Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ahmad Fahrurozi

Kelas : Sospem Reg 2010

NRM : 4825102546

Evaluasi 1 Tahun SBY - Boediono

Naiknya kembali SBY sebagai presiden dibarengi kepercayaan publik yang kuat. Tingkat
kepuasan mereka terhadap kinerja SBY pada periode sebelumnya tergolong tinggi. Karena itu
publik memberikan dukungan kepada SBY hingga ia menang dalam satu putaran pemilihan
umum. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya tingkat kepercayaan masyarakat menurun
dibandingkan dengan saat pertama SBY-Boediono terpilih. Turunnya kepercayaan masyarakat
ini boleh jadi disebabkan karena bermacam-macam skandal yang mewarnai setahun kerja SBY-
Boediono.

Perjalanan 1 tahun SBY-Boediono ternyata tidak memberi perubahan yang signifikan


kearah yang lebih baik terutama dalam hal keadilan dan kesejahteraan rakyat. Baik Presiden dan
Wapres maupun para menteri kabinet akhirnya hanya bisa meraba-raba kualitas kinerja dan
pencapaian mereka. Beberapa di antaranya bahkan mengklaim telah bekerja keras dan, karena
itu, kinerja mereka sudah baik sehingga tidak perlu dipersoalkan. Seolaholah “kerja keras”secara
otomatis identik dengan kinerja yang baik. Keadaan Indonesia dari seluruh faktor kehidupan
menjadi tinjauan utama dari proses perbaikan yang harus dilakukuan pemerintah Indonesia.

Indonesia membutuhkan percepatan perubahan dan pembangunan Multi Sectoral agar


dapat menjadi Negara yang kuat dengan 250 juta lebih penduduknya. Tetapi dengan kondisi
yang semakin mengindikasikan ketidakmampuan pemerintah dalam menjalankan tugas ini, maka
dalam tanggal 20 Oktober 2010 masyarakat melakukan aksi. Aksi ini menilai bahwa 1 tahun
kinerja SBY-Boediono gagal di mata masyarakat. Dengan 6 parameter yang meliputi sektor ;
pangan, kesehatan, pendidikan, ekonomi, korupsi, dan sektor energi ( versi BEM SI )

1. Menuntut SBY untuk mewujudkan ketahanan pangan dalam hal ketersediaan,


konsumsi dan distribusi dalam rangka mensejahterakan rakyat Indonesia

2. Mendesak pembangunan ekonomi yang berkualitas dengan berasaskan keadilan


dan pemerataan
3. Mendesak penyelesaian kasus hukum seperti kasus Century, kriminalisasi
pimpinan KPK, rekening gendut kepolisian serta pelanggaran HAM para aktivis

4. Menuntut pemerintah untuk melakukan transparansi dan perbaikan dalam


pengelolaaan energi nasional

5. mewujudkan pendidikan yang merata dan terjangkau bagi seluruh rakyat


Indonesia

6. Menuntut jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia

Faktor penting lain yang menentukan kualitas kinerja pemerintah adalah kepemimpinan
Presiden SBY. Problemnya, gaya kepemimpinan Presiden, meskipun telah dikritik berbagai
pihak, relatif tidak berubah. Seperti berlangsung pada KIB I, politik pencitraan tetap mewarnai
dan bahkan cenderung mendominasi gaya kepemimpinan SBY. Hal ini tampak jelas dalam
penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Dalam pemberantasan mafia hukum, misalnya,
Presiden justru memilih membentuk lembaga, seperti Satgas Pemberantasan Mafia Hukum.
Sementara itu, dalam penyelesaian skandal Bank Century, Presiden memilih mengorbankan
Menteri Keuangan Sri Mulyani ketimbang secara jujur mengakui kesalahan kebijakan yang
diambil pemerintah ketika memutuskan memberikan dana talangan Rp 6,7 triliun kepada bank
bermasalah tersebut. Kini, Presiden SBY tetap saja tidak bisa menghindari perangkap politik
Sekretariat Gabungan (Setgab) partai politik koalisi yang dibentuknya untuk menyangga
kekuasaan hingga Pemilu 2014.

Keprihatinan publik yang tak kalah besarnya berkaitan dengan lemahnya kepemimpinan
Presiden dalam mengawal pluralisme dan multikulturalisme yang menjadi fondasi ke-bhinekaan
Indonesia. Hampir tidak ada sikap dan kebijakan konkret SBY terhadap tindak kekerasan dan
anarki yang dialami oleh kelompok-kelompok minoritas seperti dialami jemaat HKBP.
Kegagalan merawat dan mengelola multikulturalisme secara cerdas tak hanya berpotensi
menghancurkan berbagai pencapaian bangsa, termasuk demokrasi, tapi juga bisa mengancam
keutuhan bangsa kita.
Jadi menimbang kinerja dan prestasi SBY-Boediono pada hakikatnya adalah menilai
kembali kepemimpinan Presiden SBY. Problemnya adalah bahwa SBY tampaknya terlalu
percaya diri pada politik pencitraan yang mewarnai kepemimpinannya.

Anda mungkin juga menyukai