NRM : 4825102546
Naiknya kembali SBY sebagai presiden dibarengi kepercayaan publik yang kuat. Tingkat
kepuasan mereka terhadap kinerja SBY pada periode sebelumnya tergolong tinggi. Karena itu
publik memberikan dukungan kepada SBY hingga ia menang dalam satu putaran pemilihan
umum. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya tingkat kepercayaan masyarakat menurun
dibandingkan dengan saat pertama SBY-Boediono terpilih. Turunnya kepercayaan masyarakat
ini boleh jadi disebabkan karena bermacam-macam skandal yang mewarnai setahun kerja SBY-
Boediono.
Faktor penting lain yang menentukan kualitas kinerja pemerintah adalah kepemimpinan
Presiden SBY. Problemnya, gaya kepemimpinan Presiden, meskipun telah dikritik berbagai
pihak, relatif tidak berubah. Seperti berlangsung pada KIB I, politik pencitraan tetap mewarnai
dan bahkan cenderung mendominasi gaya kepemimpinan SBY. Hal ini tampak jelas dalam
penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Dalam pemberantasan mafia hukum, misalnya,
Presiden justru memilih membentuk lembaga, seperti Satgas Pemberantasan Mafia Hukum.
Sementara itu, dalam penyelesaian skandal Bank Century, Presiden memilih mengorbankan
Menteri Keuangan Sri Mulyani ketimbang secara jujur mengakui kesalahan kebijakan yang
diambil pemerintah ketika memutuskan memberikan dana talangan Rp 6,7 triliun kepada bank
bermasalah tersebut. Kini, Presiden SBY tetap saja tidak bisa menghindari perangkap politik
Sekretariat Gabungan (Setgab) partai politik koalisi yang dibentuknya untuk menyangga
kekuasaan hingga Pemilu 2014.
Keprihatinan publik yang tak kalah besarnya berkaitan dengan lemahnya kepemimpinan
Presiden dalam mengawal pluralisme dan multikulturalisme yang menjadi fondasi ke-bhinekaan
Indonesia. Hampir tidak ada sikap dan kebijakan konkret SBY terhadap tindak kekerasan dan
anarki yang dialami oleh kelompok-kelompok minoritas seperti dialami jemaat HKBP.
Kegagalan merawat dan mengelola multikulturalisme secara cerdas tak hanya berpotensi
menghancurkan berbagai pencapaian bangsa, termasuk demokrasi, tapi juga bisa mengancam
keutuhan bangsa kita.
Jadi menimbang kinerja dan prestasi SBY-Boediono pada hakikatnya adalah menilai
kembali kepemimpinan Presiden SBY. Problemnya adalah bahwa SBY tampaknya terlalu
percaya diri pada politik pencitraan yang mewarnai kepemimpinannya.