STATUS ANAK ANGKAT MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM (Studi Kasus ...
STATUS ANAK ANGKAT MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM (Studi Kasus ...
SKRIPSI
Oleh :
Evy Khristiana
NIM. 3414000003
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian
Skripsi pada :
Hari : Selasa
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Hari : Kamis
Penguji Skripsi
Anggota I Anggota II
Mengetahui :
Dekan,
Drs. Sunardi,MM
NIP. 130367998
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi atau tugas akhir ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik
sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam
Evi Kristiana
NIM. 3414000003
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
.ﻣﻦ أدﻋﻰ إﻟﻰ ﻏﻴﺮ أﺑﻴﻪ و هﻮ ﻳﻌﻠﻢ إﻧﻪ ﻏﻴﺮ أﺑﻴﻪ ﻓﺎﻟﺠﻨﺔ ﻋﻠﻴﻪ ﺣﺮام
()ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ
Artinya :
PERSEMBAHAN
dan do’a.
3. Suami tercinta.
tersayang.
kesuksesanku.
v
PRAKATA
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga,
Skripsi ini tidak dapat tersusun tanpa bantuan dan partisipasi dari berbagai
pihak, oleh karena itu merupakan kewajiban bagi penulis untuk menyampaikan rasa
2. Drs. Sunardi, MM. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang.
3. Drs. Eko Handoyo, M,Si., selaku ketua jurusan Hukum dan Kewarganegaraan.
6. Mirzam Saifie, SH, selaku Ketua Pengadilan Negeri Kudus yang telah
vi
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan UNNES yang ikut membantu kelancaran
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini
Penyusun
vii
SARI
Khristiana, Evy, 2005. Status Anak Angkat Menurut Kompilasi Hukum Islam (Studi
Kasus Tentang Pengesahan Anak Angkat dan Pembagian Harta Warisan di
Pengadilan Negeri Kudus). Skripsi jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, Pembimbing : Drs. Makmuri dan Drs.
Herry Subondo, M.Hum. 79 halaman.
Latar belakang masalah : Salah satu akibat hukum dari peristiwa pengangkatan
anak adalah mengenai status (kedudukan) anak angkat tersebut sebagai ahli waris
orang tua angkatnya. Namun menurut Hukum Islam, Anak Angkat tidak dapat diakui
untuk bisa dijadikan dasar dan sebab mewarisi, karena prinsip pokok dalam hukum
kewarisan Islam adalah adanya hubungan darah / nasab / keturunan. Dengan kata
lain bahwa peristiwa pengangkatan anak menurut hukum kewarisan, tidak membawa
pengaruh hukum terhadap status anak angkat, yakni bila bukan merupakan anak
sendiri, tidak dapat mewarisi dari orang yang telah mengangkat anak tersebut. Maka
sebagai solusinya menurut kompilasi hukum Islam adalah dengan jalam pemberian
“wasiat wajibah” dengan syarat tidak boleh lebih dari 1/3 (sepertiga). Adapun
permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana kedudukan anak
angkat menurut kompilasi hukum Islam dan (2) Bagaimana cara pembagian harta
warisan bagi anak angkat menurut kompilasi hukum Islam dan (3) Bagaimana
penyelesaian kasus pengangkatan anak dan pembagian harta warisan anak angkat di
Pengadilan Negeri Kudus berdasarkan kompilasi hukum Islam.
Dalam penelitian ini, menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan
penelitian untuk mengetahui kedudukan anak angkat dan pembagian harta warisan
bagi anak angkat menurut kompilasi hukum Islam serta penyelesaian kasus
pengangkatan anak dan pembagian harta warisan di Pengadilan Negeri Kudus
berdasarkan kompilasi hukum Islam.
Mengenai hasil penelitian antara lain diharapkan dapat memberikan masukan
pengetahuan kasusnya pada masyarakat Kudus yang berkaitan dengan penyelesaian
kasus tentang pengangkatan anak dan pembagian harta warisan di Pengadilan Negeri
Kudus. Adapun metode yang digunakan adalah dengan menggunakan metode
wawancara dan dokumentasi dalam pengumpulan datanya.
Kedudukan (status) anak angkat menurut Kompilasi Hukum Islam adalah tetap
sebagai anak yang sah berdasarkan putusan pengadilan dengan tidak memutuskan
hubungan nasab / darah dengan orang tua kandungnya, dikarenakan prinsip
pengangkatan anak menurut Kompilasi Hukum Islam adalah merupakan manifestasi
keimanan yang membawa misi kemanusiaan yang terwujud dalam bentuk
memelihara orang lain sebagai anak dan bersifat pengasuhan anak dengan
memelihara dalam pertumbuhan dan perkembangannya dengan mencukupi segala
kebutuhannya. Pembagian harta warisan bagi anak angkat menurut Kompilasi
viii
Hukum Islam adalah dengan jalan melalui hibah atau dengan jalan wasiat wajibah
dengan syarat tidak boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari harta warisan orang tua
angkatnya, hal ini untuk melindungi para ahli waris lainnya.
Penyelesaian kasus permohonan penetapan pengesahan anak angkat di Pengadilan
Negeri Kudus sudah sesuai dengan ketentuan Kompilasi Hukum Islam. Hal ini dapat
dilihat dalam hal menerima, memeriksa, dan memutuskan kasus pengangkatan anak
di Pengadilan Negeri Kudus berdasar pada ketentuan Hukum Islam, yakni : Tidak
memutuskan hubungan darah antara anak angkat dengan orang tua kandung. Anak
angkat tidak berkedudukan sebagai pewaris dari orang tua angkat, melainkan tetap
sebagai pewaris dari orang tua kandungnya. Orang tua angkat tidak dapat bertindak
sebagai wali nikah dalam perkawinan terhadap anak angkatnya.
Penyelesaian kasus pembagian harta warisan bagi anak angkat di Pengadilan
Negeri Kudus yaitu pada harta gono-gini (harta bersama) dari orang tua angkatnya
bukan pada harta asli / bawaan dari orang tua angkat.
Sehingga dengan demikian peneliti dapat memberikan saran, yakni :
Hendaknya bagi orang yang akan mengangkat anak dilakukan secara resmi sampai
pada tingkat Pengadilan Negeri agar kedudukan anak menjadi jelas dan
pengangkatan anak jangan semata karena alasan tidak punya keturunan, tetapi
hendaknya didasari dengan rasa kasih sayang serta membantu terwujudnya
kesejahteraan anak. Dan hendaknya masyarakat di Kabupaten Kudus yang ingin
mengangkat anak sebaiknya memahami prosedur pengangkatan anak yang sesuai
dengan ketentuan hukum Islam. Serta pemerintah dalam hal ini Pengadilan Negeri di
Kabupaten Kudus hendaknya lebih memasyarakatkan Kompilasi Hukum Islam
khususnya yang berkaitan dengan pengangkatan anak agar di kemudian hari tidak
terjadi perselisihan persengketaan diantara orang tua angkat dengan anak angkat.
ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ....................................................................................................... iv
PRAKATA ................................................................................................................ vi
x
2.2.3 Syarat-syarat Pengangkatan Anak dan Anak Yang
Diangkat ........................................................................... 18
Warisan ........................................................................................ 25
xi
4.2 Pembahasan .................................................................................. 40
Islam ................................................................................. 40
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 80
xii
DAFTAR LAMPIRAN
4 Maret 2003.
5 Maret 2003.
17 Maret 2003.
14 Maret 2003.
27 Maret 2003.
xiii
14
1
BAB I
PENDAHULUAN
terdiri dari seorang ayah, Ibu dan anak. Dalam Kenyataan tidak selalu ketiga
anak dari satu kelompok keluarga ke dalam kelompok keluarga yang lain
1
2
2001:251).
salah satu jalan keluar sebagai alternatif yang positif serta manusiawi terhadap
perbuatan tersebut mempunyai akibat hukum. Salah satu akibat hukum dari
sebagai ahli waris orang tua angkatnya. Status demikian inilah yang sering
dalam peristiwa gugat menggugat itu biasanya mengenai sah atau tidaknya
pengangkatan anak tersebut, serta kedudukan anak angkat itu sebagai ahli
no.2 tahun 1979 tentang Pengangkatan Anak dikatakan antara lain bahwa;
Negeri.
Menurut Hukum Islam, anak angkat tidak dapat diakui untuk bisa
dijadikan dasar dan sebab mewarisi, karena prinsip pokok dalam kewarisan
1983:78). Dengan kata lain bahwa peristiwa pegangkatan anak menurut hukum
angkat, yakni bila bukan merupakan anak sendiri, tidak dapat mewarisi dari
dalam hal warisan tersebut tidak dipahami oleh anak angkat, dikarenakan
harta warisan dari orang tua angkatnya, maka sebagai solusinya menurut
Sebagaimana telah diatur di dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 209 ayat 2
yang berbunyi : “Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat maka
4
diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua
angkatnya”.
menurut Kompilasi Hukum Islam tersebut diatas menarik bagi penulis untuk
bahwa anak angkat adalah anak yang dalam hal pemeliharaan untuk hidupnya
orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan pengadilan.
Hukum Islam adalah pengangkatan anak sebagai anak kandung dalam segala
hal. Dari sini terlihat adanya titik persilangan menurut ketentuan hukum adat,
tua kandungnya sendiri. Hal ini bersifat prinsip dalam lembaga Adopsi karena
ada suatu cara untuk menjembatani masalah anak angkat, sehingga anak
angkat dapat dipelihara dengan baik dan dapat terjamin masa depannya
5
bersangkutan.
hukum Islam adalah seperti dalam pengertian aslinya, yakni menurut versi
Hukum barat yaitu mengangkat anak secara mutlak. Dalam hal ini adalah,
keluarganya yang tidak ada pertalian nasab kepada dirinya sebagai anak
dengan keluarganya.
warisan bagi anak angkat dapat ditemukan di Pengadilan Negeri Kudus. Selain
itu, juga karena peneliti bertempat tinggal di daerah tersebut, sehingga akan
menghemat biaya, waktu dan tenaga dalam hal pengurusan perijinan, kegiatan
Hukum Islam ?
Islam.
Hukum Islam.
peneliti lainnya untuk meneliti secara lebih luas dan mendalam dalam
penyusunan skripsi, adapun penyusunan skripsi ini terdiri dari tiga bagian,
yaitu :
1. Bagian Pendahuluan
Sari.
sistematika skripsi.
Bab III Berisi tentang metode penelitian yaitu berisi jenis penelitian,
Bab V Simpulan dan saran yaitu berupa simpulan dan saran-saran yang
BAB II
LANDASAN TEORI
Dari hasil telaah pustaka, ternyata belum ada suatu karya ilmiah secara
anak angkat hanya ditinjau berdasarkan Hukum Adat, belum ada yang secara
yang telah membahas mengenai status anak angkat menurut Hukum Adat
diantaranya yakni :
9
10
bahwa :
(1983:45).
Hukum” bahwa :
di Indonesia”, bahwa :
bahwa :
kandung
kepada seorang anak orang lain yang sama seperti seorang anak
yang sah.
keturunannya sendiri.
Menurut KHI pasal 171, bahwa anak angkat adalah anak yang dalam
dalamnya, yaitu :
(1) Suami istri yang tidak mempunyai anak tersebut mengambil anak
sendiri.
15
Takdir Tuhan Yang Maha Esa yang dapat menentukan lain dari
berikut :
1) Rasa belas kasihan terhadap anak terlantar atau anak yang orang
tuanya tidak mampu memeliharanya atau alasan kemanusiaan.
2) Tidak mempunyai anak dan keinginan mempunyai anak untuk
menjaga dan memeliharanya kelak kemudian di hari tua.
16
alasan-alasan :
yakni :
dalam staats blad tahun 1917 Nomor : 129 pasal 8 disebutkan ada 4
syarat, yaitu :
memperhatikan :
1) Batas umur anak yang akan diangkat tidak lebih dari lima tahun.
2) Umur calon orang tua angkat tidak lebih dari lima puluh tahun
4) Bila orang tua masih ada, harus ada persetujuan tertulis dari
mereka.
diperbolehkan.
(1) Dalam hal calon anak angkat tersebut berada dalam asuhan
anak angkat.
dua :
pengenal / alamat.
22
Islam adalah :
Islamkan.
macam, yakni :
dua kemungkinan :
gono-gini.
yang lebih berarti atas hak yang ada pada anak angkat tersebut.
24
tetap memakai nama dari Bapak kandung dan tetap menjadi ahli
angkatnya”.
kewajiban orang tua angkat dengan anak yang diangkat harus pula
tercipta.
adalah siapa yang berhak mewaris dan memiliki harta kekayaan yang
yang masih hidup, baik berupa harta benda, tanah maupun suatu hak
menerima pusaka, kadar yang diterima oleh tiap-tiap waris dan cara-
dimulai pada saat pemilik harta kekayaan itu masih hidup serta proses
berikutnya.
(2) Membunuh yakni bahwa pembunuhan tidak berhak waris atas harta
hukum Islam. Hal ini dapat dimengerti, sebab masalah warisan pasti
waris Islam
musuh, setelah tiga hari dia tidak bertaubat, maka hakim boleh
30
masih hidup atau sudah mati, kiranya perlu adanya ketetapan dari
apakah dia ada yang menggugurkan haknya yang berupa salah datu
31
1. Hubungan kerabat atau nasab, seperti ayah, Ibu, anak, cucu, saudara-
saudara kandung, seayah, seIbu dan sebagainya.
2. Hubungan perkawinan, yaitu suami atau istri, meskipun belum
pernah berkumpul atau telah bercerai, tetapi masih dalam masa
“Iddah talak Raj’i.
3. Hubungan walak, yaitu hubungan antara bekas budak dengan orang
yang memerdekakannya, apabila bekas budak itu tidak mempunyai
ahli waris yang berhak menghabiskan seluruh harta warisan (praktis
sebab walak ini tidak perlu diperhatikan, karena perbudakan sudah
lama hilang).
4. Tujuan Islam (Jihatul Islam), yaitu baitul mal (perbendaharaan
negara) yang menampung harta warisan orang yang tidak
meninggalkan ahli waris sama sekali dengan sebab tersebut di atas.
(Ahmad Azhar Basyir, 1995 : 15)
menjadi alasan adanya hak waris bagi ahli waris, kecuali apabila tidak
berhak waris atas harta orang kafir dan sebaliknya orang kafir tidak
SAW. :
Bukhori)
2. Pembunuhan
yang dibunuhnya.
3. Perbudakan
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian, karena dengan metode yang tepat dapat memperlancar proses dan hasil
Lokasi atau daerah penelitian ini yaitu pada Pengadilan Negeri Kudus.
33
34
pengangkatan anak dan pembagian harta warisan bagi anak angkat, serta
dengan orang yang mengangkat anak yang terdiri dari 6 (enam) orang yang
1. Wawancara
pertanyaan tersebut.
dengan orang yang mengangkat anak serta dengan Hakim dan panitera
35
2. Dokumentasi
dianalisa atas dasar ilmu hukum dan ilmu-ilmu sosial lainnya, kemudian
atau pengertian abstrak, misalnya berupa kata-kata lisan dari informan selama
Metode analisis data yang digunakan terdiri dari tiga komponen utama,
yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Dimana ketiga
komponen tersebut saling berjalan baik sebelum, pada waktu dan sesudah
Setelah itu menafsirkan data-data dari sajian data yang telah dilakukan
BAB IV
2.652 m2. Pada waktu itu ketuanya memimpin 2 (dua) wilayah hukum,
37
38
alat bukti tertulis yang dapat menjadi pegangan bagi anak angkat
haknya.
anak tersebut, yang antara lain adalah hak dan kewajiban yang ada
suatu jaminan kepastian hukum baik bagi orang tua angkat sendiri
maupun bagi anak yang diangkatnya. Apalagi apabila orang tua yang
memberikan tunjangan gaji bagi si anak. Hal ini seperti diatur dalam
permohonannya tersebut.
(1) Foto copy surat nikah atas nama pasangan suami istri, orang
(2) Foto copy kutipan surat nikah atas nama pasangan suami istri,
(3) Foto copy surat kelahiran atau akta kelahiran atas nama anak
(4) Foto copy kartu keluarga atas nama orang tua angkat.
(5) Foto copy KTP atas nama pasangan suami istri orang tua
angkat.
(6) Surat pernyataan kedua belah pihak yakni antara orang tua
4.2. Pembahasan
mutlak, dalam hal ini adalah memasukkan anak orang lain ke dalam
bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah dan jika
42
dan tidak ada dosa atasmu terdapat apa yang kamu khilaf padanya,
tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan
Ahzab:4-5)
pengangkatan anak sebagai anak kandung dalam segala hal. Dari sini
anak angkat dengan orang tua kandungnya sendiri. Hal ini bersifat
mengenai waris.
anak orang lain yang tidak mampu, miskin, terlantar, dan lain-lain.
menjadi anak angkat dan diberi nama Zaid bin Muhammad SAW.
seperti yang telah disebutkan diatas. Sesudah itu turun pula wahyu
perkawinan. Mulai saat itu nama Zaid bin Muhammad diganti lagi
Zaini 1995:53).
44
Islam adalah merupakan satu amal baik yang dilakukan bagi orang
yang mampu, yang tidak dianugerahi anak oleh Allah SWT. Mereka
anak fakir miskin, dan anak-anak yang tidak mampu tidak diragukan
itulah rasa kemanusiaan yang tinggi merupakan misi Islam yang sangat
alamat.
anak dengan tujuan agar seorang anak tidak sampai terlantar atau
kaya, orang Islam harus berhati sosial, menolong dan memelihara anak-
Kalau melihat dari segi budi pekerti dan sosial, maka orang
baik, yang sangat sesuai dengan ajaran Islam. Tentu saja dalam hal ini
Allah (lillahi ta’ala), untuk betul-betul menolong anak atau bayi yang
bayi terlantar tersebut dibunuh oleh orang tuanya sendiri, atau ditinggal
hukum dari adopsi banyak sekali diantaranya hak mewaris bagi anak
angkat. Semua akibat hukum dari adopsi juga tidak diakui oleh hukum
Islam.
anak pada umumnya dilakukan oleh orang kaya terhadap anak orang
lain yang terlantar, atau oleh orang (yang mampu) yang tidak punya
1981:83).
disebut wasiat, tidak boleh melebihi 1/3 dari harta warisannya. Hal
wasiat lebih dari 1/3 harta itu dipandang batal, meskipun ada ijin dari
ahli waris; sebab hadits nabi menentukan bahwa berwasiat dengan 1/3
harta itu sudah dipandang banyak (Ahmad Azhar Basyir 1995:14). Hal
Dari Abi Isahak bin Abi Waqqas ra, ia berkata : “Telah datang ke
sakitku yang agak berat, kataku ya Rasulullah sakitku ini agak berat
dan minta pendapat engkau. Aku ini punya harta tidak ada yang
sedekahkan saja dua pertiga dari hartaku itu? Sabda Rasulullah SAW,
diberi wasiat wajibah sebanyak banyaknya 1/3 dari harta warisan orang
tua angkatnya”.
orang tua angkat yang tidak menerima wasiat, dalam hal penerimaan
peninggalan tidak melebihi 1/3 dari harta si mayat dengan jalan wasiat
wajibah.
putusan wajib wasiat bagi orang yang telah meninggal dunia yang
sebagai pengalihan hak kepada orang yang bukan ahli waris (anak
angkat dan orang tua angkat) sebagaimana yang ditentukan oleh hukum
orang tua angkat dan anak angkat yang mungkin sudah berjasa besar
waris Islam, maka hal ini dapat dicapai jalan keluar dengan
dari harta pewaris. Wasiat wajibah ini harus memenuhi dua syarat :
Pertama, yang wajib menerima wasiat, bukan ahli waris. Kalau dia
wasiat untuknya.
Apabila wasiat itu lebih dari sepertiga harta, maka wasiat itu
mereka lakukan.
52
sedang yang lain tidak menyetujuinya. Dalam hal ini dibagi harta
Jadi jelaslah bahwa dalam “wasiat wajibah” tidak boleh lebih dari
sepertiga.
Sarmi, Pasangan Lagiyono Tri Susetya, Bsc. dan Sri Sutarsih, SP. dan
53
keluarga.
tujuan agar seorang anak angkat tidak sampai terlantar menderita dalam
oleh agama Islam. Agama Islam tidak mengingkari adanya anak angkat
anak kandung dengan orang tua kandungnya. Ayah angkat tidak dapat
sehingga yang dapat menjadi wali nikahnya adalah orang tua (ayah)
kandungnya.
pengadilan.
Pengadilan Negeri Kudus adalah pasangan suami istri yang sudah lama
menikah, namun tidak dikaruniai anak dilihat dari segi medis (mandul),
sedang bagi pasangan suami istri yang sudah dikaruniai anak tidak ada
kepada pemohon.
berikut :
57
(1) Foto copy KTP atas nama H. Sanusi dengan alamat Desa Piji
(2) Foto copy KTP atas nama Chaerunnisa dengan alamat Desa Piji
(3) Foto copy Akta Nikah atas nama H. Sanuri dan Chaerunnisa.
(4) Foto copy Akta Nikah atas nama Nasimin dan Tusiyem.
(5) Foto copy Akta Kelahiran atas nama Hasna Niswara Alifah.
Desember 2002.
Desember 2002.
Maret 2003.
satu bulan yang bernama Slamet Riyanto yang lahir pada tanggal
Supangat dan Sutarmi selaku orang tua kandung dengan penuh rela
dirinjau dari segi ekonomi, kehidupan Bp. Jami’in dan Ibu Sarmi
yang bekerja sebagai buruh tani yang mempunyai tiga orang anak.
(1) Foto copy surat Nikah atas nama Supangat dan Sutami.
(2) Foto copy Akta Nikah atas nama Jami’in dan Sarmi.
(5) Foto copy Akta Kelahiran atas nama Hasna Niswara Alifah.
Maret 2003.
Susetyo, Bsc. dan Sri Sutarsih, SP. yang beralamat di Desa Tanjung
pasangan suami istri Tri Waluyo, Bsc. dan Suparti, yang bertempat
17 Maret 2003.
berupa :
Arsanti.
(3) Surat kelahiran atas nama Rizal Abdul Ghani yang dikeluarkan
bahwa :
dan Suyati.
2. Ibu Suyati adalah sepupu dari Ibu Dhian yaitu putra budhenya.
14 Maret 2003.
anak kandung dari Ibu Fitriyah. Ibu Fitriyah adalah seorang janda
27 Maret 2003.
Kabupaten Kudus.
kandung dari pasangan suami istri Slamet Riyadi dan Sri Yuliati
(1) Foto copy Akta Nikah atas nama Ngatiman dan Purwatiningsih.
(2) Foto copy Akta Nikah atas nama Slamet Riyadi dan Sri Sri
Yuliati.
anak tersebut.
65
keseluruhan.
waris dari orang tua angkatnya yang mempunyai hak atas harta asal
dari orang tua angkat terhadap hak yang ada pada anak angkat
para ahli waris orang tua angkat antara lain, pihak saudara Bapak
Mei 2005).
66
Kudus hanya pada harta gono gini saja dari orang tua angkatnya
secara keseluruhan.
1) Dalam Perkara
penggugat.
Melawan :
2) Duduk Perkaranya :
tahun 1976.
berbatasan :
68
C.104 batas-batasnya :
(kalung).
tidak sedikit,
hasil.
perkara ini.
kepada penggugat.
rupiah)
MENGADILI :
Dalam eksepsi
rupiah).
orang tua angkat dengan anak angkat, hubungan anak dengan orang
memang benar dan tidak dapat diangkat secara logika, bahwa anak
kemanusiaan.
atau warisan itu tidak boleh melebihi 1/3 bagian dari seluruh harta
angkatnya”.
lain berupa :
kemudian hari.
boleh lebih dari 1/3 dari harta kekayaan orang tua angkat yang
Muhammad, bahwa :
Zaini : 83).
milik orang tua, maka anak angkat tidak mempunyai hak mewaris,
oleh karena itu, barang pusaka harus kembali kepada ahli waris
7819 B.
5) Uang sejumlah Rp. 1.300.000,- (satu juta tiga ratus ribu rupiah).
76
BAB V
5.1. Simpulan
telah diuraikan pada bab-bab terdahulu, maka dapat ditarik suatu simpulan,
yang terwujud dalam bentuk memelihara orang lain sebagai anak dan
Islam adalah dengan jalan melalui hibah atau dengan jalan wasiat wajibah
dengan syarat tidak boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari harta warisan orang
tua angkatnya, hal ini untuk melindungi para ahli waris lainnya.
Islam. Hal ini dapat dilihat dalam hal menerima, memeriksa, dan
a. Tidak memutuskan hubungan darah antara anak angkat dengan orang tua
kandung.
b. Anak angkat tidak berkedudukan sebagai pewaris dari orang tua angkat,
c. Orang tua angkat tidak dapat bertindak sebagai wali nikah dalam
Negeri Kudus yaitu pada harta gono-gini (harta bersama) dari orang tua
angkatnya bukan pada harta asli / bawaan dari orang tua angkat.
5.2. Saran-saran
1. Hendaknya bagi orang yang akan mengangkat anak dilakukan secara resmi
sampai pada tingkat Pengadilan Negeri agar kedudukan anak menjadi jelas
dan pengangkatan anak jangan semata karena alasan tidak punya keturunan,
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Ali. 1997. Hukum Waris, Hukum Keluarga dan Hukum Pembuktian. Jakarta
: Rineka Cipta.
Ash Shabuni, Syekh Muhammad Ali. 1995. Hukum Waris Menurut Al-Qur’an dan
Hadits. Bandung : Trigenda Karya.
Ash Shiddieqy, Muhammad Hasbi. 1997. Fiqh Mawaris. Semarang : PT. Pustaka
Rizki Putra.
Basyir, Ahmad Azhar. 1995. Hukum Waris Islam. Yogyakarta : UII Press.
Dellyana, Shanty. 1988. Wanita dan Anak di Mata Hukum. Yogyakarta : Liberty.
Hadikusuma, Hilman. 1990. Hukum Waris Adat. Bandung : Citra Aditya Bakti.
78
79
Soekanto, Soerjono. 2001. Hukum Adat Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Soepomo. 1985. Bab-bab Tentang Hukum Adat. Jakarta : Pradnya Paramita.
Soimin, Soedaryo. 1992. Hukum Orang dan Keluarga. Jakarta : Sinar Grafika.
Tafal, Bastian. 1983. Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat Serta Akibat-akibat
Hukumnya di Kemudian Hari. Jakarta : Rajawali.
Zaini, Muderis. 1995. Adopsi Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum. Jakarta :
Sinar Grafika.