Anda di halaman 1dari 123

KONSEP PENDIDIKAN KH.

MUHAMMAD YUSUF HASYIM DAN


KONTRIBUSI PEMIKIRANNYA TERHADAP PENDIDIKAN

TESIS

Oleh:

AHMAD SOFI NUR

NPM/NIRM: 2198225024

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI

TEBUIRENG JOMBANG

2023
KONSEP PENDIDIKAN KH. MUHAMMAD YUSUF HASYIM DAN
KONTRIBUSI PEMIKIRANNYA TERHADAP PENDIDIKAN

TESIS
Di susun untuk memenuhi syarat memperoleh Gelar Magister Pendidikan Dalam
Bidang Agama Islam

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

AHMAD SOFI NUR

NPM/NIRM: 2198225024

Pembimbing:

Dr. Hj. Rofiatul Hosna, M. Pd

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI

TEBUIRENG JOMBANG

2023
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis oleh :

Nama Mahasiswa : Ahmad Sofi Nur

NPM : 2198225024

Judul : KONSEP PENDIDIKAN KH. YUSUF HASYIM DAN


KONTRIBUSI PEMIKIRAN NYA TERHADAP
PENDIDIKAN

Ini telah di periksa dan di setujui untuk di ajukan.

NO DOSEN PEMBIMBING TANGGAL TANDA TANGAN


1. Dr. Hj. Rofiatul Hosna, M.Pd
HALAMAN PERBAIKAN TESIS

Kepada :

Yth. Direktur Program Pascasarjana

Universitas Hasyim Asy’ari

Di :

Tebuireng Jombang

Assalamualaikum Wr. Wb.

Setelah kami teliti kembali naskah tesis saudara :

Nama : Ahmad Sofi Nur

NIM : 2198225024

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul Tesis : Konsep Pendidikan KH. Muhammad Yusuf Hasim dan


Kontribusi Pemikirannya Terhadap Pendidikan

Ternyata telah diperbaiki dan di sempurnakan sesuai dengan keputusan sidang


munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Ahad 28 mei 2003. Dengan demikian
kami harap tesis ini dapat disahkan sebagaimana mestinya. Atas perhatiannya kami
sampaikan terimakasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tebuireng 3 Juni 2003


Pembimbing

Dr. Hj. Rofiatul Hosna, M.Pd


PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Ahmad Sofi Nur

NPM/NIRM : 2198225024

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Perguruan Tinggi : Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Tesis ini secara keseluruhan

adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang

dirujuk sumbernya dan bukan jiplakan dari karya orang lain.

Apabila di kemudian hari terbukti Tesis ini secara keseluruhan/sebagian

merupakan karya orang lain atau jiplakan, maka saya siap untuk menerima sanksi

aturan yang berlaku.

Jombang 3 Juni 2023

Yang menyatakan

Ahmad Sofi Nur


HALAMAN PENGESAHAN

Tesis Magister Saudara : Ahmad Sofi Nur

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Tesis (TPT) pada :

Tanggal : 28 Mei 2023

Tempat : Universitas Hasyim Asyi’ari Tebuireng Jombang

Oleh Tim Penguji :

1. Dr. H. Hanifudin, M.Ag (Ketua) : ………….

2. Dr. H. Khoirul Umam, M.Pd.I (Penguji) : ………….

3. Dr. Hj. Rofiatul Hosna. M.Pd (Pembimbing) : ………….

4. Dr. Hj. Khoirotul Idawati, M.Pd.I (Sekretaris) : ………….

Mengesahkan,
Direktur Program Pascasarjana
Universitas Hasyim Asy’ari
Tebuireng Jombang

Dr. H. Imam Sukardi, M.Ag

NIY.UHA.01.0092
HALAMAN MOTTO

ُ ‫ع َم اًل َو ُه َو ا ْلعَ ِز‬


ُ ُ‫ير الغَف‬
‫ور‬ َ ْ‫ق ا ْل َم ْوتَ َوا ْل َحيَ َوةَ ِليَ ْبلُ َو ُك ْم أَيُّ ُك ْم أَح‬
َ ‫س ُن‬ َ َ‫الَّذِي َخل‬
Artinya : (Dia) Yang menjadikan kematian dan (juga) kehidupan, supaya (Allah)
menguji kamu atau siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.1

‫طابِفَةا‬ َ ‫ون ِليَ ْن ِف ُروا كَافَةا فَلَ ْو ََل نَفَ َر ِم ْن ك ُِل فِ ْرقَ ٍة ِم ْن ُه ْم‬ َ ُ‫َان ا ْل ُم ْؤ ِمن‬
َ ‫َو َما ك‬
‫ِين َو ِليُنذ ُِروا قَ ْو َم ُه ْم ِإذَا َر َجعُوا ِإلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّ ُه ْم يَحْ ذَ ُر ْو َن‬
ِ ‫ِل َيتَفَقَّ ُهوا فِى الد‬
Artinya: Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi
(tinggal bersama Rasulullah) untuk memperdalam pengetahuan agama mereka
dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar
mereka dapat menjaga dirinya2

َ ‫ّللاُ لَهُ بِ ِه‬


‫ط ِريقًا إِلَى ال َجنَّ ِة‬ َ ‫س فِي ِه ِع ْل ًما‬
َّ ‫س َّه َل‬ َ َ‫سلَك‬
ُ ‫ط ِريقًا يَ ْلت َ ِم‬ َ ‫َم ْن‬
Siapapun yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju surga.3

1
(Al-Quran, Surat Al Mulk, Ayat 2)
2
(Al-Quran, Surat At Taubah, Ayat 122)
3
(HR.Muslim, No.2699)
HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kepada allah SWT dan atas dukungan dan doa

dari orang tua tercinta, akhirnya Teis ini dapat di selesaikan dengan baik dan tepat

waktu. Pleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya ucapkan rasa syukur

dan terimaksih kepada :

1. Allah SWT, karena hanya izin dan karunianya lah maka Tesis ini dapat di buat

dan slesai tepat waktu dengan lancer.

2. Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan moral maupun material

serta doa yang tiada henti untuk kesusksesan saya, karena tidak ada kata seindah

lantunan doa orang tua dan tiada doa yang paling khusus selain doa yang tercapai

dari kedua orang tua.

3. Semua saudara kandung saya yang telah memberikan semangat tiada henti atas

berlangsung nya proses membuat karya ilmiyah ini ( Tesis )

4. Paman saya yang selalu memberikan arahan dalam membuat karya ilmiyah ini

dengan lancar

5. Teman-teman saya yang setiap harinya selalu mengingatkan dan mangasih

semangat dalam pendidikan saya, terutama pendidikan jenjang pascasarjana.

6. Tesis ini juga saya persembahkan untuk calon istri saya yang mungkin masih

belom tau siapa, tapi suatu saat nanti pasti saya persembahkan.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang selalu memberikan rahmad dan
taufiqnya sehingga tesis ini bisa terselesaikan. Shalawat dan salam tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, dengan selesainya tesis
ini penulis sampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Haris Supratno, selaku Rektor Universitas Hassyim Asy’ari
Tebuireng Jombang.
2. Dr. H. Imam Sukardi, M.Ag selaku Direktur Pascasarjana Universitas
Hassyim Asy’ari Tebuireng Jombang.
3. Dr. Hj. Khoirotul Idawati M.Pd.I selaku ketua Prodi Pendidikan Agama
Islam Universitas Hassyim Asy’ari Tebuireng Jombang.
4. Dr. Hj. Rofiatul Hosna, M.Pd selaku dosen pembimbing yang selalu sabar
dan selalu memberikan bimbingan yang sangat luar biasa.
5. Bapak dan ibu dosen serta staff program Pascasarjana Universitas Hassyim
Asy’ari Tebuireng Jombang yang memberikan banyak bekal pengetahuan.
6. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan tanpa batas.
7. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan tesis ini.
Semoga semua kebaikan dan sumbangsihnya diterima sebagai amal jariyah
kebaikan yang diridhoi Allah SWT. Semoga karya yang sederhana ini bisa
bermanfaat untuk semuanya… Amin.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jombang, 3 Juni 2023

Ahmad Sofi Nur


ABSTRAK

Nur, Ahmad Sofi, 2023. Konsep Pendidikan dalam Presprektif KH. Yusuf
Hasyim. Tesis. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Program
Pascasarjana Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.
Pembimbing Dr. Hj. Rofiatul Hosna, M.Pd.
Pendidikan sebagai upaya pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan
manusia muda ke taraf insani. Perwujudan upaya ini adalah tindakan mendidik dan
di didik. Bagi Driyarkara, kedua tindakan tersebut adalah perbuatan yang
fundamental. Artinya, pendidikan adalah perbuatan yang mengubah dan
menentukan hidup manusia, baik bagi pendidik maupun peserta didik. Bagi peserta
didik, pendidikan menjadi sarana yang memungkinkan tumbuh sebagai manusia.
Sementara bagi pendidik, mendidik berarti menentukan suatu sikap dan bentuk
hidup yang di yakini dapat mewujudkan prinsip-prinsip serata nilai insani yang
membangun seluruh hidupnya.
Tujuan pendidikan yang di harapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau
kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuan nya
bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk
tetap dan statis. Tapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang,
berjenan dengan seluruh aspek kehidupan.
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif studi literatur
dengan pendekatan analisis data diskriptif analisis. Teknik pengumpulan datanya
dengan melakukan studi kepustakaan yang memiliki relevansi dengan bahasan.
Langkah selanjutnya ialah mereduksi data yang diperoleh, menganalisanya, dan
menyimpulkan sesuai dengan fokus penelitian.
Konsep pendidikan kh yusuf hasyim yang telah terumus dari berbagai data
dan beberapa sumber lain nya adalah : Keagamaan, Kedisiplinan dan kegigihan.
Oleh karena itu, konsep pendidikan Prespektif KH. Yusuf Hasyim ini
lebih mengacu kepada keagamaan, Karena beliau lebih menomersatukan ketuhanan
dalam pendidikan, dan juga kedisplinan yang yang bertujuan untuk menjadikan
pendidikan untuk menghasilkan seorang yang di didik menuju kesuksesan,
kemudian kegigihan dalam pendidikan itu menjadi pendorong utama dalam
berlangsung nya proses pendidikan.
Dan Juga banyak kontribusi pemikiran KH. Yusuf hasyim terhadap
pendidikan, Di antaranya adalah Berdirinya Madrasah Aliyah pada tahun 1965,
Universitas Hasyim Asy’ari pada tahun 1967 pada tanggal 22 juni.
Kata Kunci : Konsep Pendidikan KH Yusuf Hasyim
ABSTRACT

Nur, Ahmad Sofi, 2023. The Concept of Education in Prespective KH. Yusuf
Hasyim. Thesis. Islamic education study program. Hasyim Asy'ari
Tebuireng University Postgraduate Program, Jombang. Advisor Dr. Hj.
Rofiatul Hosna, M.Pd.
Education as an effort to humanize young people or elevate young people
to the human level. The embodiment of this effort is the act of educating and being
educated. For Driyarkara, these two actions are fundamental actions. That is,
education is an act that changes and determines human life, both for educators and
students. For students, education is a means that allows them to grow as human
beings. Meanwhile for educators, educating means determining an attitude and a
form of life that is believed to be able to embody the principles as well as human
values that build his whole life.
The educational goals that are expected to be achieved after a business or
activity that proceeds through stages and levels, the goal is gradual and multilevel.
The purpose of education is not an object that is fixed and static. But it is a whole
of a person's personality, related to all aspects of life.
This type of research uses a qualitative study of literature with a descriptive
data analysis approach. The data collection technique is by conducting literature
studies that have relevance to the discussion. The next step is to reduce the data
obtained, analyze it, and conclude according to the research focus.
The educational concept of kh yusuf hasyim which has been formulated
from various data and several other sources is: Religion, Discipline and persistence.
Therefore, the concept of educational perspective KH. Yusuf Hasyim
refers more to religion, because he prioritizes divinity in education, and also
discipline which aims to make education produce a student towards success, then
persistence in education becomes the main driving force in the ongoing educational
process.
And also many contributions of KH. Yusuf Hasyim towards education,
including the establishment of Madrasah Aliyah in 1965, Hasyim Asy'ari
University in 1967 on June 22.
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBNG ............................................ iii

HALAMAN PERBAIKAN TESIS ............................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ v

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi

HALAMAN MOTTO ................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

ABSTRAK ...................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

BAB 1: PENDAHULUAN

A. Konteks Kajian .............................................................................. 1

B. Fokus Kajian ................................................................................ 9

C. Tujuan Kajian ............................................................................... 9

D. Manfaat Kajian .............................................................................. 10

E. Definisi Istilah ............................................................................... 11

F. Sistematika Pembahasan ................................................................ 13

G. Metode Penelitian ......................................................................... 15

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis ............................................................................... 23

1. Hakikat Pendidikan .................................................................. 23


2. Pengertian Pendidikan dan Pendidikan Islam .......................... 25

3. Konsep Pendidikan ................................................................... 33

B. Kajian Penelitian Terdahulu .......................................................... 36

BAB III: PAPARAN DATA DAN PENELITIAN

A. Biografi Dan Sejarah KH. Muhammad Yusuf Hasyim .............. 41

B. Konsep Pendidikan ..................................................................... 60

BAB IV: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Analisis Konsep Pendidikan KH. Muhammad Yusuf Hasyim ..... 70

B. Kontribusi Pemikiran Pendidikan KH. Muhammad Yusuf

Hasyim Pada Pendidikan ............................................................... 86

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 97

B. Saran. ............................................................................................... 98

C. Penutup ............................................................................................ 99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Kajian

Pendidikan sebagai upaya pemanusiaan manusia muda atau

pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Perwujudan upaya ini adalah

tindakan mendidik dan di didik. Bagi Driyarkara, kedua tindakan tersebut adalah

perbuatan yang fundamental. Artinya, pendidikan adalah perbuatan yang

mengubah dan menentukan hidup manusia, baik bagi pendidik maupun peserta

didik. Bagi peserta didik, pendidikan menjadi sarana yang memungkinkan

tumbuh sebagai manusia. Sementara bagi pendidik, mendidik berarti

menentukan suatu sikap dan bentuk hidup yang di yakini dapat mewujudkan

prinsip-prinsip serata nilai insani yang membangun seluruh hidupnya.4

Pendidikan secara umum merupakan hal yang terjadi dalam ruang

lingkup kehidupan manusia melalui pengalaman yang kemudian akan

membentuk suatu pola berpikir yang sesuai dengan proses yang dialami melalui

pengalaman tersebut. Pendidikan hendaknya diperhatikan sejak seseorang

menginjak usia dini karena merupakan tahap awal sebelum seseorang mengalami

situasi dewasa sehingga alangkah baiknya seseorang tersebut disuguhkan dengan

pengalaman akan pengetahuan yang efektif yang menunjang perkembangan pola

pikirnya.5

Pada dasarnya Pendidikan mencakup kegiatan mendidik, mengajar dan

melatih. Kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha untuk

mentransformasikan nilai-nilai. Maka dalam pelaksanaan pendidikan harus


4
Sasongko, Denis Guritno Sri. 2018, Pengertian Pendidikan, makalah ilmiah, Jakarta.
5
Hendrik Ryan Puan Renna, Konsep Pendidikan Menurut John Locke dan Relevansinya bagi
Pendidikan Sekolah Dasar di Wilayah Pedalaman Papua, Jurnal Papeda, Vol. 4 No. 1 Januari 2022
berjalan secara berkesi nambungan dan terpadu, berkelanjutan, serta serasi

dengan perkembangan anak didik dan lingkungan hidupnya dan berlangsung

seumur hidup.6

Pendidikan dipahami sebagai proses pembentukan pribadi. Kata proses

menunjuk pada pendidikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik

yang terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Artinya, pendidikan

merupakan proses yang berkesinambungan karena berlangsung dalam segala

situasi, baik di lingkungan rumah atau sekolah, maupun di lingkungan

masyarakat. Hal ini diungkapkan dengan baik oleh John Dewey. Bagi Dewey,

pendidikan adalah suatu proses pengalaman. Karena kehidupan merupakan

pertumbuhan, pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin manusia tanpa

dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan adalah proses penyesuaian pada setiap

fase dan menambah kecakapan dalam perkembangan seseorang melalui

pendidikan. Bagi Dewey, pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup,

melainkan hidup itu sendiri. Pendidikan merupakan pengembangan dari semua

kapasitas dalam individu yang akan memungkinkan dia untuk mengendalikan

lingkungannya dan memenuhi kemungkinan-kemungkinannya. Dengan

demikian, Dewey menegaskan bahwa pendidikan adalah proses hidup melalui

rekonstruksi pengalaman yang berkesinambungan.7

Pendidikan berkembang dimulai dari hal yang sederhana dan

berlangsung dari zaman lingkup kehidupan yang sederhana. Tidak hanya itu

6
Muhammad Turmuzi, Konsep Pendidikan dan Islam sebagai Alternatif dalam
Memanusiskan Manusia, Jurnal Al-Islah Vol. 12 No. 2 Tahun 2021
7
Ibid
tujuannya pun sebatas bertahan hidup dari ancaman sekitar. Akan tetapi manusia

masyarakat yang berbudaya dengan tuntutan hidup yang semakin tinggi yang

tidak hanya ditujukan pada keterampilan melainkan pada perkembangan

kemampuan berfikir teoritis dan praktis berdasarkan konsep berfikir ilmiah atau

lebih mencondong pada fenomena alam yang kemudian dijelaskan secara

keilmuan. Pendidikan pada hakekatnya merupakan persoalan yang berhubungan

langsung dengan kehidupan manusia yang mengalami perkembangan

kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu unsur dari aspek sosial bidaya yang

berperan dalam kehidupan berkeluarga, masyarakat dan bangsa.8

Konsep pendidikan harus bisa menyeimbangkan antara pendidikan

ilmu agama dengan ilmu keduniaan. Hal tersebut sejalan dengan konsep

pendidikan yang dikemukakan oleh KH. Ahmad Dahlan bahwasannya,

pendidikan didalam sekolah islam tidak hanya tidak hanya membekali peserta

didik dengan pembelajaran agama saja, namun juga harus dibekali dengan ilmu

pengetahuan lain. Kh Ahmad Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan ialah

ilmu yang mapu di praktekan langsung dalam kehidupan, karena menurut beliau

seorang pemimpin hanya memiliki teori dan program muluk tanpa disertai

dengan aksi nyata dalam suatu perbuatan.9

Pendidikan mengajarkan manusia untuk membangun kehidupan sosial.

Artinya kemampuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat karena

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Dalam hal ini Ibnu

8
Syarifatul Marwiyah, Konsep Pendidikan Berbasis Kecakapan Hidup, JURNAL
FALASIFA. Vol.3 , No. 1 Maret 2012
9
Rz. Ricky Satria Wiranata, Konsep Pendidikan Karakter KH Ahmad Dahlan Dalam
Perspektif Tokoh Muhammadiyah, JURNAL SALIHA. VOL.2, No. 1 Januari 2019
Khaldun mengatakan bahwa pendidikan merupakan sarana yang meningkatkan

kemampuan seseorang untuk hidup bermasyarakat dalam lingkungan

masyarakat yang memahami tugas dan tanggung jawabnya dalam masyarakat.

Sementara dalam UU sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan

Nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.10

Tujuan pendidikan yang di harapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau

kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuan nya

bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang

berbentuk tetap dan statis. Tapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian

seseorang, berjenan dengan seluruh aspek kehidupan.11

Ada dua tujuan pendidikan nasional yang terdapat di dalam UUD

(1945:) 1) Pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa, 2) Pendidikan

adalah hak seluruh rakyat. Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang berdiri

sendiri, bangsa Indonesia yang merdeka yang dapat memanfaatkan sumber daya

alam dan sumber kebudayaan Indonesia yang kaya raya untuk meningkatkan

mutu kehidupan individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Bangsa yang

cerdas juga adalah bangsa yang dapat memilih dari berbagai alternatif yang

10
Muhammad Insan Jauhari, KONSEP PENDIDIKAN IBNU KHALDUN DAN
RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN DI ERA MODERN, Jurnal Komunikasi dan
Pendidikan Islam, Volume 9, Nomor 1, Juni 2020
11
Martinis yamin dan Maisah, Orientasi Baru Ilmu Pendidikan (Jakarta: Ciputat Mega Mall
B22, 25 & C15, 2012), 23.
disodorkan oleh dunia modern. Manusia Indonesia yang merdeka adalah

manusia Indonesia yang dapat mewujudkan kepribadiannya atau akhlaknya

sebagai bangsa Indonesia yang berdasarkan kebudayaan Indonesia.12

Menurut Abu Ahmadi dalam Ramayulis (2002:66) ada beberapa tujuan

Pendidikan Islam meliputi:

1. Tujuan Tertinggi/terakhir

Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku

umum, karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran

mutlak dan universal. Tujuan tertinggi ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan

hidup manusia dan peranannya sebagai ciptaan Tuhan, sebagaimana firman

Allah SWT surat Al-Zhariat ayat 56 berbunyi: Artinya:" Dan diantara mereka

ada orang yang mendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan dunia dan

kebaikan akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka. Mereka itulah orang-

orang yang dapat bahagia dari apa yang mereka, dan Allah sangat cepat

perhitungannya". Sabda Rasulullah SAW berbunyi: Artinya: "Bekerjalah

untuk urusan dunia seolah-olah engkau akan hidup selama-lamanya, dan

bekerjalah untuk urusan akhirat seolah-olah engkau akan mati esok hari".

2. Tujuan Umum

Tujuan ini lebih bersifat empirik dan realistik. Tujuan umum berfungsi

sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut

perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik.

3. Tujuan Khusus

12
Ibid
Tujuan khusus ini bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk

diadakan perubahan di mana perlu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan,

selama tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi/terakhir dan umum itu.

Pengkhususan tujuan tersebut dapat di dasarkan pada: 1) Kultur dan cita-cita

bangsa, 2) Minat, bakat, dan kesanggupan peserta didik, 3) Tuntutan Situasi,

Kondisi pada Kurun Waktu Tertentu.

4. Tujuan Sementara

Tujuan ini merupakan tujuan yang akan dicapai setelah anak didik

diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum

pendidikan formal. Lebih lanjut dikatakan bahwa, tujuan pembelajaran umum

dan khusus, dapat dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda.13

Ki Hajar Dewantoro, membedakan lingkungan pendidikan menjadi

tiga, dan yang kita kenal dengan Tri Pusat Pendidikan yaitu: Keluarga, Sekolah

dan Masyarakat.

Dimana masing-masing lingkungan itu dapat terwujud seperti apa yang telah

di kelompokkan di atas, dapat berupa lingkungan phisik, lingkungan budaya,

lingkungan sosial, lingkungan alam maupun lingkungan spiritual.14

Hal ini relevan dengan apa yang di kemukakan oleh kh. Yusuf hasyim

tentang nilai-nilai lebih atau nilai plus pendidikan di dalam pendidikan lebih

khususnya dalam pondok pesantren, bahkan hal tersebut juga muncul pada

tahun 1990 di saat mengadakan research berkaitan dengan penulisan disertasi

13
Martinis yamin dan Maisah, Orientasi Baru Ilmu Pendidikan (Jakarta: Ciputat Mega Mall
B22, 25 & C15, 2012), 24-25.
14
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Pt Rineka Cipta, 2015), 121.
untuk meraih gelar doctor tentang sistem pendidikan di lingkungan pesantren

di Tebuireng.

Dari latar belakang atau focus penelitian di atas, maka peneliti tertarik

untuk mengadakan penelitian dengan judul “konsep pendidikan menurut KH.

Yusuf Hasyim.

Beliau menjelaskan dengan gamblang dan jelas tentang nilai-nilai plus

pendidikan di pondok pesantren, antara lain:

1. Pendidikan di luar pondok berkisar antara 6 sampai 7 jam, sedangkan

pendidikan di luar pondok pesantren berkisar antara 16 sampai 17 jam.

2. Kalau di luar pondok ada 3 sektoral, yaitu: rumah tangga, lembaga

pendidikan dan lingkungan masyarakat. Tri sektoral di luar tidak selalu

saling membantu. Kemungkinan saja lembaga pendidikan baik, tapi

lingkungan nya tidak menolong bahkan kadang-kadang di luar batasan

sekolah itu sudah di selenggarakan dengan segala macam penyajian adanya

minuman keras dan lain sebagainya. Demikian halnya lingkungan rumah

tangga, kadang-kadang orang tuanya maupun anaknya belum siap.

Hamabatannya kira-kira mungkin ayah atau ibu seorang karir atau kasih

saying berlebihan. Ini berarti menunjukkan bila di pondok pesantren “Tri

sektoral “saling membantu.

3. Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa di pondok pesantren tebuireng

ada beberapa forum jam’iyah belajar yang sangat membantu untuk

pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain forum tersebut adalah:


Organisasi daerah (ORDA), Orgnisasi kompleks, Organisasi olahraga,

Organisasi kelas, Organisasi kesenian dan kebudayaan.

Forum-forum jam’iyah itu menurut pemaparan beliau menciptakan

kondisi pertumbuhan dan perkembangan karakter serta kecakapan

seseorang agar mereka nantinya “tidak hidup semacam menara gading“.

Lebih lanjut beliau menjelaskan tentang manfaat adanya ORDA (organisasi

daerah) yaitu berkewajiban membina anggotanya dengan melalui kegiatan:

1. Membantu lancarnya pendidikan di pondok pesantren

2. Mengkordinir latihan-latihan pidato (khitobah), dakwah dan lainnya.

3. Mengadakan kegiatan yang ada hubungannya dengan bidang sosial

membuat program antara lain: a) Pada hari-hari libur pendek, mereka

mengadakan kegiatan seperti khutbah dan musabaqoh (lomba) membaca

kitab kuning. b) Pada saat linburan panjang mereka mengadakan praktek

di masyarakat seperti kegiatan dakwah (pengajian) dimasyarakat,

misalnya pada bulan suci Ramadhan ORDA mengirimkan anggotanya

mengisi pengajian-pengajian setelah shalat shubuh, dan maghrib serta

sehabis shalat isya’.15

Pendidikan merupakan faktor utama yang akan menentukan

pengetahuan, pengalaman, wawasan dan keterampilan yang akan di kuasai untuk

di terapkan di lapangan. Mempunyai bekal pendidikan yang baik, juga bisa

berpeluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan kehidupan yang

lebih mapan. Dengan adanya pendidikan tersebut, mampu membawa kita

15
Ridlwan Nasir, Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete, 2007), 128-129
bersosialisasi tidak hanya di sekolah saja namun juga di masyarakat. Dilihat dari

fenomena yang sering terjadi disekolah maupun di masyarakat maka peneliti

mengangkat penelitian ini dengan judul konsep pendidikan KH Muhammad

Yusuf Hasyim dan kontribusi pemikirannya dalam pendidikan.

B. Fokus Kajian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan

masalah yaitu:

1. Bagaimana konsep pendidikan KH. Muhammad Yusuf Hasyim ?

2. Bagaimana kontribusi pemikiran KH. Muhammad Yusuf Hasyim pada

pendidikan ?

C. Tujuan Kajian

Berdasarkan uraian rumusan di atas, maka penelitian secara umum

memiliki tujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisa konsep pendidikan

menurut KH. Muhammad Yusuf Hasyim dan Kontribusi pemikiran KH.

Muhammad Yusuf Hasyim pada pendidikan.

D. Manfaat Kajian

Penelitian yang telah dijadikan sebuah objek penelitian oleh seorang

peneliti tentunya mempunyai beberapa manfaat. Secara umum, penelitian ini

berguna bagi peneliti secara pribadi yang menjadikan syarat menyelesaikan

tugas akademik pada jenjang s2 program Pasca Sarjana pendidikan agama islam

UNHASY. Manfaat secara khusus dari penelitian ini dijadikannya sarana

pemikiran (secara teoritis) dan perkembangan (secara praktis) bagi lembaga

terkait, sebagai berikut:


1. Secara teroritis

Secara teoritis penelitian ini di harapkan dapat memberikan

sumbangsih ilmu serta paparan pengembangan konsep pendidikan yang

semakin luas dan berinovasi yang baru terutama konsep pendidikan KH.

Muhammad Yusuf Hasyim.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memnerikan

sumbangsih kepada:

a. Masyarakat umum

Haisl penelitian ini diharapkan oleh peneliti, mampu berguna dan

bermanfaat serta dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan

wawasan yang lebih luas, yang nantinya akan dijadikan sebagai rujukan

dalan konsep pendidikan perspektif KH. Muhammad Yusuf Hasyim.

b. Pengelola pendidikan

Sebagai tambahan informasi dan wawasan tentang konsep

pendidikan menurut prespektif KH. Muhammad Yusuf Hasyim

c. Bagi peneliti berikutnya

Penelitian ini di harpkan dapat memberikan manfaat pendidikan

dan peserta didik yang ingin memperbaiki ilmu pengetahuannya

terutama pada konsep pendidikan dan menjadikan motivasi dalam

kehidupan sehari hari.


E. Definisi Istilah

Untuk memperjelas kajian yang akan di bahas pada penelitian ini serta

membatasi kajiannya, maka judul yang bertemakan: konsep pendidikan KH.

Muhammad Yusuf Hasyim perlu untuk di jelaskan makna dari judul tersebut

sebagai mana berikut:

1. Konsep pendidikan

Konsep dikemukan oleh beberapa ahli. Konsep didefinisikan

sebagai suatu arti yang memenuhi syarat sejumlah objek yang mempunyai

ciri-ciri yang sama. Konsep diartikan juga sebagai suatu abstraksi dari ciri-

ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan

memungkinkan manusia untuk berpikir atau menghasilkan gagasan.

Pengertian konsep yang lain adalah: sesuatu yang umum atau representasi

intelektual yang abstrak dari situasi, objek atau peristiwa, suatu bentuk

pikiran, suatu ide atau gambaran mental. Suatu konsep adalah elemen dari

proposisi seperti kata adalah elemen dari kalimat. Konsep adalah abstrak di

mana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi,

memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep adalah universal di

mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap ekstensinya.

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah, melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan. Yang berlangsung di

sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat

memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa

yang akan datang.


Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram

dalam bentuk pendidikan formal, non formal dan informal di sekolah, dan

di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan

optimalisasi.16

Pada dasarnya pendidikan adalah upaya untuk mempersiapkan

peserta didik agar mampu hidup dengan baik dalam masyarakatnya, mampu

mengembangkan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan

bangsanya.17

Karena pada hakekatnya tujuan pendidikan dicapai melalui proses

belajar mengajar, maka administrasi pendidikan merupakan seluruh proses

kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan atau diusahakan secara

sengaja dan bersungguh-sungguh disertai pembinaan secara bertahap untuk

mencapai tujuan pendidikan yang di tetapkan, dengan memanfaatkan dan

mendayagunakan segala sumber material dan non material secara efektif

dan efesien dalam proses belajar mengajar khususnya, dan dalam

pendidikan pada umumnya.

2. KH. Muhammad Yusuf Hasyim

KH. Muhammad Yusuf adalah putra bungsu KH. Hasyim Asy’ary

dari sepuluh bersaudara, beliau adalah sosok pemimpim yang kharismatik,

tegas, pemberani, dan disiplin yang tinggi. Beliau juga seorang pemimpin

dengan pola kepemimpina kolektif di saat belom banyak pemimpin yang

16
Binti Maunah, Landasan Pendidikan (Yogyakarta: Teras, 2009), 5.
17
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Relogius di Sekolah Upaya Mengembangkan PAI
dari Teori ke Aksi (malang: uin maliki press, 2010),1.
kolektif di lingkungan pondok pesantren. Namun beliau tetap memiliki

langkah-langkah yang radikal serta banyak hal yang dapat di tauladani

antara lain keuletan dan keikhlasan serta semangat yang tinggi dalam segala

hal yang di inginkan nya.

F. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini akan diuraikan oleh peneliti dalam

lima bab. Keseluruhan dari bab tersebut merupakan sistematika penelitian

yang saling terkait dan terintegrasi satu sama lain, sehingga hasil yang

diharapkan dari penelitian ini dapat tercapai. Berikut ini hasil penelitian yang

dijabarkan dalam sistematika penelitian.

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai pendahuluan

sebagai pengantar untuk menjelaskan kelayakan, urgensi

permasalahan, dan arah penelitian yang berisi tentang konteks

penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, definisi istilah, metode penelitian dan sistematika

penelitian.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai landasan

teoritis (kajian kepustakaan) yang diperlukan untuk mencermati

sekaligus sebagai bahan analisis atas kondisi di lapangan.

Dalam bab dua ini terdiri dari tiga pembahasan yaitu: Pertama

membahas tentang biografi kh. Yusuf Hasyim, Kedua


membahas hakikat Pendidikan, Ketiga membahas tentang

konsep Pendidikan.

BAB III : PAPARAN DATA PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan menguraikan metodologi dan proses

penelitian, yaitu memuat tentang pendekatan penelitian dan

jenis penelitian, data penelitian dan sumber data penelitian,

teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan uji

keabsahan data.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan mengemukakan analisis atas data

yang didasarkan pada teori teori yang ada. Di dalamnya

mencakup pembahasan mengenai analisis konsep Pendidikan

KH. Yusuf Hasyim.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini peneliti akan menyajikan kesimpulan sebagai akhir

dari uraian penelitian ini, disertai saran saran yang terkait hasil

penelitian dan lampiran-lampiran serta daftar pustaka.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Filosofis dan Jenis Penelitian

Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan

memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode


filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak

hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas

pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang

lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh

pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang tidak mungkin dapat

dijangkau oleh sains. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan

pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai

pandangan hidup. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan fakta, namun

pembahasannya tidak bisa dengan menggunakan cara-cara yang dilakukan

oleh sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam.

Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui

metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan,

yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga model: (1) model filsafat

spekulatif; (2) model filsafat preskriptif; (3) model filsafat analitik. Filsafat

spekulatif adalah cara berfikir sistematis tentang segala yang ada,

merenungkan secara rasional-spekulatif seluruh persoalan manusia dengan

segala yang ada di jagat raya ini dengan asumsi manusia memliki kekuatan

intelektual yang sangat tinggi dan berusaha mencari dan menemukan

hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan pengalaman

Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standar)

penilaian tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, penilaian

tentang seni, menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, bagus

dan jelek. Nilai suatu benda pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau
hanya merupakan gambaran dari fikiran kita. Dalam konteks pendidikan,

filsafat preskriptif memberi resep tentang perbuatan atau perilaku manusia

yang bermanfaat. Filsafat analitik memusatkan pemikirannya pada kata-kata,

istilah-istilah, dan pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji suatu ide

atau gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang

dipergunakan secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu

mazhab dalam sistem berfikir.18

Terdapat beberapa aliran dalam filsafat, diantaranya: idealisme,

materialisme, realisme dan pragmatisme (Ismaun, 2001). Aplikasi aliran-

aliran filsafat tersebut dalam pendidikan kemudian menghasilkan filsafat

pendidikan, yang selaras dengan aliran-aliran filsafat tersebut. Filsafat

pendidikan akan berusaha memahami pendidikan dalam keseluruhan,

menafsirkannya dengan konsep-konsep umum, yang akan membimbing kita

dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan. Dari kajian tentang

filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan berbagai teori pendidikan,

diantaranya: (1) perenialisme; (2) esensialisme; (3) progresivisme; dan (4)

rekonstruktivisme.19

Pendekatan filosofis digunakan untuk meneliti pemikiran tokoh dan

mengungkapkan hakekat segala sesuatu yang nampak (pheunomena).

Pendekatan ini dipilih karena penelitian merupakan kajian pemikiran tokoh,

yaitu KH Yusuf Hasyim.

18
Uyoh Sadulloh.1994. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T. Media Iptek
19
Ismaun. 2001. Filsafat Ilmu I. (Diktat Kuliah). Bandung: UPI Bandung.
Penelitian karya ilmiah ini adalah penelitian library research (kajian

pustaka). Penelitian Library Research, yaitu jenis penelitian yang dilakukan

dan difokuskan dengan pengkajian, pembahasan,dan penelaahan terhadap

bahan pustaka.20 Baik literatur klasik maupun modem yang memiliki

kaitannya dengan judul tesis ini untuk memperoleh informasi dan data

tentang konsep Pendidikan KH. Yusuf Hasyim. Oleh sebab itu, dalam proses

penelitian ini peneliti menggunakan data tertulis yang diperoleh dengan studi

kepusatakaan berupa buku sumber primer, jumal atau buku- buku yang

berkaitan dengan masalah yang dikaji dalam tesis ini.

Peneliti juga akan melakukan wawancara kepada beberapa informan

untuk melengkapi data. Sedangkan teknik wawancara yang digunakan dalam

penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depth interview) yaitu satu

metode pengumpulan data berupa pertemuan antara dua orang atau lebih

secara langsung dengan tujuan untuk mendapatkan informasi, data, dan ide

melalui tanya jawab secara lisan sehingga dibangun makna dalam topik

tertentu. Wawancara yang rencana dilakukan oleh peneliti untuk

mendapatkan data tentang konsep Pendidikan KH. Yusuf Hasyim dengan

mewawancarai beberapa informan yang kapasitas, kapabilitas, dan

integeritasnya memadai.

2. Data dan Sumber data

Data adalah penelitan yang terdiri dari semua informasi atau bahan

yang disediakan alam (dalam arti luas) yang harus dicari, dikumpulkan dan

20
Sutrisno Hadi, Metodelogi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1990),9.
dipilih oleh peneliti. Data bisa terdapat pada segala sesuatu apa pun yang

menjadi bidang dan sasaran penelitian. Data penelitian kualitatif pada

umumnya merupakan data lunak (soft data) yang berupa kata, ungkapan,

kalimat dan tindakan, bukan merupakan data keras (hard data) yang berupa

angka-angka statistik, seperti dalam penelitian kuantitatif. Kata- kata dan

tindakan orang atau subjek yang diteliti, diamati atau diwawancarai

merupakan data yang utama dalam penelitian kualitatif. Data utama tersebut

penting sekali untuk dicatat melalui sketsa atau rekaman kaset/ tape

recorder, pengambilan foto, atau perekaman video/ film.

Sumber data adalah bagian penelitian yang sangat penting bagi

peneliti, karena ketepatan dalam memilih dan menentukan jenis sumber data

akan menentukan ketepatan, kedalaman, dan kelayakan informasi yang

diperoleh. Sebuahdata tidak akan mungkin dapat diperoleh tanpa sumber

data. Betapapun menariknya permasalahan suatu topik penelitian, bila

sumber datanya tidak tersedia, penelitian tersebut tidak memiliki arti, karena

tidak bisa diteliti untuk dipahami.

Sebagai peneliti kepustakaan, maka dalam penelitian ini data yang

akan di kaji dan digunakan sebagai sumbernya adalah :

a. Data Primer (primary resource)

Sumber data primer adalah data yang langsung berkaitan dengan

objek penelitian.21 Data primer yang di maksud disini merupakan data

refrensi dalam bentuk buku maupun artikel yang berkaitan dengan

21
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosadkarya, 2012), 157.
pemikiran KH. Yusuf Hasyim dalam bidang Pendidikan, dan peneliti

jadikan acuan utama atau refrensi, antara lain:

1) Profil Pesantren Tebuireng, disusun oleh A Mubarok Yasin dan

Fathurrahman Karyadi, Jombang : Pustaka Tebu Ireng. Cetakan

pertama 2011

2) Sang Pejuang Sejati, Program Penulisan Biografi KH. Muhammad

Yusuf Hasyim. Jombang : Pustaka IKAPETE tahun 2007

3) Kepemimpinan kiyai, Kasus Pondok Pesantren Tebuireng, disusun

oleh Arifin, Imron : Malang, Kalimasahada Press 1993

4) Tradisi Pesantren, di susun oleh Dhofier, Zamakhsyari, Jakarta :

LP3ES 2011.

b. Data Sekunder (secondary resource)

Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

Data sekunder ini berfungsi sebagai data pendukung dari data Primary

resource. Data yang bisa menjadi penunjang bisa berupa buku, artikel

atau essai, jumal dan sejenisnya yang membahas tentang konsep

Pendidikan KH. Yusuf Hasyim sebagai data pendukung.

Adapun di antara buku-buku tentang pendidikan yang akan

dijadikan sebagai sumber data sekunder adalah:

1) Ilmu Pendidikan Islam, oleh H. Ramayulis

2) Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi), oleh Umar Tirtaraharja dan S.L

La Sulo
3) Pendidikan dan Masyarakat (Al Tarbiyyah Wal Mujtama’), oleh

Nazili Shaleh Ahmad

4) Orientasi Baru Ilmu Pendidikan, oleh H. Martinis Yasmin dan

Maisah

5) Ilmu Pendidikan, oleh H. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati

6) Profil Pesantren Tebuireng, disusun oleh A Mubarok Yasin dan

Fathurrahman Karyadi, Jombang : Pustaka Tebu Ireng. Cetakan

pertama 2011

3. Teknik Pengumpulan Data

Penulisan penelitian ini bersifat kepustakaan (library research).

Maka dalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik studi

dokumentasi. Studi dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data

dengan melihat dan menganalisis dokumen.22 Artinya data dikumpulkan

dari dokumen-dokumen baik itu berbentuk buku, jumal, artikel, majalah,

arsip, maupun karya ilmiah lainnya yang memiliki relelvansi dengan tema

tesis ini.

Dokumen yang terkumpul dari sumber data yang ditulis oleh KH.

Yusuf Hasyim dan data-data lain yang ditulis oleh para ahli berkaitan

dengan pokok bahasan dalam rangka mengakaji dan meneliti pemikiran Kh.

Yusuf Hasyim secara mendalam tentang konsep pendidikan. Lantas data-

data tersebut dikumpulkan, dibaca, diamati, diteliti, dan dianalisis oleh

22
Haris Hardiansyah, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta: Salemba
Humanika, 2010), 143.
peneliti untuk menemukan data-data yang diperlukan sebagai jawaban

rumusan masalah dalam penelitian ini.

4. Telaah Data

Setelah tahap mengumpulan data dilakukan, lantas tahap selanjutnya

adalah menganalisa data tersebut sehingga penelitian ini bermutu, rasional,

terarah dan sistematis. Sedangkan menurut Biklen dan Bogdan analisis data

adalah upaya yang dikerjaan dengan mengolah data, mengklasifikan dan

mengorganisasikanya menjadi hal-hal yang dapat dikelola, mencari dan

menemukan pola, dan mempelajari yang menjadi keputusan.23

Kemudian Teknik Analisis Data setelah data terkumpul, selanjtnya

adlah mengadakan pembahasan dan menganalisanya. Dalam menganalisa

pembahsan ini metode yang di pakai adalah sebagai berikut :

a. Metode Interpretasi Data

Menurut Bekker dan Charis, (1990: 69) Metode Interpretasi Data

adalah merupakan isi buku, umtuk untuk setepat mungkin mampu

mengungkapkan arti dan makna uraian yang di sajikan. Metode ini

penulis gunakan untuk mempelajari dan memahami makna-makna yang

ada, sehingga mudah untuk mengambil suatu kesimpulan.

b. Metode Content Analysis (Analisis Isi)

Menurut Muhadjir (1989: 49) Metode Content Analysis yaitu

merupakan analisis alamiah tentang isi pesan atau dialog yang ada untuk

menerapkan metode terkait dengan data-data, kemudian di analisis sesuai

23
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosadkarya, 2012), 184.
dengan isi materi yang di bahas. Untuk merealisasikan metode content

analisis ini terkait dengan data-data, maka data-data yang sudah ada, baik

di ambil dari sumber data primer maupun sekunder , kenudian di analisis

sesuai dengan isi materi yang di bahas dan dapat meyakinkan serta

menemukan data-data tersebut yang mendukung kajian ini.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Hakikat Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia , karena

manusia di saat dilahirkan tidak mengetahui sesuatu apapun , sebagaimana

firman Allah di dalam al-Qur'an. Firman Allah SWT:

Artinya: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu, tidak mengetahui

sesuatu." (Q.S 58:2)

Namun disisi lain manusia memiliki potensi dasar (fitrah) yang harus

dikembangkan sampai batas maksimal. Menurut Hasan Langgulung po tensi

dasar tersebut berjumlah sebanyak sifat-sifat Tuhan yang terangkum dalam

asma' al-husna yaitu 99 (sembilan puluh sembilan) sifat.

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup

dan kehidupan manusia. Bagaimanapun sederhana komunitas manusia

memerlukan pendidikan. Maka dalam pengertian umum, kehidupan dan

komunitas tersebut akan ditentukan oleh aktivitas pendidikan di dalam nya.

Sebab pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan hidup manusia.


24

Proses yang tak jauh berbeda terjadi dan berlangsung pula di masya

rakat yang sudah maju (modern). Para orang tua juga memberikan perhatian

terhadap pendidikan putra-putri, dan generasi muda masyarakatnya. Tujuan

dan misi pendidikan yang dilasanakan, pada prinsipnya sama, yaitu memberi

bimbingan agar dapat hidup mandiri. Bimbingan diberikan oleh generasi tua

24
Hamayulis, Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta: Kalam Mulia, 2018 ), 28.
(orang tua atau guru) kepada generasi muda (putra-putri atau peserta didik),

agar dapat meneruskan dan melestarikan tradisi yang hidup di masyarakat.25

Perbedaanya pada kedua jenis masyarakat di atas terletak pada sistem

pelaksanaannya. Di masyarakat primitif pendidikan dilakukan melalui

pergaulan dan pengalaman yang diterima anak dan kedua orang tuanya dan

masyarakat di sekitarnya. Sedangkan pada masyarakat modern pendidikan

sudah menjadi pranata moral yang terorganisir dengan baik.

Penyelenggaranya dilakukan oleh institusi yang artificial, yang secara formal

disebut sekolah. Selain itu karena di masyarakat modern dijumpai adanya

keragaman dan pembagian kerja berdasarkan profesi, sehingga tugas

kependidikan perlu dikelola oleh tenaga pendidikan professional, dan

kompeten yang disebut pendidik. Namun wewenang pendidik pada

hakikatnya adalah sebagai amanah dari orang tua. Pendidik sebagai pemegang

amanah dalam ajaran Islam hukumnya wajib melaksanakan amanah yang

dilimpahkan orang tua kepadanya.

Dalam perkembangannya pengertian pendidikan selalu mengalami

perubahan menuju kesempurnaan.26

Pada awalnya, istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang

diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia

menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha

yang dijalankan oleh seseorang atau sekolompok orang agar menjadi dewasa

25
Hamayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2018), 29.
26
Ibid
atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tingg dalam arti

mental.

Dan akhirnya pendidikan berarti usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat dan

Negara. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa

dalam pergaulan dengan peserta didik untuk memimpin perkembangan

potensi jasmani dan rohaninya ke arah kesempurnaan, seperti yang

dirumuskan dalam UUSPN.27

2. Pengertian Pendidikan dan Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan

a. Menurut bahasa/Etimology

Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dan kata

"didik" dengan memberikan awalan "pe" dan akhiran "an", mengan

dung arti "perbuatan" (hal, cara dan sebagainya)." Kata pendidikan

berasal dari bahasa Yunani yaitu paedagogos yang berarti pergaulan

dengan anak-anak. Dalam paedogogos adanya seorang pelayan atau

bujang pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan

menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Paedagogos berasal dari kata

padas (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Perkataan

27
Hamayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2018), 29-30.
yang mulanya berarti "rendah" (pelayan, bujang), seka rang dipakai

untuk pekerjaan mulia. Pradagog (pendidik atau ahli didik) ialah

seseorang yang tugasnya membimbing anak." Sedang kan pekerjaan

membimbing disebut paedagogis. Istilah ini kemudian diterjemahkan

ke dalam bahasa Inggris dengan "education" yang be rarti

pengembangan atau bimbingan.28

b. Menurut Istilah/Terminology

Secara terminology banyak sekali istilah pendidikan yang

dikemukakan, baik yang dikemukakan oleh para tokoh pendidikan

Indonesia, Barat, maupun istilah yang dikemukakan dalam sistem

Pendidikan Nasional. Di bawah ini dicantumkan beberapa definisi yang

dapat mewakili masing-masingnya.

1. Ahmad D. Marimba," menjelaskan bahwa "pendidikan adalah

bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap

perkembangan jasamani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama. Marimba menekankan pengertian

pendidikan pada pengem bangan jasmani dan ruhani menuju

kesempurnaannya, se hingga terbina kepribadian yang utama, suatu

kepribadian yang seluruh aspeknya sempurna dan seimbang. Untuk

mewujudkan kesempurnaan tersebut dibutuhkan bimbingan yang

serius dan sistematis dari pendidik.

28
Hamayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2018), 31.
2. Selanjutnya Hasan Langgulung," mengemukakan, bahwa "pendi

dikan sebenarnya dapat ditinjau dari dua segi; pertama, dari sudut

padangan masyarakat; kedua, dari sudut pandangan individu. Dari

segi pandangan masyarakat pendidikan berarti pewarisan kebu

dayaan dan generasi tua ke generasi muda, agar hidup masyarakat

tetap bekelanjutan, dengan kata lain, masyarakat mempunyai nilai-

nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi agar

identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara. Di lihat dari segi

pandangan individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-

potensi yang terpendam dan tersembunyi. Manusia mempunyai

berbagai bakat dan kemapuan yang kalau dikelola secara cerdas bisa

berubah menjadi emas dan intan.29

3. Coser dkk," mengemukakan, "education is the deliberate formal

transfer of knowledge, skill and values from one person to another

per son." Dari definisi ini, pendidikan dipandang sebagai usaha

senga ja untuk mentransfer ilmu pengetahuan, skill, dan nilai-nilai

dari guru kepada para siswanya. Artinya ada tiga dimensi pokok

yang perlu ditanamkan kepada diri siswa, yaitu pengetahuan, kete

rampilan untuk bias melanjutkan hidup, dan nilai-nilai agar dapat

bersikap ramah dan baik terhadap sesama.

4. Carter V. Good," menjelaskan, "the education is the sistematized

learning or instruction concerning principles and methods of

29
Hamayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2018), 31.
teaching and of student control and guidance; largely replaced by

the term edu cation." Dari penjelasan Carter V. Good tersebut, dapat

dimaknai, bahwa pendidikan adalah seni, praktik atau profesi

sebagai pe ngajar; ilmu yang sistematis atau pengajaran yang

berhubungan dengan prinsip atau metode-metode mengajar,

pengawasan dan bimbingan murid dalam arti yang luas digantikan

dengan istilah pendidikan.

5. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS

Bab I mengatakan, pendidikan adalah usaha sadar dan teren cana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri.

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.30

Definisi terakhir ini termasuk perumusan pendidikan yang

paling baik dan sempurna saat ini di Indonesia. Definisi inilah acuan

oleh masyarakat dan bangsa Indonesia. yang menjadi

Walaupun dari beberapa definisi di atas terdapat perbedaan

dalam merumuskan istilah pendidikan, namun dari semua definisi

tersebut terdapat beberapa persamaan yaitu:

1. Adanya usaha sadar dan terencana dalam bimbingan yang disebut

dengan "proses pendidikan".

30
Ibid
2. Adanya orang (subjek) yang melakukan bimbingan yang disebut

"pendidik".

3. Adanya orang (objek) yang dibimbing, yang disebut "peserta didik".

4. Adanya tujuan yang akan dicapai yang disebut dengan "tujuan" atau

"komptensi".31

2. Pengertian Pendidikan Islam

a. Menurut Bahasa/Etimology

Dalam konteks Islam, pendidikan secara bahasa (lughatan) ada

tiga kata yang digunakan. Ketiga kata tersebut, yaitu (1) "at-tarbiyak,

(2) "al-ta'lim, dan (3) "al-ta'dib". Ketiga kata tersebut memiliki makna

yang saling berkaitan saling cocok untuk pemaknaan pendidikan dalam

Islam. Ketiga kata itu mengandung makna yang amat dalam,

menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam

hubungannya denga Tuhan saling berkaitan satu sama lain.32

b. Menurut Istilah/Terminology

Pendidikan Islam menurut istilah dirumuskan oleh pakar pen

didikan Islam, sesuai dengan perspektif masing-masing. Diantara ru

musan tersebut adalah sebagai berikut:33

1. Al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa tarbiyah adalah mem

persiapkan manusian supaya hidup dengan sempurna dan ba hagia,

31
Hamayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2018), 33.
32
Ibid
33
Hamayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2018), 36.
mencintai tanah air, tegap sempurna budi pekertinya (akhlaknya),

teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya,

manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan. Abrasyi

menekankan pendidikan pencapaian ke sempurnaan dan kebahagian

hidup.

2. Hasan Langgulung mengatakan, bahwa "pendidikan Islam adalah

proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memin

dahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan

fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di

akhirat." Langgulung menekankan pendidikan Islam pada

mempersiapkan generasi muda dengan ilmu pengetahuan dan nilai-

nilai Islam untuk mampu berusaha di atas dunia dan memetik

hasilnya di akhirat.

3. Omar Mohammad al-Thoumi Al-Syaibani, menyatakan bahwa

Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu

pada kehidupan pirbadi, masyarakat dan alam sekitarnya dengan

cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dn sebagai profesi di

antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. Pengertian ini lebih

menekankan pada perubahan tingkah laku, dari yang buruk menuju

yang baik, dari yang minimal menuju yang maksimal, dari yang

potensial menuju aktual, dari yang pasif menuju aktif. Cara

mengubah tingkah laku itu melalui proses pembelajaran. Perubahan

tingkah laku tidak saja terhenti pada level individu, tetapi juga
mencakup level masyarakat (etika sosial), sehingga melahirkan

pribadi pribadi yang memiliki kesalehan sosial.34

4. Menurut rumusan Konferensi Pendidikan Islam sedunia yang ke-2,

pada tahun 1980 di Islamabad, bahwa Pendidikan harus ditujukan

untuk mencapai keseimbangan pentumbuhan personalitas manusia

secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal, perasaan, dan

fisik manusia. Dengan demikian pendidikan diarahkan untuk

mengembangkan manusia pada seluruh aspeknya: spiritual,

intelektual, daya imajinasi, fisik keilmuan dan bahasa, baik secara

individual maupun kelompok serta mendorong seluruh aspek

tersebut untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir

pendidikan diarahkan pada upaya merealisasikan pengabdian

manusia kepada Allah, baik pada tingkat individual, masyarakat dan

kemanusiaan secara luas.35

Berdasarkan hasil seminar pendidikan Islam se-Indonesia

tahun 1960 dirumuskan, pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap

per tumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah

mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, mengawasi berlaku

nya semua ajaran Islam." Pengertian di atas dikomentari oleh Abdul 19)

Mujib bahwa pendidikan Islam berupaya nengarahkan pada keseim

bangan antara pemenuhan kebutuhan dan perkembangan jasmani dan

34
Hamayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2018), 37.
35
Ibid
rohani, melalui bimbingan, pengarahan, pengajaran, pelatihan, penga

suhan dan pengawasan, yang kesemuanya dalam koridor ajaran Islam.

Berdasarkan beberapa rumusan yang dikemukakan oleh para

ahli pendidikan di atas, serta beberapa pemahaman yang diperoleh dari

beberapa istilah dalam pendidikan Islam, seperti tarbiyah, ta'lim, ta'dih

dan istilah lainnya, maka pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai

berikut: "Proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai-nilai Islam

kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasan, bimbingan,

pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensinya, guna

mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.36

3. Konsep Pendidikan

konsep dikemukan oleh beberapa ahli. Konsep didefinisikan

sebagai suatu arti yang memenuhi syarat sejumlah objek yang mempunyai

ciri-ciri yang sama. Konsep diartikan juga sebagai suatu abstraksi dari ciri-

ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan

memungkinkan manusia untuk berpikir atau menghasilkan gagasan.

Pengertian konsep yang lain adalah: sesuatu yang umum atau representasi

intelektual yang abstrak dari situasi, objek atau peristiwa, suatu bentuk

pikiran, suatu ide atau gambaran mental. Suatu konsep adalah elemen dari

proposisi seperti kata adalah elemen dari kalimat. Konsep adalah abstrak

di mana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam

36
Hamayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2018), 38.
ekstensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep adalah

universal di mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap

ekstensinya.

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah,

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan. Yang

berlangsung di sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta

didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup

secara tepat di masa yang akan datang.

Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram

dalam bentuk pendidikan formal, non formal dan informal di sekolah, dan

di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan

optimalisasi.37

Pada dasarnya pendidikan adalah upaya untuk mempersiapkan

peserta didik agar mampu hidup dengan baik dalam masyarakatnya,

mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat

dan bangsanya.38

Ki Hajar Dewantoro, membedakan lingkungan pendidikan

menjadi tiga, dan yang kita kenal dengan Tri Pusat Pendidikan yaitu:

Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Dimana masing-masing lingkungan

itu dapat terwujud seperti apa yang telah di kelompokkan di atas, dapat

37
Binti Maunah, Landasan Pendidikan (Yogyakarta: Teras, 2009), 5.
38
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Relogius di Sekolah Upaya Mengembangkan PAI
dari Teori ke Aksi (malang: uin maliki press, 2010),1.
berupa lingkungan phisik, lingkungan budaya, lingkungan sosial,

lingkungan alam maupun lingkungan spiritual.39

Hal ini relevan dengan apa yang di kemukakan oleh kh. Yusuf

hasyim tentang nilai-nilai lebih atau nilai plus pendidikan di dalam

pendidikan lebih khususnya dalam pondok pesantren, bahkan hal tersebut

juga muncul pada tahun 1990 di saat mengadakan research berkaitan

dengan penulisan disertasi untuk meraih gelar doctor tentang sistem

pendidikan di lingkungan pesantren di Tebuireng.

Beliau menjelaskan dengan gamblang dan jelas tentang nilai-

nilai plus pendidikan di pondok pesantren, antara lain:

1. Pendidikan di luar pondok berkisar antara 6 sampai 7 jam, sedangkan

pendidikan di luar pondok pesantren berkisar antara 16 sampai 17 jam.

2. Kalau di luar pondok ada 3 sektoral, yaitu: rumah tangga, lembaga

pendidikan dan lingkungan masyarakat. Tri sektoral di luar tidak selalu

saling membantu. Kemungkinan saja lembaga pendidikan baik, tapi

lingkungan nya tidak menolong bahkan kadang-kadang di luar batasan

sekolah itu sudah di selenggarakan dengan segala macam penyajian

adanya minuman keras dan lain sebagainya. Demikian halnya

lingkungan rumah tangga, kadang-kadang orang tuanya maupun

anaknya belum siap. Hamabatannya kira-kira mungkin ayah atau ibu

39
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Pt Rineka Cipta, 2015), 121.
seorang karir atau kasih saying berlebihan. Ini berarti menunjukkan bila

di pondok pesantren “Tri sektoral “saling membantu.

3. Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa di pondok pesantren

tebuireng ada beberapa forum jam’iyah belajar yang sangat membantu

untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain forum tersebut

adalah: Organisasi daerah (ORDA), Orgnisasi kompleks, Organisasi

olahraga, Organisasi kelas Organisasi kesenian dan kebudayaan.

Forum-forum jam’iyah itu menurut pemaparan beliau

menciptakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan karakter serta

kecakapan seseorang agar mereka nantinya “tidak hidup semacam

menara gading “. Lebih lanjut beliau menjelaskan tentang manfaat

adanya ORDA (organisasi daerah) yaitu berkewajiban membina

anggotanya dengan melalui kegiatan:

1. Membantu lancarnya pendidikan di pondok pesantren.

2. Mengkordinir latihan-latihan pidato (khitobah), dakwah dan lainnya.

3. Mengadakan kegiatan yang ada hubungannya dengan bidang social.

4. Membuat program, antara lain : a) Pada hari-hari libur pendek,

mereka mengadakan kegiatan seperti khutbah dan musabaqoh

(lomba) membaca kitab kuning. b) Pada saat linburan panjang

mereka mengadakan praktek di masyarakat seperti kegiatan dakwah

(pengajian) dimasyarakat, misalnya pada bulan suci Ramadhan


ORDA mengirimkan anggotanya mengisi pengajian-pengajian

setelah shalat shubuh, dan maghrib serta sehabis shalat isya’.40

B. Kajian Penelitian terdahulu

Untuk menghindari pengulangan kajian oleh peneliti terhadap

penelitian sebelumnya, peneliti akan memuat beberapa data penelitian terdahulu

yang memiliki perbedaan dan persamaan pada penelitian yang di lakukan

peneliti. Dari penjelasan berikut, kitab isa melihat aspek mana yang memiliki

kesamaan dan aspek mana yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.

Peneliti menunjukkan dan menegaskan bahwa peneliti tidak

mengulangi dan melekukan plagiasi serta duplikasi pada karya sebelumnya yang

berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini.

No Identitas Karya Persamaan Perbedaan Hasil penelitian

Ilmiyah

1 Muhammad Fadli Persamaan Perbedaannya adalah Hasil penelitian

dan Fitriani penelitian penelitian ini fokus menunjukkan

Djollong, 2018, ini adalah terhadap konsep bahwa dapat

Konsep Pendidikan sama-sama Pendidikan Islam diklasifikasikan

Islam meneliti kepada dua

Menurut KH. tentang dimensi, yaitu:

AHmad Dahlan, Vol konsep pertama, berupaya

V, No. 2 Maret Pendidikan memurnikan

40
Ridlwan Nasir, Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete, 2007), 128-129
(purifikasi) ajaran

Islam dari

khufarat, tahayul,

dan bid’ah yang

selama ini telah

bercampur dalam

akidah dan ibadah

umat Islam.

Kedua, mengajak

umat Islam untuk

keluar dari

jejaring pemikiran

tradisional melalui

re-interpretasi

terhadap doktrin

Islam dalam

rumusan dan

penjelasan yang

dapat diterima

oleh rasio

2 Ach. Syaiful, 2019, Persamaan Perbedaannya adalah Hasil penelitian

Konsep Pendidikan penelitian penelitian ini fokus menunjukkan

Islam KH. Wahed ini adalah terhadap konsep bahwa empat


Hasyim, Vol 7, No. sama-sama Pendidikan Islam pilar pendidikan

1 Juni, 1-16 meneliti serta peneliti juga (keagamaan,

tentang berfokus terhadap pengembangan

konsep metode Pendidikan potensi anak

Pendidikan pesantren, madrasah didik, sosial, dan

dengan Pendidikan semangat

pada umumnya. kebangsaan) yang

disumbangkan

oleh Wahid

Hasyim dalam

sistem pendidikan

Islam adalah hal

yang perlu

dilanjutkan

ditengah

keterburukan

bangsa. Wahid

Hasyim

mengajarkan

adanya pendidikan

dengan sikap

menghargai

terhadap
perbedaan, rasa

nasionalisme,

pluralisme dan

multikulturalisme

di Indonesia.

3 Bartolomeus Samho, Persamaan Perbedaannya adalah Hasil penelitian

dan Oscar Yasunari, penelitian penelitian ini menunjukkan

2019, Konsep ini adalah menganalisis Konsep bahwa berupaya

Pendidikan Ki sama-sama Pendidikan Ki Hadjar membangun dan

Hadjar Dewantara meneliti Dewantara Dan menyelenggarakan

Dan tentang Tantangan-tantangan pendidikan untuk

Tantangantantangan konsep Implementasinya di manusia di

Implementasinya Di Pendidikan Indonesia serta Indonesia dengan

Indonesia Dewasa mengimplementasikan konsep, landasan,

Ini, Vol, 1 No. 7 Pendidikan yang khas semboyan dan

dan kultur Pendidikan metode yang

Indonesia menampilkan

kekhasan kultural

Indonesia.

Semuanya itu

dilakukannya

demi mewujudkan

idealisme
terdalamnya,

yakni membangun

kesadaran

manusia di

Indonesia akan

hak-haknya
BAB III

PAPARAN DATA DAN PENELITIAN

A. Biografi Dan Sejarah KH. Muhammad Yusuf Hasyim

KH. Muhammad Yusuf Hasyim atau biasa dipanggil Pak Ud, tergolong

pengasuh terlama di Tebuireng setelan Kiai Hasyim Asy'ari. Pak Ud mengasuh

Tebuireng selama 41 tahun (1965 -2006 ), sementara Kiai Hasyim mengasuh

Tebuireng selama 48 tahun (1899 1947). Selain itu, Pak Ud juga tergolong

pengasuh Tebuireng yang berumur panjang bila dibandingkan dengan kakak-

kakaknya. Kiai Wahid Hasyim wafat di usia 39 tahun, KH. Abdul Kholik wafat

dalam usia 48 tahun, dan KH. Abdul Karim Hasyim wafat pada usia 54 tahun.

Sementara Pak Ud wafat pada usia 77.41

Pak Ud menjadi pengasuh Tebuireng menggantikan kakaknya, Kiai

Kholik Hasyim, yang meninggal dunia tiga bulan sebelum meletusnya peristiwa

G302/PKI. Selama memimpin Tebuireng, Pak Ud selalu memperjuangkan

kemandirian pesantren dan mengupayakan pendidikan murah bagi semua

kalangan.

1. Kelahiran dan Masa Kecil

Pak Ud lahir pada 3 Agustus 1929, di tengah suasana santri yang

tengah khusyuk melantunkan ayat-ayat suci al-Quran dan lengkingan suara

azan yang memenuhi angkasa Tebuireng. Dia adalah anak terakhir (bungsu)

dari tujuh bersaudara (selain empat saudaranya yang meninggal di waktu

kecil).

41
A. Mubarok Yasin dan Fathurrahman Karyadi, Profil Pesantren Tebuireng (Jombang:
Pustaka Tebuireng, 2011), Cet 1, 93.
Sejak berumur 12 tahun, dia mondok di Pesantren Al-Quran Sedayu

Lawas, Gresik, yang dipimpin oleh Kiai Munawar. Kemudian pindah ke

pesantren Krapyak, Jogjakarta, di bawah asuhan Kiai Ali Ma'sum. Setelah

dari Krapyak, Pak Ud sempat menimba ilmu di pondok modern Tegal,

Ponorogo.

Meskipun tidak sempat mengenyam pendidikan formal, tapi Pak Ud

rajin membaca dan banyak bergaul dengan kalangan terpelajar. Hal itu

diimbangi dengan ketajaman intuisi dan keluwesan bergaul. Ini sangat

mendukung ketika Pak Ud harus terjun sebagai politisi Nasional di kemudian

hari.42

2. Pejuang Bangsa

Secara ideologis, sejak dulu umat Islam di Indonesia sangat anti Barat,

sehingga dimanfaatkan oleh pemerintah Jepang untuk melawan Sekutu.

Awalnya pemerintah Jepang mengizinkan pendirian Kantor Urusan Agama

(KUA) untuk menangani urusan pernikahan, talak, rujuk, dan ibadah haji,

dengan tujuan untuk mengambil hati umat Islam. Selain itu, penjajah Jepang

juga menyetujui berdirinya Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia)

bulan Oktober 1943. Dan ketika ancaman Sekuru kian meningkat, Jepang

menyetujui usulan para tokoh Islam untuk membentuk Laskar Hizbullah

bulan Desember 1944. Setahun sebelumnya, tebentuk pula PETA (Pembela

Tanah Air).43

42
A. Mubarok Yasin dan Fathurrahman Karyadi, Profil Pesantren Tebuireng (Jombang:
Pustaka Tebuireng, 2011), Cet 1, 94.
43
Ibid
Sebagai tokoh Islam yang sangat berpengaruh, Kiai Hasyim Asy'ari

mendukung penuh berdirinya PETA dan Hizbullah, bahkan merestui dua

orang puteranya bergabung di dalamnya. Abdul Kholik Hasyim bergabung ke

PETA dan ikut latihan menjadi daidanco (Komandan Batalyon), sedangkan

Pak Ud yang saat itu masih berumur 16 tahun, masuk Hizbullah sekitar awal

tahun 1945.

Setelah Amerika Serikat menjatuhkan Bom Atom di Hiroshima dan

Nagasaki (tanggal 14 dan 15 Agustus 1945), lalu disusul dengan Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, di berbagai wilayah

banyak organisasi-organisasi massa yang membentuk laskar-laskar

bersenjata. Salah satunya adalah Laskar Hizbullah. Yang menggunakan nama

Laskar Hizbullah cukup banyak. Masyumi, yang saat itu merupakan salah

satu partai besar, mempunyai laskar yang juga bernama Hizbullah.

Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy'ari juga membentuk Laskar

Hizbullah, yang kemudian dikenal sebagai Laskar Hizbullah Cibarusa, karena

perkembangannya berada di wilayah Cibarusa, Cimahi, Jawa Barat.

Sementara Pak Ud, walaupun dalam usia yang masih sangat muda,

bergabung dengan Laskar Hizbullah Jombang. Ketika resolusi jihad lahir,

disusul dengan meletusnya Peristiwa 10 Nopember 1945 di Surabaya, Pak Ud

terpilih menjadi komandan Kompi Laskar Hizbullah Jombang.44

44
A. Mubarok Yasin dan Fathurrahman Karyadi, Profil Pesantren Tebuireng (Jombang:
Pustaka Tebuireng, 2011), Cet 1, 95.
Pada tahun 1945, setelah berhasil menaklukkan kota Surabaya,

pasukan Belanda bergerak ke arah Jombang dan berhasil memporak

porandakan kota santri itu. Pasukan yang dipimpin Kolonel van der Plass

tersebut lalu bergerak ke arah selatan menuju Tebuireng. Pesantren Tebuireng

yang saat itu dipimpin Kiai Wahid Hasyim, dituding sebagai tempat

persembunyian Tentara Republik sehingga diserang sampai lulah lantak.

Pasukan van der Plass lalu bergerak ke selatan untuk mengejar pasukan

Republik pimpinan Pak Ud. Dalam kontak senjata di Desa Laban, selatan

Tebuireng, Pak Ud tertembak di bagian dada sebelah kiri. Namun peluru

hanya merobek baju uniform kebanggaannya, tidak sampai menembus dada.

Pak Ud sempat pingsan selama beberapa jam akibat tembakan tersebut.

Pak Ud kemudian diamankan di rumah Maksum, teman dekatnya.

Rumah Maksum memang digunakan sebagai tempat menyembunyikan

mortir, bedil, mesiu, dan tentara yang sedang dicari-cari Belanda. Setelah 3

hari bersembunyi, Pak Ud meninggalkan tempat persembunyiannya bersama

beberapa warga desa. Dari Desa Laban mereka melewati hutan jati ke desa

Sugihwaras, Wonosalam, Gumeng, sampai ke kawasan Tretes di Malang.

Jarak itu ditempuh selama berminggu-minggu dengan berjalan kaki.45

3. Berkeluarga

Setelah lama bergerilya, Pak Ud dan pasukannya turun gunung dan

memilih desa Pojok, tepatnya di rumah Kiai Abdul Karim, sebagai markas

45
A. Mubarok Yasin dan Fathurrahman Karyadi, Profil Pesantren Tebuireng (Jombang:
Pustaka Tebuireng, 2011), Cet 1,96.
tentara. Markas dengan komandan Kapten Hambali ini, dalam

perkembangannya, semakin ramai dikunjungi anggota pasukan maupun

rakyat yang simpati pada perjuangannya.

Di markas ini pula semangat perjuangan Pak Ud makin terpompa,

terutama ketika mendapat kunjungan seorang gadis Madiun, yang ketika itu

datang menjenguk kakaknya, Kapten Hambali, yang sedang sakit. Gadis

cantik itu bernama Siti Bariyah. Awalnya pemuda Yusuf Hasyim

menganggap pertemuan dengan adik komandannya ini biasa saja. Akan tetapi

tidak bisa dipungkiri, hatinya kemudian terusik.46

Pada kesempatan berikutnya, Pak Ud mendapat kesempatan

mengunjungi rumah Siti Bariyah di Madiun. Jabatannya sebagai Komandan

di Kompi Hambali, membuatnya cepat akrab dengan keluarga Siti Bariyah.

Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Lalu pada tanggal 24

November 1951, pernikahan keduanya diresmikan tanpa kehadiran mempelai

wanita, karena Siti Bariyah masih harus meneruskan sekolahnya di Solo.

Pasangan Pak Ud dan Ibu Siti Bariyah dikaruniai lima anak, yaitu

Mutia Farida, Muhammad Riza, Nurul Hayati, Muhammad Irvan dan Nurul

Aini.47

4 . Menghadapi Tindakan Repesif Jepang

Dalam bulan Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah

kepada Jepang di Kalijati, dekat Bandung, sehingga secara de facto dan de

46
Ibid, 96-97.
47
A. Mubarok Yasin dan Fathurrahman Karyadi, Profil Pesantren Tebuireng (Jombang:
Pustaka Tebuireng, 2011), Cet 1,97.
jure, kekuasaan di Indonesia berada di bawah kendali tentara Dai Nippon itu.

Pendudukan Jepang menandai datangnya masa baru bagi kalangan Islam. Jika

Belanda bersikap represif kepada Islam, maka Jepang menggabungkan antara

kebijakan represif dan kooptasi. Ini sebagai strategi untuk memperoleh

dukungan para pimpinan Muslim.

Tindakan represif Jepang ini menimpa keluarga KH. Hasyim Asy'ari.

pemerintah Pendudukan Jepang menaham Hadratus Syeikh beserta sejumlah

putera dan kerabatnya, hanya karena menolak melakukan seikerei. Yaitu,

setiap pukul 07.00 pagi warga di wilayah pendudukan Jepang diwajibkan

berbaris, kemudian membungkukkan badan ke arah Tokyo, sebagai tanda

ketaatan kepada Kaisar Harihito, pengusa tahta Jepang. Mereka juga harus

melakukan seikerei setiap kali berpapasan dan melintas di depan anggota

tentara Dai Nippon.

KH. Yusuf Hasyim menolak aturan itu. Menurut Kyai Hasyim, hanya

Allah SWT yang patut disembah dan ditaati, bukan manusia manapun

termasuk penguasa dari Negeri Matahari Terbit itu. Akibat penolakan ini,

Kyai Hasyim ditangkap dan ditahan secara berpindah-pindah, mulai penjara

Jombang, Mojokerto, Bubutan, Surabaya. Karena kesetiaan kepada Hadratus

Syeikh, sejumlah santri meminta sekalian ikut ditahan.

Menyusul penahanan Hadratus Syeikh, Praktis semua kegiatan belajar

mengajar di Tebuireng berhenti. Penahanan itu juga mengakibatkan keluarga

Hadratus Syeikh tercerai berai menyelamatkan diri. Istri kedua Kyai Hasyim

Asy'ari, Nyai Masruroh, meninggalkan pesantren bersama keluarga lainnya.


Mereka, untuk sementara waktu, tinggal di Pesantren Denanyar. Sedang putra

bungsunya, M. Yusuf Hasyim, yang ketika itu masih berusia 13 tahun, luput

dari penangkapan. Tapi menyaksikan penangkapan itu. Muhammad Yusuf

memilih lari meninggalkan Jombang. Remaja ini dengan sangat berani

menyelinap dan kemudian menyusuri pematang sawah dan jalan- jalan

setapak di pedesaan. Hal itu dilakukan karena jalan raya dirasa tidak aman.

Bahkan pak Ud cukup lama bersembunyi di dalam kebun tebu. Setelah

kondisi cukup aman, Pak Ud keluar dari persembunyian dan segera

menumpang delman untuk mencari Stasiun Kereta Api. Ia naik kereta api

yang kebetulan siap berangkat. Arah kereta api kebarat, ia memutuskan pergi

ke Solo. Setelah tiba di Solo, ia mendapat kemungkinan meneruskan ke

Yogyakarta, lalu Purwokerto. Dari Purwokerto Pak Ud menumpang

kendaraan seadaanya menuju Pemalang, kemudian Pekalongan dan akhirnya

singgah ke Cirebon. Semua itu dijalani selama dua tahun. Di Pekalongan, Pak

Ud sempat menumpang di rumah kakak sepupunya, Kyai Muhammad Ilyas,

yang kemudian di masa pemerintahan Soekarno mendapat kepercayaan

menjadi Menteri Agama.

Setelah keadaan stabil, Pak Ud memutuskan kembali ke Jombang.

Selama berkelana, Pak Ud tidak ditemani oleh siapapun. Dia berkelana

seorang diri. Pengembaraan itu mampu menempa dan mempersiapkan

mentalnya untuk menghadapi masa-masa berat dalam perjuangan merebut

dan mempertahankan Kemerdekaan RI di kemudian hari.

5. Komandan Laskar Hizbullah


Setelah dua tahun dalam "pelarian", Pak Ud kembali ke Jombang. Saat

itu, KH. M. Hasyim Asy'ari dan sejumlah pengikutnya sudah pula kembali ke

Tebuireng, setelah ditahan selama delapan belas bulan. Pembebasan itu berkat

usaha keras dan lobi diplomatik Kyai Wahid Hasyim, kakak tertua Pak Ud.

Namun, untuk tinggal dan menetap lebih lama di Tebuireng, bagi Pak Ud

dirasakan sangat berat. Maka, setahun kemudian, ketika negara ini baru

merdeka, ada pendaftaran untuk menjadi anggota Laskar Hizbullah, Pak Ud

memutuskan bergabung. Saat itu usianya baru 16 tahun.

Pada awalnya, Laskar Hizbullah didirikan sebagai bagian dari strategi

pemerintah pendudukan Jepang untuk mengkooptasi kalangan Islam. Sebab,

umat Islam secara ideologis dinilai anti Barat, sehingga bisa dimanfaatkan

bahkan dimobilisir untuk membantu pemerintah Jepang melawan Tentara

sekutu. Mula-mula Jepang mengizinkan pendirian Kantor Urusan Agama

(KUA) untuk menangani urusan keagamaan seperti nikah, talak, rujuk, hingga

ibadah haji. Secara resmi, KH. M. Hasyim Asy'ari menjad ketua Laskar

Hizbullah namun untuk pelaksanaan diserahkan kepada KH. A. Wahid

Hasyim, putra tertuanya.

Jepang juga menyetujui berdirinya Marsyumi (Majelis Syuro

Muslimin Indonesia) pada bulan Oktober 1943. Dan ketika ancaman Pasukan

Sekutu kian meningkat, Jepang menyetujui usulan para tokoh Islam untuk

membentuk Laskar Hizbullah, bulan Desember 1944. Setahun sebelumnya,

terbentuk pula PETA (Pembela Tanah Air). KH. Hasyim Asy'ari mendukung

penuh berdirinya peta dan Hizbullah ini. Bahkan merestui kedua puteranya,
Abdul Kholik dan Muhammad Yusuf, bergabung di dalamnya. Abdul Cholik

Hasyim bergabung ke PETA dan ikut latihan menjad daidanco (Komando

Batalyon), sedang Muhammad Yusuf yang masih muda belia, masuk

Hizbullah di awal tahun 1945.

Tak lama kemudian, Jepang menyarah kalah kepada Sekutu menyusul

jatuhnya Atom di Hiroshima dan Nagasaki tanggal 11-15 Agustus 1945.

Dengan memanfaatkan kekalahan Jepang, Soekarno dan Hatta atas desakkan

kalangan pemuda, segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia tanggal

17 Agustus 1945. Soekarno dan Hatta pada akhirnya menjadi Presiden dan

Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tahun itu pula, diwilayah Jombang

banyak tumbu organisasi termasuk organisasi masa Islam, yang leluasa

membentuk laskar bersenjata. Bahkan setelah Proklamasi, serentak di hampir

semua daerah berdiri kelaskaran. Yang menggunakan nama Laskar Hizbullah

pun cukup banyak Masyumi misalnya, sebagai sebuah partai besar,

mempunyai laskar yang juga bernama Hizbullah. Hadratus Syeikh sendiri

juga membentuk laskar Hizbullah Cibarusa, Cimahi, Jawa Barat.

Lalu pada tanggal 21-22 Oktober 1945, Hadratus Syeikh mengadakan

pertemuan dengan para pemimpin NU se-Jawa dan Madura di Surabaya.

Pertemuan itu menghasilkan rekomendasi berupa kewajiban jihad membela

negara bagi seluruh umat Islam Indonesia, yang kemudian dikenal dengan

Resolusi Jihad. Resolusi ini pada akhirnya menjadi embrio pecahnya perang

kemerdekaan 10 November 1945, yang kemudian diperingati sebagai Hari

Pahlawan Nasional.
Pak Ud yang tergabung dalam Laskar Hizbullah Jombang, dalam usia

sangat muda, sudah dipercaya menjadi Komandan Kompo sekaligus menjadi

Kepala Latihan. Pak Ud terpilih menjadi Komanndan Kompo secara

demokratis. Dalam menjalankan tugas, Pak Ud mendapat bantuan diantaranya

dari Haji Syahid asal Blitar serta beberapa personel pelatih lainnya, yang

sebelumnya pernah bergabung dengan Hizbullah Cibarusa, Cimahi. Haji

Syahid adalah alumni Pesantren Tebuireng.

Bergabungnya Pak Ud menjadi anggota Laskar Hizbullah merupakan

awal kariernya di dunia militer. Tidak saja jiwa perjuangan dan sikap

patriotiknya yang kemudian mendapat tempat penyaluran, namanya menjadi

tentara bagi Pak Ud, merupakan bagian hidupnya yang dirasa sangat

membanggakan. Karena dari sebagian usianya, melalui ketentaraan ini, secara

nyata dapat didarmabaktikan untuk ikut membela negara dan bangsa.

6. Pemberontakan PKI

Ketika Perdana Menteri Moh Hatta melakukan rasionalisasi dan

strukturisasi TNI, Pak Ud masuk dalam dinas TNI dan mendapat pangkat

Letnan Satu di bawah pimpinan Letkol Munasir. Menurut satu sumber, Letkol

Munasir adalah teman dekat Kiai Wahid Hasyim.

Dalam peristiwa Madiun 1948, Pak Ud menjadi salah satu komandan

tempur yang berada di garis depan. Pak Ud bersama pasukannya berhasil

menyelamatkan beberapa tokoh penting yang dicu lik PKI, seperti Kapten

Hambali, KH. Ahmad Sahal, dan KH. Imam Zarkasyi, pengasuh Pondok
Modern Gontor Ponorogo. Saat itu Pak Ud terjun bersama kakaknya, Kiai

Kholik Hasyim.

Tujuh tahun berikutnya, yaitu tahun 1955, PKI kembali melakukan

pemberontakan melalui peristiwa G30S dengan dibunuhnya beberapa

Jenderal TNI. Di tengah peristiwa G30S/PKI, Pak Ud dan keluarga sudah

pindah ke Jakarta, tinggal di kawasan Tebet. Pak Ud, oleh orang orang PKI

di Jakarta, juga dijadikan target pencarian, namun tidak berhasil ditangkap

karena saat itu berada di Tebuireng.

7. Karier Politik

Mundur dari aktivitas sebagai tentara, dengan pangkat terakhir Letnan

Satu. Pak Ud memulai kariernya di kancah politik praktis. Perjalanan karier

sebagai politikus dimulai ketika Pak Ud menjadi wakil Sekretaris Jenderal di

Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI).

Antara tahun 1963-1964, Pak Ud dihadapkan dengan kenyataan

banyaknya aksi sepihak berupa perebutan tanah rakyat (land reform) yang

dilakukan anggota PKI. Menghadapi aksi ini, NU membentuk Barisan Serba

Guna (Banser) tahun 1964. Banser diharapkan mampu mengimbangi aksi

sepihak PKI. Pak Ud didapuk menjadi komandan.

Dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1967, Pak Ud mengawali

karier politik dengan menjadi wakil rakyat ketika ada refreshing (penyegaran)

keanggotaan DPRGR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong).

Kebijakan merombak keanggotaan DPRGR ini menyusul terbitnya instruksi

Jenderal Soeharto, yang mengaku mengemban Surat Perintah Sebelas Maret


(Supersemar) untuk membersihkan parlemen dari anggota yang berasal dari

PKI dan simpatisan Orde Lama.

Sebagai anggota DPR, Pak Ud terlibat dalam proses politiky k yang

sangat dinamis di hari-hari menjelang berakhirnya kekuasaan Orde Lama.

Karier di DPR terus bertahan hingga tahun 1980-an.

Menjelang pemilu 1982, hubungan antara NU dengan PPP pimpinan

Naro putus, sehingga Pak Ud pun tergusur dari DPR. Namun Pak Ud tidak

begitu saja meninggalkan gelanggang politik. Sebagai salah seorang ketua

PBNU, beliau turut berperan ketika NU memutuskan serangkaian kebijakan

bersejarah tahun 1984, seperti kembalinya khittah NU 1926 dan penerimaan

Pancasila sebagai asas tunggal. 48

Di masa reformasi, dimana banyak bermunculan partai-partai politik,

Pak Ud ikut meramaikannya dengan membentuk Partai Kebangkitan Umat.

Lalu menjelang akhir hayatnya, Pak Ud dipercaya sebagai anggota Majelis

Pertimbangan Partai PPP.49

8. Mengasuh Tebuireng

Tiga bulan sebelum peristiwa G30S/PKI tahun 1965, pengasuh

Tebuireng (saat itu) KH. Abdul Kholik Hasyim, meninggal dunia. Kepergian

Kiai Kholik mengharuskan Pak Ud untuk meneruskan perjuangan sang kakak di

Tebuireng. Saat memegang tonggak kepemimpinan Tebuireng, Pak Ud masih

menjabat sebagai anggota DPR RI Fraksi Persatuan Pembangunan (FPP).

48
A. Mubarok Yasin dan Fathurrahman Karyadi, Profil Pesantren Tebuireng (Jombang:
Pustaka Tebuireng, 2011), Cet 1,98-99.
49
Ibid, 99.
Dalam masa kepemimpinan Pak Ud, Pesantren Tebuireng mengalami

beberapa kemajuan. Dalam segi kuantitas, di Madrasah Aliyah yang pada

awalnya memiliki siswa 150-an orang, pada tahun 1990 jumlah siswanya

mencapai 600-700-an orang."

Pada tanggal 22 Juni 1967, didirikan Universitas Hasyim Asy'ari

(UNHASY). Rektor pertama dijabat oleh K.H. Muhammad Ilyas. Sayang nya,

sejak akhir 1980-an, UNHASY terpisah dari naungan Yayasan Hasyim

Asy'ari Tebuireng dan dirubah namanya menjadi Institut Keislaman Hasyim

Asy'ari (IKAHA).

Pada tahun 1971, didirikan pula Madrasatul Hufadz (sekarang

Madrasatul Qur'an/MQ) yang khusus membina santri yang berminat

menghafal Al-Qur'an. Lalu pada tahun 1972, dibentuk Madrasah Per siapan

Tsanawiyah, sebagai jawaban atas kebutuhan santri lulusan seko lah dasar dan

lanjutan umum, untuk dapat memasuki Madrasah Tsana wiyah Tebuireng

yang sarat dengan pelajaran agama.50

Pada tahun 1975, didirikan SMP dan SMA Wahid Hasyim. Di

samping sebagai lembaga pendidikan umum, di dalamnya juga ditam pung

siswa laki-laki dan perempuan dalam satu kelas, suatu budaya yang saat itu

belum pernah ada di dunia pesantren. Pendirian SMP dan SMA ini mendapat

reaksi keras dari sebagian masyarakat. Pada di awal berdirinya, SMA Wahid

50
A. Mubarok Yasin dan Fathurrahman Karyadi, Profil Pesantren Tebuireng (Jombang:
Pustaka Tebuireng, 2011), Cet 1,99.
Hasyim hanya memiliki 66 siswa, namun pada tanun 2000-an telah dipenuhi

oleh 1000-an siwa dari berbagai penjuru Tanah Air.

Pada tahun 1989, sebagai antisipasi atas semakin padatnya kegiatan

belajar santri, didirikan Koperasi Jasa Boga (Jabo), koperasi yang khusus

menangani dan melayani kebutuhan makan santri sehari-hari. Dengan adanya

koperasi ini, santri Tebuireng tidak perlu khawatir dengan kebutuhan

pokoknya. Santri dapat berkonsentrasi dengan baik pada tugas belajarnya.

Kemudian tahun 2006, beberapa saat setelah pengunduran dirinya dari

jabatan pengasuh Pesantren Tebuireng, Pak Ud mendirikan perguruan tinggi

Ma'had Aly yang secara intens mendalami ilmu-ilmu keislaman klasik dan

kontemporer. Para mahasiswa Ma'had Aly yang setiap angkatannya dibatasi

30 orang, tidak dikenakan biaya kuliah dan disediakan asrama khusus serta

sarana belajar yang memadai.

Selama masa kepemimpinannya, Pak Ud dikenal sebagai penggagas

pendidikan murah-bermutu. Dalam pandangannya, pendidikan pada jenjang,

jenis, dan status apa saja punya potensi terjangkau oleh semua kalangan.

Kendala utamanya, menurut Pak Ud, justru terletak pada manajemen

pengelolaan yang kurang menekankan skala prioritas.

Dalam hal pengelolaan keuangan, Pak Ud menitik beratkan pada

sektor hasil tanah wakaf pesantren. Pak Ud tidak ingin memberatkan beban

keuangan kepada santri. Karena itu, sejak tahun 2003, santri hanya dipungut

biaya 150an ribu sebulan. Anggaran ini sudah termasuk biaya makan, dana

kesehatan, asuransi, biaya gedung, dan perpustakaan. Besaran dana


pembayaran santri diklasifikasi sesuai kemampuan finansialnya. Ada yang

bayar penuh, bayar dengan keringanan, bahkan ada yang gratis. "Barang baik

tapi mahal, di manapun dapat ditemukan. Tapi barang baik dengan harga

murah, ini yang jarang ditemukan," tegas Pak Ud saat diwawancarai Majalah

Sabili.51

9. Mundur dari Kursi Pengasuh

Setelah 41 tahun mengasuh Tebuireng, pada April 2006, Pak Ud

mengundurkan diri dari pengasuh Tebuireng dan menyerahkan estafet

kepemimpinan kepada keponakannya, Ir. H. Salahudin Wahid. Disamping

karena alasan usia (saat itu usia Pak Ud sudah 77 tahun), pengunduran dirinya

itu juga untuk menciptakan tradisi suksesi kepemimpinan yang sehat, mulus,

dan terarah.52

Delapan bulan setelah suksesi kepemimpinan itu, tepatnya pada 30

Desember 2006, Pak Ud terjatuh di kamar rumahnya di Desa Cukir, selatan

Tebuireng. Setelah itu beliau mengeluh sakit pinggang. Karena kondisinya

semakin memburuk, keesokan harinya beliau dibawa ke RSUD Jombang dan

dirawat selama tiga hari. Lalu pada tanggal 2 Januari, Pak Ud dirujuk ke

RSUD Dr Soetomo Surabaya. Setelah dirawat selama 12 hari di sana, pada

hari Minggu 14 Januari 2007, Pak Ud dipanggil menghadap Yang Maha

Kuasa. Inna lillahi wa Inna ilayhi Raji'un. Jenazah Pak Ud kemudian dibawa

51
A. Mubarok Yasin dan Fathurrahman Karyadi, Profil Pesantren Tebuireng (Jombang:
Pustaka Tebuireng, 2011), Cet 1,100-101.
52
A. Mubarok Yasin dan Fathurrahman Karyadi, Profil Pesantren Tebuireng (Jombang:
Pustaka Tebuireng, 2011), Cet 1,101.
ke Tebuireng dan dikebumikan di komplek pemakaman keluarga Pesantren

Tebuireng.

Untuk mengenang jasa-jasa perjuangannya, markas besar Legiun

Veteran Republik Indonesia (LVRI) Jakarta, menetapkan Pak Ud sebagai

pahlawan Nasional. Penganugerahan itu dilakukan pada pertengahan Maret

2007, diwujudkan dengan pemancangan miniatur bambu runcing dengan

bendera kecil merah-putih di ujungnya. Miniatur bambu runcing merupakan

simbol bahwa Pak Ud adalah pahlawan nasional yang dimakamkan di luar

Taman Makam Pahlawan Nasional.53

10. Masuk Rumah Sakit

Setelah menyerahkan kepemimpinan Tebuireng kepada Gus Sholah,

Pak Ud sudah tidak lagi tinggal di kompleks Ponpes Tebuireng. Pak Ud

meninggalkan "rumah Dinas" yang disebutnya sebagai ndalem kasepuhan,

yaitu tempat tinggal yang dulunya merupakan rumah KH. Hasyim Asy'ari.

Pak Ud memilih tinggal bersama keluarga di Cukir, selatan Tebuireng.

Pada tanggal 30 Desember 2006, Pak Ud terjatuh di kamar

rumahnya. Setelah itu, Pak Ud mengeluh sakit pinggang/ Kemudian

kondisinya memburuk sehingga keesokan harinya harus di bawa ke RSUD

Jombang dan dirawat selama 3 hari.

Lalu pada tanggal 2 Januari 2007, Pak Ud dirujuk ke RSUD Dr.

Soetomo Surabaya, setelah kondisi fisiknya semakin lemah, sulit makan dan

selalu muntah jika diberi suapan makanan.

53
Ibid, 101-102.
Lalu pada tanggal 11 Januari 2007, Pak Ud sempat menjalani operasi

kecil untuk mengeluarkan lendir dari tenggorokan yang terlukan karena

sering muntah. Namun ternyata virus yangh ada didalam lendir itu sudah

menyerang paru-parunya.

Saat pertama masuk RSUD Dr. Soetomo, Pak Ud dirawat di kamar

628 Graha Amerta. Setelah empat hari dirawat, kondisi kesehatannya terus

menurun, sehingga keluarga meminta agar beliau dipindah ke ruang ICU

lantai II Gedung Bedah pusat Terpadu. Pada hari sabtu 13 Januari 2007, Wakil

Presiden sempat membesuknya di ruang ICU Gedung Bedah Terpadu. Pak

Ud meninggalkan lima anak dan 11 cucu.54

11. Detik Detik Terakhir

Sore itu, Minggu 14 Januari 2007, anggota keluarga Bani Hasyim

menunggu di Lobi Graha Amerta RSU Dr. Soetomo, Surabaya. Wajah

mereka tampak tertunduk haru bahkan beberapa di antaranya tak kuasa

meneteskan air mata.

Begitu melihat jenazah Pak Ud keluar lift, tangis keras pun tak

terbendung. Lampu kilat para jurnalis foto pun ikut menyambut jenazah yang

sudah terbungkus kain kafan itu. Jenazah Pak Ud segera didorong menuju

Ambulans.

54
A. Mubarok Yasin dan Fathurrahman Karyadi, Profil Pesantren Tebuireng (Jombang:
Pustaka Tebuireng, 2011), Cet 1
Saat penjemputan jenazah, lima putra dan menantu Pak Ud terus

mendampingi jenazahnya. Saat itu terlihat pula para tokoh yang ikut

menjemput kedatangan jenazah Pak Ud. mereka antara lain, Prof. Dr. Ir. M.

Nuh DEA (Rektor ITS), Prof. Dr. Ridlwan Nasir (Rektor IAIN Sunan

Ampel), KH. Fawaid As'ad (Pengasuh PP Sukorejo Situbondo dan Politisi

PPP), Farid Al Fauzi (Ketua DPW PPP Jatim) dan Mas'ud Adnan (Wakil

Ketua DPW PKB Jatim).

Jenazah Pak Ud tiba di rumah duka, Desa Cukir pada Minggu malam

sekitar Pukul 22.00 WIB.55

12. Pemakaman

Pagi itu, Senin 15 Januari 2007, ribuan santri, alim ulama, para tokoh,

serta warga masyarakat, tumplek blek di sekitar Pondok Tebuireng. Mereka

datang secara bergelombang. Para pelayat bergantian melaksanakan salat

jenazah di Masjid Tebuireng. Salah jenazah dilaksanakan sebanyak 10

gelombang karena banyaknya pelayat.

Tampak di antara pelayat, Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi,

Menteri Agama Maftuh Basyuni, Kapolda Jatim Herman S. Sumawiredja, dan

Ketua DPP PPP Hafidz Ma'shoem. Selain itu, tampak pula para ulama dari

berbagai daerah seperti KH. Muchit Muzadi (Jembar / Mustasyar PBNU),

KH. Maimun Zubair (Sarang, Rembang, Jateng), KH. Masduki Mahfudz

(Rais Syuriah NU Jatim), KH. As'ad Umar (Peterongan, Jombang), KH.

55
A. Mubarok Yasin dan Fathurrahman Karyadi, Profil Pesantren Tebuireng (Jombang:
Pustaka Tebuireng, 2011), Cet 1
Abdul Aziz Manshur (Paculgowang, Jombang), KH. An'in F. Mahrus

(Lirboyo, Kediri), KH. Said Aqiel Siradj (Ketua PBNU), dan lain-lain.

Setelah salat jenazah usai, jenazah Pak Ud kemudian dibawa ke depan

masjid, tepat disamping rumah peninggalan Hadratusy Syaikh KH. M.

Hasyim Asy'ari, untuk diadakan acara pelepasan. Sambutan pertama

dilakukan oleh KH. Ir. Salahuddin Wahid atas nama keluarga sekaligus

pengasuh Tebuireng. Sambutan kedua disampaikan ketua PBNU, KH.

Hasyim Muzadi, dan sambutan ketiga oleh Kapolda Jatim, Herman S.

Sumawiredja. Dalam sambutannya, ketua PBNU, KH Hasyim Muzadi

mengaku sangat kehilangan atas wafatnya Pak Ud. "Warga NU sangat

kehilangan. Bukan hanya karena tinggal beliaulah satu-satunya keturunan

Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy'ari (pendiri NU), tapi Indonesia juga

kehilangan, karena beliau sangat peduli dengan masalah-masalah ke

Indonesiaan". Hasyim menambahkan, semenjak muda hingga wafat, Pak Ud

selalu memperjuangkan NU dan Indonesia, baik di dalam struktur atau tidak,

baik diminta atau tidak.

Setelah itu, jenazah Lettu (Purn) KH. M. Yusuf Hasyim

diberangkatkan menuju peristirahatan terakhir di kompleks makam keluarga.

Upacara militer menandai pemakaman, dipimpin Dandim 0814 Letkol (Inf)

Yoga S. Utomo, lalu dilanjutkan dengan upacara secara Islami dan diakhiri

oleh doa yang dipimpin KH. Maimun Zubair, pengasuh PP. MUS, Sarang,

Rembang.
Kini, Pak Ud telah tiada. Tapi nama dan jasa-jasanya akan tetap abadi

dalam tinta emas sejarah perjuangan Bangsa. Selamat jalan Pak Ud! Do'akan

kami, para penerusmu, agar mampu meneruskan semua perjuanganmu.

amin56

B. Konsep Pendidikan

1. Hakikat Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, karena

manusia di saat dilahirkan tidak mengetahui sesuatu apapun, sebagaimana

firman Allah di dalam al-Qur'an. Firman Allah SWT:

Artinya: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu, tidak mengetahui

sesuatu." (Q.S 58:2)

Namun disisi lain manusia memiliki potensi dasar (fitrah) yang harus

dikembangkan sampai batas maksimal. Menurut Hasan Langgulung po tensi

dasar tersebut berjumlah sebanyak sifat-sifat Tuhan yang terangkum dalam

asma' al-husna yaitu 99 (sembilan puluh sembilan) sifat.

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

hidup dan kehidupan manusia. Bagaimanapun sederhana komunitas manusia

memerlukan pendidikan. Maka dalam pengertian umum, kehidupan dan

komunitas tersebut akan ditentukan oleh aktivitas pendidikan di dalam nya.

Sebab pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan hidup manusia.57

56
A. Mubarok Yasin dan Fathurrahman Karyadi, Profil Pesantren Tebuireng (Jombang:
Pustaka Tebuireng, 2011), Cet 1
57
Hamayulis, Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta: Kalam Mulia, 2018 ), 28.
Menurut Jalaluddin bagi manusia yang hidup di lingkungan

masyarakat yang masih sederhana pendidikan dilakukan langsung oleh para

orang tua. Pendidikan akan dinilai rampung bila anak mereka sudah

menginjak usia dewasa, siap untuk berumah tangga dan mampu mandiri

setelah menguasai sejumlah keterampilan praktis sesuai dengan tuntutan dan

kebutuhan hidup di masyarakat lingkungannya. Makin sederhana

masyarakatnya, makin sedikit tuntutan kebutuhan akan keterampilan yang

perlu dikuasainya.

Proses yang tak jauh berbeda terjadi dan berlangsung pula di masya

rakat yang sudah maju (modern). Para orang tua juga memberikan perhatian

terhadap pendidikan putra-putri, dan generasi muda masyarakatnya. Tujuan

dan misi pendidikan yang dilasanakan, pada prinsipnya sama, yaitu memberi

bimbingan agar dapat hidup mandiri. Bimbingan diberikan oleh generasi tua

(orang tua atau guru) kepada generasi muda (putra-putri atau peserta didik),

agar dapat meneruskan dan melestarikan tradisi yang hidup di masyarakat.58

Perbedaanya pada kedua jenis masyarakat di atas terletak pada

sistem pelaksanaannya. Di masyarakat primitif pendidikan dilakukan melalui

pergaulan dan pengalaman yang diterima anak dan kedua orang tuanya dan

masyarakat di sekitarnya. Sedangkan pada masyarakat modern pendidikan

sudah menjadi pranata moral yang terorganisir dengan baik.

Penyelenggaranya dilakukan oleh institusi yang artificial, yang secara formal

disebut sekolah. Selain itu karena di masyarakat modern dijumpai adanya

58
Hamayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2018), 29.
keragaman dan pembagian kerja berdasarkan profesi, sehingga tugas

kependidikan perlu dikelola oleh tenaga pendidikan professional, dan

kompeten yang disebut pendidik. Namun wewenang pendidik pada

hakikatnya adalah sebagai amanah dari orang tua. Pendidik sebagai pemegang

amanah dalam ajaran Islam hukumnya wajib melaksanakan amanah yang

dilimpahkan orang tua kepadanya.

Dalam perkembangannya pengertian pendidikan selalu mengalami

perubahan menuju kesempurnaan.59

Pada awalnya, istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan

yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar

ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti

usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekolompok orang agar menjadi

dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tingg dalam

arti mental.

Dan akhirnya pendidikan berarti usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat dan

Negara. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa

dalam pergaulan dengan peserta didik untuk memimpin perkembangan

59
Ibid
potensi jasmani dan rohaninya ke arah kesempurnaan, seperti yang

dirumuskan dalam UUSPN.60

2. Pendidikan

a. Menurut Bahasa/Etimology

Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dan kata "didik"

dengan memberikan awalan "pe" dan akhiran "an", mengan dung arti

"perbuatan" (hal, cara dan sebagainya)." Kata pendidikan berasal dari

bahasa Yunani yaitu paedagogos yang berarti pergaulan dengan anak-

anak. Dalam paedogogos adanya seorang pelayan atau bujang pada zaman

Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke

dan dari sekolah. Paedagogos berasal dari kata padas (anak) dan agoge

(saya membimbing, memimpin). Perkataan yang mulanya berarti "rendah"

(pelayan, bujang), seka rang dipakai untuk pekerjaan mulia. Pradagog

(pendidik atau ahli didik) ialah seseorang yang tugasnya membimbing

anak." Sedang kan pekerjaan membimbing disebut paedagogis. Istilah ini

kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan "education"

yang be rarti pengembangan atau bimbingan.61

b. Menurut Istilah/Terminologi

Secara terminology banyak sekali istilah pendidikan yang

dikemukakan, baik yang dikemukakan oleh para tokoh pendidikan

60
Hamayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2018), 29-30.
61
Ibid, 31.
Indonesia, Barat, maupun istilah yang dikemukakan dalam sistem

Pendidikan Nasional.

3. Pendidikan Islam

a. Menurut Bahasa/Etimology

Dalam konteks Islam, pendidikan secara bahasa (lughatan) ada tiga

kata yang digunakan. Ketiga kata tersebut, yaitu (1) "at-tarbiyak, (2) "al-

ta'lim, dan (3) "al-ta'dib". Ketiga kata tersebut memiliki makna yang saling

berkaitan saling cocok untuk pemaknaan pendidikan dalam Islam. Ketiga

kata itu mengandung makna yang amat dalam, menyangkut manusia dan

masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya denga Tuhan saling

berkaitan satu sama lain.62

b. Menurut Istilah/Terminology

Pendidikan Islam menurut istilah dirumuskan oleh pakar pen

didikan Islam, sesuai dengan perspektif masing-masing. Diantara ru musan

tersebut adalah sebagai berikut:63

1. Al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa tarbiyah adalah mem

persiapkan manusian supaya hidup dengan sempurna dan ba hagia,

mencintai tanah air, tegap sempurna budi pekertinya (akhlaknya),

teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya,

manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan. Abrasyi menekankan

pendidikan pencapaian ke sempurnaan dan kebahagian hidup.

62
Hamayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2018), 31.
63
Ibid, 36.
2. Hasan Langgulung mengatakan, bahwa "pendidikan Islam adalah

proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memin dahkan

pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi

manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat."

Langgulung menekankan pendidikan Islam pada mempersiapkan

generasi muda dengan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Islam untuk

mampu berusaha di atas dunia dan memetik hasilnya di akhirat.

3. Omar Mohammad al-Thoumi Al-Syaibani, menyatakan bahwa

Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu pada

kehidupan pirbadi, masyarakat dan alam sekitarnya dengan cara

pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dn sebagai profesi di antara

profesi-profesi asasi dalam masyarakat. Pengertian ini lebih

menekankan pada perubahan tingkah laku, dari yang buruk menuju

yang baik, dari yang minimal menuju yang maksimal, dari yang

potensial menuju aktual, dari yang pasif menuju aktif. Cara mengubah

tingkah laku itu melalui proses pembelajaran. Perubahan tingkah laku

tidak saja terhenti pada level individu, tetapi juga mencakup level

masyarakat (etika sosial), sehingga melahirkan pribadi pribadi yang

memiliki kesalehan sosial.64

4. Menurut rumusan Konferensi Pendidikan Islam sedunia yang ke-2,

pada tahun 1980 di Islamabad, bahwa Pendidikan harus ditujukan untuk

mencapai keseimbangan pentumbuhan personalitas manusia secara

64
Hamayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2018), 37.
menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal, perasaan, dan fisik

manusia. Dengan demikian pendidikan diarahkan untuk

mengembangkan manusia pada seluruh aspeknya: spiritual, intelektual,

daya imajinasi, fisik keilmuan dan bahasa, baik secara individual

maupun kelompok serta mendorong seluruh aspek tersebut untuk

mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan

diarahkan pada upaya merealisasikan pengabdian manusia kepada

Allah, baik pada tingkat individual, masyarakat dan kemanusiaan secara

luas.65

Berdasarkan hasil seminar pendidikan Islam se-Indonesia

tahun 1960 dirumuskan, pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap

per tumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah

mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, mengawasi berlaku

nya semua ajaran Islam." Pengertian di atas dikomentari oleh Abdul 19)

Mujib bahwa pendidikan Islam berupaya nengarahkan pada keseim

bangan antara pemenuhan kebutuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani, melalui bimbingan, pengarahan, pengajaran, pelatihan, penga

suhan dan pengawasan, yang kesemuanya dalam koridor ajaran Islam.

Berdasarkan beberapa rumusan yang dikemukakan oleh para

ahli pendidikan di atas, serta beberapa pemahaman yang diperoleh dari

beberapa istilah dalam pendidikan Islam, seperti tarbiyah, ta'lim, ta'dih

dan istilah lainnya, maka pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai

65
Hamayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2018), 37.
berikut: "Proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai-nilai Islam

kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasan, bimbingan,

pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensinya, guna

mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.66

4. Konsep Pendidikan

konsep dikemukan oleh beberapa ahli. Konsep didefinisikan sebagai

suatu arti yang memenuhi syarat sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri

yang sama. Konsep diartikan juga sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri sesuatu

yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia

untuk berpikir atau menghasilkan gagasan. Pengertian konsep yang lain

adalah: sesuatu yang umum atau representasi intelektual yang abstrak dari

situasi, objek atau peristiwa, suatu bentuk pikiran, suatu ide atau gambaran

mental. Suatu konsep adalah elemen dari proposisi seperti kata adalah elemen

dari kalimat. Konsep adalah abstrak di mana mereka menghilangkan

perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi, memperlakukan seolah-olah

mereka identik. Konsep adalah universal di mana mereka bisa diterapkan

secara merata untuk setiap ekstensinya.

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah, melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan. Yang berlangsung di

sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat

memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa

yang akan datang.

66
Ibid, 38.
Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam

bentuk pendidikan formal, non formal dan informal di sekolah, dan di luar

sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi.67

Pada dasarnya pendidikan adalah upaya untuk mempersiapkan peserta

didik agar mampu hidup dengan baik dalam masyarakatnya, mampu

mengembangkan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan

bangsanya.68

67
Binti Maunah, Landasan Pendidikan (Yogyakarta: Teras, 2009), 5.
68
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Relogius di Sekolah Upaya Mengembangkan PAI
dari Teori ke Aksi (malang: uin maliki press, 2010),1.
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Konsep Pendidikan KH. Muhammad Yusuf Hasyim

Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah jati diri seorang

peserta didik untuk lebih maju. Menurut para ahli, ada beberapa pengertian

yang mengupas tentang definisi dari pendidikan itu sendiri di antaranya

menurut John Dewey , pendidikan adalah salah satu proses pembaharuan

makna pengalaman . Sedangkan menurut H. Horne , pendidikan merupakan

proses yang terjadi secara terus-menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih

tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental,

yang bebas serta sadar kepada Tuhan , seperti termanifestasi dalam alam

sekitar, intelektual, emosional, dan kemanusian dari manusia.69

Dalam pengertian dasar, pendidikan adalah proses menjadi

yakin menjadikan seseorang menjadi dirinya sendiri yang tumbuh sejalan

dengan

69
Retno Listyarti. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif
.(Erlangga, 2012), 2.
bakat, watak, kemampuan, dan hati nuraninya secara utuh. Proses pendidikan

diarahkan pada proses berfungsinya semua potensi peserta didik secara

manusiawi agar mereka menjadi dirinya sendiri yang mempunyai kemampuan

dan kepribadian unggul.

Dalam pandangan Edgar Dalle menyatakan bahwa pendidikan

merupakan usaha sadar yang dikalukan oleh keluarga, masyarakat, dan 9 . Retno

Listyarti. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif.

(Erlangga, 2012). h. 2 13 pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat

untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam

berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk mempersiapkan masa yang akan

datang.

Ali bin Abi Thalib R.A mengingatkan kepada kedua orang tua dan para

pendidik untuk mengajari anak-anak (peserta didik) agar mereka diajari dengan

ilmu supaya mereka bisa hidup di zamannya yang berbeda dengan zaman ketika

mereka menuntut ilmu. Dari pandangan tersebut dapat dimunculkan beberapa

catatan:

a) Pendidikan terkait dengan daya dalam proses pembentukan budi pekerti,

pikiran, dan jasmani menuju tingkat kesempurnaan.

b) Pendidikan terkait dengan proses pematangan intelektual, emosional, dan

kemanusiaan yang dilakukan secara terus menerus.

c) Pendidikan terkait dengan usaha sadar yang dilakukan melalui proses

bimbingan, pegajaran, dan latihan.


d) Pendidikan terkait dengan usaha, daya pengaruh, dan bantuan kepada anak

agar mereka cakap dalam melaksanakan tugas hidupnya.

e) Pendidikan terkait dengan proses membantu perkembangan kualitas diri

menuju tingkat kesempurnaan.

f) Pendidikan terkait dengan proses yang memberikan pengaruh pada kebiasaan

tingkah laku, pikiran, dan persaan peserta didik.70

Dalam buku Rumlam Ahmadi, Brubacher menyatakan pendidikan

merupakan suatu proses timbal balik dari tiap pribadi manusia dalam

penyesuaian dirinya dengan alam, teman dan alam semesta. Pendidikan

merupakan perkembangan yang teroganisasi dan kelengkapan dari semua

potensi manusia; baik dari moral, intelektual, jasmani, (Pancaindra), dan untuk

kepribadian individu dan kegunaan masyarakatnya yang diarahkan demi

menghimpun semua aktivitas tersebut untuk tujuan hidupnya (tujuan akhir). 71

Dalam Al- Quran telah jelaskan bahwa Allah berfirman dalam Q.S Al-

Alaq ayat 1-5 yang Artinya : 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu

yang Menciptakan. 2. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah. 3.

Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, 4. Yang mengajar (manusia)

dengan perantara kalam, 5. Dengan mengajar kepada manusia apa yang

diketahuinya.72

70
Dedy Mulyasana. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. (Bandung, PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2011), 7.
71
Rumlam Ahmadi. Pengantar Pendidikan Asas & Filsafata Pendidikan. (Yogykarta, AR-
RUSS MEDIA, 2016), 37.
72
Depag RI. Al-Qur‟an Maghfira Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemah, 597.
Definisi pendidikan dalam UU RI No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.73

Dari beberapa definisi di atas, dapat dirumuskan pendidikan merupakan

suatu proses interaksi mansuia dengan lingkungannya yang berlangsung secara

sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan segala potensinya, baik

jasmani (kesehatan fisik) dan rohani (pikir, rasa, karsa, karya, cipta dan budi

nurani) yang menimbulkan perubahan positif dan kemajuan baik kognitif, afektif

maupaun psikomotorik yang berlangsung secara terus menerus guna mencapai

tujuan hidupnya. Berdasarkan rumusan tersebut, pendidikan bisa dipahami

sebagai proses dan hasil. Sebagai proses, pendidikan merupakan serangkaian

kegiatan interaksi manusia dengan lingkungannya yang dilakukan secara sengaja

dan terus menerus. Sementara sebagai hasil, pendidikan menunjuk pada hasil

interaksi manusia dengan lingkungannya berupa perubahan dan peningkatan

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut kh yusuf hasyim pendidikan tidak hanya mempertajam terhadap

intelektual namun lebih kepada membentuk mental, guna menjadikan seorang

yang di didik menjadi kuat tabah dan sabar, setelah peneliti melakukan

wawancara maka peneliti memberikan gambaran terkait konsep pendidikan kh

73
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_20_03.htm. Diakses pada tanggal 21 Januari 2019
yusuf hasyim. Pertama (bil qoul), sebagaimana kata bil qoul bermakna dengan

ucapan. Tidak sebagaimana pendidik yang selalu memberi arahan atau peetunjuk

terhadap yang di didik namun kh yusuf hasyim lebih sedikit dalam qoul tapi lebih

di perbanyak dalan pengaplikasian nya ( bil hal ).

Berikut adalah konsep pendidikan KH. Muhammad Yusuf Hasyim

secara Ucapan ( Bil Qoul ) :

1. Pendidikan Terhadap keluarga

Beliau KH. Yusuf Hasyim Mengatakan bahwasan nya Pendidikan

dalam keluarga merupakan faktor utama yang akan menentukan

pengetahuan, pengalaman, wawasan dan keterampilan yang akan di kuasai

untuk di terapkan di lapangan. Mempunyai bekal pendidikan yang baik, juga

bisa berpeluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan

kehidupan yang lebih mapan. Dengan adanya pendidikan tersebut, mampu

membawa kita bersosialisasi tidak hanya di sekolah saja namun juga di

masyarakat.74

Antara keluarga dan pendidikan adalah dua istilah yang tidak

dapat dipisahkan. Sebab, dimana ada keluarga di situ ada pendidikan. Ketika

orang tua melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya mendidik anak, maka

pada waktu yang sama anak menghajatkan pendidikan dari orang tua.

Dalam UU Sisdiknas disebutkan bahwa pendidikan keluarga merupakan

bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam

74
Ridlwan Nasir, Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete, 2007), 128-129
keluarga, dan memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan

keterampilan.

Seperti yang di jelaskan dalam firman allah ( Q.S At- Tahrim, Ayat

6 ) yang Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu

dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia

dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka

dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.75

Berdasarkan ayat tersebut, dapat dipahami bahwa hakikat

pendidikan keluarga menurut surat At-Tahrim merupakan tanggung jawab

setiap manusia adalah menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka.

Dalam arti bahwa manusia itu dituntut untuk mengerjakan apa yang

diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah SWT, bukan hanya

pada dirinya saja tetapi harus memberikan pengajaran dan pendidikan kepada

manusia sesama, terutama kita sebagai orang tua perlu menanamkan nilai-

nilai pendidikan agama terhadap anak-anak kita.

M. Yusuf mengemukakan bahwa pendidikan keluarga adalah

bimbingan atau pembelajaran yang diberikan terhadap anggota dari

kumpulan suatu keturunan atau satu tempat tinggal, yang terdiri dari ayah,

ibu, anak-anak dan lain sebagainya.76 Pendidikan keluarga memberikan

pengetahuan dan keterampilan dasar, agama dan kepercayaan, nilai moral,

75
(Q.S. At-Tahrim (66 ) : 6
76
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta,
2008), 17.
norma sosial dan pandanganhidup yang diperlukan peserta didik untuk dapat

berperan dalam keluarga dan dalam masyarakat.77

Antara keluarga dan pendidikan adalah dua istilah yang tidak

dapat dipisahkan. Sebab, dimana ada keluarga di situ ada pendidikan. Ketika

orang tua melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya mendidik anak, maka

pada waktu yang sama anak menghajatkan pendidikan dari orang tua.

Oleh sebab itu, dalam membina keluarga khususnya terhadap

anak.anak yang ada dalam lingkungan keluarga perlu dibina dan di didik

sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia. Hal ini sesuai dengan sabda

Rasulullah SAW dari Abi Hurairah yang artinya : sesungguhnya telah

berkata; bahwa Rasulullah saw telah bersabda: ”tidaklah seorang anak yang

dilahirkan, kecuali ia lahir dalam keadaan (membawa) fitrah. Maka orang

tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. Fitrah yang

dimaksud di sini adalah fitrah islamiyah, sebab Nabi Muhammad saw

mengatakan bahwa ibu bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani

atau Majusi, tidak di sebutkan bahwa ibu dan bapaknyalah yang

menjadikannya Islam, kerena Islam adalah agama fitrah.

2. Pendidikan Terhadap Sekolah

Beliau KH. Yusuf Hasyim Memberikan contoh tentang nilai-nilai plus

pendidikan di pondok pesantren, antara lain :

1. Pendidikan di luar pondok berkisar antara 6 sampai 7 jam, sedangkan

pendidikan di luar pondok pesantren berkisar antara 16 sampai 17 jam.

77
Ibid
2. Kalau di luar pondok ada 3 sektoral, yaitu: rumah tangga, lembaga

pendidikan dan lingkungan masyarakat. Tri sektoral di luar tidak selalu

saling membantu. Kemungkinan saja lembaga pendidikan baik, tapi

lingkungan nya tidak menolong bahkan kadang-kadang di luar batasan

sekolah itu sudah di selenggarakan dengan segala macam penyajian

adanya minuman keras dan lain sebagainya. Demikian halnya lingkungan

rumah tangga, kadang-kadang orang tuanya maupun anaknya belum siap.

Hamabatannya kira-kira mungkin ayah atau ibu seorang karir atau kasih

saying berlebihan. Ini berarti menunjukkan bila di pondok pesantren “Tri

sektoral “saling membantu.

3. Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa di pondok pesantren tebuireng

ada beberapa forum jam’iyah belajar yang sangat membantu untuk

pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain forum tersebut adalah:

Organisasi daerah (ORDA), Orgnisasi kompleks, Organisasi olahraga,

Organisasi kelas, Organisasi kesenian dan kebudayaan.

Forum-forum jam’iyah itu menurut pemaparan beliau

menciptakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan karakter serta

kecakapan seseorang agar mereka nantinya “tidak hidup semacam menara

gading“. Lebih lanjut beliau menjelaskan tentang manfaat adanya ORDA

(organisasi daerah) yaitu berkewajiban membina anggotanya dengan

melalui kegiatan :

1. Membantu lancarnya pendidikan di pondok pesantren

2. Mengkordinir latihan-latihan pidato (khitobah), dakwah dan lainnya.


3. Mengadakan kegiatan yang ada hubungannya dengan bidang sosial.

4. Membuat program antara lain: a) Pada hari-hari libur pendek, mereka

mengadakan kegiatan seperti khutbah dan musabaqoh (lomba)

membaca kitab kuning. b) Pada saat linburan panjang mereka

mengadakan praktek di masyarakat seperti kegiatan dakwah (pengajian)

dimasyarakat, misalnya pada bulan suci Ramadhan ORDA

mengirimkan anggotanya mengisi pengajian-pengajian setelah shalat

shubuh, dan maghrib serta sehabis shalat isya’.78

3. Pendidikan Terhadap Masyarakat

Alur pikir dan sikap politik KH. Yusuf Hasyim tetap istiqomah dan

ini merupakan cermin dan representasi Pondok Pesantren pada umumnya.

Pondok Pesantren sebagai institusi kemasyarakatan adalah merupakan

lembaga pendidikan yang senantiasa memberikan ilmu dan penverahan

kepada masyarakat. KH. Yusuf Hasyim semasa hidupnya tidak pernah

berhenti memberikan informasi dan kajian- kajian ilmiah dan analisa politik

kepada para kader politik dan alumni Tebuireng tentang perkembangan

kemasyarakatan dan kenegaraan Pesantren juga sebagai lembaga perjuangan,

yang senantiasa memiliki komitmen untuk menjaga keutuhan nagara. KH.

Yusuf Hasyim dengan tidak pernah bosan senantiasa mengingatkan akan

bahaya laten komunis yang bisa menghancurkan bangsa dan negara, dan KH.

Yusuf Hasyim selalu menasehati agar umat Islam bersatu dalam situasi

apapun dan dimanapun. Pesantren juga sebagai lembaga pelayanan

78
Ridlwan Nasir, Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete, 2007), 128-129
masyarakat, yang tidak pernah berhenti untuk memikirkan kesejahteraan

masyarakat. KH. Yusuf Hasyim senantiasa menitipkan agar para kader dan

alumni Tebuireng peduli pada kaum dhu'afa.79

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk

menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan

menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dan sebagainya manusia

memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola

interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam

suatu masyarakat.

Masyarakat bukanlah hanya sekedar suatu penjumlahan individu

semata, melainkan suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antar mereka,

sehingga menampilkan suatu realita tertentu yang mempunyai ciri-cirinya

sendiri. Masyarakat merupakan gejala sosial yang ada dalam kehidupan ini

diseluruh dunia. Oleh karena itu masyarakat oleh sosiologi dijadikan sebagai

objek kajian atau suatu hal yang dipelajari terus-menerus. Karena sifat dari

masyarakat itu sangat kompleks, banyak para akhli yang menjelaskan

masyarakat dari sudut pandang yang berbeda-beda.

Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial, dan selalu berubah.

Koentjaraningrat mendefinisikan masyarakat adalah kesatuan hidup mahluk-

mahluk menusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat tertentu. Definisi

mengenai masyarakat secara khusus dapat kita rumuskan sebagai berikut:

79
H.A Chozin Chumaidy, Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete, 2007), Cet 2,
102.
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu

sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu

rasa identitas bersama. 80

Adapun Konsep Pendidikan KH. Muhammad Yusuf Hasyim Secara

Prilaku ( Bil Hal ) adalah :

1. Keagamaan

KH. Yusuf Hasyim lebih menanamkan nilai-nilai ke-Tuhanan

terhadap anak didik biar tidak terjebak dengan pandangan materialis yang

hanya perpikiran untuk kemajuan dirinya dan kemajuan pendidikan, disini

tidak hanya kemajuan bagi pendidikan Islam, dalam pikiran KH. Yusuf

Hasyim adalah kemajuan pendidikan bangsa dan negara (nation-state) tanpa

membedakan pendidikan Islam dan umum juga membeda-bedakan agama.

Konsep keseimbangan pengajaran dalam dunia pendidikan terhadap anak

didik oleh seorang guru juga telah diajarkan juga oleh Socrates dalam tradisi

pendidikan klasik, misalnya harus ditanamkan dalam diri siswa rational

autonomy (otonomi rasional), virtues (kebajikan) and spirituality in student

(spiritualitas pada siswa).81

Sebenarnya yang diusung dalam konteks ini adalah tertanamnya

rasa sikap toleransi dalam menyikapi kemajemukan yang ada di Indonesia.

Cita-cita dan kontribusi yang diusung oleh KH. Yusuf Hasyim kalau

meminjam istilahnya Amin Abdullah yaitu untuk terwujudnya cross cultural

80
Mac Iver dan Page, Tri Pusat Pendidikan Sebagai Sarana Pendidikan Sekolah, (Sidoarjo:
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 2015), 45-46.
81
Stephan, The State, Soul, Virtue and Potential: Aristotle on Education, dalam Charlene Tan,
Philosophical Reflections for Educators (Singapore: Cengage Learning, 2008), 3.
academic and cross cultural communication ( akademik lintas budaya dan

komunisi lintas budaya ) dalam pendidikan Islam.

2. Kedisiplinan

Seperti hal nya yang telah di lakukan oleh kh yusuf hasyim

khususnya di pondok pesantren tebuireng ketika bedug sudah di bunyikan

yang bertanda santri wajib berkumpul di masjid karena ada pengumuman atau

nasehat dari pengasuh berkaitan dengan kedisillinan dan kepatuhan terhadap

aturan-aturan pondok pesantren yang harus di patuhi oleh semua santri kapan

saja dan dimana saja termasuk di antaranya adalah batasan jam malam dan

perilaku seorang santri jangan sampai membuat keonaran di dalam pondok

maupun di luar pondok pesantren ( masyarakat ).82

Beliau juga membangun pagar yang tinggi di pondok pesantren

tujuan nya supaya santri tidak keluar, kemudian bisa fokus dalan belajar dan

jga disiplin.

Adpum efek kedisiplinan dalam pendidikan tiada lain bertujuan

untuk menjadikan pendidikan beserta anak didik menjadi lebih baik dan

mencetak kesuksesan di masa depan nya.

3. Kegigihan

Seperti hal nya yang di contohkan oleh KH. Yusuf Hasyim ketika

menjadi pengasuh, beliau sangat aktif mengikuti berbagai forum yang

membicarakan tentang pesantren yang dianggap sebagai lembaga keagamaan

82
Ridlwan Nasir, Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete, 2007), Cet 2, 107.
dan pendidikan unik. Jumlah pesantren diseluruh tanah air cukup besar hingga

puluhan ribu, umumnya berada di daerah pedesaan yang tersebar.Di pulau

Jawa, khususnya Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi bahkan

menyebar hingga ke Nusa Tenggara Barat. Pak Ud selalu mengikuti

perkembangan dan nyaris tidak pernah melewatkan waktunya untuk ikut

dalam upaya modernisasi pesantren.83 Pesantren yang dianggap tradisional itu

agaknya menyimpan kekuatan dahsyat untuk merobah masyarakat pedesaan

agar terbuka menerima pemikiran baru atau yang saat itu disebut sebagai "

modernisasi pesantren ". Pro dan kontra terhadap upaya modernisasi ini saat

itu sangat mengemuka. Almarhum Mahbub Djunaidi teman akrab Pak Ud

wartawan senior yang penanya tajam mengkritisi berbagai masalah, termasuk

modernisasi pesantren itu pernah menulis artikel kocak dengan judul "Ayam

dan kambing masuk pesantren" Maksudnya adalah mengkritisi program

ketrampilan bagi para santri melalui peternakan ayam atau kambing yang saat

itu diperkenalkan pemerintah. Sangat boleh jadi karena upaya upaya

modernisasi yang baik itu di pengaruhi oleh suasana dominasi politik Orde

Baru yang melaju kencang untuk mendomestisikasi kelompok yang dianggap

keras", namun yang sebenarnya mereka teguh pendirian. Pesantren

diharapkan mampu menjadi semacam agen perobahan masyarakat

disekeliling, karena pengaruh kuat Kyai pemimpin pesantren (pesantren

diharapkan menjadi agent of change") Pak Ud yang pernah aktif berdinas di

83
Syarwani Abdullah, Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete, 2007), Cet 2, 137-
139.
ketentaraan, ternyata mampu bersikap bijaksana didalam menanggapi arus

perobahan yang kencang itu. Bantuan kepada pesantren Tebuireng dari

proyek bantuan presiden untuk pembangunan misalnya, diterima dengan baik.

Dibentuklah panitia pembangunan khusus di pesantren yang pimpinan

operasionalnya dipercayakan kepada sekertaris umum / katib aam pesantren

yang kebetulan adalah penulis sendiri. Seluruh pengelolaan dana bantuan

dilakukan oleh panitia kecil ( anggota panitia kecil lainnya adalah para guru

yang setia mengajar di madrasah seperti Mas Tammnunadjat, Pak Kayyis dan

Fauzi Makarim yang secara khusus berurusan dengan Universitas Hasyim

Asy ^ari). Panitia ini secara berkala melaporkan kegiatannya kepada

pengasuh. Salah satu hasil pemanfaatan dana bantuan itu adalah gedung

utama madrasah dan gedung SMA dan SMP umum yang merupakan sekolah

umum pertama yang diselenggarakan dilingkungan pesantren.84

Almarhum Pak Ud juga nyaris tidak pernah berhenti menekuni

upaya pengembangan pesantren. Adalah Lembaga Penelitian Pendidikan dan

Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) yang ikut mempengaruhi sikap

luwes pak Ud dalam pergaulannya yang luas itu. LP3ES yang lembaga

penelitian dan bukan lembaga agama didirikan oleh para tokoh intelektual

antara lain Prof. Sumitro Djoyohadikusumo, Prof Emil Salim dan lain-lain

dengan dukungan Friedrich Naumann Stiftung dari Jerman. Namun pak Ud

justru akrab dengan LP3ES, khususnya dengan para chief executive officer (

84
Syarwani Abdullah, Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete, 2007), Cet 2, 137-
139.
CEO) nya seperti Dr. Nono Anwar Makarim, Ir Tawang Alun ( almarhum ),

Ismed Hadad dan Prof. Dawam Rahardjo. Pak Ud yang pengasuh pesantren

seringkali bertandang ke kantor LP3ES di S.Parman, Slipi. Kadang-kadang

bahkan hingga seharian, asyik berdiskusi tentang berbagai hal tentang

pendidikan, pesantren dan dunia politik yang sering diseling dengan canda

politiknya yang segar.

Pernah disuatu hari, ketika Pak Ud berkunjung ke LP3ES di

Jl.S.Parman, Slipi dan terlibat dalam diskusi dan perdebatan spontan yang

semakin hangat dan keras antara Mas Dawam dan Pak Tawang, tiba- tiba Pak

Ud melempar handuk putih dijatuhkan tepat ditengah meja sebagai tanda

menghentikan debat sengit yang tengah berlangsung. Beberapa waktu

berselang, Almarhum pak Tawang menitip amplop kop LP3ES tertutup rapi

untuk disampaikan kepada Pak Ud. Ketika Pak Ud menerima amplop tersebut

dan segera membukanya beliau tersenyum karena ternyata isinya adalah

handuk putih favorit Pak Ud yang tertinggal diruang kantor Pak Tawang pada

saat dilempar untuk menghentikan debat sengit beberapa hari sebelumnya.

Pak Ud dapat disebut sebagai salah seorang Kyai yang selalu

terlibat dilingkungan pendidikan pesantren hingga akhir hayatnya. Ketika

P3M" anak organisasi" program pesantren LP3ES didirikan pada sekitar

tahun 1980 an.85

85
Syarwani Abdullah, Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete, 2007), Cet 2, 137-
139.
Pak UD sempat dipercaya untuk memimpin Yayasan

Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) beberapa

periode. P3M yang mempercayakan Nasihin Hasan sebagai CEO pertama dan

kemudian dialihkan tanggung jawabnya kepada Sdr. Masdar Mas> udi, kyai

kader yang juga berasal dari mBanyumas dapat disebut sebagai cikal bakal

lembaga yang seharusnya terus menekuni pengelolaan pengembangan

manajemen pesantren. Membicarakan perhimpunan pesantren P3M tentu saja

harus menyebut Gus Dur atau Kyai Abdurrahman Wahid yang menjadi nara

sumber utama gagasan mendirikan P3M.Pada saat awal, Gus Dur bersama

penulis menemui DR. Manfred Ziemek di rumahnya Jl. Jambu, Jakarta Pusat.

Manfred yang thesis Ph.D nya membahas tentang pendidikan pesantren

berhasil diyakinkan tentang perlunya melembagakan usaha pengembangan

pendidikan pesantren itu dalam lembaga tersendiri. Para pendiri perhimpunan

ini disamping Pak Ud adalah Kyai M.Sahal Machfudz (kini Rois Aam PBNU

dan Ketua Umum MUI) Prof Dawam Rahardjo, Utomo Dananjaya, Pak

Sutjipto Wirosardjono, mantan Wakil Ketua BPS) dan beberapa tokoh lain

nya.86

Perburuan Pak Ud untuk mengetahui alasan sebenarnya mengapa

pesantren menjadi perhatian luar biasa dari kalangan luar pesantren juga

nyaris tidak pernah berhenti. Bersama pak Tjip yang kolumnis cerdas, pak

Kyai Sahal dan lain- lain, Pak Ud yang saat itu memegang tampuk

86
Syarwani Abdullah, Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete, 2007), Cet 2, 137-
139.
kepengurusan P3M berkunjung ke Jerman untuk beberapa hari. Konon

lembaga kolosium di Jerman mirip dengan pendidikan pesantren yang meski

tradisional namun mengandung unsur tarbiyyah yang sebenarnya.

Semua itu merupakan kegigihan dan semangat yang tinngi yang

telah di contohkan oleh kh yusuf hasyim.

B. kontribusi Pemikiran KH. Muhammad Yusuf Hasyim Pada Pendidikan

1. Mendirikan Pendidikan

Kesibukan yang se-abrek tidak membuat Pak Ud melepaskan

tanggung jawabnya sebagai pengasuh Tebuireng. Banyak kemajuan pesat

yang dicapai Tebuireng selama kepemimpinan Pak Ud. Hal ini setidaknya

dapat dilihat dengan didirikan beberapa lembaga pendidikan baru di bawah

naungan Yayasan Pondok Pesantren Tebuireng.

Pembaharuan terjadi setidaknya sejak tahun 1965. Diantaranya

dengan dibentuknya Madrasah Aliyah, yang pada awalnya memiliki jumlah

siswa 150- an orang, lalu pada tahun 1990, jumlah siswa Aliyah mencapai

600-700-an orang. Bahkan baru-baru ini dalam ruang belajar mengajar di

Madrasah Aliyah, telah dilengkapi Over Head Proyektor (OHP) di setiap

kelas. Teknologi ini sangat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan

kurikulum yag double standar. Yaitu penguasaan ilmu-ilmu agama dan ilmu-

ilmu umum sehingga memerlukan efisiensi waktu dan sarana.87

87
Halwan M, Hidayat Yusuf, Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete, 2007), Cet 2,
50-51.
Kemudian pada tanggal 22 Juni 1967, didirikan pula Universitas

Hasyim Asy'ari (sekarang IKAHA), dan Pak Ud adalah salah satu pelopornya.

Rektor pertama IKAHA dijabat oleh KH. Muhammad Ilyas. Namun sejak

akhir dekade 1980-an, perguruan tinggi ini terpisah dari naungan Yayasan

Hasyim Asy'ari Tebuireng dan menjadi yayasan tersendiri. Tujuan didirikan

nya Universitas Hasyim Asy’ari tersebut untuk menampung para pelajar

lulusan Madrasah Aliyah dari pesanttren Tebuireng dan pesantren-pesantren

lain nya atau sekolah-sekolah lain.

Pada tahun 1971, didirikan Madrasatul Hufadz yang khusus

membina santri yang berminat menghafal Al-Qur'an. Pada tahun pertama

santrinya mencapai 42 orang. Lalu pada tahun 1982, mengingat

pertumbuhannya yang semakin pesat, lembaga ini dimandirikan dan kini

menjadi Pondok Pesantren Madrasatul Qur'an. Betujuan untuk mencetak

santri yang terampil dalam bidang Al Quran Hidhan Wa Ma’nan Wa ‘amalan.

Pada tahun 1972, dibentuk Madrasah Persiapan Tsanawiyah sebagai

jawaban atas kebutuhan santri lulusan sekolah dasar dan lanjutan umum untuk

dapat memasuki Madrasah Tsanawiyah Tebuireng yang sarat dengan

pelajaran agama dan kitab salaf.

Lalu pada tahun 1975, didirikan SMP dan SMA A. Wahid Hasyim.

Dan untuk kedua kalinya, Pondok Pesantren Tebuireng mendapat reaksi keras

dari sebagai masyarakat atas berdirinya kedua sekolah ini. Sebab, disamping

sebagai lembaga pendidikan umum, di dalamnya juga ditampung siswa laki-


laki dan perempuan dalam satu kelas, suatu budaya yang belum pernah ada di

dunia pesantren, khususnya di Jombang.88

Usaha untuk memajukan SMP dan SMA A. Wahid Hasyim terus

berjalan. Kemajuan pun meningkat pesat. Kalau di awal berdirinya, SMA

Wahid Hasyim hanya memiliki 66 siswa, maka pada dekade 2000-an ini,

SIMA telah dipenuhi oleh 1200-an siswa dari berbagai penjuru tanah air.

Perkembangan ini menunjukkan bahwa PP. Tebuireng selain mendidik para

siswa-siswi untuk menjadi orang-orang yang kuat Islamnya juga mendidik

mereka agar memiliki pengetahuan keduniawianan sebagai bekal untuk

memperoleh profesi dalam system kehidupan modern. Harapan beliau para

lulusannya tidak canggung lagi bila terjun di tengah-tengah masyarakat yang

beraneka ragam dan mengingat pula bahwa pada dewasa ini kelangkaan umat

Islam yang mempunyai karakter "Ulama yang Intelek" dan "Intelek yang

Ulama".

Adapun tujuan didirikan nya SMP dan SMA menurut paparan beliau

adalah :

1) Membentuk kader-kader yang tangguh dalam bidang-bidang ilmu yang

bersifat umum dan agama

2) Sebagai jembatan dakwah melalui sekolah umum

3) PP Tebuireng tidak hanya menyediakan sekolah agama saja

bahkansekolah umumpun penting untuk pondok yang sebesar ini.

88
Halwan M, Hidayat Yusuf, Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete, 2007), Cet 2,
51.
4) Menyiapkan tenaga-tenaga yang mampu mengikuti Teknologi Modern

yang bertakwa kepada Allah SWT.

Pada tahun 1989, sebagai antisipasi atas semakin padatnya kegiatan

belajar santri Tebuireng, didirikan Koperasi Jasa Boga (Jabo), koperasi yang

khusus menangani dan melayani makan pokok santri sehari-hari. Dengan

adanya koperasi ini, santri Tebuireng tidak perlu Khawatir dengan kebutuhan

pokoknya. Santri dapat berkonsentrasi dengan baik pada tugas belajarnya.

Kemudian pada tahun 2006, didirikan pula Perguruan tinggi Ma'had

Aly yang konsen untuk mengembangkan ilmu-ilmu keislaman kontemporer.

Pak Ud merupakan penggagas utamanya. Para mahasiswa Ma'had Aly yang

setiap angkatan jumlahnya dibatasi 30 orang, tidak dikenakan biaya kuliah

dan disediakan asrama khusus serta sarana belajar yang memadai.89

2. Gagasan Dan Mengatur Keuangan Ponpes

Beliau juga yang berhasil menata organisasi keuangan di pondok

pesantren tebuireng seperti sekarang, dari sesuatu yang tadinya tidak teratur

sampai menjadi teratur seperti sekarang. Selain di Tebuireng, Pak Ud juga

terlibat dalam upaya mengembangkan pesantren secara umum. Pak UD

sempat dipercaya untuk memimpin Yayasan Perhimpunan Pengembangan

Pesantren dan Masyarakat ( P3M ) selama beberapa periode. P3M ialah "anak

organisasi" program pesantren LP3ES didirikan pada sekitar tahun 1980 an.

P3M memilih Nasihin Hasan sebagai CEO pertama dan kemudian dialihkan

89
Halwan M, Hidayat Yusuf, Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete, 2007), Cet 2,
51.
tanggung jawabnya kepada Masdar Mas'udi. Para pendiri perhimpunan ini

disamping Pak Ud adalah Kyai M.Sahal Machfudz (kini Rois Aam PBNU

dan Ketua Umum MUI), Prof Dawam Rahardjo, Utomo Dananjaya, Pak

Sutjipto Wirosardjono (mantan Wakil Ketua BPS) dan beberapa tokoh

lainnya. Bersama pak Tjipto, pak Kyai Sahal dan lain-lain, Pak Ud yang saat

itu memimpin kepengurusan P3M berkunjung ke Jerman untuk beberapa hari.

Gagasan beliau terakhir adalah mendirikan Ma'had Aly di Tebuireng

untuk membina dan menghasilkan alumni yang menguasai kitab kuning

dengan baik. Alumni ini nantinya diharapkan dapat menjadi tenaga pengajar

di Tebuireng sehingga pengajian yang selama ini kurang mendapat perhatian

dapat dikembangkan kembali seperti yang diharapkan oleh para alumni senior

Tebuireng.

Dalam diskusi-diskusi panjang antara tahun 1970-1980 an, antara

para "penyantun kepesantrenan" (mereka mempunyai komitmen dan obsesi

untuk mengangkat martabat dan fungsi pesantren menjadi lebih aktual di

tengah-tengah kehidupan modern sekarang), mereka sendiri dari "intelektual

muslim jeboan pesantren" seperti Gur Dur, Cak Nur, dan lain- lain, mereka

secara bersama-sama atau dalam kelompok-kelompok yang berbeda, mencari

identitas dan karakteristik yang menjadi semacam core- value pesantren

selama ini, dan akhir nya terdiri dari :90

90
Hasan Tholhah Muhammnad, Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete, 2007), Cet
2, 74.
a) Egaliter, yang menunjuk bahwa ciri masyarakat pesantren itu adalah

kesetaraan", tidak ada perlakuan yang berbeda dan istimewa diantara

seorang santri dengan santri yang lain, tidak ada pembedaan etnik, strata

sosial, maupun keragaman budaya.

b) Populis, masyarakat santri itu mempunyai watak kerakyatan yang tinggi,

intim dengan kehidupan masyarakat bawah karena umumnya mereka dari

lapisan bawah. Para kyai pesantren pada umumnya memang hidup

ditengah-tengah masyarakat bawah.

c) Sederhana, tidak menampilkan kehidupan yang mewah dan berlebihan,

tidka hidup dengan orientasi materialistik dan hedonistik, karena ajaran

moral di pesantren memang dikenalkan dengan sikap-sikap qona'ah

(menerima apa yang ada), zuhud (membatasi orientasi kenikmatan

duniawi), dan wara' (mengendalikan diri dari sikap dan perilaku yang tidak

layak).

d) Religius, taat menjalankan ajaran agama, baik dalam aktivitas ritualistik

atau dalam sikap dan perilaku moral sehari-hari, dalam kehidupan pribadi

maupun dalam kehidupan sosial ('abid dan adib). e) Moralis, menjunjung

tinggi norma-norma etika, terutama terhadap guru dan orangtua, dan antara

sesama, juga menjauhi hal-hal yang dilarang oleh ajaran agama dan ajaran

moral. Seperti menipu, memfitnah dan lain-lain.

Diharapkan agar "Etos Pesantren” tersebut dapat dipertahankan,

meskipun dunia pesantren sendiri mengalami dinamika dan sebagaiinstitusi

maupun sistem pendidikan Islam dan keagamaan. perubahan, "Pak Ud",


rupanya konsisten melakukan "Etos Pesantren" tersebut, baik dalam

kehisupan pribadi maupun dalam kehidupan beliau sebagai tokoh masyarakat

dan tokoh nasional. Beliau tetap egaliter, tetap bersikap populis, tetap hidup

sederhana, tetap bersikap releigius, dan menjaga sikap yang moralis.91

3. Mengadakan Kesenian Di Pondok Pesantren

Ketika aliran kepercayaan di dalam GBHN sebagai bagian dari

“agama resmi" yang kedudukannya setingkat dengan agama-agama yang

diakui Negara, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Karena

sebagian penganut Aliran kepercayaan itu adalah umat Islam yang masih

lemah kepercayaannya (abangan) terhadap agama, maka upaya atas nama

kebebasan beragama dan berkepercayaan sebagaimana kelompok penguasa

untuk mengurangi jumlah populasi Umat Islam di Indonesia dengan

memisahkan mereka dari agama resminya.92

Oleh karena itu sangat berbahaya bagi kelangsungan dakwah dan

pendidikan Islam di Indonesia, dengan sikap keras dan berani Pak Ud dan

kawan-kawannya yang bergabung di dalam F-PP mengancam akan

melakukan walk out. Sikap F-PP ini kemudian mendapat dukungan umat

Islam berikut ormas-ormasnya di luar Parlemen.

Diluar tulisan-tulisan tentang Pak Ud di media massa itu, ada sisi lain

yang perlu diungkap tentang. Yaitu perhatiannya terhadap kesenian. Ketika

banyak pesantren hanya cenderung kepada fiqih dan sekolah yang sesuai

91
Hasan Tholhah Muhammnad, Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete, 2007), Cet
2, 74.
92
Zawawi Imron, Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete, 2007), Cet 2, 98-99.
dengan paket Departemen Agama, Pak Ud merasa ada yang hilang pada

pendidikan pesantren, yaitu seni. Padahal, dulu, pesantren banyak

mengeluarkan karya-karya atau tulisan dalam bentuk seni. Sunan-sunan

diantara walinsongo, seperti Sunan Kalijaga adalah seniman wayang, Sunan

Drajad, Sunan Bonang, Sunan Muria dan lain-lain berjasa mengubah irama

tembang yang dilantunkan orang sampai saat ini. Bahkan diantara Walisongo

itu ada yang menggunakan nama (gelar) dengan sebutan alat musik (gamelan)

"Sunan Bonang".

Dulu, orang-orang pesantren banyak menghasilkan puisi-puisi. KH.

As'ad Syamsul Arifin, Situbondo, pada waktu mudanya mengarang puisi

"Syair Maduara". Begitupun Chik Pantee Kulu di Aceh mengarang "Hikayat

Perang Sabi (sabil). Demikian juga KH. Bisri Mustofa, Rembang, dulu

banyak mengarang puisi-puisi bahasa Jawa. KH. Abdul Madjid Tamin di

Pamekasan banyak mengarang syair-syair berbahasa Madura.

Puisi-puisi pesantren itu bukan hanya dinyanyikan di dalam

pesantren. Di kalangan mayarakat umum puisi-puisi pesantren itu

dinyanyikan pada saat malam hari ketika orang-orang sedang istirahat setelah

seharian bekerja keras. Dengan membaca karya-karya sastra gubahan orang-

orang pesantren itu merekka menyegarkan rasa keagamaan melalui

penghayatan seni.93

Kurangnya rasa seni di pesantren itu sangat dirasakan oleh Pak Ud.

Karena itu, pada 1986 beliau mengadakan acara di pesantren Tebuireng

93
Zawawi Imron, Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete, 2007), Cet 2, 98-99.
berupa pertemuan para santri dari berbagai daerah. Acara itu digelar dengan

tajuk "Sastranya Santri Teaternya Santri". Budayawan yang datang menjadi

narasumber antara lain Emha Ainun Nadjib dan Dr. Hazim Amir, tokoh

"Teater Melarat" dari Malang.

Acara itu merupakan upata kebudayaan yang dipelopori Pak Ud agar

pesantren kembali menemukan keindahan ilahiyyah melalui media seni. Agar

hidup tidak kering dari pengalaman afektif, agar jiwa menjadi lembut dengan

denyut estetik. Bukankah Allah itu Maha Indah dan menyenangi keindahan?

Sementara itu, kecenderungan sebagian dengan seni. Tapi pesantren ya basah

dengan penyegaran tasawuf biasanya bukan hanya longgar, tapi memberi

apresiasi yang luas terhadap seni.

4. Merintis Pola Kepemimpinan Kolektif

Kemajuan Pondok Pesantren Tebuireng sangat pesat bila

dibandingkan dengan periode sebelumnya. tatkala kepemimpinan dipegang

oleh KH. Yusuf Hasyim yaitu antara lain dengan diterapkannya "Pola

Kepemimpinan Kolektif yang dikembangkan beliau sejak diangkat menjadi

Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng. Sedangkan periode sebelumnya

adalah "Pola Kepemimpinan Tunggal", walaupun pola kepemimpinan

tunggal pada saat itu dianggap tepat karena untuk menjaga kesatuan komando

dan wibawa pesantren yang saat itu merupakan "Non Kooperatif" dengan

pemerintah Belanda.94

94
Ridlwan Nasir, Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete, 2007), Cet 2, 109.
Bapak KH. Yusuf Hasyim tidak serta merta merintis pola

kepemimpinan kolektif, karena beliau punya argumentasi yang matang

tentang kelebihan dan kelemahan pola kepemimpinan kolektif. Lebih lanjut

beliau memaparkan bahwa pada saat sekarang perlu dikembangkan pola

kepempinan kolektif, walaupun bilau juga mengakui bahwa pola tersebut

tidak terlepas dari kelemahannya-kelemahannya adalah mengabaikan faktor

Ahli Waris, kekeluargaan dan sebagainya. Tetapi para ahli waris dan keluarga

Tebuireng telah "Merelakan Diri" dan memberi kesempatan pada pengasuh

untuk menerapkan Pola Kepemimpinan Kolektif tersebut. Beliau

menambahkan bahwa pola tersebut adalah suatu ikhtiyar yang dilakukan

untuk menjawab masalah dan kebutuhan Tebuireng saat ini dan

perkembangannya di masa mendatang.95

Bapak KH. M. Yusuf Hasyim sebagai Direktur Pondok Pesantren

Tebuireng bersama para ulama' dengan modal keberanian dan keikhlasan

serta niat semata-mata demi kepentingan Agama Islam.

5. Membuka Kritisisme di Pondok Pesantren

Kritisisme adalah salah satu buah dari kran liberalisasi pesantren

yang dibuka oleh KH. Yusuf Hasyim adalah budaya berfikir dan bersikap

kritis yang begitu terasa di kalangan santri-santri Pesantren tersebut.

Kritisisme berfikir tercermin melalui tradisi musyawarah mengkaji khazanah

klasik atau yang biasa disebut "kitab Kuning" (al kutub al shafra') yang digelar

perkelas setiap malam Selasa dan semua jenjang Madrasah mulai Ibtidaiyah,

95
Ibid
Tsanawiyah hingga Aliyah. Dampak yang menonjol adalah tidak sekedar

penguasaan materi khazanah klasik yang dimiliki oleh kalangan santri,

melainkan pemahaman kritis pun tercermin dalam diri santri. Pada tahun 60-

an hingga 70-an liberalisasi sistem dan budaya Pesantren Tebuireng

mendapatkan penyangga yang sangat kuat. Pada rentang tahun-tahun itulah,

eksistensi dan kiprah sebagai pengajar dan pembimbing oleh sosok menantu

KH. Hasyim Ays'ari yang mashur dengan julukan "madinatul ilm!", KH. Idris

Kamali.

Ibarat dalam dunia olah raga, KH. Idris Kamali dikenal kyai yang

"bertangan dingin", hampir semua santri yang mengikuti garis bimbingannya

kelak menjadi pendiri pesantren, kyai dan tokoh-tokoh masyarakat

(khoirunnas anfa'uhum linnas). Terlebih lagi, KH. Idris Kamali memiliki

"jurus" sendiri dalam membimbing santri-santri khususnya. Seperti wajib

jama'ah lima waktu dan di shaf terdepan, menghafal jurumiyah, imrithy,

alfiyah, dan hafalan pata santri atas semua kitab ini dicek secara simultan

olehnya setiap usia shalat subuh. Setiap malam Selasa ada keharusan halaqah,

ngaji sorogan, ditambah lagi riyadloh yang lain. Di sinilah yang patut segera

ditambahkan, pasca KH. Idris kamali, memang harus diakui citra Pesantren

Tebuireng banyak mengalami perubahan. Soal liberalisme tetap, kritisisme

tidak berubah, tetapi mutkharrij pesantren Tebuireng potretnya lebih

"sekuler" (mungkin terminologi ini kurang tepat). Artinya, alumni pesantren


Tebuireng lebih fasih berbincang perkara non agama dari pada metodologi

dan materi khazanah klasik. KH. Idris Kamali.96


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Konsep pendidikan KH. Muhammad Yusuf hasyim di bagi menjadi dua yaitu:

1). Konsep Pendidikan secara ucapan ( bil qoul ), konsep ini terdiri dari tiga

hal meliputi:

a. Pendidikan Terhadap Keluarga

b. Pendidikan Terhadap Sekolah

c. Pendidikan Terhadap Masyarakat

2). Konsep Pendidikan KH. Muhammad Yusuf Hasyim secara Perilaku ( Bil

Hal ), Konsep ini terdiri dari tiga hal yaitu :

a. Keagamaan

b. Kedispilinan

c. Kegigihan

96
Cholidy Ibhar, Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete, 2007), Cet 2, 117-118.
2. Adapun kontribusi pemikiran KH. Muhammad Yusuf Hasyim Terhadap

Pendidikan ada Empat yaitu :

1. Mendidikan Pendidikan

2. Membuat Organisasi Keuangan Pondok Pesantren

3. Membuat Kesenian di Pondok Pesantren

4. Merintis Pola Kepemimpinan Kolektif

5. Mendirikan Kritisisme di Pondok Pesantren

B. Saran

Setelah melakukan penelitian dan mengetahui hasilnya, peneliti

memiliki saran untuk Konsep pendidikan dari prespektif KH. Yusuf Hasyim.

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Perlu dikembangkan penelitian tentang konsep pendidikan yang mana

hasilnya bisa diterbitkan dan dibukukan atau disebarluaskan dalam media

agar lebih mudah diterima dan lebih menarik seperti melalui buku bacaan,

buku pengetahuan anak, pendidikan akhlak anak, video, film, maupun

komik yang menarik.

b. Perlu adanya kajian yang mendalam tentang pemikiran KH. Yusuf Hasyim

sebagai tokoh muslim, ulama, politisi, dan pejuang, terlebih penelitian

yang membahas Konsep pendidikan dalam prespektif KH. Yusuf Hasyim

yang masih sangat minim dan jarang ditemukan. Ini menjadi suatu
motivasi tersendiri untuk peneliti selanjutnya agar lebih mendalam terkait

kajian yang akan di telitinya.

c. Mengkaji pemikiran ulama-ulama masa lampau dalam karya-karya mereka

dan mengaktualisasikannya di era sekarang, khususnya pemikiran KH.

Yusuf Hasyim yang dapat dikaji dalam segala aspek mana pun.

d. Menjadikan tambahan referensi dan mengaktualisasikan dalam konteks

kekinian, bagi para mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan islam dalam

mengkaji pemikiran KH. Yusuf Hasyim dan ulama-ulama Nusantara

lainnya.

2. Bagi Dunia Pendidikan Dan Masyarakat Umum

a. Mendorong masyarakat untuk aktif membaca dan memahami gagasan

brilian ulama masa lampau seperti pemikiran KH. Yusuf Hasyim.

b. Perlu adanya pembangunan disipin ilmu yang membahas dan mengkaji

tentang konsep pendidikan KH. Yusuf Hasyim.

c. mampu berguna dan bermanfaat serta dapat memberikan tambahan ilmu

pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, yang nantinya akan dijadikan

sebagai rujukan dalan konsep pendidikan perspektif KH. Muhammad

Yusuf Hasyim.

3. Pengelola Pendidikan

Sebagai tambahan informasi dan wawasan tentang konsep

pendidikan menurut prespektif KH. Muhammad Yusuf Hasyim.

C. Penutup
Pada akhirnya, peneliti memanjatkan puji syukur kepada Allah atas

selesainya penelitian ini. Peneliti juga berterimakasih kepada siapapun yang

terlibat dalam proses penulisan tesis ini. Sehingga penelitian ini bisa dinikmati

dan semoga bisa bermanfaat bagi para pembacanya.

Demikian laporan penelitian ini, kami sampaikan semoga dapat

memberikan manfaat bagi khazanah keilmuan, khususnya bagi Pendidikan

Agama Islam, umumnya bagi pegiat keilmuan di dunia pendidikan Indonesia.

Sebagaimana proses kita menjadi insān kāmil, penelitian ini juga belum final.

Oleh karena itu, kritik atas sebuah karya penelitian sangat dibutuhkan bagi

peneliti. Sehingga dinamika dan perkembangan ilmu pengetahuan tetap hidup

menjadi penyangga peradaban, Karya kecil ini tentunya ditemukan banyak sekali

kekurangan, semoga dapat diperbaiki di masa yang akan datang.

Terlebih, ada peneliti yang ingin melanjutkan penelitian tentang konsep

pendidikan dalam prespektif KH. Yusuf Hasim. wallāhu a'lam bi alshawāb.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur. 2015. Ilmu Pendidikan (Jakarta: Pt Rineka Cipta,)

Alimuddin, Pendidikan Islam Solusi Problematiaka Modern,(Banda Aceh:


Yayasan PENA)

Ahmadi, Rumlam. 2016. Pengantar Pendidikan Asas & Filsafata Pendidikan.


(Yogykarta, AR-RUSS MEDIA)

Al-Fauzan, Abdullah, Bin, Fauzan, Bin, Shalih . 2002. At-Tauhid Lish-Shaffits


Tsalits Al-„Aliy, (Jakarta: Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi
Arabia,) Cet., I.

Abdullah, Syarwani. 2007. Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete) Cet 2.

Budi, Febriyanto. Dewi, Siti, Fatinah. Ayu, Putri, Rahayu. Euis, Intan, Masitoh.
2020. Pendidikan Karakter Dan Nilai Kedisiplinan Peserta Didik
(Universitas Majalengka : Elementaria Edukasia,Vol 3 No 1)

Depag RI. Al-Qur‟an Maghfira Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemah.

Fida’ Abul, Al-Imam . Tafsir Ibnu Katsir.,Op.cit.

Hardiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial


(Jakarta: Salemba Humanika,)

Hamayulis,2018. Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta: Kalam Mulia)

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_20_03.htm. Diakses pada tanggal 21 Januari 2019

http://www2.irib.ir/worldservice/melayuRADIO/keluarga/masalah_kafaah.htm

Hadi, Sutrisno. 1990. Metodelogi Research (Yogyakarta: Andi Offset,)

Husnu, Taqiuddin. Vol. 4. No.2; Desember 2020 E-ISSN. (2549-841X)

Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-dasar Kependidikan Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka


Cipta,)

Ismaun. 2001. Filsafat Ilmu I. (Diktat Kuliah). Bandung: UPI Bandung.

Iver, Mac dan Page. 2015. Tri Pusat Pendidikan Sebagai Sarana Pendidikan
Sekolah, (Sidoarjo: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan)
Jauhari, Insan, Muhammad. Juni 2020. KONSEP PENDIDIKAN IBNU KHALDUN
DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN DI ERA MODERN,
Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 9, Nomor 1.

Kurniawan, Indra, Machful. 2015. Tri Pusat Pendidikan Sebagai Sarana


Pendidikan Sekolah, (Sidoarjo: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan)

Listyarti, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan
Kreatif .(Erlangga)

Marwiyah, Syarifatul. Maret 2020. Konsep Pendidikan Berbasis Kecakapan


Hidup, JURNAL FALASIFA. Vol.3 , No. 1.

Maunah, Binti. 2009. Landasan Pendidikan. (Yogyakarta: Teras)

Mulyasana, Dedy. 2011. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. (Bandung, PT


Remaja Rosdakarya Offset)

Muhammnad, Tholhah, Hasan. 2007. Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka


Ikapete,) Cet 2.

Moleong, J, Lexy. 2012. Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosadkarya,)

Nasir, Ridlwan. Sang pejuang Sejati. 2007. (Jombang: Pustaka Ikapete.)

(Q.S. At-Tahrim (66 )

(Q.S. Lukam (31)

Renna, Puan, Ryan, Hendrik. 1 Januari 2022. Konsep Pendidikan Menurut John
Locke dan Relevansinya bagi Pendidikan Sekolah Dasar di Wilayah
Pedalaman Papua, Jurnal Papeda, Vol. 4 No.

Sahlan, Asmaun. 2010. Mewujudkan Budaya Relogius di Sekolah Upaya


Mengembangkan PAI dari Teori ke Aksi (malang: uin maliki press)

Shihab, Quraish, M. 2008. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur’an,(Jakarta: Lentera Hati, Cet. IX,)

Sri, Guritno, Denis, Sasongk. 2018. Pengertian Pendidikan, makalah ilmiah,


Jakarta.

Stephan. 2008. The State, Soul, Virtue and Potential: Aristotle on Education, dalam
Charlene Tan, Philosophical Reflections for Educators (Singapore: Cengage
Learning)
Sa’dullah, Uyoh. 1994. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T. Media Iptek.

Turmuzi, Muhammad. 2021. Konsep Pendidikan dan Islam sebagai Alternatif


dalam Memanusiskan Manusia, Jurnal Al-Islah, Vol. 12 No. 2

Ulwan, Nasih, Abdullah. 2007. Pendidikan Anak dalam Islam,pentj. Jamaluddin


Miri, (Jakarta)

Wiranata, Satria, Ricky, Rz. Januari 2019. Konsep Pendidikan Karakter KH


Ahmad Dahlan Dalam Perspektif Tokoh Muhammadiyah, JURNAL
SALIHA. VOL.2, No. 1.

Wawancara dengan Reza, Gus, Putra KH. Yusuf Hasyim, Tebuireng 11 Februari
2023.

Wawancara dengan Haqim, Lukmanul, Santri KH. Yusuf Hasyim, Tebuireng 12


Februari 2023.

Wawancara dengan Muhsin, Santri KH. Yusuf Hasyim, Tebuireng 15 Februari


2023.

Yasin, Mubarok, A dan Karyadi, Fathurrahman. 2011. Profil Pesantren Tebuireng


(Jombang: Pustaka Tebuireng, 2011), Cet 1.

Yusuf, Hidayat, M, Halwan, Hidayat. 2007. Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka
Ikapete,) Cet 2.

Yamin, Martinis dan Maisah. 20012. Orientasi Baru Ilmu Pendidikan (Jakarta:
Ciputat Mega Mall B22, 25 & C15).

Zawawi, Imron. 2007. Sang pejuang Sejati (Jombang: Pustaka Ikapete), Cet 2.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. WAWANCARA
1. Gus Reza (Putra KH. Yusuf Hasyim)
“Cerita ini di mulai dari bapak ( kh. Yusuf Hasyim) ketika pensiun dari tentara
sebagai Prawira Letnan 1, dan beliau juga aktif di ANSOR. Beliau ,elihat bahwa anak-
anak ANSOR kurang bisa menyaingi di karenakan lawan politiknya waktu itu adalah
PKI, pemuda-pemuda PKI waktu itu lebih pinter menguasai diskusi di panggung.
Akhirnya ketika beliau menjabat pengasuh ponpes Tebuireng setelah kakaknya (KH.
Kholiq Hasyim) wafat, meskioun waktu itu beliau masih pengen meneruskan karirnya di
politik tapi karena desakan keluarga dan kiyai-kiyai sepuh di jombang, akhirnya beliau
menerima jadi pengasuh pesanren Tebuireng, dan yang pertama kali di ajarkan di
antaranya yaitu kebebasan mimber karena di tiap-tiap daerah atau komplek itu
mempunyai organisasi daerah, organisasi komplek, dan itu bebas mengeritik pengurus
dan pengasuh. Tujuan di adakan nya pembebasan member itu karena anak-anak ANSOR
sering kalah dari aktivis" rakyat pemuda PKI, maka dari itu tebuireng di adakan
pembabasan mimbar karena dulu pernah ketika PKI mengadakan jarkon" untuk
menguasai tanah" kiyai dan pesantren. Kemudian kh yusuf dan kh mahfud junaidi
membuat conter untuk merebut paksa yang di rebut oleh PKI. Kemudian Beliau itu setiap
pulang dari jakarta mengumpulkan santri" dan guru" senior dengan mengetok bedug yang
berarti itu sudah ada kode semua santri harus berkumpul di masjid, dan itu di beritakan
isu" dan keadaan nasional yang terjadi di jakarta. Kh yusuf mempunyai insting yang kuat
dalam terjadi nya penculikan kiyai" di ponorogo. Beliau di pesantren tebuireng termasuk
orang yang mengawali mengadakan sekolah umum, SMP dan SMA karena melihat waktu
itu banyak anak" santri yang ikut sekolah ke sekolahan Kristen, dan juga beliau yang
membabat sekolah umum tujuan nya biar dalam kepemerintahan ke depan ada santri yang
menjabat dalam dunia politik. Beliau juga yang mendirikan ma'had ali dan unhasy.
Beliau juga yang membuat pagar tinggi di unit supaya anak" lebih fokus dan tidak sering
main ke luar dan untuk menghindari benturan fisik ( tawuran ), dan juga supaya tidak
gampang terprovokasi ketika ada kegiatan" semacam orkes dan lain".97
2. Bapak Lukman (Santri KH. Yusuf Hasyim)
“Beliau kh yusuf hasyim adalah kiyai yang sangat energic, kiyai yang sangat
menjaga wibawa pesantren, menjaga wibawa ulama' yang tidak mau harga diri ulama itu
di rendahkan atau rendah. salah satu contoh menjaga ghibah atau muru'ah seorang ulama
ketika menjadi pengasuh, beliau tidak pernah meminta bantuan kepada pemerintah untuk
pondok pesantren tebuireng, beliau melakukam seperti itu bahwa pesantren harus
wibawa, harus mandiri dan tidak boleh ketergantungan ke siapa pun, sekalipun beliau kh
yusuf hasyim itu sebagai tokoh ulama sekaligus tokoh politik pada saat itu dan sangat di
segani oleh siapapun karena keteguhan beliau memegang konsekuensi sebagai orang
politik demi untuk membangun bangsa ini, sekalipun mereka berbeda pandangan dengan
pemerintah, beliau tetep tegar menjalankan apa yang ada di benak hatinya, yang bener di
katakan benar dan sebaliknya, demi untuk kebaikan bangsa, salah satu contoh, beliau
mempertahankan hukum islam dalam arti memandang bahwa hukum pernikahan itu
sangat potensial untuk di pertahan kan oleh para ulama, beliaulah yang terdepan untuk
menjalankam syariat islam, kedua bahwa masa beliau menjadi dpr pada saat itu melihat
sesuatu yang di ajukan oleh pemerintah terutama tentang bahwa yangg di katakan zina
itu menurut islam melakukan hubungan antara laki" dan perempuan yang bukan muhrim
tetapi bagi pemerintah yang di ajukan saat itu, yang di katakan zina yaitu jikalau ada

97
Wawancara dengan Gus Reza, Putra KH. Yusuf Hasyim, Tebuireng 11 Februari 2023.
keterpaksaan, pdahal dalam islam tidak seperti itu, mau itu keterpaksaan mau suka sama
suka tetep zina, artinya apa ? Dampak hukum nya pemerintah menginginkan kalau
pernikahan itu suka sama suka hubungan sebelum nikah atau suka sama suka melakukan
perbuatan zina maka dia boleh di nikahkan dan ini bertentangan dengan syariat islam dan
disitulah kh yusuf hasyim dengan tokoh tokoh yang lain untuk tidak mengunggulkan itu,
itu lah beliau yang merupakan seorang ulama dan seorang politis yang tetep
mempertahankan ideologi islam, begitu juga di pesantren bahwa cara wawasan berfikir
memberikan suatu pemahaman pada santri, memperbolehkan santri untuk berbeda
pandangan. Berbeda politik, mau di partai apapun silahkan, nah itu lah keterbukaan
seorang tokoh kh yusuf hasyim, beliau pernah bilang silahkan kalian berpeda pendapat
dengan saya asal jangan bakar pondok, kata" itu menjadi semangat buat para santrinya.
Dan juga pada waktu zaman beliau di perbolehkan untuk mengeritik pengasuh, Maka
tidak heran kalo santri tebuireng di manapun itu mampu untuk bersosialisasi Mampu
untuk berbeda dengan orang tetapi tidak menjadi perpecahan, Santri" saat itu termotivasi
karena di samping beliau menjadi tokoh nasional, akhirnya kader" tebuireng itu setelah
pulang banyak yang ikut jejak nya kh yusuf hasyim. Kh yusuf hasyim mendoktrin kepada
santri yaitu salah satu keberhasilan itu adalah disiplin. Beliau lebih menomer satukan
disiplin dalam pendidikan.”98
3. Bapak Muhsin (Santri KH. Yusuf Hasyim)
“Kyai Yusuf dilahirkan dipondok Tebuireng, anaknya kyai hasyim asy’ari.
Yang terakhir bersama bu nyai yang dari sewulan madiun itu anak yang terakhir, anak
pertamanya nyai khoiriyah.”
“Kyai Yusuf itu dibesarkan ditebuireng dan melanjutkan studi mondok di
pondok krapyak yogya, ijazahnya waktu beliau masuk menjadi anggota DPR tercatat
alumni Tsanawiyah krapyak Yogyakarta, jaman kyai yusuf muda itu tidak ada aliyah,
Tsanawiyah itu tingkatan paling tertinggi pada masa itu.”
“Lalu beliau besar dan lama dimiliter, setelah akhir masa perjuangan fisik,
beliau keluar dari militer dengan pangkat letnan 1, lalu beliau aktif di partai NU dan lama
menjadi pengurus besar NU, Beliau pernah menjadi ketua GP ansor, dan termasuk orang
yang mendirikan dan memperkasai banser, waktu itu tokoh-tokoh NU butuh semacam
pergerakan dan kegiatan remaja tujuannya supaya aktifitasnya terarah. Kalau di NU itu
sebenarnya ada banyak aktifitas seperti, dikampung kampung itu ada jamiyah NU, dan
kegiatan aktifitas rohaninya yaitu ada diba’an, yasinan, tahlilan, dan banyak lagi. Semua
itu berjalan secara turun temurun alias secara suka rela tapi semua itu mengatas namakan
NU. Sebelum ada NU sebenarnya sudah ada tahlilan tapi berkembang setelah NU lahir
dan begitu NU lahir maka gerakan yasinan tahlil itu berkembang pesat, dan pertama
berkembang itu di jawa ini. Kyai yusuf hasyim itu banyak aktif di NU begitu kyai kholik
wafat, kyai kholik itu kakaknya kyai yusuf hasyim, tahun 65 itu meningggal dan waktu
itu kyai yusuf hasyim di militer lalu ditarik pulang oleh keluarga, di haruskan pulang
untuk menjadi pengasuh dipondok tebuireng itu tahun 65.”
“Di dalam dunia militer beliau disegani walaupun masih muda karena beliau
putranya kyai hasyim dan turunan pondok pesantren. Lalu beliau pulang dan memimpin
pondok ini, waktu itu termasuk pikirannya seperti ini dulu, kan belum ada universitas dan
belum ada perpustakaan, belum ada SMP SMA lalu beliau memperbaiki manajemen
pendidikan pondok pesantren, kurikulum itu diperbaiki pada tahun 1966, di jadi dijawa
timur kan pondok ada 3 macam, ada pondok salaf seperti lirboyo, ploso Kediri, ada
pondok modern seperti gontor, dan ada yg campuran seperti tebuireng itu ada kurikulum
umum ada kurikulum agama. dan semua itu sejak ada kyai yusuf, pesantren yang

98
Wawancara dengan Bapak Lukmanul Haqim, Santri KH. Yusuf Hasyim, Tebuireng 12 Februari 2023.
menggabungkan antara kurikulum departemen agama dengan kurikulum salaf, artinya
depertemen agama itu tsanawiyah aliyah tapi masih tetap warna agamanya pondok itu
baru kelihatan tapi sudah bergabung dengan kementrian agamanya. Kemudian yang
kurikulum salaf pondok pesantren mempertahankan sistem pengajian yaitu pengajian
kitab, tadarus, sorogan, dan tebuireng sampai sekarang itu adalah pesantren yang
menggabungkan antara 2 model kurikulum. jadi sekarang itu kurikulum tebuireng garis
besar ada 3 yaitu: 1. SMA SMP yg nurni itu, 2. tsanawiyah aliyah, dan 3. kurikulum
khusus yaitu mualimin dan mualimat. dan tujuannya di adakan SMA itu untuk mencetak
kader-kader sains dan teknologi, sedangkan tsanawiyah aliyah untuk mencetak kader
agama, mualimin dulu programnya untuk mencetak kyai dan meneruskan ke ma’had aly
dan itu untuk mencetak ulama. Semua itu adalah program kyai yusuf.”
“Ma’had aly itu diresmikan 26 juni 2006 berarti itu dulu pemikirannya kyai
yusuf. Dan dulu sempat ada komentar bahwa santri tebuireng kurang bisa membaca kitab
dan sampe sekarangpun begitu tapi kalau yang di SMA tidak rajin ngaji ya tidak bisa
tetapi kalau rajin mengaji ya bisa. Makanya tebuireng itu kurikulum nya ada 2, umum
dan tidak, tebuireng ada 3 jalur itu dulu ide kyai yusuf, dan diteruskan kyai sholah yang
pengalaman pendidikannya lebih luas daripada kyai yusuf jadi semua pendidikan itu
diperbaiki jadi kurikulum tsanawiyah aliyah juga diperbaiki, kurikulum SMP SMA juga
diperbaiki termasuk untuk yg mualimin ma’had aly dan termasuk ke unhasy juga banyak
diperbaiki.”
“Kyai yusuf itu termasuk kyai yang pemberani, program-program pemerintah
yang menyimpang dengan islam itu ditentang oleh kyai yusuf dan komandonya beliau,
contohnya tahun 1994 itu pernah lahir UU yang dikumandangkan oleh mentri prof Dr.
Sunawar Sukowati, S.H mengumandangkan UU perkawinan dan ada istilah tukar cincin,
itu yang nentang kyai yusuf, sebelum nikah itu sudah tukar cincin, belum resmi jadi
suami tapi sudah tukar cincin dan seakan akan sudah jadi suami, itu ditentang oleh kyai
yusuf, pada orde baru kelompoknya pak harto itu kyai yusuf itu dianggap menentang
UU perkawinan tapi yang ditentang itu hanya sebagian kecilnya saja lalu direhab direvisi
jadi diundangkan sampai sekarang, makanya acara tukar cincin itu dihilangkan.”
“Lalu ditahun 78 atau 79 pemerintah mampu memberikan pinjaman uang
kepondok-pondok besar jawa timur semua mau dan tanpa bunga, hamper semua pondok-
pondok nerima, tetapi kyai yusuf merasa keberatan dengan adanya tidak menggunakan
agungan itu gunanya itu pribadi kyai eksistensi pondok pesantren dan nanti tidak bisa
mengembalikan peminjamnanya itu banyak-banyak pasti tidak bisa mengembalikan
nanti yang jatuh itu nama pondok pesantren itu. Dan kyai yusuf tidak setuju, dan ada
salah satu pondok pesantren yang meminjam dan ternyata betul tidak bisa
mengembalikan dan akhirnya pondok dan nama kyainya akhirnya tercemar gara-gara itu,
lalu beliau jadi pengasuh pondok ditebuireng itu mendirikan universitas hasyim asy’ari
ditahun 1967, lalu ditahun 1974 mendirikan perpustakaan wahid hasyim, dan SMP SMA
tahun 1975, lalu mendirikan pusanda pusandi organisasi pemerintah itu tahun 77, mulai
tahun 79 kyai yusuf itu pernah mengadakan seminar tentang eksistensi pendidikan
dipondok pesantren, diantaranya ada professor abdul hafid, prof rosyidan, prof mukti ali,
yang intinya tebuireng itu ingin maju pada lembaga lembaga pendidikan dan mempunyai
gedung sendiri-sendiri. dulu dari MI sampai perguruan tinggi itu didalam pondok semua
tidak ada yang diluar, sarannya kyai yusuf itu kecuali memperbaiki kurikulum kampus
itu ada sendiri-sendiri dulu kan gantian, jadi pada tahun 1979 itu membangun SMA lalu
menambah membangun aliyah, pada tahun 83 mendirikan tsanawiyah dan yang terakhir
itu SMP, perguruan tinggi itu masih didalam pondok dan itu semua program kyai yusuf.
dari bidang politik beliau memperkasai hal-hal yang benar dan menentang hak yang
salah, dipendidikan beliau mengembangkan kurikulum dan menggabungkan kurikulum
agama dan umum, terus dari segi fisik tadi bisa membuat komplek pendidikan, semua itu
karya kyai yusuf karna beliau pengasuh terlama ditebuireng yaitu 36 tahun tapi paling
lama kyai hasyim yaitu 49 tahun.”
“Dulu kata kyai hasyim guru mengajar itu tidak boleh lapar, keuangannya itu
dijaga jangan sampai manajemennya rusak dan manajemen keuangan itu supaya diatur,
yang ke 3 pesantren itu supaya mandiri jangan bergantung kepada pemerintah makanya
satu-satunya pondok dijombang yang tidak ada sekolah negerinya kan hanya ditebuireng
itu pikiran kyai yusuf tahun 69-75 di tawarkan sekolah swasta di negrikan soalnya kalau
sudah jadi negeri kurikulumnya tidak bebas, sekarang sudah dirasakan ini di pondok
tebuireng itu termasuk pondok bebas sehingga kalau libur itu ikut pondok.”
“Kyai yusuf itu mempertahankan pengajian dipondok harus ada semuanya, ada
juga yang kyai ngaji santri mendengarkan, ada sorogan, santri yang membaca dan kyai
yang membenarkan. Makanya sampai sekarang tebuireng itu sekolah apa saja pasti ngaji
dari tsanawiyah aliyah ngaji dan meskipun SMP dan SMA itu programnya harus bisa
ngaji, itu dulu pikiran kyai yusuf. Dan ada beberapa santri kyai yusuf yang menjadi
politikus juga, dan pesan kyai yusuf itu jangan sampai merugikan masyarakat. Dan putra
beliau yang ikut itu gus irfan. Gus irfan itu dulu ikut PKU pada tahun 99 lalu tahun 2014
ikut PPP konon dan sekarang Gerindra. Gus irfan menjadi sekertaris yayasan tetapi beliau
tidak aktif itu tujuannya agar meneruskan perjuangan kyai yusuf, tetapi beliau kurang
aktif karena ada kegiatan lain. Dan akhirnya yang diangkat bendahara oleh kyai yusuf
adalah pak muhsin sampai kyai yusuf meninggal selama 26 tahun. sampai kepengasuhan
gus sholah karena bendaharanya belum ada yang menggantikan jadi tetap pak muhsin
selama 6 tahun menjabat sebagai bendahara itu 32 tahun, dan akhirnya gus sholah
diangkat menjadi rektor, lalu gus sholah mengutus pak muhsin untuk menjadi sekertaris
dipasca sarjana unhasy sampai 3 periode yaitu 13 tahun. Jaman dulu sebelum kyai yusuf
meninggal beliau sering memberi tahu situasi pemerintahan, situasi politik. Jadi santri
tebuireng tahu situasi negara.”
“Kyai yusuf itu ingin menularkan ilmu politik ke santri-santrinya tujuannya biar
tidak ikut rame rame di politik dan hanya focus belajar, kalau mau berpolitik nanti saja
setelah selesai belajar tetapi jangan semua dipolitik ada juga yang di umum, ada yang
pejabat dan banyak juga yang pejabat, banyak yang wiraswasta, ada yang guru. Jadi pak
muhsin banyak pengalaman tentang lika liku perkembangan pesantren, lalu pak muhsin
juga dekat dengan Gus dur karena beliau satu kantor selama 5tahun ditebuireng. Gus dur
tahun 1973 diangkat sekretaris pondok tebuireng dan lama berkecimpung dipesantren.
Pada saat itu gus dur sudah mempunyai anak dan lahir di Jombang. Semasa hidup gus
dur, pak muhsin banyak membantu beliau dikarenakan masih muda, bujang, dan tenaga
yang kuat. Pak muhsin berasal dari Demak dan sudah menikah saat menjadi dosen, kepala
perpustakaan, bendahara pondok, sekretaris pusat data, jadi di lapangan pengalaman
sudah luas. Pesan pak muhsin jika ingin mengabdi ditebuireng ikhlas sajalah dengan
syarat belajar sungguh sungguh.”
“Lulusan pesantren masih diperdebatkan untuk langsung menjadi pegawai di
Indonesia dikarenakan eksistensinya atau secara kelembagaan tetapi secara ilmu lebih
tinggi dengan pendidikan agama seperti di Ma’had Aly. Lembaga perguruan tinggi yang
benar itu hadist ya mengabdi ke hadist, tafsir ke tafsir. Sekarang diuniversitas ngambang
semua, tidak sedalam ma’had aly dari tafsir sampai kitab-kitabnya, kalo universitas
umum tidak mengetahui secara mendalam dan rujukannya. Tapi tidak bisa disalahkan,
karena di ma’had aly syaratnya bisa atau lancar baca kitab tetapi universitas lain termasuk
unhas tidak ada sehingga setelah lulus tidak ada yang bisa baca kitab di karenakan
kurikulum yang berbeda. Ibu kyai ilyas masih besanan kyai hasyim, jadi kyai ilyas
keponakan kyai hasyim, makanya ketika sama-sama menjadi pengurus pondok kyai ilyas
dan gus wahid sebaya. Ketika kyai ilyas mondok dikenal dengan kepintarannya sudah
mengusai manajemen pesantren dan tidak heran lama-lama menjadi menteri agama. Istri
beliau masih hidup sampai saat ini dan menyumbangkan pembangunan perpustakaan
aliyah. Rektor pertama kyai ilyas, setelah meninggal digantikan pak toha mansur dari
madura adik dari usman mansur yang mendirikan unisma, kemudian digantikan heri
samsuri kemudian digantikan oleh fauzi makarin, setelah itu pak Mansur diganti gus
solah. Buku tentang kyai yusuf berjudul “Sang Pejuang Sejati” ditulis ketika beliau
meninggal. Mahasiswa kesulitan dalam menemukan referensi sebagai bahan penelitian
terkait kyai yusuf dikarenakan memang tidak ada mengeluarkan buku serta tidak ada
orang lain yang mendeskripsikan atau menulis tentang beliau.”
“Kyai yusuf termasuk orang yang dekat dengan wartawan karena sering
mengeluarkan ide/isu keislaman melalui koran/majalah. Kyai yusuf mempunyai
pemikiran santri tidak akan luas ilmunya kalo hanya menerima ilmu secara lisan. Secara
lisan itu penting dan pokok tetapi perluasan ilmu tersebut di cari dibuku dan kitab, jika
kita mendengarkan dari kitab fikih, bahwa syarat kukuhnya ilmu ada enam, tetapi di Al-
Quran ada empat meliputi wajah, tangan, kepala dan kaki. Itu untuk pintar harus cari
diperpustakaan ada enam, yaitu niat, tertib jika digabungkan ada hadis innamal ‘amalu
binniat maka syaratnya adalah niat, jadi bisa jadi enam dan epat karenakan dari wajah,
tangan, kepala, rambut, kaki harus tertib. Kalo bisa diperdalam dan membuat pintar. Kalo
dulu buku tertutup tidak ada yang baca tetapi jika dibebaskan habis, maka mendirikan
perpustakaan. Jadi buku bisa dibaca untuk perluasan ilmu tetapi tidak hilang sehingga
adanya perpustakaan.”
“Teori pendidikan perlu digali terlebih dahulu terkait tiga kurikulum sehingga
dipesantren ada formal, informal, dan non formal. Pendiri pesantren terdahulu ingin
menggabungkan ketiganya terdiri dari pendidikan formal, informal adalah rumah tangga
dan non formal itu luar sekolah. Inilah cara pesantren bagaimana agar santri yang tinggal
yang rumahnya jauh itu ada pendidikan rumah tangganya seperti ada orang tua yang
mengawasi yaitu ustad dan kyai termasuk kyai hasyim dan kyai yusuf. Dan hal ini tertera
di buku “Sang Pejuang Sejati” dan disarankan oleh kyai yusuf sebagai keamanan pondok
yang bertugas sebagai wakil orang tua dalam informal tersebut. Artinya begini, dipondok
itu santri jauh dari rumah sehingga kyai hasyim dan kyai yusuf membuat agar suasana
dekat orang tua, dengan mendidik anak berperan sebagai rumah tangga, kemudian non
formal apa yang didapat dipondok maupun sebaliknya bisa diperoleh melalui organisasi
daerah (ORDA). Dahulu setiap malam selasa ORDA selalu berkumpul dikompleks
dengan arti pondok itu menampung formal, informal dan nonformal, jika digabungkan
akan menjadi santri yang KAPA. Pendidikan rumah tangga yang mendasari akidah,
keimanan rumah tangga, dan perndidikan disekolah hanya memperluas. Makanya Ki
Hajar Dewantara sederhana pemikirannya, dimana ibu sebagai pendidik yang pertama
jadi bukan guru dengan pengajaran akidah dan akhlak. Karena satu kesatuan terdiri dari
ayah, ibu dan anak maka madrasah pertama itu rumah tangga. Ilmu jangan dibedakan
karena sumbernya jadi satu.”99

99
Wawancara dengan Bapak Muhsin, Santri KH. Yusuf Hasyim, Tebuireng 15 Februari 2023.
B. DOKUMENTASI

Wawancara dengan Bapak Muhsin, Salah satu santri KH. Yusuf Hasyim

Piagam Dari H. Moh Iljas kepada KH. Yusuf Hasyim atas resmi di buka nya UNHASY
Wawancara di Kediaman Gus Irfan, Putra KH. Yusuf Hasyim

Piagam Yang di berikan H. Moh Iljas kepada KH. Yusuf Hasyim


Pemberian Buku tentang KH. Yusuf Hasyim dari Gus Reza, Putra KH. Yusuf

Tanda Tangan Gus Reza di dalam buku tentang KH. Yusuf Hasyim

Anda mungkin juga menyukai