Anda di halaman 1dari 4

artikel

Anemia Gizi serta Tinjauan Perspektif


Tehnologi Intervensinya
Dr.Muhilal * & Dr.Darwin Karyadi **

* Kepala Divisi Biokimia Gizi, Puslitbang Gizi.


** Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Dep.Kes.

PENDAHULUAN EFEK YANG TIMBUL KARENA ANEMIA


Anemia gizi merupakan salah satu dari empat masalah gizi Pada wanita hamil anemia gizi yang berat dapat menimbul-
utama di Indonesia. Anemia gizi dapat timbul karena keku- kan meningkatnya angka kesakitan dan kemungkinan risiko
rangan salah satu atau beberapa zat gizi yang diperlukan untuk lain yang harus diderita oleh janin. Untuk anemia yang lebih
pembentukan hemoglobin seperti antara lain besi, vitamin ringan ada kemungkinan menyebabkan berat-badan-lahir bayi
B 12 , asam folat, protein, vltamin C. Penelitian-peneIitian di rendah.
Indonesia yang didasarkan atas analisa biokimia menunjukkan Pada anak sekolah anemia gizi dapat menyebabkan kurang-
bahwa penyebab utama anemia gizi adalah zat besi. Hal ini nya konsentrasi belajar dan dengan sendirinya akan mengaki-
dapat dilihat dari kadar serum besi yang rendah dan serum batkan rendahnya prestasi belajar.
mampu ikat besi lebih tinggi dari normal (1 ).
Hasil ini diperkuat oleh hasil penelitian lain di mana kelompok Hasil kerja pekerja/buruh dipengaruhi berbagai hal, antara
penderita anemia gizi bila diberi suplementasi zat besi menun- lain kekuatan otot, kekuatan jantung, banyaknya Hb yang ber-
jukkan perbaikan yang bermakna terhadap keadaan anemia edar daIam tubuh. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
gizi (2). Pada golongan pekerja berpenghasilan rendah didapat- kerja tersebut adalah kadar Hb daIam darah. PeneIitian lang-
kan bahwa infestasi cacing tambang memainkan peranan yang sung untuk mencari korelasi antara rendahnya kadar Hb
penting dalam timbuInya anemia. Bagaimana besar dan luasnya dengan hasil kerja menunjukkan bahwa pekerja yang kadar
"
masalah anemia glzi di Indonesia serta tinjauan perspektif Hb-nya rendah hasil kerjanya ("work output ) lebih rendah,
teknologi intervensinya akan dibahas dalam tulisan ini. meskipun untuk tiap jenis pekerjaan sudah ada faktor adaptasi.
HaI ini dapat dimengerti karena rendahnya Hb akan mem-
pengaruhi banyaknya oksigen yang dapat diangkut ke otot-
BESAR DAN LUAS MASALAH
otot yang sangat membutuhkan oksigen tersebut untuk peru-
Untuk penentuan apakah seseorang menderita anemia di- bahan energi waktu bekerja keras.
dasarkan pada kriteria WHO (1968) iaIah bila kadar hemoglo- D. Karyadi (1974) mengamati bahwa dengan uji naik turun
bin (Hb) darah dibawah nilai seperti yang tercantum di bawah bangku (Harvard Step Test) perbedaan bermakna pada pekerja
ini (3) pria baru terlihat bila kadar Hb Iebih rendah dari 11 g %. (2).
Anemia gizi yang menimpa anak prasekolah dapat menye-
— laki-laki dewasa 13 g %
babkan meningginya angka kesakitan dan anak lebih mudah
— wanita dewasa 12 g %
— wanita hamil 11 g % mendapat infeksi. Salah satu mekanisme dalam memerangi
— anak sekolah 12 g % bakteria yang masuk kedalam tubuh ialah yang dilakukan oleh
— anak prasekolah 11 g % sel darah putih yang antara lain melalui aktivitas enzima
myeloperoxidase. Pada anemia gizi besi enzim ini menurun
Metoda penentuan Hb yang dianggap paling teliti sampai jumlahnya dan akan naik lagi bila anemia gizi besi tersebut su-
saat ini ialah dengan cara cyanmethemoglobin di mana warna- dah dikoreksi.
nya cukup stabil untuk beberapa minggu. Berdasazkan hasil
penelitian terserak selama ini disimpulkan bahwa prevalensi KEBUTUHAN ZAT BESI
anemia gizi untuk wanita hamil sekitar 70%, untuk anak pra-
sekolah sekitar 40%, pekerja berpenghasilan rendah 30 — 50% Kebutuhan zat besi bila dilihat dari banyaknya zat besi
dan anak sekolah (SD) sekitar 30% (4). yang diserap saja sebetulnya sangat rendah. Untuk seorang la-

Cermin Dunia Kedokteran No.18, 1980 7


ki-laki dewasa dibutuhkan hanya 1 mg/orang/hari. Masalahnya Kebutuhan per hari berupa 12,5 mg besi yang dapat diserap.
ialah bahwa banyaknya zat besi yang dapat diserap tubuh dari KaIau diperkirakan sekitar 10 — 15 % suplement besi dapat di-
bahan makanan umumnya sangat rendah. Hasil penelitian me- serap, kandungan besi dalam pil tersebut yang diberikan tiap
nunjukkan bahwa prosentasi zat besi yang dapat diserap untuk hari sekitaz 100 mg.
beras 1%, kedelai 6%, jagung 3%, ikan 11% dan hati 13% (5). Keluhan yang timbuI dari ibu-ibu yang diberi pil besi beru-
Faktor yang menghambat penyerapan zat besi antara lain ben- pa nausea, sakit lambung dan muntah yang berhubungan
tuk zat besi (non haem dan ferri), phytat, oxalat; sedang fak- dengan "saluran pencernaan bagian atas " serta diare dan
tor yang mempermudah penyerapan zat besi antara lain konstipasi yang berhubungan dengan "saluran pencernaan
protein hewani, vitamin C, sistein, besi haem dan besi bentuk bagian bawah."
ferro. Kekurangan zat besi dapat disebabkan oleh karena ba-
nyaknya zat besi dalam bahan makanan rendah atau karena KeIuhan yang timbul yang berhubungan dengan saluran
penyerapan besi oIeh tubuh sangat rendah. Karena menu pencernaan bagian atas dapat dikurangi bila dipakai pil besi
rata-rata orang Indonesia protein hewaninya rendah maka yang sifatnya slow release. DaIam pemakaian pil besi slow
release ini masih ada beberapa haI yang menjadi pertanyaan
absorpsi zat besi akan rendah puIa. Apalagi makanan pokok
yang dipakai umumnya beras yang banyak mengandung antara Iain (i) efektivitas dan (ii) harga yang Iebih mahal.
phitat yang dengan sendirinya sangat mempengaruhi absorpsi PeneIitian mengenai efektivitas tidak dapat dikerjakan
zat besi tersebut. dengan cara in vitro ; satu-satunya jaIan iaIah dengan cara
in vivo. Bila yang dipakai adaIah binatang percobaan hasilnya
Mengingat begitu banyak hal yang mempengaruhi penyerap-
nanti belum tentu sesuai dengan manusia karena mungkin ada
an zat besi maka sukar untuk menilai kecukupan zat besi bila
perbedaan fisioIogik dari penyerapan. Karenanya peneIitian
hanya didasarkan pada konsumsi zat besi dari makanan. harus dilakukan pada manusia. Karena penelitian ini sifatnya
KeIompok Ahli FAO/WHO (1978) menganjurkan angka positif dan yang termasuk dalam sampeI sama sekali tidak di-
kecukupan zat besi per orang per hari bila konsumsi energi rugikan, malahan mendapat keuntungan diperhatikan kese-
dari hewani kurang dari 10% dari total energi sebagai berikut: hatan dan keadaan anemianya, maka penelitian efektivitas pil
untuk anak umur 1—9 tahun 10 mg, pria dewasa 9 mg, wanita besi slow release ini akan dilakukan pada ibu hamil di Indone-
remaja 24 mg, wanita berumur 20 — 39 tahun 28 mg, wanita sia. PeneIitian ini akan dijalankan atas kerja sama Badan
hamiI 30 mg, wanita menyusui 32 mg. Angka kecukupan ini Litbang Kesehatan dengan Fakultas Kedokteran Universitas
teIah diadaptasi untuk anjuran kecukupan di Indonesia. Diponegoro. HasiI peneIitian diharapkan dapat menjawab ten-
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi tang (i) keefektifan pil besi slow release dalam mengoreksi
di Indonesia masih tinggi, hal ini menggambarkan bahwa angka keadaan anemia ibu hamiI dan (ii) efek samping pil besi
kecukupan yang dianjurkan secara riil belum dicapai. Karena slow release tersebut dibandingkan dengan pil besi dari Unicef
itu perlu dilakukan penanggulangan khusus dengan cara in- maupun produksi dalam negeri.
tervensi. Tentang harga pil besi slow release ini meskipun lebih ma-
haI dari pil besi biasa tetapi harus dilihat kemungkinan bahwa
PERSPEKTIF TEKNOLOGI INTERVENSI
pil tersebut tidak banyak dibuang-buang oleh ibu-ibu bersang-
kutan karena efek samping yang mungkin sangat minim.
Suplementasi
Cost benefit yang memperhitungkan semua faktor perlu di-
SupIementasi dijalankan dengan memberikan zat gizi yang perhatikan sebelum keputusan tentang program yang lebih
dapat menolong untuk mengoreksi keadaan anemia gizi. Ka- luas dijalankan. PeneIitian ini sudah selangkah maju untuk
rena menurut hasil penelitian anemia gizi di Indonesia sebagian mencari alternatif teknologi intervensi untuk masa-masa yang
besar disebabkan oIeh kekurangan zat besi, maka suplementasi akan datang.
dapat dijalankan dengan memberikan pil besi yang banyak di-
Penelitian pemakaian liquid form dari zat besi untuk di-
produksi dan mudah diserap, ialah dalam bentuk sulfas ferro-
berikan pada anak prasekoIah secara masaI di lapangan belum
sus. Contoh pil besi produksi dalam negeri ialah sulfas ferro-
pernah dijalankan. Tetapi untuk anak prasekolah ini defisiensi
sus dan neo-sulfas ferrosus. Dalam neo-sulfas ferrosus selain
vitamin A menjadi masalah gizi utama dan hasil-hasiI peneli-
sulfas ferrosus ditambahkan asam folat dan vitamin B 12 . Seca-
tian mutakhir ada tendensi yang menyatakan bahwa perbaikan
ra teoritis dapat dihitung banyaknya pil yang harus diberikan
status vitamin A secara tidak langsung mengoreksi juga keada-
untuk koreksi keadaan anemia, misalnya untuk wanita pada
an anemianya. Karenanya khusus tentang teknologi intervensi
kehamilan 24 minggu dengan Hb sekitar 8 g % dan berat ba-
anemia gizi untuk anak prasekolah ini akan dibahas pada ba -
dan sekitar 50 kg di mana pil diberikan selama 100 hari (6) :
gian lain dari naskah ini.
— kehilangan besi basal 100 x 1 mg = 100 mg
Mengingat tingkat pengetahuan masyarakat kita pada
— kebutuhan besi untuk janin + plasenta = 250 mg umumnya belum dapat dikatakan tinggi, maka pemberian pil
— kebutuhan besi untuk penambahan Hb besi untuk yang membutuhkan sebaiknya berupa satu pil
selama kehamilan = 500 mg perhari.
— kebutuhan besi untuk menaikkan kadar
Hbdari8g%menjadil2g% = 400mg Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa zat besi
merupakan penyebab utama dari kejadian anemia, kemung-
Total kebutuhan selama 100 hari = 1250 mg kinan tetap masih ada bahwa asam folat belum mencapai ke-

8 Cermin Dunia Kedokteran No.18. 1980


cukupan yang dianjurkan. Karenanya disarankan dalam in- Suatu senyawa yang cukup murah dan mungkin banyak
tervensi penanggulangan anemia gizi besi ini diberikan pil terdapat dipasaran pada masa yang akan datang adalah ferro
besi yang mengandung 0,5 mg asam folat. disodium ethylenediaminetetra-acetate (EDTA). Daya serap
zat besi dari senyawa ini cukup baik. Tetapi penelitian lebih
Penyampaian suplementasi besi dapat dilakukan melalui
mendalam diperlukan untuk mencegah timbulnya efek sam-
jaringan pelayanan kesehatan yang ada, antara lain pelayanan
ping yang membahayakan.
gizi minimal melalui UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga),
PHC (Primary Health Care) dan integrasi program KB — Gizi. Pelaksanaan fortifikasi tingkat nasional harus melibatkan
banyak Departemen dalam pemerintahan, antara lain Depar-
Fortifikasi temen Kesehatan menentukan kadarnya, Departemen Perin-
Kenyataan menunjukkan bahwa tidak mudah menjalankan dustrian yang menangani proses fortifikasinya, sedang Depar-
program suplementasi dengan pil besi pada sasaran yang di- temen Perdagangan menangani penyalurannya.
harapkan (terutama ibu hamil). Hal ini disebabkan antara lain Keuntungan fortifikasi ini ialah bahwa zat besi dapat men-
oleh (i) sebagian atau sebagian besar sasaran tidak terjangkau capai sasaran untuk semua golongan umur termasuk anak
oleh program, (ii) ibu yang bersangkutan tidak merasakan balita yang tidak mungkin diberi zat besi berupa pil.
kebutuhannya karena tidak merasa sakit, (iii) efek samping
Sampai saat ini belum pernah dijalankan program fortifi-
yang dapat menyebabkan ibu-ibu enggan minum pil besi ter-
kasi yang sifatnya nasional.
sebut, dan (iv) kelalaian untuk minum pil setiap hari.
Mengingat hambatan-hambatan tersebut perlu dipikirkan HUBUNGAN DEFISIENSI VITAMIN A DAN ANEMIA GIZI.
cara pemberian yang lebih pasti dalam mencapai sasaran. Sa- Akhir-akhir ini telah beredar beberapa publikasi yang me-
lah satu cara yang lebih terjamin agar zat besi mencapai sa- nyoroti hubungan antara defisiensi vitamin A dan anemia
saran antara lain dengan fortifikasi. Dalam fortifikasi bahan gizi. Data lapangan dari Majia dkk. (1977) menunjukkan ada-
makanan dengan besi ini ada berbagai hal yang perlu dipertim- nya korelasi kejadian di lapangan antara defisiensi vitamin A
bangkan, antara lain :(i) bahan makanan yang difortifikasi, dan anemia (8). Malahan dilaporkan juga sukarelawan yang
dan (ii) bentuk zat besi yang difortifikasikan. menjadi anemik kazena diitnya sengaja dikurangi vitamin A-
nya; mereka tidak dapat sembuh dari anemia waktu diberi
Persyaratan untuk bahan makanan antara lain dikonsumsi suplementasi besi, tetapi dapat naik Hb-nya setelah diberi
sebagian besar penduduk yang membutuhkan, produksinya vitamin A. Mekanisme yang jelas mengenai peranan vitamin A
tersentralisir dan konsumsinya cukup merata di antara pen- dalam anemia ini belum terungkapkan, tetapi beberapa data
duduk. Bahan makanan yang mungkin memenuhi persyaratan Iapangan dan percobaan laboratorium menunjukkan adanya
di atas antara lain tepung terigu, "monosodium glutamat"
hubungan (9).
(MSC), gula dan garam. Masing-masing bahan makanan ada
faktor-faktor yang merugikan dan menguntungkan. Penelitian- Di Indonesia sendiri ada beberapa data yang diolah untuk
penelitian dan beberapa program yang sudah berjalan di be- mengetahui hubungan antara anemia dan defisiensi vitamin A
berapa negara memakai tepung terigu atau garam sebagai ini, seperti telah dilaporkan oleh Muhilal dan D. Karyadi dalam
bahan makanan yang difortifikasi. Di Indonesia sendiri for- "INACG Meeting " (International Nutritional Anemia Consul-
tifikasi garam dengan zat besi sudah dicoba programnya pada tative Group) di Rio De Janeiro 1978 yang menunjukkan ada-
berbagai perkebunan. nya korelasi antara defisiensi vitamin A dan anemia gizi (10).
Intervensi dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi
Komposisi zat besi yang umumnya dipakai untuk fortifi-
selain meningkatkan status vitamin A juga menaikkan kadar
kasi ialah ferro-sulfat (FeSO 4 ) berupa FeSO4 . 2H2O ataupun
Hb secara bermakna. Demikian juga penelitian lain yang mem-
FeSO 4 . 7H2 0. Bila dipakai FeSO 4 . 7H2 O sebagian zat air berikan karotin dan vitamin A pada anak prasekolah di dekat
dapat merembes ke bahan yang kering sehingga menjadi lem-
Bogor menunjukkan bahwa kelompok anak yang vitamin A-
bab. Ferro sulfat adalah bentuk senyawa zat besi yang paling
nya naik secara bermakna, hemoglobin-nya demikian juga.
mudah diserap. Hanya sayangnya senyawa tersebut tidak sta-
bil dan menyebabkan tengik dan perubahan wama. Perubahan Saat ini sedang dijalankan penelitian pemberian vitamin A
warna dan tengik ini dapat dicegah dengan menambahkan yang difortifikasikan pada garam pada anak balita yang dilaku-
Natrium hexa-meta-fosfat (NaPO 3 ) 6 dan Natrium hidrogen kan oleh Drs. Husaini, Puslitbang Gizi Bogor. Dari penelitian
sulfat (NaHSO4). Penambahan tadi tidak mempengaruhi pe- ini akan terungkap pula hasilnya, apakah akan memberikan
nyerapan dari zat besi (7 ) konfirmasi ataukah sebaliknya.
Data-data yang terkumpul sementara ini menunjukkan bah-
Besi fosfat banyak pula dipakai untuk fortifikasi tetapi se-
wa intervensi dengan vitamin A yang bertujuan menanggu-
betulnya yang dapat diserap sangat rendah.
langi defisiensi vitamin A dapat pula menaikkan kadar Hb
Garam dalam bentuk ferri, misalnya ferri piro-fosfat anak-anak tersebut secara bermakna. Bila hal ini setelah
[Fe (P2 0 7 )3 ] dan besi natrium piro-fosfat dipakai antara lain diuji lagi, nanti terbukti benar akan ada peluang yang sangat
untuk fortifikasi makanan bayi. Hasil penelitian keefektifan- menarik karena intervensi dengan vitamin A dapat menang-
nya yang memakai binatang percobaan maupun sukarelawan gulangi defisiensi vitamin A dan anemia gizi besi sekaligus.
masih simpang siur atau belum ada kesepakatan. Hal ini sangat menguntungkan mengingat sukamya bentuk zat
Bila ferri sulfat [Fe 2 (SO4 ) 3] yang dipakai, daya serapnya besi yang praktis yang harus diberikan pada anak prasekolah
kurang lebih sepertiga ferro sulfat. di lapangan.

Cermin Dunia KedokteranNo.18, 1980 9


PENUTUP menguntungkan.
Anemia gizi besi merupakan masalah gizi utama. Prevalensi Fortifikasi bahan makanan dengan besi masih memerlukan
yang cukup tinggi dijumpai pada ibu hamil, pekerja berpeng- penelitian dan perencanaan yang lebih matang. Untuk menga-
hasilan rendah, dan anak prasekolah. Mengingat efek negatif tasi anemia gizi besi pada kelompok yang mudah jangkauan-
yang dapat ditimbulkan oleh anemia tersebut perlu dilakukan nya (misalnya perkebunan) dapat dilakukan fortifikasi lokal.
program penanggulangannya. Hal ini juga dapat dilakukan pada suatu daerah keciI yang su-
Suplementasi dengan pemberian piI besi dapat diberikan dah diidentifikasi mempunyai prevalensi anemia gizi besi
pada kelompok dewasa. Mengingat efek samping yang banyak yang cukup tinggi.
timbul, kini sedang diteliti efektifitas pil besi slow release. Untuk anak prasekolah ada prospek baru yaitu pemberian
Meskipun harganya lebih mahal tetapi kalau efek samping mi- vitamin A untuk penanggulangan defisiensi vitamin A kemung-
nimal ada kemungkinan bila ditinjau dari cost-benefit lebih kinan dapat pula mengoreksi keadaan anemla gizi.

KEPUSTAKAAN

1: S MARTOATMODJO, DJUMADIAS ABUNAIN, MUHILAL, 7: World Health Organization. Technical Report Series No: 580.
M: ENOCH, HUSAINI dan S: SASTROAMIDJOJO: Masalah Control of Nutritional Anaemia with Special Reference to Iron
anemia gizi pada wanita hamil dalam hubungannya dengan pola deficiency: WHO, Geneva, 1975.
konsumsi makanan: Penelitian Gizi dan Makanan: 3, 33, 1973: 8: MAJIA, LA , R:E: HODGES, G: ARROGAVE, F. VlTERI
2: DARWIN KARYADI: Hubungan ketahanan fisik dengan keada- and B: TORUN: Vitamin A deficiency and anaemia in Central
an gizi dan anemia gizi besi. Thesis: Universitas Indonesia, 1974: American Children. Am J Clin Nutr 30 : 876, 1977.
3: World Health Organization: Technical Report Series No: 405: 9: HODGES, R:E:, H:E: SAUBERLICH, J:E: COUHAN, D:L.
Nutritional Anaemia, Report of WHO Scientific Group. Geneva WALLACE, R:B. RUCKER, L.A: MAJIA and M: MOHANRAM:
1968: Hemapoitic studies in vitamin A deficiency. Am J Clin Nutr,
4: TARWOTJO, MUHILAL, DJUMADIAS, D: KARYADI dan 31 : 876, 1977:
SUKIRMAN: Masalah gizi di Indonesia: Kertas kerja utama: 10: MUHILAL and DARWIN KARYADI: Relationship between
Widya Karya Pangan dan Gizi: LIPI: Bogor, 10 — 14, Juli 1978. serum vitamin A and hemoglobin status. Presented at INACG
5: MARTINEZ, G: and LARYSSE, M. Iron absorption from real Meeting: Rio De Janeiro, 1978:
muscle: Am J Clin Nutr 24 : 531, 1971. 11: World Health Organization: Technical Report Series No: 452:
6: INACG: Guidelines for the eradication of iron deficiency ane- Requirement of Ascorbic Acid, Vitamin D, Vitamin B12, Folate
mia: A report of the INACG meeting, Goteborg, Sweeden 1 -4 and Iron. WHO Geneva 1970:
June 1977:

Berilah mereka teladan dengan


menghentikan, atau setidak-tidaknya
mengurangi, rokok anda.

10 Cermin Dunia Kedokteran No.18, 1980

Anda mungkin juga menyukai