekonomi. Inilah cara Islam untuk keluar dari
krisis. Jadi, kenapa mesti terus berkutat pada sistem yang telah terbukti gagal.

Axioma-axioma Ekonomi Islam


Ilmu ekonomi islam pada dasarnya merupakan realisasi prinsip-prinsip etika yang
secara konsisten diupayakan untuk diwujudkan dalam kehidupan masyarakat.
Penyimpangan terhadap etika tersebut akan berarti membahayakan system Islami
secara keseluruhan dan akan menyebabkan kerusakan tata kehidupan duniawi (fasad
fil ardh).Sebaliknya konsistensi sikap dan perilaku diatas prinsip-prinsip etika Islami
diyakini akan membawa kemaslahatan bersama (rahmatan lil ‘alamin)
Axioma adalah suatu kumpulan dalil-dalil yang kebenarannya diterima secara umum
oleh masyarakat yang mendukungnya (komunitas). Tingkat kebenarannya adalah
kebenaran mutlak. Oleh karena itu suatu axioma yang Islami pada dasarnya tidak
terlepas dari ayat-ayat Al Qur’an sebagai satu-satunya dalil yang tidak diragukan

7
kebenarannya. Selanjutnya axioma-axioma tersebut dideduksi secara rasional, hasil
deduksi rasional ini akan membentuk teori ekonomi Islami.
Adapun axioma-axioma tersebut meliputi :

1. Prinsip Keimanan terdiri dari prinsip :


a. Prinsip keesaan
b. Prinsip saling ketergantungan
c. Prinsip kekeluargaan
d. Prinsip kesetaraan.
2. Prinsip Moral Pembangunan terdiri dari :
a. Prinsip Persatuan
b. Prinsip musyawarah
c. Prinsip cinta kasih
d. Prinsip keadilan
3. Prinsip Kebenaran (hikmah)
a. Prinsip normative (nakli)
b. Prinsip rasional (akli)
c. Prinsip empiris (thabi’i)
4. Prinsip Peradaban/Konsistensi (ma’ruf)
Axioma-axioma tersebut akan membentuk Paradigma Islami dalam kehidupan
masyarakat. Artinya menjadi point of view (kacamata pandang) masyarakat dalam
memahami fenomena social. Oleh karena itu merupakan suatu pandangan yang ideal.
Axioma-axioma tersebut merupakan determinasi dari prinsip ontology yaitu prinsip
Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan hadis Takhallaqu bi akhlaqillah.
Contohnya sebagai berikut : Prinsip persatuan lahir dari sifat Allah yang Maha Esa
(Al Wahidu). Prinsip Musyawarah lahir dari sifat Tuhan (Al Mushowwir), Prinsip
cinta kasih lahir dari sifat Tuhan (Arrohman-Arrohim), Prinsip Keadilan lahir dari
sifat Tuhan Al ‘Adl.
Setiap ilmu pengetahuan memiliki tiga dimensi penting yaitu : ontology,
epistemology dan axiology.

8
Tinjauan Ontologi
Ontologi yaitu bagian ilmu yang mengemukakan tentang hakekat realitas ekonomi
yang diajarkan Islam.Secara ontology alam semesta adalah merupakan ciptaan Tuhan
dengan demikian Tuhan menjadi pemilik mutlak atas alam semesta. Sedangkan
manusia merupakan merupakan wakil Tuhan di muka bumi yang bertugas
memakmurkan kehidupan dunia, dengan demikian Allah menundukkan seluruh isi
alam semesta bagi kepentingan manusia.
Atas dasar pemikiran demikian maka kepemilikan manusia adalah sebatas hak pakai,
dalam batas-batas kepentingan bersama atau kemaslahatan ummat. Jika penggunaan
suatu hak milik ternyata menimbulkan kemudharatan bagi masyarakat, maka tindakan
demikian dapat dianggap sebagai zalim, oleh karena itu dilarang. Karena secara
ontologis antara manusia satu dengan manusia yang lain berada dalam hubungan
saling ketergantungan. Oleh karena itu untuk menghindarkan diri dari tindakan
yang dapat menzalimi manusia yang lain maka memerlukan moralitas musyawarah..
Dengan kata lain suatu tindakan yang dapat menimbulkan efek sinergistik maka
memerlukan dialog yang dilandasi dengan ilmu dan estetika artinya saling
menghormati.
Penghormatan tersebut merupakan penghormatan yang tulus dilandasai rasa cinta
kasih hal ini karena umat manusia sesungguhnya merupakan satu keluarga. Sebagai
sastu keluarga maka wajarlah jika mereka mengambangkan sikap tenggang rasa atau
cinta kasih. Tanpa diembel-embeli atau diberi beban atau persyaratan tertentu. Seperti
harus satu agama, harus satu suku, pendidikan yang sama-sama tinggi dan seterusnya.
Karena jika dibebani dengan berbagai macam persyaratan maka hubungan tersebut
bukan lagi hubungan yang tulus tetapi hubungan reduksionis. Artinya berusaha untuk
menghilangkan perbedaan-perbedaan yang tidak perlu dilakukan. Sebab perbedaan-
perbedaan yang terjadi dalam masyarakat jika diupayakan dihilangkan maka satu-
satunya hasilnya adalah ketidak adilan atau kerusakan
Dengan kata lain perbedaan yang terjadi didalam masyarakat bahkan dialam semesta
sesungguhnya merupakan sesuatu yang disengaja oleh pencipta. Dengan demikian

9
perbedaan yang terjadi dalam alam semesta termasuk umat manusia adalah sederajat
atau sebanding dengan yang lainnya. Hanya prasangka manusia saja yang
menganggap bahwa orang kulit putih lebuh unggul daripada ras kulit hitam ataupun
sawo matang. Sehingga manusia tidak dapat menemukan keadilan dalam hubungan
social. Keadilan dalam hukum telah direduksi menjadi keadilan dalam arti positif
artinya keadilan atas dasar bukti-bukti kejadian. Sedangkan kesaksian yang tidak
didasarkan pada bukti-bukti konkrit maka kesaksian tersebut merupakan kesaksian
yang palsu.

Tinjauan Epistemologi
Epistemologi adalah bagian ilmu pengetahuan yang mengemukakan tentang
kebenaran, sumber kebenaran, alat untuk mencapai kebenaran. Sebagai suatu
pandangan hidup yang menyeluruh , maka Islam tidak berusaha untuk membatasi
ummatnya hanya untuk menerima jenis kebenaran tertentu. Karena dalam sejarahnya
kebenaran berlapis-lapis seperti : kebenaran empiris yang melahirkan ekonomi
positif, kebenaran rasional yang melahirkan ekonomi teoritis dan kebenaran
normative yang melahirkan ekonomi normative.
Ekonomi Normatif adalah ilmu ekonomi yang menjelaskan bagaimana kegiatan
ekonomi masyarakat harus berjalan. Adapun sumber kebenaran ilmu ekonomi
normative adalah wahyu al Qur’an dan al Hadist.
Ilmu ekonomi teoritis adalah ilmu ekonomi yang menjelaskan bagaimana sesuatu
dapat terjadi alat untuk mencapai kebenaran rasional adalah dengan berfikir deduksi
atas dasar axioma-axioma yang telah dirumuskan.dilengkapi alat-alat deduksi seperti
matematika.
Sedangkan ilmu ekonomi positif adalah menjelaskan bagaimana aktivitas ekonomi
masyarakat telah terjadi. Alat untuk mencapainya adalah berfikir induktif dilengkapi
dengan statistika, dan ekonometrika.

Tinjauan Axiologi
Axiologi adalah bagian dari ilmu pengetahuan yang mengemukakan dimensi etis dan
estetis suatu ilmu pengetahuan. Ilmu ekonomi pada hakekatnya mendeduksi suatu

10
prinsip-prinsip etika dalam konteks aktivitas ekonomi masyarakat. Dengan demikian
terikat erat dengan system nilai yang diterima oleh suatu komunitas. Dengan
demikian bisa jadi bahwa ilmu ekonomi merupakan ilmu yang kontekstual jika dilihat
sebagai ilmu yang positif. Tetapi jika dilihat dari segi ilmu ekonomi sebagai ilmu
yang normative maka bisa jadi lintas negara.. Apalagi dikalangan masyarakat Muslim
sepakat bahwa nilai-nilai yang tercantum dalam al Qur’an adalah tidak terbantahkan.
Adapun nilai-nilai etika yang relevan adalah :
a. Prinsip Persatuan
b. Prinsip Musyawarah
c. Prinsip Cinta Kasih
d. Prinsip Keadilan
Prinsip Persatuan
Persatuan merupakan konsekwensi moral dari pandangan dunia Tauhid. Artinya
ketika seorang muslim mengakui bahwa diri dan alam semesta berada dalam
genggaman Illahi maka secara sukarela , ia akan menyerahkan seluruh hidup dan
matinya untuk mencapai keridhoanNya. Dengan demikian cara pandang persatuan
meniadakan disintegrasi diantar sub system kosmos. Demikian pula persatuan
bertentangan dengan paradigma reduksionis sebagaimana yang terjadi selama ini.
Karena bagi seorang muslim segala sesuatu diciptakan menurut fitrahnya masing-
masing, dengan demikian tidak mungkin bagi seorang muslim untuk mencampuri
fitrah yang terdapat dalam setiap ciptaan, dan memiliki peredaan-perbedaan
indigenous. Hal ini terkait dengan prinsip moral keadilan. Dengan demikian jika
prinsip kesatuan diterapkan dalam epistemology , maka antara ekonomi normative,
ekonomi teoritis (deduksi rasional) dan ekonomi positif (empiris) adalah merupakan
saatu kesatuan. Hal ini bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu menurut pandangan
empirisme ataupun rasionalisme., yang mengizinkan metode reduksionis. Dengan
demikian antara empirisme dan rasionalisme masing-masing mengklaim bahwa
dirinya yang paling dapat menjangkau kebenaran. Karena menurut pandangan Islam
kebenaran yang menunjukkan wajah yang berbeda-beda tersebut pada hakekatnya
merupakan satu kesatuan.

11
Prinsip Keadilan
Allah berfirman :
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, …” (an Nahl : 90).
Alloh menciptakan segala sesuatu menurut fitrohnya masing-masing dengan
demikian perbedaan yang diketahuui manusia maupun yang tidak diketahui oleh
manusia dipandang sebagai sesuatu yang berpasangan. Karena berpasangan maka
antar ciptaan terdapat hubungan yang komplementer, yaitu saling melengkapi.
Dengan demikian moral keadilan lebih bermakna mendudukkan masing-masing
ciptaan sesuai dengan keadaan alaminya. Tidak ada kelebihan antara seorang baduwi
dengan bukan baduwi terkecuali taqwanya. Bagi seorang muslim kejahatan terbesar
adalah kezaliman terhadap pihak lain oleh karena itu muslim diundang untuk
melakukan jihad untuk menghapuskan kezaliman.
Dalam rangka menuju tata kehidupan yang lebih adil, inilah satu-satunya tujuan hidup
seorang muslim. Dengan demikian tidak benar jika seorang muslim hendak
memaksakan KeIslamanya kepada penduduk yang telah berserah diri kepada Allah
dalam bentuk bentuk syariat yang berbeda (agama yang berbeda). Hal ini
bertentangan dengan moral keadilan. Oleh karena itu seluruh ciptaan berada dalam
realitas yang setara atau sederajat. Prinsip kesetaraan (keadilan) ini tidak hanya
mengatur hubungan antara individu dalam masyarakat, bahkan hubungan antara
institusi. Sebagai mana hubungan antara lembaga tinggi negara seperti MPR dan
Presiden, atau hubungan antara Rakyat dengan Pemerintah. Oleh karena itu
demokrasi bertentangan dengan prinsip keadilan. Oleh karena itu pula bertentangan
dengan prinsip musyawarah.
Secara mekanikal prinsip keadilan mencakup prinsip keseimbangan. Dengan kata lain
keseimbangan atau equilibrium adalah merupakan bagian dari keadilan. Karena
secara epistemology keseimbangan merupakan sisi positif atau empiris dari keadilan,
sedangkan keadilan merupakan mengandung sisi normative dalam hal ini indera yang
menyertainya adalah intuisi.

Prinsip Musyawarah

12
Seringkali kita menafsirkan demokrasi sebagai musyawarah dalam kehidupan
bermasayarakat. Bisa jadi bahwa musyawarah mempergunakan instrument
pengambilan keputusan voting sebagai ciri demokrasi. Tetapi secara fitroh
musyawarah bukan demokrasi. Karena demokrasi menghilamngkan dimensi proses
tetapi lebih menitik beratkan pada hasil yaitu untuk meloloskan suatu keputusan
politik tertentu. Oleh karena itu yang ditonjokan dalam demokrasi adalah kwantitas
dan bukan kwalitas. Padahal dalam musyawarah yang ditonjokan adalah kebenaran
dan kebajikan sesuai dengan makna musyawarah itu sendiri. Dengan demikian lebih
mengandalkan kwalitas daripada kwantitass. Dengan demikian ada peluang bahwa
yang berjumlah sedikit akan memenangkan suatu kompetisi, jika memiliki
argumentasi yang lebih baik. Secara anecdotal dikatakan bahwa demokrasi
membenarkan yang banyak, sedangkan musyawarah membanyakkan yang benar.
Dengan kata lain tujuan musyawarah bukan untuk memenangkan suatu kompetisi
tetapi mencari kemaslahatan bersama atas dasar kebenaran, dan keadilan.Model
masyarakat yang ideal tersebut hanya mungkin maujud jika hubungan antara anggota
masyarakat berada dalam ikatan cinta kasih.
Bencana musyawarah adalah jika masing-masing individu maupun kelompok dalam
masyarakat bernafsu untuk memimpin suatu komunitas. Rasullullah melarang
memikulkan amanat kepada orang yang bernafsu untuk memikul amanat tersebut.
Karena jika kita mengizinkan mereka yang bernafsu memimpin menjadi pemimpin
secara otomatis memulai suatu pekerjaan dengan kezaliman atau kegelapan. Untuk
membedakan apakah seorang pemimpin dibimbing kezaliman atau bukan dapat
ditempuh dengan forum adu program kerja, yang dilaksanakan secara terbuka.
Dengan demikian masyarakat dapat menilai kelompok atau individu yang paling
rasional dalam mengemukakan program-programnya. Disamping itu dapat ditempuh
juga evaluasi moralitas atau istilah fit and proper test. Dimana masing-masing calon
akan dinilai kebersihan moralitasnya, baik kaitannya dengan KKN (kolusi, korupsi
dan nepotisme), maupun kejahatan yang lainnya.

Prinsip Cinta Kasih


Rasullulloh bersabda :

13
“Orang-orang yang belas kasih akan dirahmati (dikasihi) oleh Ar Rahman (Tuhan
Yang Maha Pengasih), kasihilah orang yang dimuka bumi niscaya yang berada di
langit akan mengasishimu.” (HR Abu Dawud (491)).
Pada umumnya model-model interaksi social baik dalam kapitalisme maupun
sosialisme melihat lembaga keluarga sebagai model yang dicita-citakan atau
diidealkan. Dengan demikian baik demokrasi maupun perencanaan terpusat masing-
masing diilhami oleh lembaga keluarga. Tetapi keduanya meremehkan satu hal
bahwa keluarga diikat oleh ikatan cinta kasih. Baik antara suami istri, maupun anak-
anak dengan kedua orang tuannya. Ikatan cinta kasih ini menyebabkan tegaknya
lembaga keluarga.
Dengan demikian prinsip persatuan, musyawarah, keadilan hanya dapat ditegakkan
jika terdapat ikatan cinta kasih dalam suatu negara. Artinya masyarakat tidak semata
dianggap sebagai kumpulan atom-atom yang diatur dalam hubungan mekanistik
deterministic Newtonian, tetapi juga diatur oleh prinsip indeterministik yang kreatif.

Ekonomi Islam sebagai Ilmu Ahlak


Islam pada dasarnya sebagai suatu Din yang artinya aturan yang menyeluruh baik
hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan
lingkungan alam semesta. Dengan demikian kegiatan perekonomian merupakan salah
satu kegiatan manusia pada dasarnya tidak luput dari system kehidupan secara
menyeluruh. Artinya menjaga ketertiban dan keserasian semesta alam secara
menyeluruh.
Jika dewasa ini kegiatan perekonomian mendominasi kegiatan atau hubungan
manusia, baik pada tingkat lokal, maupun internasional, maka penyakit social
sebagaimana yang terjadi dewasa ini dapat dialamatkan pada kegaitan perekonomian
yang tidak sehat itu sendiri. Problema perekonomian sesungguhnya bukanlah
kontradiksi antara ekonomi pasar dengan ekonomi dengan campur tangan pemerintah
sebagaimana telah disalah mengertikan dewasa ini. Tetapi sesungguhnya konflik yang
terjadi adalah antara ekonomi yang berbasisi riba di dalamnya termasuk ekonomi
neoklasik dan ekonomi Keynesian satu sisi dengan ekonomi yang berbasis non riba
yaitu ekonomi Islam itu sendiri disisi lain.

14
Dengan kata lain penyakit social yang melanda dunia dewasa ini sesungguhnya
karena telah terjangkitnya penyakit riba ditengah masyarakat muslim dan non
muslim.

Ekonomi Kapitalisme (Riba) sebagai sumber masalah dunia


Riba dalam pengertian syariah dapat ditemui ciri-cirinya dalam pengertian bunga
bank dewasa ini. Seperti predetermined artinya besarnya laba telah ditetapkan
didepan, dipungut dengan suatu system yang memungkinkan terjadi secara berlipat
ganda. Mengabaikan adanya risiko dalam dunia usaha, sehingga dunia keuangan
membebankan risiko tersebut kepada sector riil. Pada gilirannya hal ini memberatkan
sector riil, dengan demikian mengundang potensi biaya tinggi (high cost) pada dunia
usaha. Sebagaimana nampak pada diagram berikut :

Tci

Tc rs
E(r) C vc

fci
R(f)
Risiko fcrs

Q
Bunga memberkecil output
r r

l1 l2 L2 q1 q2 Q

Motiv spekulasi Cost push inflation


Ket :
Fci = biaya tetap dengan interest
Fcrs = biaya tetap dengan risk sharing
Q = output

15
E(r) = expected return
Tci = total cost dengan interest
Tcrs= total cost dengan risk sharing

Pada gambar tersebut tingkat bunga bank adalah merupakan tingkat bunga bebas
risiko. Konsep bebas risiko inilah yang pada gilirannya tidak menguntungkan
perkembangan dunia usaha yang sarat dengan risiko. Oleh karena itu perkembangan
perkreditan perbankan terutama dipacu untuk kredit konsumsi. Dan dari gambar
tersebut terbukti bunga bank akan meningkatkan biaya produksi. Dengan kata lain
perbankan syariah dengan sistem profit and loss sharing ternyata akan meningkatkan
efisiensi biaya produksi.
Ironisnya jika hal ini diterapkan untuk perekonomian dualistis maka pls akan
meningkatkan permintaan uang untuk spekulasi. Hal ini dpicu oleh situasi ekonomi
yang cenderung inflatoir. Oleh karena upaya untuk mengifisienkan perekonomian
akan menjurus pada kekacauan itu sendiri. Dengan kata lain tidak sewajarnya jika
perekonomian syariah diberlakukan ditengah ekonomi yang menganut perekonomian
ribawi. Karena hanya akan merusak citra ekonomi syariah itu sendiri yang dianggap
tidak dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh ekonomi ribawi.

Biaya Restrukturisasi Krisis Perbankan


di mancanegara
Episode Krisis Dalam Persen PDB
Perbankan
Negara Asia (1997-
2000) 17
Korea Selatan 29
Thailand 47
Indonesia 29
Cile (1981-1987) 19
Meksiko(1994-1999) 4
Swedia(1990-1993) 2
Amerika Serikat
Sumber : IMF

16
Risiko yang diakui secara umum adalah terjadinya kekacauan (chaos)melanda
perekonomian dunia. Hal ini terutama karena tingkat bunga mengalami floating rate
atau tingkat bunga mengambang. Tinggi rendahnya tingkat bunga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran di pasar uang. Pada gilirannya hal ini memicu terjadinya
kegiatan perjudian dalam skala global (motiv of speculation). Dengan berkedok
pusat-pusat keuangan dunia seperti financial market (pasar uang) maupun stock
market(pasar modal).

Nama ahli Definisi Riba Unsur-unsur Jenis-


riba
Imam -Sesuatu yang bertambah Bertambah
Nawawi
Kitab Al -Tambahan pada sesuatu Tambahan
Mughni Al tertentu
Muhtaaj -akad atau perjanjian tukar Akad tukar menukar, Riba fadli,
(Imam menukar secara khusus yang kadar tidak riba
Nawawi) tidak diketahui kadar diketahui, nasiah
persamaannya menurut penundaan
ukuran syariah ada saat penyerahan.
terjadinya perjanjian tersebut,
atau pada saat terjadinya
perjanjian tersebut materi
yang dipertukarkan ditunda
penyerahanya, baik salah
satu atau seluruhnya.
Ibn Hajar Inti riba adalah kelebihan baik Kelebihan; barang
‘Askalani itu berupa kelebihan dalam maupun uang;
bentuk barang maupun uang, penukaran;
seperti dua rupiah sebagai
penukaran satu rupiah.
Allama Riba berarti kelebihan atau Kelebihan; Al Fadl
Mahmud al pertambahan; dan jika dalam pertukaran; barang;
Hassan suatu kontrak penukaran
Taunki barang (pertukaran barang
dengan barang), lebih dari
satu barang yang diminta
sebagai penukaran satu
barang yang sama.
Shah Wali Hutang yang diberikan Hutang; kelebihan; Al Nasiah
Ullah dengan persyaratan bahwa
peminjam akan membayar
lebih daripada apa yang telah
ia terima dari pemberi
pinjaman.
Bakar Ibn al Setiap kelebihan merupakan Kelebihan; tanpa Al fadl
Arabi riba sebagai pengembalian imbalan; Al Nasiah
karena tidak ada imbalan
yang harus dibayarkan.

17
Mujahid Apabila seseorang Kontrak pinjaman; Al Nasiah
mengadakan kontrak perpenjangan waktu;
pinjaman dengan seseorang, kelebihan;
ia akan meminta
perpenjangan masa
pengembalian dan sebagai
imbalannya, peminjam itu
akan membayar sejumlah
kelebihan tertentu dari jumlah
pinjaman pokok.
Imam Razi Merupakan kebijaksanaan Pinjaman uang; pemi Al Nasiah
pada jaman pra Islam yaitu jam;
mereka yang memberikan periodetertentu;
pinjaman sejumlah uang Bunga; peningkatan
kepada orang lain dalam terjadi jika
periode waktu tertentu dan (perpanjangan waktu
dari peminjam tersebut )tidak mampu
pemberi pinjaman menerima mengembalikan;
sejumlah uang tertentu setiap
bulan sebagai bunga,
terakhir, peminjam diminta
untuk mengembalikan
pinjamannya, apabila
peminjam tidak mampu
mengembalikannya, ia
diberikan perpanjangan waktu
pengembalian seiring dengan
peningkatan bunga yang
dikenakan.
Afzalurrahm Riba adalah pembayaran Riba mengandung Riba
an yang dikenakan terhadap tiga unsure yaitu : Nasi’a
pinjaman pokok sebagai -Viz, yang Riba al
imbalan terhadap masa ditambahkan Fadl
pinjaman itu berlaku di mana pada pokok
modal pinjaman tersebut pinjaman,
digunakan. -Besarnya
penambahan
menurut jangka
waktunya
-Jumlah
pembayaran
tambahan
berdasarkan
persyaratan yang
telah disepakat
Semua transaksi
yang
mengandung
ketiga unsur
tersebut
termasuk
kategori riba.
Umer chapra -Meningkatkan, penambahan, Pertumbuhan Riba al
Prof. Dr. pengembangan atau nasi’ah
(Toward a pertumbuhan. Riba al

18
just -secara teknis fadl.
Monetary riba mengacu pada premi Premi, peminjam,
System) yang harus dibayar oleh pemberi pinjaman,
(Neo peminjam kepada pemberi syarat penangguhan.
revivalis) pinjaman bersama dengan
pinjaman pokok sebagai
syarat untuk memperoleh
pinjaman lain atau untuk
penangguhan.
-riba mempunyai makna yang -bunga;
sama dengan bunga.
Muhammad Bunga dalam semua i.dalam Riba al
Uzair (Neo bentuknya adalah sama membayarkan nasiah
revivalis) dengan riba kembali pinjaman
hanya uang pokok
yang harus
dikembalikan kepada
kreditor, oleh karena
itu setiap kenaikan
yang telah
ditentukan
sebelumnya
melebihi dan diatas
uang pokok adalah
riba;
ii. bahwa uang itu
steril
iii. bahwa untuk
mengembalikan
pinjaman seseorang
harus menanamkan
uang dengan
penuh risiko.
Al Alusi Riba artinya tambahan… Tambahan atas Al nasi’ah
(buku Ruh al menurut Syara’, riba adalah harta, hutang, tanpa
ma’ani). tambahan atas harta (dalam imbalan
pelunasan hutang) tanpa
imbalan harta.
Al Tabataba’I Menukar/mengganti sesuatu Mengganti, ada Al fadl
(Al Mizan fi dengan sesuatu yang tambahan, Al Nasi’ah
Tafsir al sebanding dan ada tambahan. pembeli/peminjam,
Qur’an, …riba ini terjadi ketika pihak kesulitan.
Bairut, Dar al pembeli atau peminjam dalam
Fikr, tt) kesulitan…
Muh Tambahan atas jumlah 1. transaksi Al Nasi’ah
Zuhri,Dr. pinjaman barang pada pinjam
(Riba dalam masa pelunasan , bila meminjam.
Al Qur’an tambahan itu diperjanjikan 2. Ada
dan masalah pada akad peminjaman. tambahan.
perbankan) 3. dijanjikan
terlebih
dahulu,.
4. diperhitungka
n sesuai
dengan

19
panjang
pendeknya
tenggang
waktu
peminjaman.
Abul A’la Jumlah yang diterima oleh Pemberi pinjaman, Al nasiah
Mawdudi pemberi pinjaman dari penerima pinjaman, Al fadli
(Towards penerima pinjaman dengan angka bunga pasti.
Understandin angka bunga yang pasti
g the Qur’an - Riba adalah suatu jumlah
I) bayaran yang dikenakan
terhadap suatu pinjaman
pokok sebagai imbalan atas
jangka waktu pinjaman
tersebut selama modal
pinjaman tersebut digunakan.
dan itu mengandung tiga
unsur yaitu tambahan
terhadap modal pokoknya,
besarnya tambahan sesuai
dengan jangka waktunya, dan
besarnya tambahan
merupakan hasil tawar
menawar.
Muhammad Tambahan pembayaran yang Tambahan Al nasi’ah
Abduh (w diminta dari pinjaman yang pembayaran; Al Fadl
1905) telah melewati batas tempo pinjaman; lewat
pembayaran, sehingga batas tempo;
mengalami penangguhan penangguhan,
yang menyebabkan hutang meningkat.
meningkatnya pembayaran
hutang.
Ibn Yaitu sebuah bentuk bunga Bunga, penambahan Riba al
Taymiyah konvensional, yang berlaku uang, atas pinjaman, nasi’ah
diseluruh bangsa, yaitu periode tertentu
penambahan sejumlah uang
yang dikenakan atas
pinjaman seteleh periode
tertentu.
Ibn Qayyim
Murtadha Riba berkenaan kegiatan Riba
Mutahhari Bank qardhy
Riba qardhy seseorang riba yang
meminjam sejumlah barang berkaitan
atau uang kepada orang lain, dengan
kemudian ia mengembalikan pinjaman
-nya dengan tambahan. Riba
Riba mu’amaly transaksi yang mu’amaly
berlaku dalam pertukaran riba yang
antar jenis barang yang sama, berkaitan
misal -nya gandum kualitas dengan
tinggi dengan gandum transaksi.
kualitas rendah.

20
PENGERTIAN RIBA MENURUT JENISNYA
Nama Jenis riba Definisi Unsur-unsur
ahli/buku
Badaai’ ash- Fadhl Tambahan pada jenis Tambahan
shanaai’ harta(materi) yang disyaratkan, jual
dipersyaratkan dlaam beli.
An nasiiah perjanjian jual beli sesuai a. Keuntungan,
criteria syar’i. harus dibayar,
-a. keuntungan atau waktu tertentu.
tambahan atau kelebihan b.tambahan dari
yang harus dibayarkan pada jumlah hutang,
waktu tertentu; ukuran atau
-b tambahan atau kelebihan timbangan
materi dari jumlah hutang
pada kedua ukuran atau
timbangnnya apabila jenis
barang yang dipertukarkan
berbeda, atau tambahan
timbangan apabila jenis
barang yang diertukarakan
adalah sama.
Ibn Dalam Pengenaan jumlah
Taymiyah Pertukaran tambahan dalam pertukaran
Barter secara barter atas
Riba al fadl komoditas yang sama.
Misalnya, menjual atau
membeli satu kuintal
gandum diganti dengansatu
kuintal dan lima kilo
gandum.

Riba al Pertukaran barang secara


nasi’ah barter sejumlah komoditas
tertentu (misalnya emas,
perak, gandum, gula palem,
garam dan sebagainya)
dengan barang yangsama
atau serupa, dimana yang
satu diserakan langsung,
ssementara lainnya
diserahkan
kemudian.Misalnya,
menukarkan 10 gram emas
sekarangdengan 10 grasm
emas, yang diabyarkan
kembali setelah dua minggu.
Atau menjual satu kuintal
gandum ssekarang dengan
dua kuintal gandum ,
yangdiserahkan seeleh
sebulan.

21
Umar chapra Al nasi’ah -Berakar dari kata nasa’a -Penangguhan,
yang berarti penangguhan, batas waktu
penundaan, tunggu, merujuk tertentu, hutang,
pada waktu yang diizinkan tambahan(premi)
bagi peminjam untuk -Bunga pinjaman.
membayar kembali hutang
berikut tambahan atau Dalam pembayaran
Al Fadhl premi. Dengan demikian riba tunai, pengiriman
nasi’ah mengacu pada barang secara
bunga atas pinjaman. langsung,
-riba yang dapat dijumpai perdagangan,
dalam pembayaran dari
tangan ke tangan dan obral
barang dagangan.Istilah ini
disatu pihak mencakup
semua transaksi yang
menyangkut pembayaran
secara tunai dan dilain pihak
pengiriman barang secara
langsung.
Afzalurrahm Riba Nasi’a Riba tersebut dapat ditemui - Pertukaran
an dalam segala jenis transaksi barang, jenis
kredit di manasuatu dan nilainya
pinjaman diberikan kepada sama, tetapi
seseorang dengan jumlahnya
membayar bunga setiap tidak sama,
bulan yang melebihi dari baik secara
jumlah ipinjaman pokok. kredit
Apabila masa kontrak yang maupun
ditetapkan telah berakhir, tunai.
pemberi pinjaman akan Sebagai
meminta kembali pijaman contoh
pokoknya; dan apabila pertukaran
peminjam tidak mampu satu ons
membayarknya, pemberi emas
pijaman akan denganseten
memperpanjang masa gah ons
pengembaliannya dengan emas.
Riba al Fadl syarat bahwa peminjam - Pertukaran
harus membayar sejumlah barang,
uang tertentu seperti yang jenisnya
telah ditentukan pada saat sama tetapi
transaksi. nilai atau
harganya
-Unsur riba terdapat dalam berbeda,
pertukaran barang-barang jumlahnya
yang mempunyai jenis sama tidak sama,
tetapi berkualitas berbeda. baiksecara
-riba tidak hanya pada kredit
transaksi uang tetapi juga mengandung
terdapat pada semua bentuk unsure riba.
transaksi barter dimana Pertukaran
seseorang menerima semacam ini
kelebihan atau di aatas akan
komoditas yang terbebas dari

22
dipertukarkan. unsure riba
apabila
dijalankan
dari tangan
ke tangan
secar tunai.
- Pertukaran
barang,
sama nilai
atau
harganya
tetapi
berbeda
jenisnya,
berbeda
kuantitasnya,
dalam
bentuk
kredit,
mengandung
unsure riba.
- Pertukaran
barang, yang
baik jenis
maupun
nilainya
berbeda,
dengan
kuantitas
yang tidak
sama, baik
secara kredit
maupun dari
tangan ke
tangan,
terbebas dari
riba,
sehingga
diperbolehka
n.
- Jika barang
itu capuran
yang
mengubah
jenisdan
nilainya,
pertuakran
dengan
kuantitas
yangberbeda
s baik secar
kredit
maupun dari
tangan ke
tangan,

23
terbebas dari
unsure riba
sehingga
sah.
- Didaslam
perekonomia
n yang
berasasskan
uang,
dimana
harga barang
ditentukan
denganstand
ar mata uang
sutau
negara,
pertukaran
suatu barang
yangsama
dengan
kuantits yang
berbedas,
baiksecara
kreditmaupu
ndari tangan
ke tangan,
keduanya
terbebas dari
riba.

Hubungan Antara Riba dan Sedekah


Allah berfirman : ‘Allah menghapuskan riba dan menyuburkan sedekah’ dari ayat
tersebut terang bahwa Alllah menetapkan hubungan antara riba dan sedekah saling
meniadakan. Atau terjadi hubungan negatif. Ketika riba dihapuskan maka sedekah akan
subur. Dan sebaliknya ketika riba subur maka sedekah akan terhapus.

riba

24
ZIS

Model hubungan negatif tersebut akan memiliki implikasi yang serius terhadap dunia
perekonomian jika antara ekonomi yang berbasis riba satu sisi dengan yang berbasis
syariat dilain pihak dicampurkan atau sama–sama diberlakukan..

Dualisme Perekonomian : system riba dan system non riba (ZIS).


Pemberlakuan atau penerapan system dualis antara ribawi dan non riba akan membawa
dampak dimana system non riba akan dikalahkan oleh system riba. Secara moral dapat
diberikan alasan karena system non riba lebih didasarkan kerjasama dan bukan
persaingan. Demikian pula paham yang mengutamakan invidvidu ditiadakan tetapi lebih
altruistic, tanpa mengabaikan hak-hak individu. Selain itu efek riba membawa madarat
seperti ketimpangan yang dalam, sehingga mayoritas masyarakat tidak dapat
diberdayakan. Secara teoritis hal ini dapat dilihat dalam diagram :

r
r

I ZIS

25
Y
Y=ZIS Y=ZIS

ZIS
I

Dari grafik tersebut nampak bahwa hubungan negative antara tingkat bunga r
dengan investasi I berakibat pada hubungan negative antara tingkat bunga
dengan zakat infak sedekah atau ZIS. Pada gilirannya secara makro ketika
tingkat bunga dinaikkan akan berakibat pada mengecilnya zis yang dikeluarkan
oleh masyarakat muslim.

Kesimpulan
Meskipun beberapa undang-undang yang terkait dengan pengelolaan pasar uang dan
pasar modal telah disyahkan , jika keberadaan ekonomi kapitalisme tetap diberlakukan
maka manfaat ekonomi syariah akan digerus oleh kebrutalan ekonomi kapitalisme.
Karena efek bunga memang akan merugikan bagi kehidupan masyarakat. Dengan kata
lain kekayaan akan mengalir kepada masyarakat kapitalis.
Oleh karena itu rekomendasi penulis adalah secara pasti pemerintah harus berpihak
kepada pemberdayaan masyarakat. Munculnya berbagai jenis lembaga keuangan yang
berusaha berpihak kepada masyarakat , adalah membuktikan bahwa semangat
merealisasikan keadilan tetap membara dihati masyarakat Indonesia. Mulai LKNB

26
sejenis BMT dan CU merupakan lembaga kredit yang bersemangat kerakyatan. Yang
perlu diingat adalah penggunaan instrument bunga sebagai inti, instrument kapitalisme,
karena tidak memperhitungkan kondisi risk & return dari sektor riil.

Kepustakaan :
Ahmad Muhammad Al Assal , Dr dan Fathi Ahmad Abdul karim, Dr (1999), An
Nizamul Iqtisadi fil Islam Mabadiuhu Wahdafuhu, Terjemah H
Imam Saefudin, Penerbit Pustaka Setia, Bandung.
Abdullah Zaky Al Kaaf KH (2002), Ekonomi Dalam Perspektif Islam, Pustaka Setia,
Bandung.
Dunya, Syauqi Ahmad (1994) AlIqtishad Al Islami, Terjemah Ahmad Shodiq Noor,
Penerbit Fikahati Aneska, Jakarta.

27
Marthon, Said Sa’ad (2004) Al Madkhal li al fikri Al Iqtishaad fi al Islaam, Terjemah
Ahmad Ikhrom , Dimyauddin, Penerbit Zikrul Hakim, Jakarta.
Nasser Atorf (1999) Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah , Produk-produk dan
Tantangannya : Overview, Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan, Volume 2, Nomor 3, Desember, Bank Indonesia,
Jakarta.
Qardhawi, Yusuf A (1997) Daarul Qiyam wal Akhlaq fil Iqtishodil Islami, terjemah KH
Didin Hafiduddin, M.Sc, Setiawan Budiutomo, Lc; Aunur Rofiq
Shaleh Tamhid, Lc., Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian
Islam, Rabbani Press, Jakarta.
Rahardja, Prathama (2001), Ekonomi, Intan Pariwara, Klaten.
Razavi, Mehdi B(2001), Islamic Economic System, IQTISHAD,Journal of Islamic
Economics, vol 2 No 1 Muharram 1422/Maret, UII, Yogyakarta.
Siregar, Mulya E (1999) Manajemen Moneter Alternatif dan Penerapannya di Indonesia,
Bulletin ekonomi Moneter dan Perbankan, volume 2, Nomor 3,
Desember, Bank Indonesia, Jakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai