Anda di halaman 1dari 17

PENANGGULANGAN KOROSI TIANG PANCANG PIPA BAJA JEMBATAN

DENGAN CARA PROTEKSI KATODIK ANODA KORBAN

OLEH:
Dra. Lien Suharlinah
Drs. Madi Hermadi

Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana Transportasi

ABSTRAK

Salah satu cara penangulangan korosi pada Tiang Pancang Pipa Baja jembatan,
khususnya untuk bagian yang berada di lingkungan air dan atau tanah, adalah
dengan Proteksi Katodik Anoda Korban. Cara ini dilakukan karena cara lain yang
umum dilakukan pada penanggulangan korosi, yaitu dengan cara pengecatan,
relatif sulit dilakukan di dalam media air dan atau tanah. Proteksi katodik anoda
korban adalah suatu teknik penanggulangan korosi dengan cara menghubungkan
logam yang akan diproteksi dengan logam lain yang dikorbankan (anoda Seng,
Magnesium, dan Alumunium) dalam media elektrolit sehingga membentuk suatu sel
listrik. Logam yang dijadikan sebagai anoda korban harus mempunyai potensial
listrik lebih negatif dari logam yang diproteksi. Pada sel ini, katoda tidak akan
terkorosi karena memiliki cukup elektron sedangkan anoda akan terkorosi hangga
habis sesuai umur rencana dan harus diganti dengan anoda baru. Agar teknologi
penanggulangan korosi ini dapat tersosialisasi lebih luas maka pada makalah ini
akan disampaikan hal-hal mengenai penanggulangan korosi tiang pancang pipa
baja jembatan dengan cara proteksi katodik anoda korban yang meliputi prinsip-
prinsip umum, bahan anoda dan parameter yang digunakan dalam
perencanaannya. Sampai saat ini, memang masih sedikit jembatan yang diproteksi
katodik. Namun dari hasil pengamatan terhadap jembatan yang diproteksi diketahui
bahwa sampai umur rencana proteksi katodik anoda korban tiang pancang pipa
baja jembatan (jembatan Cisadane dan Jembatan Kedung Gede) relatif tidak
terkorosi.

1. PENDAHULUAN

Korosi tiang pancang pipa baja adalah menurunnya mutu tiang pancang pipa baja
akibat bereaksi dengan lingkungan secara elektrokimia. Korosi akan terjadi apabila
terdapat anoda, katoda, elektrolit, dan hubungan listrik antara anoda dan katoda.
Anoda dan katoda terjadi apabila terdapat dua logam yang memiliki potensial listrik
yang berbeda. Pada tiang pancang pipa baja, anoda dan katoda dapat terbentuk
akibat mutu baja yang tidak seragam atau lingkungan yang menyebabkan
terjadinya perbedaan potensial listrik pada bagian-bagian tiang pancang pipa baja.
Apabila pada anoda dan katoda ini terdapat hubungan listrik (kontak satu sama
lain) dan keduanya berada pada lingkungan air atau tanah yang bersifat elektrolit
dan memiliki tahanan jenis yang rendah, maka akan terjadi proses korosi dimana
bagian baja yang berfungsi sebagai anoda akan rusak dan membentuk karat.

Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) ke 8 Wilayah Barat di Batam 1


Dengan demikian, maka tebal baja pada tiang pancang pipa baja tersebut akan
terus menerus berkurang sejalan dengan laju korosinya.

Proteksi katodik adalah suatu teknik penanggulangan korosi komponen baja


jembatan, khususnya pada bagian tiang pancang pipa baja yang berada dalam
lingkungan air dan atau tanah karena pada bagian tersebut relatif sulit dilakukan
teknik penanggulangan korosi dengan teknik yang lebih murah yaitu pengecatan.
Pada prinsipnya, korosi terjadi karena adanya aliran elektron dari bagian tiang
pancang pipa baja (anoda) yang diikuti dengan perubahan logam menjadi ion
logam (karat) ke bagian tiang pancang pipa baja lain yang karena kualitas baja atau
kondisi lingkungannya menjadi katoda. Pada proteksi katodik, terjadinya kerusakan
baja akibat aliran elektron dari anoda ke katoda ditanggulangi dengan memberikan
pasokan elektron secukupnya pada seluruh struktur baja yang dilindungi atau
dengan kata lain menjadikan seluruh struktur baja tersebut menjadi katoda yang
kaya akan elektron. Dilihat dari cara memasok elektron, proteksi katodik terbagi
dalam dua cara, yaitu:
a) Metoda arus terpasang (impressed current) yaitu pasokan elektron dilakukan
dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa baja dengan katoda pada
suatu sumber listrik. Metoda ini menggunakan sumber arus searah dari luar,
misalnya Transformer Rectifier, DC Generator, dan lain-lain. Rangkaian dari
sistem ini dapat dilihat pada Gambar 1. sebagai berikut:

Sumber arus searah

Anoda
Elektron
(Fe, Platina, Besi tuang)

e
e
Katoda
Elektrolit

Katoda e
lokal e
Anoda
lokal

Arus proteksi

Gambar 1. Proteksi katodik arus terpasang

Arus listrik pada sistem ini dialirkan ke permukaan logam yang diproteksi melalui
anoda pembantu, misalnya Anoda Graphite, Baja, Platina, dan Besi Tuang.
Keuntungan besar dari metoda arus terpasang adalah bahwa sistem ini dapat
menggunakan anoda inert atau anoda yang tahan karat seperti platina dan
karbon. Metode ini tidak disampaikan lebih terperinci pada makalah ini.

Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) ke 8 Wilayah Barat di Batam 2


b) Metoda anoda korban (sucricifial anoda) yaitu pasokan elektron dilakukan
dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa baja dengan logam lain
sebagai anoda korban yang memiliki potensial lebih rendah. Pada cara ini
terjadi aliran elektron dari logam dengan potensial yang lebih rendah ke tiang
pancang pipa baja yang potensialnya lebih tinggi. Dengan demikian maka tiang
pancang pipa baja akan terlindung dari korosi namun sebagai konsekwensinya
logam anoda dalam waktu tertentu akan rusak/habis dan selanjutnya dapat
diganti atau diperbaharui. Mengganti anoda lebih ringan secara teknik maupun
ekonomis dibanding mengganti tiang pancang pipa baja. Gambar 2.
menunjukkan rangkaian dari proses sistem ini.

Arus Elektrolit
Katoda
Anoda
(Zn, Mg, Al)

Elektron

e
e

e
e Anoda
Katoda lokal
lokal

Arus proteksi

Gambar 2. Proteksi katodik anoda korban

2. BAHAN DAN SIFAT ANODA KORBAN

Anoda korban harus terbuat dari logam yang mempunyai potensial listrik lebih
rendah dari logam yang diproteksi (Lihat Tabel 1). Logam yang diproteksi dalam hal
ini adalah tiang pancang pipa baja jembatan. Dengan demikian maka akan terjadi
aliran elektron (supley elektron) dari anoda ke katoda yang berlangsung secara
terus menerus sampai logam anoda yang dikorbankan habis.

Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) ke 8 Wilayah Barat di Batam 3


Tabel 1. Nama, Lambang dan Potensial Logam
Normal Normal
Nama Logam Lambang p Nama Logam Lambang
o
t
e
n
s
i
a
l
(
V
o
lt
)
Emas Au3+ + 1,42 Kadmium Cd2+ - 0,40
Platina Pt2+ + 1,20 Besi Fe2+ - 0,43
Perak Ag+ + 0,80 Khrom Cr2+ - 0,51
Tembaga Cu+ + 0,34 Seng Zn2+ - 0,76
Hidrogen H+ + 0,00 (Std) Alumunium Al3+ - 1,67
Timbal Pb2+ - 0,13 Magnesium Mg2+ - 2,34
Timah Putih Sn2+ - 0,14 Natrium Na+ - 2,74
Nikel Ni2+ - 0,25 Kalium K+ -2,92

Anoda yang digunakan pada proteksi katodik tiang pancang pipa baja jembatan
dengan metoda anoda korban biasanya digunakan logam paduan dari Magnesium,
Seng, dan Alumunium sebagaimana tampak pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Bahan-bahan dan sifat anoda korban


Sifat Paduan Seng* Paduan Alumunium** Paduan Magnesium***
Komponen (%) Al : 0,4 – 0,6 Al : sisa Al : < 0,01
Cd : 0,075–0,125 Cu : < 0,006 Cu : 0,02
Cu : < 0,005 Fe : < 0,1 Fe : < 0,03
Fe : < 0,0014 Hg : 0,02 – 0,05 Mg : rem
Tb : < 0,15 Si : 0,11 – 0,21 Mn : 0,5 – 1,3
Si : < 0,125 Zn : 0,3 – 0,5 Ni : 0,001
Zn : sisa Lain-lain,masing- Pb : < 0,01
masing < 0,02 Sn : < 0,01
Zn : 0,01
Kapasitas Ekorr ( SSC ) 780 Ah-kg-1 2640 Ah-kg-1 1232 Ah-kg-1
-0,1050 mV -0,1000 mV -0,1700 mV
Kerapatan kg-m-3 7060 2695 1765
Kapasitas Ah-kg-1 780 2,640 1,232
Pengausan( berat ) 10,7 3,2 4,1
Kg – Ay-1
Pengausan (volume) 1518 1180 1196
ml – Ay-1
Keluaran Am-2 6,5 6,5 10,8
Ekorr ( SSC ) mv -1050 -1050 -1700
* = Spesifikasi Departemen AS untuk bahan Anoda Korban Seng membutuhkan pengontrolan
lebih ketat dalam hal tingkat kemurnian dari pada bahan ini.
** = Merk dagang Impalloy
*** = Merk dagang Dow Chemical Company
SSC = Ag/AgCl

Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) ke 8 Wilayah Barat di Batam 4


Di samping sifat anoda, faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi proses proteksi
katodik yaitu :
a) Luas permukaan TPPB yang akan diproteksi. Makin luas permukaan makin
banyak anoda yang digunakan;
b) Beda potensial listrik antara anoda dan katoda. Makin besar perbedaan makin
besar arus proteksi dari anoda ke katoda;
c) Logam dan ukuran anoda. Makin kecil tahanan anoda berarti makin sedikit
penggunaan logam anoda. Makin kecil ukuran logam anoda makin besar
tahanan anoda, berarti makin banyak penggunaan logam anoda.

Bahan anoda korban yang umum untuk baja dalam air laut adalah Seng. Humphrey
Davy dalam tahun 1824 melaporkan keberhasilan penggunaan anoda Seng untuk
melindungi pelapis tembaga pada kapal perang. Seng digunakan untuk proteksi
katodik di air laut dan air tawar, Seng khususnya sangat sesuai untuk proteksi
katodik di kapal-kapal yang bergerak antara air laut dan air sungai ( muara sungai ).
Anoda Seng yang digunakan untuk melindungi bantalan-bantalan tangki, pengubah
panas, dan banyak komponen-komponen mekanis pada kapal, pembangkit listrik
pantai, dan struktur-struktur di pantai. Anoda Magnesium adalah anoda korban
yang biasa dispesifikasikan untuk penggunaan ditanam di dalam tanah. Khusus
anoda Magnesium di Amerika Serikat tersedia dengan kemasan terbungkus
lempung bentonit di dalam kantong kain. Bungkus ini menjamin bahwa anoda akan
bersifat konduktif lingkungan dan mudah terkorosi. Beberapa anoda Magnesium
telah digunakan untuk struktur lepas pantai. Alumunium juga digunakan pada
struktur lepas pantai di mana beratnya yang ringan dan menguntungkan,
Alumunium tidak pasif di dalam air garam bila ada tambahan logam paduan tertentu
seperti Titanium, Antimon, dan Merkuri.

3. PERENCANAAN PROTEKSI KATODIK ANODA KORBAN

Perencanaan proteksi katodik anoda korban meliputi beberapa tahap kegiatan


yaitu:
 Pengukuran luas tiang pancang pipa baja yang terdiri dari luas dalam air dan
luas dalam tanah;
 Pengukuran potensial tiang pancang baja;
 Pengukuran tahanan jenis air dan tanah tempat tiang pancang dipasang;
 Identifikasi karakteristik dan jenis anoda
 Perhitungan tahanan anoda dalam air dan dalam tanah;
 Perhitungan arus yang dihasilkan anoda dalam air dan dalam tanah;
 Perhitungan umur proteksi dalam air dan dalam tanah;
 Pengukuran rapat arus dan perhitungan arus proteksi yang diperoleh dari
pengukuran luas permukaan luar pipa baja dalam air dan dalam tanah dikalikan
dengan rapat arus dalam air dan dalam tanah;
 Penghitungan kebutuhan minimum anoda diperoleh dari arus proteksi dibagi
dengan arus yang dihasilkan anoda.

Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) ke 8 Wilayah Barat di Batam 5


3.1 Penentuan luas tiang pancang pipa baja
Luas permukaan proteksi adalah luas seluruh permukaan tiang pancang baik yang
ada di dalam air maupun dalam tanah. Dimensi tiang pancang bisa didapatkan
pada as built drawing jembatan. Formula perhitungan luas permukaan tiang
pancang adalah
D = 2π RH
Keterangan:
D = Luas permukaan tiang pancang terendam dan tertanam dalam m2
R = jari-jari tiang pancang, dalam m
H = Ketinggian tiang pancang, dalam m.

3.2 Pengukuran potensial tiang pancang


Pengukuran potensial tiang pancang pipa baja menggunakan alat Multimeter
dengan elektroda pembanding jenis Cu/CuSO4, 5H2O jenuh atau jenis Ag/AgCl.
Gambar alat multimeter dapat dilihat pada gambar 3.
Baja akan terproteksi dari korosi apabila besarnya potensial terhadap elektroda
pembanding Cu/CuSO4 adalah kurang dari –0,850 Volt dan besarnya potensial
terhadap elektroda pembanding elektroda Ag/AgCl kurang dari –0,805 Volt.
Sebaliknya, baja terproteksi tidak tercapai bila potensial lebih dari –0,850 Volt
elektroda pembanding Cu/CuSO4, atau potensial lebih dari –0,805 Volt elektroda
pembanding Ag/AgCl.

Gambar 3
Pengukuran potensial tiang pancang pipa baja dengan alat multimeter

3.3 Pengukuran tahanan jenis air dan tanah


Tahanan jenis terhadap air dan/atau tanah yang ada di sekitar lokasinya
mempengaruhi besarnya tingkat korosifitas dari tiang pancang pipa baja jembatan.
Derajat korosifitas tanah, khususnya pada daerah abutment ditentukan dengan
menggunakan alat resitivity megger . Set pada area lokasi jembatan dilakukan
dengan beberapa variable jarak (d) dengan memindahkan batang elektroda pada
garis lurus. Gambar tahanan jenis air dapat dilihat pada gambar 4.

Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) ke 8 Wilayah Barat di Batam 6


Gambar 4. Rangkaian kutub-kutub dari batang elektroda
Keterangan gambar :
A = Amperemeter D = Voltmeter
B = batang elektroda E = tombol
C = permukaan tanah F = adalah baterai
d = jarak garis anoda V = adalah Resistimeter

3.4 Identifikasi karakteristik anoda

Anoda yang akan digunakan diidentifikasi karakteristik dan jenisnya, terutama untuk
mengetahui komposisi bahan anoda, ukuran, berat bersih, berat kotor, core,
potensial dan density. Data ini biasanya tertulis pada pembungkus anoda ketika
dibeli dari penyalur.

3.5 Perhitungan tahanan anoda dalam air dan dalam tanah


a) Tahanan anoda dalam air
Tahanan anoda dalam air dihitung dengan rumus:
C   2L  
R= ln  − 1
2πL   r  
Keterangan :
R = Tahanan anoda dalam air, Ω L = Panjang anoda, cm
C = Tahanan jenis air, Ω cm r = Jari-jari anoda, cm

b) Tahanan anoda dalam tanah


Tahanan anoda dalam tanah dihitung dengan rumus:
0,00521 C   8L  
Rv = 2,3 log   − 1
L   d  
Keterangan:
Rv = Tahanan anoda vertikal dlm tanah, Ω L = Panjang anoda, feet
C = Tahanan jenis tanah, Ω cm d = Diameter anoda, feet

3.6 Perhitungan arus yang dihasilkan anoda dalam air dan dalam tanah

Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) ke 8 Wilayah Barat di Batam 7


Arus yang dihasilkan anoda tergantung pada bentuk anoda, tahanan dari
lingkungan, potensial dari struktur/pipa (E2) yang biasanya -0,8 Volt Ag/AgCl dan
potensial anoda (E1). Jadi arus yang dihasilkan anoda dihitung dengan rumus:

I0 =
(E − E ) − E
1 1
1
2

R
Keterangan:
I0 = arus yang dihasilkan anoda, Ampere E2 = potensial pipa, Volt
E1 = potensial anoda, Volt R = tahanan anoda, Ω
E11 = potensial drop, Volt

3.7 Perhitungan umur proteksi dalam air dan dalam tanah


Umur proteksi dihitung dengan rumus:
WxC
T =
I 0 x8760
Keterangan:
T = Umur proteksi(Th), W = Berat anoda (kg), C = Kapasitas anoda, Ampere jam/kg
I0 = Arus yang dihasilkan anoda (Ampere), 8760 = Konversi dari tahun ke jam

3.8 Pengukuran rapat arus dan perhitungan arus proteksi


Rapat arus diperlukan untuk kebutuhan jumlah arus proteksi struktur baja tiang
pancang. Pengukuran rapat arus menggunakan alat seperti Adjustable DC Power
Source yang dilengkapi dengan Voltmeter. DC Ampermeter, Switch (tombol),
batang elektroda sebagai penyalur arus. Pengukuran Rapat Arus (Current Density)
dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Pengukuran rapat arus (current density)


Keterangan gambar :
A, B, C adalah Voltmeter F adalah Adjustable DC Source
D adalah DC meter G adalah Switch (tombol)
E adalah Batang Elektroda dengan jarak ± H adalah Refrence Cell
30480 cm dari TPPB I adalah Remote Copper Sulfat Refrence
Electrode

Dengan memperkirakan luas permukaan baja dalam m2 maka rapat arus dapat
dihitung sebagai berikut.
Misal:

Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) ke 8 Wilayah Barat di Batam 8


pembacaan angka arus = 200 mA
pembacaan potensial = -0,850 Volt
perkiraan luas permukaan baja = 100 m2
200 mA mA
jadi rapat arus = 2
=2 2
100 m m
arus proteksi (IP) = luas permukaan luar pipa baja dlm air dan dlm
tanah x rapat arus dalam air dan dlm tanah

3.9 Penghitungan kebutuhan minimum anoda


Kebutuhan minimum anoda dihitung dengan rumus:
Ip
γa =
I0
Keterangan:
γ = Kebutuhan minimum anoda, buah I0 = Arus yang dihasilkan anoda, Ampere
Ip = Arus proteksi, Ampere arus proteksi (IP) = luas permukaan luar
pipa baja dalam air dan dalam tanah x
rapat arus dalam air dan dalam tanah

4 PENEMPATAN DAN POSISI ANODA KORBAN

Sistem proteksi katodik hanya efektif pada lingkungan berair atau lembab. Karena
itu, anoda korban pada sistem proteksi katodik harus selalu dalam keadaan
terendam atau ditanam pada tanah yang basah. Untuk dapat menempatkan anoda
korban dengan baik, perlu dilakukan pengecekan terhadap tinggi muka air minimum
dan kelandaian dasar sungai.

Gambar 6. Situasi lokasi tanah jembatan untuk proteksi katodik


Pada prinsipnya arus yang dihasilkan anoda harus dapat mengalir pada tiang
pancang pipa baja yang akan diproteksi. Untuk itu, perlu dibuat loop tertutup
dengan cara:
a. Tiang-tiang pancang pipa baja tiap bagian jembatan, satu sama lain
dihubungkan antara lain dengan besi profil, besi beton φ 1” (2,54 cm) sehingga
membentuk suatu sirkuit tertutup;
b. Anoda didistribusikan secara merata pada tiang pancang pipa baja dengan
jumlah sesuai kebutuhan.

Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) ke 8 Wilayah Barat di Batam 9


4.1 Penempatan anoda di dalam air
Anoda pada sistem proteksi anoda korban harus ditempatkan pada daerah di
bawah permukaan air terendah agar anoda selalu terendam air, sedangkan titik
penghubung (las) dapat bebas di atas permukaan air. Gambar posisi anoda dapat
dilihat pada gambar 7. :

Gambar 7. Posisi anoda korban


(harus 1 m di bawah muka air terendah)

4.2 Penempatan anoda di dalam tanah atau tepat di permukaan tanah


Apabila anoda harus ditanam atau ditempatkan tepat di permukaan tanah dasar
sungai, anoda diupayakan ditanam mengikuti kelandaian dasar sungai. Gambar
situasi untuk penempatan seperti ini dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Pemasangan anoda balok dalam tanah

5. EVALUASI EFEKTIFITAS PROTEKSI KATODIK

Efektifitas proteksi katodik anoda korban pada tiang pancang pipa baja dapat dilihat
dengan melakukan pengukuran potensial tiang pancang pipa baja dan pH air dan
tanah yang menjadi lingkungan tiang pancang pipa baja tersebut. Proteksi katodik
anoda korban dapat mencegah korosi pada tiang pancang pipa baja apabila pada
diagram potensial-pH berada pada posisi kebal dari korosi (imune) sebagaimana
yang ditunjukkan pada Gambar 9.

Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) ke 8 Wilayah Barat di Batam 10


Gambar 9. Diagram potensial-pH teoritis untuk baja

6. CONTOH PERENCANAAN PROTEKSI KATODIK ANODA KORBAN STUDI


KASUS JEMBATAN MUARA TEMBESI

Jembatan Muara Tembesi dibangun pada lokasi KM Jambi 86 dengan


menggunakan pondasi Tiang Pancang Pipa Baja (TPPB). TPPB dilapisi dengan cat
coal tar epoxy untuk pengamanan korosi. Pengecatan dengan coal tar epoxy saja
belum menjamin TPPB bebas dari serangan korosi terutama untuk bagian TPPB di
dalam air dan di dalam tanah mengingat:
 Bagian TPPB dalam air
Besar kemungkinan adanya cacat pada coal tar epoxy berupa crack, porous,
atau terkelupas yang terjadi pada waktu:
♦ pelaksanaan pengecatan;
♦ pelaksanaan pembangunan jembatan

 Bagian TPPB dalam tanah


Dapat dipastikan adanya cacat pada coal tar epoxy berupa
pengelupasan/goresan yang terjadi pada waktu pelaksanaan perancangan.

Terjadinya serangan korosi akibat adanya cacat pada coal tar epoxy diatasi dengan
cara proteksi katodik. Desain proteksi katodik ini dibuat dengan umur proteksi ± 10
tahun. Sesuai dengan kondisi lingkungan setempat jembatan Muara Tembesi dan
arus proteksi yang dibutuhkan, maka proteksi katodik dengan cara pengorbanan
anoda dipandang yang paling tepat untuk dilaksanakan.

6.1 Luas Permukaan Luar Tiang Pancang Pipa Baja

Tabel 3. Luas Permukaan Tiang Pancang Pipa Baja


No. Bagian Jembatan Luas Permukaan Luar M2 Kererangan
Dalam Air Dalam Tanah

Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) ke 8 Wilayah Barat di Batam 11


1. Kepala jembatan 1 - 558
2. Pilar 1 357 536
3. Pilar 2 326 345
4. Pilar 3 402 380
5. Pilar 4 424 358 Diameter pipa =
6. Pilar 5 380 402 50,8 cm
7. Pilar 6 380 402
8. Pilar 7 201 581
9. Kepala jembatan 2 - 558

6.2 Tahanan jenis


Air : 10.000 Ω cm
Tanah : ± 3.700 Ω cm

6.3 Anoda

Karakteristik anoda yang digunakan pada kasus ini adalah sebagaimana tertera
pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Karakteristik Anoda Yang digunakan


UntukKepala Jembatan
No. Karakteristik Anoda Untuk pilar 1 s/d 6
1, 2 dan Pilar 7
1. Kondisi TPPB Tertanam dlm tanah Terendam Air
2. Jenis High Purity Magnesium Standard Magnesium
70 VT /Dimet Standard Ribbon 3,7 MR/Dimet
Standard
3. Kapasitas 1230 Ampere jam/kg 1230 Ampere jam/kg
4. Ukuran 152,4 x 5,1 x 5,1 cm 0,95 x 1,9 cm
5. Berat bersih 7,0 kg -
6. Berat kotor 7,4 kg 0,37 kg/m
7. Core φ 15,2 cm φ 0,32 cm
8. Potensial (Ref Cell: Ag/AgCl) -1,7 Volt -1,7 Volt

6.4 Tahanan anoda

 Dalam tanah
0,00521 ρ  8.L 
Rv = 2,3 log −1
L  d 
Keterangan : Rv = tahanan anoda vertikal dalam tanah, Ω
ρ = tahanan jenis bahan backfill /tanah, Ω cm
L = panjang anoda, feet
d = diameter, feet

Dari hasil pengukuran di lapangan diperoleh data ρ tanah 3700 Ω cm, ρ back
fill 50 Ω cm, L 8 feet, d 0,5 feet, ukuran back fill 6” x 8” (15,24 cm x 20,32 cm),
tahanan dalam (Internal resistance) 0,072 Ω . Maka setelah dihitung diperoleh
tahanan anoda dalam tanah (Rv) 9,268822 Ω .

Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) ke 8 Wilayah Barat di Batam 12


Dalam air
ρ   2 .L  
Rv = ln   −1
2.π .L   r  

Keterangan: R = tahanan anoda vertikal dalam air, Ω


ρ = tahanan jenis bahan air, Ω cm
L = panjang anoda, cm
r = jari-jari efektif anoda, cm

Dari hasil pengukuran di lapangan diperoleh data ρ 10.000 Ω cm, L1


3000 cm, L2 4400 cm, r 0,159 cm, ukuran back fill 6” x 8” (15,24 cm x 20,32
cm), tahanan dalam (Internal resistance) 0,072 Ω . Maka setelah dihitung
diperoleh tahanan anoda dalam air R1 5,06026 Ω (untuk L1) dan R2
3,588712 Ω (untuk L2).

6.5 Arus yang dihasilkan anoda

I0 =
(E − E ) − E
1 1
1
2

R
Keterangan : I0 = arus yang dihasilkan anoda, Ampere
E1 = potensial anoda, Volt
E11 = potensial drop, Volt
E2 = potensial pipa, Volt
R = tahanan anoda, Ω

Tabel 5. Arus yang Dihasilkan Anoda


No. Karakteristik Anoda Dalam Tanah Dalam Air
1. E1 (Potensial anoda), -1,7 Volt -1,7 Volt
2. E11(Potensial drop), - 0,185 Volt -0,2 Volt
3. E2 (Potensial pipa), -0,85 Volt -0,85Volt
4. R (Tahanan anoda), 9,268822 Ω 5,06026 Ω (R1)
3,588712 Ω (R2)
5. I0 (Arus yg dihasilkan anoda) 0,071746 Ampere 0,131416 Ampere (L1)
0,185303 Ampere (L2)

6.6 Umur proteksi


Dihitung dengan rumus:
WxC
T =
I 0 x8760

Keterangan: T = umur proteksi


W = berat anoda, kg
C = kapasitas anoda, Ampere jam/kg
I0 = arus yang dihasilkan anoda, Ampere
8760 = konversi dari tahun ke jam

Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) ke 8 Wilayah Barat di Batam 13


Tabel 6. Umur Proteksi Anoda
No. Karakteristik Anoda Dalam Tanah Dalam Air
1. W (Berat Anoda) 7,0 kg 12,1672 kg (untuk L1)
17,15635 kg (untuk L2)
2. C (Kapasitas Anoda) 1230 Ampere jam/kg 1230 Ampere jam/kg
3. I0 (Arus yg dihasilkan Anoda) 0,071746 A 0,131416 Ampere (utk L1)
0,185303 Ampere (utk L2)
4. 8760 (Konversi tahun ke jam) 8760 8760
5. T (Umur Proteksi) ± 13 tahun ± 13 tahun (untuk L1)
± 13 tahun (untuk L2)

6.7 Arus proteksi


Radat arus tiang pancang pipa baja yang dilapisi coal tar epoxy, di dalam air 1
mA/m2, di dalam tanah 4 mA/m2. Total arus proteksi pada tiap bagian jembatan
adalah sebagai berikut:
Total arus proteksi = luas permukaan luar pipa baja dalam air dan dalam tanah X
rapat arus dalam air dan dalam tanah.

Tabel 7. Arus Proteksi Tiang Pancang Pipa Baja


No. Bagian Luas permukaan Rapat arus Arus proteksi (A) Total arus proteksi (A)
Jembatan luar m2 (mA/m2) (IP) (IP)
Dalam Dalam Dalam Dalam Dalam Dalam 1 grup 1 TPPB
Air Tanah Air Tanah Air Tanah TPPB (Ip)
1. Kepala - 558 1 4 - 2,232 2,232 0.2232
jembatan 1
2. Pilar 1 357 536 1 4 0,357 2,144 2,501 0.178643
3. Pilar 2 326 345 1 4 0,326 1,380 1,706 0.121857
4. Pilar 3 402 380 1 4 0,402 1,520 1,922 0.137286
5. Pilar 4 424 358 1 4 0,424 1,432 1,856 0.132571
6. Pilar 5 380 402 1 4 0,380 1,608 1,988 0.142
7. Pilar 6 380 402 1 4 0,380 1,608 1,988 0.142
8. Pilar 7 201 581 1 4 0,201 2,324 2,525 0.180357
9. Kepala - 558 1 4 - 2,232 2,232 0.2232
jembatan 2
Catatan : TPPB = Tiang Pancang Pipa Baja, Jumlah TPPB pada kepala jembatan = 10 buah
Jumlah TPPB pada pilar 1 s/d 7 = 14 buah.

6.8 Kebutuhan minimum anoda


Ip
γa =
I0
Keterangan: γ a = jumlah minimum anoda (buah), Ip = arus proteksi (Ampere)
I0 = arus yang dihasilkan anoda, Ampere

Tabel 8. Kebutuhan Minimum Anoda


No. Bagian Jembatan Ip , I0, Kebutuhan Min.
Ampere Ampere Anoda γ a’± bh
1. Kepala jembatan 1 2,232 0,0717 31
2. Pilar 1 2,501 0,1853 13
3. Pilar 2 1,706 0,1314 13
4. Pilar 3 1,922 0,1314 15

Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) ke 8 Wilayah Barat di Batam 14


5. Pilar 4 1,856 0,1314 14
6. Pilar 5 1,988 0,1314 15
7. Pilar 6 1,988 0,1314 15
8. Pilar 7 2,525 0,0717 35
9. Kepala jembatan 2 2,232 0,0717 31

6.9 Kebutuhan bahan backfill

 Komposisi bahan backfill, %


o Gypsum (CaSO4) : 75
o Bentonite clay : 20
o Sodium Sulfat (Na2SO4) : 5

 Kebutuhan total bahan backfill ± 350 lt dengan perincian


o Gypsum (CaSO4) = 0,75 x 350 lt = 262,50 lt
o Bentonite clay = 0,2 x 350 lt = 70,00 lt
o Sodium Sulfat (Na2SO4) = 0,05 x 350 lt = 17,50 lt

Total = 350,00 lt

7. KOROSIFITAS TIANG PANCANG PIPA BAJA PADA JEMBATAN-JEMBATAN DI


PULAU JAWA

Hasil penyelidikan korosifitas Tiang Pancang Pipa Baja yang dilakukan pada tahun
1995 menunjukkan bahwa dari dari 28 jembatan yang dikaji hanya 2 (dua)
jembatan (Jembatan Cisadane I dan Jembatan Kedunggede) yang memiliki Tiang
Pancang Pipa Baja diproteksi dari korosi dengan metoda Proteksi Katodik Anoda
Korban dan itupun umur proteksinya sudah habis. Pada saat pengkajian tersebut
tingkat korosi Tiang Pancang Pipa Baja dari Jembatan Cisadane dan Jembatan
Kedunggede masuk ke dalam tingkat korosi ringan sebagaimana yang ditunjukkan
pada Tabel 9.

Tabel 9. Korosifitas Tiang Pancang Pipa Baja Jembatan Di Pulau Jawa


No. Nama Jembatan Umur Tingkat Korosi Potensial TPPB Keterangan
(tahun) TPPB (-Volt)
A. Jawa Barat/Banten:
1. Teluk Jambe 15 Berat 0,44 Tanpa Proteksi Ktd
2. Kedunggede 9 Sedang 0,52 Proteksi Ktd 5 th
3. Cisadane I 15 Ringan 0,54 Proteksi Ktd 5 th
4. Cisadane II 7 Berat 0,55 Tanpa Proteksi Ktd
5. Cikokol 7 Berat 0,48 Tanpa Proteksi Ktd
6. Ciujungkragilan 6 Berat 0,55 Tanpa Proteksi Ktd
7. Cibinuangeun 10 Berat 0,45 Tanpa Proteksi Ktd
8. Cilangla 5 Berat 0,45 Tanpa Proteksi Ktd
9. Ciwulan 3 Berat 0,48 Tanpa Proteksi Ktd
10. Kalipucang 2 Ringan 0,55 Tanpa Proteksi Ktd

Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) ke 8 Wilayah Barat di Batam 15


B. Jawa Tengah:
1. Cirajayu 5 Berat 0,50 Tanpa Proteksi Ktd
2. Klawing 4 Berat 0,45 Tanpa Proteksi Ktd
3. Serayu Banyumas 3 Sedang 0,44 Tanpa Proteksi Ktd
4. Serayu Slarang 1 Ringan 0,57 Tanpa Proteksi Ktd
5. Judis 2 Sedang 0,40 Tanpa Proteksi Ktd
6. Comal 6 Ringan 0,55 Tanpa Proteksi Ktd
7. Kali Sapi 15 Sedang 0,52 Tanpa Proteksi Ktd
8. Poncol 10 Berat 0,57 Tanpa Proteksi Ktd
C. Jawa Timur:
1. Ploso 9 Berat 0,44 Tanpa Proteksi Ktd
2. Sepanjang 9 Berat 0,40 Tanpa Proteksi Ktd
3. Gajah Mada I 3 Berat 0,40 Tanpa Proteksi Ktd
4. Gajah Mada II 3 Berat 0,41 Tanpa Proteksi Ktd
5. Brantas Baru 7 Berat 0,40 Tanpa Proteksi Ktd
6. Sembayat 3 Sedang 0,44 Tanpa Proteksi Ktd
7. Karanggendeng 7 Berat 0,46 Tanpa Proteksi Ktd
D. D.I. Yogyakarta:
1. Congot 5 Berat 0,52 Tanpa Proteksi Ktd
2. Gelagah 7 Berat 0,48 Tanpa Proteksi Ktd
3. Kretek 6 Ringan 0,52 Tanpa Proteksi Ktd
Ket : Tingkat korosi ringan = luas permukaan terkorosi < 16%. Tingkat korosi sedang = luas
permukaan terkorosi 16% sampai 65%. Tingkat korosi berat = luas permukaan terkorosi
>65%.

Dari data pada Tabel 9 di atas, umur jembatan yang dikaji bervariasi dari 1 tahun
sampai 15 tahun. Tiang Pancang Pipa Baja jembatan Cisadane I (umur 5 tahu) dan
Kedunggede (umur 9 tahun) telah diproteksi dari korosi dengan Metoda Proteksi
Katodik Anoda Korban namun telah habis umur rencana selama 5 tahun. Tingkat
korosi masing-masing Tiang Pancang Pipa Baja relatif lebih baik untuk umur
jembatan yang sama di banding jembatan lainnya.

8. KESIMPULAN

8.1 Penanggulangan korosi Tiang Pancang Pipa Baja Jembatan yang berada
di lingkungan air dan atau tanah dapat dengan cara Proteksi Katodik
Anoda Korban.
8.2 Perencanaan Proteksi Katodik Anoda Korban pada Tiang Pancang Pipa Baja secara
umum terdiri dari a) pengukuran luas tiang pancang pipa baja yang terdiri dari luas
dalam air dan luas dalam tanah, b) Pengukuran potensial tiang pancang baja, c)
Pengukuran tahanan jenis air dan tanah tempat tiang pancang dipasang, d) Identifikasi
karakteristik dan jenis anoda, e) Perhitungan tahanan anoda dalam air dan dalam
tanah, f) Perhitungan arus yang dihasilkan anoda dalam air dan dalam tanah, g)
Perhitungan umur proteksi dalam air dan dalam tanah, h) Pengukuran rapat arus dan
perhitungan arus proteksi yang diperoleh dari pengukuran luas permukaan luar pipa
baja dalam air dan dalam tanah dikalikan dengan rapat arus dalam air dan dalam tanah,
i) Penghitungan kebutuhan minimum anoda diperoleh dari arus proteksi dibagi dengan
arus yang dihasilkan anoda.
8.3 Tiang Pancang Pipa Baja yang terproteksi secara Proteksi Katodik berada
dalam keadaan tahan dari korosi (immune) yang ditandai dengan nilai
potensial lebih kecil dari –0,8 Volt (untuk elektroda pembanding Ag/AgCl) atau
lebih kecil dari –0,85 Volt (untuk elektroda pembanding Cu/CuSO4).

Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) ke 8 Wilayah Barat di Batam 16


8.4 Tiang Pancang Jembatan di Indonesia pada umumnya tidak dilakukan
penanggulangan korosi secara Proteksi Katodik padahal untuk di lingkungan
air dan atau tanah cara penanggulangan korosi lain, khususnya pengecatan,
kurang baik karena lapisan cat dapat tergerus saat pemancangan.
8.5 Jembatan Cisadane I dan Kedunggede yang pernah diproteksi katodik anoda
korban untuk umur rencana 5 tahun ternyata menunjukkan pada umur
masing-masing 15 tahun dan 9 tahun memiliki tingkat korosi yang lebih baik
disbanding jembatan lainnya untuk umur yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

1. A.W. Peabody (1970), “Principles of Cathodic Protection”, Nace Basic


Corrosion Course, Chapter 5, National Association of Corrosion Engineers;
2. British Standard 7361 ( 1991 ), “Cathodic Protection“ Part 1, Code of Practice
for Land and Marine Aplication. Hal. 89; 20;
3. Irman Nurdin ( 1983 ), “Then Fourth Conference of The Road Engineering
Association of Asia and Australia“, Vol. 3; Jakarta. Hal. 232 – 246;
4. K.R. Trekewey And J. Chamberiam ( 1995 ), “Corrosion for Science and
Engineering Second“ Longanan Singapore. Hal. 375 – 395;
5. LL. Sheir ( 1978 ), “Corrosion“ Vol. 2 Newnes – Butter Wortks, London. Hal.
11; 34;
6. Laporan Proteksi Katodik Jembatan Muara Tembesi (1981), Jambi;
7. Robert H Herdersback ( 1992 ), “Cathodic Protection“ Corrosion ASM
International USA, ASM Hand Book, Vol 13. Hal. 466 – 469.

Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) ke 8 Wilayah Barat di Batam 17

Anda mungkin juga menyukai