Anda di halaman 1dari 11

SNI 03-3967-2002

SPESIFIKASI PERLETAKAN ELASTOMER JEMBATAN TIPE POLOS


DAN TIPE LAMINASI

1 Ruang Lingkup

Spesifikasi ini meliputi persyaratan bahan untuk perletakan elastomer jembatan tipe
polos dan tipe laminasi. Spesifikasi ini harus memberikan persyaratan yang cukup untuk
terjadinya pemuaian dan penyusutan akibat suhu, rotasi, perubahan lawan lendutan,
rangkak dan susut dari komponen struktural. Perletakan elastomer yang didefinisikan
harus mencakup bantalan yang tidak diperkuat (polos) dan perletakan yang diperkuat
dengan pelat baja atau jaringan laminasi.

2 Acuan

SNI 03-3967-1995, Metode pengujian regangan tekan dan tegangan geser bantalan
elastomer jembatan.
Pd. M-07-1996-03, Spesifikasi bantalan elastomer untuk perletakan jembatan.
Pd. S-04-1999-03, Tata cara penentuan suku bilangan yang signifikan terhadap nila
batas yang diisyaratkan.
AASHTO M 251-90, Standard specification for plain and laminated elastomeric bridge
bearings.
AASHTO M 183, Specification for structural steel
AASHTO T-67, Practices for load verfication of testing machines.
ASTM A 570, Hot-rolled carbon steel sheet and strip, structural quality.
ASTM D 395, Rubber property compression set.
ASTM D 412, Rubber Properties in Tension.
ASTM D 573, Rubber Deterioration in Air Oven.
ASTM D 624, Rubber Property Tear Resistance, Test for
ASTM D 1149, Rubbber Deterioration Surface Ozone Cracking in a Chamber (Flat
Specimens)
ASTM D 2137, Rubber Property Britleness Point of Flexible Polymers and Coated
Fabrics, Test for
ASTM D 2240, Rubber Property Durometer Hardness.
ASTM D 3183, Rubber Preparation of Pieces for Test from Products.
SSPC-SP6, Surface Preparation Specification No. 6 Commercial Blast Cleaning.
SSPC, Vis 1, Pictorial Surface Preparation Standards for Painting Steel Surface.

1
SNI 03-3967-2002

3 Istilah dan definisi

Definisi berikut berlaku untuk standar ini :

3.1

duro

satuan kekerasan elastomer

3.2

polimer

Ikatan molekul unsur C-H elastomer

3.3

kompon

bahan mentah yang diperoleh dari campuran bahan baku karet ditambah bahan-bahan
kimia lainnya untuk meningkatkan kekuatan dan keawetan dari karet

3.4

aging

uji yang mempercepat proses kerusakan untuk mengetahui ketahanan bahan terhadap
lingkungan

3.5

tarik aging

Perubahan kuat tarik setelah elastomer menerima perlakuan aging

3.6

mulur aging

perubahan mulur setelah elastomer menerima perlakuan aging

3.7

tebal efektif

tebal lapis elastomer effektif yang memikul beban, yaitu setelah di kurangi tebal pelat
baja dan tebal penutup/selimut

4 Persyaratan umum

4.1 Perletakan elastomer harus dilengkapi dengan dimensi rencana sesuai dengan
toleransi yang ditunjukkan dalam butir 7. Perletakan harus merupakan jenis elastomer
yang disyaratkan dan mempunyai kekerasan (atau modulus geser) yang memadai
untuk beban rencana yang disyaratkan, dan harus diuji pada tingkat yang sesuai serta

2
SNI 03-3967-2002

harus memenuhi semua persyaratan khusus yang ditentukan oleh perencana. Bilamana
tidak terdapat informasi yang lebih spesifik, perletakan harus mencapai kekerasan
elastomer duro 50, yang mencukupi untuk tegangan tekan rencana 6,9 MPa dan diuji
untuk semua persyaratan tingkat 1.

4.2 Semua perletakan harus direncanakan sesuai dengan spesifikasi dalam edisi
terakhir pada AASHTO untuk jembatan jalan raya.

4.3 Kontraktor harus memberikan keterangan tertulis pada pihak berwenang 30 hari
sebelum dimulainya produksi perletakan. Keterangan tersebut harus mencakup nomor
kontrak, jumlah dan ukuran perletakan yang diproduksi, nama pabrik, lokasi dan
perwakilan yang mengkoordinasi produksi, pemeriksaan, pengambilan contoh dan
pengujian dengan pihak berwenang tersebut.

5 Bahan

5.1 Sifat-sifat elastomer


Kompon elastomer yang digunakan pada struktur perletakan harus dari neoprene atau
elastomer alam sebagai polimer mentah. Semua bahan harus baru tanpa ada bahan
bekas yang dicampurkan pada perletakan elastomer. Kompon elastomer harus
memenuhi persyaratan minimum sesuai dengan Tabel 1.

5.1.1 Sifat-sifat fisik dari kompon elastomer yang dirawat harus ditentukan dari contoh
uji yang diambil dari perletakan sebenarnya.

5.1.2 Semua pengujian bahan harus dilakukan pada suhu (23 2) C, kecuali ada
ketentuan lain.

5.1.3 Untuk menentukan kesesuaian dengan spesifikasi ini, nilai teramati atau
terhitung harus dibulatkan sampai nilai 100 kPa terdekat untuk kuat tarik, sampai 10
persen terdekat dari penguluran dan sampai 1 persen terdekat untuk perubahan dalam
tarik dan mulur yang dipercepat. Kekerasan dan kekerasan yang dipercepat harus
dibulatkan sampai nilai terdekat sesuai dengan Pd. S-04-1999-03.

5.2 Laminasi baja


Laminasi baja yang digunakan untuk perkuatan harus dibuat dari baja lunak canai
sesuai dengan AASHTO M 183, ASTM A 570, atau dengan mutu yang sama kecuali
disyaratkan lain oleh Ahli Teknik. Tebal laminasi harus disyaratkan oleh Ahli Teknik atau
jika tidak disyaratkan harus mempunyai tebal nominal minimum 1,52 mm. Pembuatan
lubang pada pelat tidak diijinkan kecuali telah dipertimbangkan pada perencanaan
perletakan.

5.2.1 Pelat beban luar perletakan harus memenuhi persyaratan AASHTO M 183,
kecuali ditetapkan lain pada perencanaan atau kontrak. Kecuali ditentukan lain, semua
permukaan tumpuan pelat beban luar dari perletakan harus diratakan atau digerinda
sampai kerataan 0,25 mm. Permukaan bawah pelat beban luar perletakan (pelat
tumpuan) yang direncanakan untuk menumpu pada bantalan perletakan tidak boleh
melebihi kerataan 1,59 mm. Pelat beban luar perletakan harus dilindungi terhadap karat
sehingga semua permukaan yang terbuka harus dapat dicat di lapangan. Semua
permukaan yang akan dilas harus dibersihkan terlebih dahulu.

3
SNI 03-3967-2002

5.3 Perkuatan jaring


Perkuatan jaring harus dianyam dari 100 persen fiber gelas jenis serat E dengan fiber
menerus. Jumlah serat minimum pada kedua arah harus 10 benang per sentimeter.
Pinggiran jaringan fiber harus dianyam sehingga tidak terurai (crowfoot) atau anyaman
8-Harness Satin. Setiap lapisan jaringan fiber harus mempunyai kekuatan putus
minimum 140 kN/m lebar setiap arah benang.

6 Pembuatan

6.1 Perletakan dengan laminasi pelat baja harus dicetak menjadi suatu kesatuan
dalam sebuah cetakan dan direkat serta divulkanisir dalam kondisi panas dan tekanan.
Cetakan harus memenuhi standar mutu bahan dan pengerjaan. Pelat baja laminasi
dalam harus disemprot bersih sesuai persyaratan SSPC-vis 1, Pictorial Standard CSa2
dan juga dibersihkan dari minyak atau gemuk sebelum perekatan. Tepi pelat baja
laminasi tidak boleh tajam dan cacat, dan harus mempunyai selimut tepi minimum 3
mm. Pelat beban luar (pelat tumpuan) harus dilindungi terhadap karat oleh pembuat dan
harus direkatkan dengan panas terhadap perletakan selama vulkanisasi. Perletakan
dengan laminasi baja yang direncanakan untuk bekerja sebagai kesatuan tunggal
dengan faktor bentuk tertentu yang diberikan harus dibuat sebagai satu kesatuan.

6.2 Perletakan yang diperkuat dengan jaringan fiber dapat dicetak dan divulkanisir
pada lembaran besar, kemudian dipotong dalam ukuran tertentu. Pemotongan harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga menghindari pemanasan bahan dan menghasilkan
produk akhir yang halus tanpa pemisahan fiber dari elastomer. Perkuatan jaringan fiber
harus berupa lapis tunggal di atas dan di bawah dari perletakan yang diperkuat dan
lapis ganda untuk lapis perkuatan dalam. Penulangan fiber harus bebas dari lipatan
atau kerutan dan harus sejajar terhadap permukaan atas dan bawah. Bila diperlukan
pelat baja luar dapat digunakan proses perekatan dingin sebagai pengganti perekatan
panas yang disyaratkan sesuai butir 9.2.4. Bilamana bantalan jaringan fiber
dikombinasikan untuk mendapatkan ketebalan yang lebih besar, satu perekatan dingin
diijinkan.

6.3 Bantalan polos dapat dicetak dalam cetakan atau mesin cetak dan divulkanisir
dalam lembaran besar, kemudian dipotong dalam ukuran tertentu. Pemotongan tidak
boleh mengakibatkan pemanasan bahan, dan harus menghasilkan produk akhir yang
halus sesuai dengan ANSI 250. Bantalan polos harus dicetak dalam cetakan atau mesin
cetak sampai mencapai ketebalan akhir yang diinginkan. Pembuat tidak diijinkan untuk
membuat bantalan dengan ketebalan akhir dengan cara menggabungkan bantalan-
bantalan dengan ketebalan yang lebih tipis. Bila digunakan pelat luar harus dilindungi
terhadap karat oleh pembuat dan harus direkat secara panas dengan vulkanisasi
selama proses percetakan awal.

6.4 Toleransi kilapan finising dan tampilan dari perletakan harus memenuhi
persyaratan Rubber Handbook edisi paling akhir, sebagaimana diterbitkan oleh Rubber
Manufactures Association, Inc. RMA F3 dan T. 063 untuk perletakan yang dicetak
dalam acuan dan RMA F2 untuk perletakan yang dicetak dalam mesin.

7 Toleransi

4
SNI 03-3967-2002

Bantalan polos dan perletakan laminasi harus dibuat sesuai ukuran rencana, dan
spesifikasi dengan toleransi sebagaimana tercantum pada Tabel 2, kecuali ada toleransi
lain yang dicantumkan dalam gambar rencana.

8 Penandaan dan sertifikasi

8.1 Pembuat harus menjamin bahwa setiap perletakan memenuhi syarat spesifikasi
dan harus menyampaikan salinan yang sah dari hasil pengujiannya. Setiap perletakan
yang diperkuat harus ditandai dengan tinta yang tidak luntur atau cat. Penandaan harus
terdiri dari nomor urut, nomor kemasan, nomor identifikasi perletakan, jenis elastomer
dan nomor mutu. Jika tidak disyaratkan lain dalam dokumen kontrak, penandaan harus
pada permukaan yang terlihat setelah dipasang di jembatan.

8.2 Kemasan bantalan harus dikelompokan dalam jumlah 100 atau kurang, yang
dibuat dari produksi elastomer yang sama, yang dirawat pada kondisi yang sama,
dengan ukuran dan jenis yang sama (bantalan polos, perkuatan fiber, atau perkuatan
baja). Setiap satu kemasan boleh terdiri dari 100 atau kurang perletakan perkuatan
fiber dari ukuran yang berbeda jika dipotong dari lembaran yang besar yang memenuhi
persyaratan ini.

9 Pengujian perletakan dan kriteria penerimaan

9.1 Kriteria penerimaan perletakan harus terdiri dari dua tingkat. Tingkat I harus
diterapkan untuk semua perletakan. Tingkat II harus atas kebijakan dari Ahli Tekniik dan
diterapkan untuk perletakan yang lebih kritis atau tidak biasa. Pengujian Tingkat II harus
juga digunakan untuk menyelesaikan perbedaan atas penerimaan perletakan yang
terjadi pada hasil pengujian Tingkat I. Pengujian Tingkat I dan II dapat dilakukan oleh
pembuat, oleh pemesan atau oleh laboratorium independen dengan persetujuan Ahli
Teknik. Walaupun bantalan telah diuji oleh instansi yang ditunjuk, Ahli Teknik berhak
untuk mengambil benda uji dari lapangan untuk meyakinkan contoh uji.

9.2 Kriteria Tingkat I


harus mencakup persyaratan sebagai berikut :

9.2.1 Perletakan harus dibuat sesuai dengan spesifikasi ini dan setiap persyaratan
tambahan yang ditetapkan oleh Ahli Teknik.

9.2.2 Elastomer harus diuji sesuai persyaratan minimum yang tercantum pada
Tabel 1.

9.2.3 Pembuat harus menguji setiap perletakan bertulang baja dengan beban tekan
1,5 kali beban rencana maksimum. Jika terjadi pola menggelembung pada tempat
laminasi yang tidak sesuai kriteria perencanaan dan toleransi pembuatan atau jika
penggelembungan menunjukkan ikatan laminasi yang buruk, maka perletakan harus
ditolak. Bila terdapat tiga retak permukaan yang terpisah dengan lebar lebih besar dari
2 mm dan lebih dalam dari 2 mm, perletakan harus ditolak.

9.2.4 Minimum satu bantalan dari setiap kemasan harus diuji terhadap kekuatan lekat
sesuai dengan butir 10.2. Bantalan perkuatan jaringan harus mempunyai kekuatan

5
SNI 03-3967-2002

pengelupasan minimum 5,2 kN/m dan bantalan perkuatan baja mempunyai kekuatan
pengelupasan minimum 6,9 kN/m.

9.3 Kriteria tingkat II


harus mencakup sebagai berikut :

9.3.1 Bantalan harus memenuhi semua kritera Tingkat I.

9.3.2 Modulus geser elastomer harus ditentukan sesuai dengan butir 10.1. Modulus
geser harus berada dalam 15% dari nilai yang ditetapkan dalam dokumen
perencanaan atau dalam batas-batas yang tercantum pada Tabel 3, jika modulus geser
tidak ditetapkan dan kekerasan nominal ditetapkan.

CATATAN modulus geser yang diperoleh dari pengujian Tingkat II bukan menunjukkan sifat
bahan yang sebenarnya, tetapi memadai untuk tujuan praktis. Ukuran benda uji minimum untuk
pengujian geser disarankan adalah (7,5x 7,5x0,65) cm.

9.3.3 Ahli Teknik dapat meminta pengujian bantalan yang lebih intensif seperti uji
kelelahan atau uji keruntuhan pada pengujian Tingkat II.

10 Pengujian

10.1 Penentuan modulus geser

10.1.1 Ruang lingkup

10.1.1.1 Metoda ini menentukan modulus geser perletakan elastomer dari kurva gaya
geser perpanjangan setelah lima siklus pengkondisian sampai 50 % regangan yang
ekivalen dengan empat kali tegangan pada 25 % regangan.

CATATAN Bila kurva regangan tegangan geser diasumsikan linier untuk tujuan perencanaan,
maka penggunaan modulus garis lurus dari 0 sampai dengan 25 % regangan dapat
menghasilkan perkiraan tegangan lebih pada regangan yang lebih tinggi. Perkiraan lebih akan
menjadi kecil untuk elastomer dengan kekerasan sampai sekitar 55 tetapi akan meningkat bila
volume fraksi pengisi carbon hitam dalam elastomer meningkat.

10.1.2 Peralatan

10.1.2.1 Mesin uji tarik harus digunakan sesuai persyaratan Metode E4 dan
dilengkapi dengan alat pencatat gaya deformasi.

10.1.2.2 Pemegang benda uji pada mesin uji harus dilengkapi dengan dudukan rol
untuk memperoleh pemusatan beban yang tepat selama pengujian.

10.1.3 Benda uji

6
SNI 03-3967-2002

10.1.3.1 Keempat benda uji geser (Gambar 1), harus terdiri dari empat blok
elastomer identik yang direkatkan pada pelat kaku.
10.1.3.2 Blok elastomer harus mempunyai tebal yang seragam, sebaiknya tidak
kurang dari 6 mm, dengan penampang bujur sangkar atau persegi panjang. Panjang
dan lebar masing-masing minimum empat kali tebalnya.
10.1.3.3 Pelat kaku harus mempunyai penampang persegi, dengan lebar sama
dengan lebar blok elastomer dan dapat berupa baja lunak. Dimensi pelat yang sesuai
untuk digunakan dengan tebal blok elastomer 6 mm adalah pelat dengan tebal 5 mm
dan lebar 25 mm.
10.1.3.4 Ukur panjang, lebar dan tebal blok dan tentukan luas penampang rata-rata
(A) dan tebal rata-rata (T) dari setiap blok.
10.1.3.5 Blok elastomer harus direkatkan pada pelat kaku dengan menggunakan
sistem perekat yang sesuai yang tidak memerlukan perawatan pada suhu lebih dari
40C. Harus berhati-hati agar bahan perekat tidak berlebih dan tidak melekat pada sisi
samping blok elastomer.

10.1.4 Prosedur pengujian

10.1.4.1 Setelah cukup waktu untuk mencapai kekuatan perekatan yang memadai,
segera kondisikan benda uji pada suhu (232)C selama paling sedikit 16 jam sebelum
pengujian.
10.1.4.2 Benda uji harus dipasang pada mesin uji tarik dengan menggunakan
pegangan/penjepit yang sesuai.
10.1.4.3 Lakukan enam kali siklus pembebanan berturut-turut dan lepaskan
pembebanan sampai pembebanan sama dengan tebal blok rata-rata (T), dengan laju
pembebanan sedemikian rupa sehingga waktu per siklus berada dalam rentang 30
detik sampai dengan 60 detik.
CATATAN Lima siklus pertama dilakukan untuk mencapai perilaku tegangan-regangan
elastomer yang stabil. Bila pelunakan yang berarti terjadi selama siklus tersebut, akan teramati
suatu pelengkungan membalik karena deformasi maksimum tercapai.
10.1.4.4 Bila terdapat indikasi terjadinya slip pada blok terhadap pelat kaku atau
pelekatan hancur selama pengujian, siapkan benda uji baru dan ulangi pengujian.
CATATAN Slip dapat ditunjukkan oleh bentuk lintasan gaya-deformasi yang berlebih dan
kegagalan lekatan ditandai oleh pengurangan kemiringan dari satu atau lebih kurva gaya-
perpanjangan. Yang terakhir harus diyakinkan dengan pemeriksaan visual dari lekatan.

10.1.5 Perhitungan

10.1.5.1 Modulus geser harus ditentukan dari kurva gaya-perpanjangan pada siklus
keenam, Gambar 2.
10.1.5.2 Ambil titik awal effektif pada gaya F, perpanjangan X dimana F adalah 2%
dari gaya maksimum pada siklus keenam. Tentukan gaya F pada perpanjangan X yang
didapat dari X + 0,5T, dimana T adalah tebal blok elastomer rata-rata (lihat
butir 10.1.3.4).

7
SNI 03-3967-2002

CATATAN Dari gaya F dan perpanjangan X, tegangan geser = F/2A dan regangan = X/2T; X
= X2 X1 sama dengan 25% regangan dan F = F2 F1.

10.1.5.3 Modulus geser dihitung sebagai berikut :


Modulus geser = 2 (F2 F1)/A
dengan pengertian :
A adalah luas penampang melintang rata-rata blok elastomer (lihat butir 10.1.3.4).

10.2 Penentuan kekuatan pengelupasan

10.2.1 Alat uji harus mencakup mesin pengujian yang mampu mengukur beban
sampai dengan 445 N dengan ketelitian 1%. Kecepatan pengelupasan harus (50 5)
mm per menit. Mesin harus dilengkapi dengan pemegang yang dirancang untuk
memegang elastomer tanpa terpotong atau slip. Pemegang harus mempunyai lebar
permukaan paling sedikit 25 mm.
10.2.2 Contoh uji harus dipotong dari perletakan yang telah jadi dengan menggunakan
gergaji yang mampu memotong dengan halus bantalan dengan perkuatan jaringan atau
pelat baja.
10.2.3 Potong 25 mm (tebal penuh) dari satu sisi bantalan perletakan seperti
ditunjukkan pada Gambar 3a. Panjang minimum harus 15 cm. Potong bagian ini
menjadi benda uji seperti ditunjukkan Gambar 3b, dan mulai pengelupasan dengan
memotong neoprene dengan rapi terhadap permukaan antara neoprene - tulangan
seperti ditunjukkan pada Gambar 3c. Mulai pengujian pengelupasan dengan cara
seragam sampai cukup ditempatkan dalam pemegang.
10.2.4 Tempatkan benda uji dalam pemegang sehingga dapat ditarik secara simetris.
10.2.5 Berikan beban sedemikian sehingga pemisahan pelat terjadi pada kecepatan
seragam (50 5) mm per menit.
10.2.6 Catat kekuatan beban dalam kN per mm lebar.

8
SNI 03-3967-2002

Lampiran A (normatif)

Tabel A.1 Kriteria pengujian

Elastomer Alam Elastomer Sintetis


Sifat Bahan Standar ASTM Persyaratan Duro 50 Duro 60 Duro 70 Duro 50 Duro 60 Duro 70 Satuan
Pengujian
Sifat Fisik D 2240 Kekerasan 50 5 60 5 70 5 50 5 60 5 70 5 Shore points
D 412 kuat tarik Minimum 2,250 2,250 2,250 2,250 2,250 2,250 Psi
(15,5) (15,5) (15,5) (15,5) (15,5) (15,5) MPa
Penguluran ultimit 450 400 300 400 350 300 %
minimum
Ketahanan D 573 pada Temperatur yang
datar Temperatur yang disyaratkan dari (70) (70) (70) (100) (100) (100) C
pengujian
Disyaratkan Waktu aging 168 168 168 70 70 70 Jam
Maksimum perubahan + 10 + 10 + 10 + 15 + 15 + 15 Titik batas
kekerasan (duro)
Maksimum perubahan - 25 - 25 - 25 - 15 - 15 - 15 %
kuat tarik
Maksimum perubahan - 25 - 25 - 25 - 40 - 40 - 40 %
Penguluran ultimit
(impression D 395 Temperatur yang
act) disyaratkan dalam (70) (70) (70) (100) (100) (100) C
derajat pengujian
Metode B pada Maksimum ijin
Temperatur yang (setelah 22 jam) 25 25 25 35 35 35 %
disyaratkan pengujian
Ketahanan D 624 Minimum pounds per 31,18 31,18 31,18 31,18 31,18 31,18 N/mm
batang inch (Die C).
Ketahanan D 1149 Tekanan parsial 50 50 50 MPa
Ozon selama pengujian
Lama pengujian 100 100 100 Jam
Pengujian pada 20%
regangan (37,7 C Tidak Tidak Tidak
1 C) Prosedur D 518, retak retak retak
Prosedur A.

Tabel A.2 Toleransi

(mm)
1. Dimensi vertikal keseluruhan
- Tebal rencana 32 mm atau kurang (-0, + 3)
- Tebal rencana lebih dari 32 mm (-0, + 6)
2. Dimensi horizontal keseluruhan.
- Panjang rencana 914 mm atau kurang (-0, + 6)
- Panjang rencana lebih dari 914 mm (-0, + 12)
3. Tebal tiap lapis elastomer (hanya perletakan tipe laminasi) pada 20% dari nilai rencana tetapi tidak lebih dari (3
sembarang titik diperletakan mm)
4. Variasi dari bidang sejajar terhadap permukaan teoritis
(ditentukan oleh pengukuran pada tepi perletakan)
- Atas Kemiringan relatif terhadap dasar tidak lebih dari
0,005 radian.
- Samping 6
5. Posisi sambungan komponen terekspos 3
6. Ujung penutup samping laminasi tertanam dari komponen sambungan (-0, + 3)
7. Ukuran lubang, slot, atau sisipan 3
8. Posisi lubang, slot atau sisipan 3

Tabel A.3 Modulus geser

Kekerasan nominal (Duro) 50 60 70


Modulus geser pada 34 C (MPa) (0,60 0,77) (0,85 1,10) (1,13 1,84)

9
SNI 03-3967-2002

Lampiran B

(normatif)

Gambar

Keterangan Gambar :
1. Blok elastomer
2. Lekatan
3. Tebal blok
4. Panjang blok
5. Pelat kaku luar
6. Pelat kaku tengah untuk hubungan dengan mesin uji

Gambar B.1 Benda uji pengujian geser

Gambar B.2 Kurva gaya geser geser perpanjangan

Keterangan Gambar :
1. Pemotongan dengan gergaji (hindari kerusakan pada pelat penguat)
2. Tebal penuh

10
SNI 03-3967-2002

Keterangan Gambar :
1. Pengelupasan awal dengan pemotongan elastomer pakai pisau
2. Pelat penguat
3. Potong dengan gergaji untuk setiap benda uji
4. Elastomer atau lapis pelat penguat kedua.

Gambar B.3 Benda uji pengelupasan

11

Anda mungkin juga menyukai