Anda di halaman 1dari 1

Ritual Suranan

Yogyakarta, Malam tahun baru 1 Muharam 1432 H, Kamis (6/12/2010), ini diperingati secara
meriah di sejumlah daerah di Indonesia. Kedatangan tahun baru biasanya ditandai dengan
berbagai kemeriahan, seperti pesta kembang api, keramaian tiupan terompet, maupun berbagai
arak-arakan di malam pergantian tahun. Lain halnya dengan pergantian tahun baru Jawa yang
jatuh tiap malam 1 Suro (1 Muharram) yang tidak disambut dengan kemeriahan, namun dengan
berbagai ritual sebagai bentuk introspeksi diri.
Bahkan sebagian orang memilih menyepi untuk
bersemedi di tempat sakaral seperti puncak
gunung, tepi laut, pohon besar, atau di makam
keramat. Halnya di daerah sekitar Kraton
Kasunanan Yogyakarta, masyarakat
berbondong-bondong datang di area Kraton
untuk mengikuti ritual Suranan. Di Kraton
Ngayogyakarta Hadiningrat memperingati
Malam 1 Suro dengan cara mengarak benda pusaka mengelilingi benteng kraton yang diikuti
oleh ribuan warga Yogyakarta dan sekitarnya. Selama melakukan ritual mubeng beteng tidak
diperkenankan untuk berbicara seperti halnya orang sedang bertapa. Inilah yang dikenal dengan
istilah “tapa mbisu mubeng beteng”. Bagi
masyarakat Jawa, bulan Suro sebagai awal tahun
Jawa juga dianggap sebagai bulan yang sakral atau
suci, bulan yang tepat untuk melakukan renungan,
tafakur, dan introspeksi untuk mendekatkan dengan
Yang Maha Kuasa. Cara yang biasa digunakan
masyarakat Jawa untuk berinstrospeksi adalah
dengan lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu.

Nama : Fajar Kusbiyanto


NIM : 10210059
Kelas : KPI/ C

Anda mungkin juga menyukai