Anda di halaman 1dari 5

Langkah dalam Penulisan Novel

Prinsip dasar penulisan : penugasan, pengumpulan, evaluasi, penulisan dan


penyuntingan.
1. usahakan agar kalimat rata-rata pendek, pilih yang sederhana daripada yang
kompleks, pilih kata-kata yang lazim, hindari kata-kata yang tidak perlu, beri
kekuatan pada kata kerja, tulislah sebagaimana Anda berbicara, gunakan
istilah yang bisa digambarkan oleh pembaca, hubungkan dengan pengalaman
pembaca Anda, gunakan sepenuhnya variasi, menulislah untuk menyatakan
dan bukan untuk mempengaruhi (Luwi Ishwara, 2005).
2. way of life, tujuan mulia, tidak arogan, akurat, kecepatan, jujur terhadap
kebenaran. Bekal kerja : memiliki naluri berita, observasi, keingintahuan,
mengenal berita, menangani berita, ungkapan yang jelas, kepribadian yang
luwes, pendekatan yang sesuai, kecepatan, kecerdikan, teguh pada janji, daya
ingat yang tajam, buku catatan, referensi, kamus, surat
kabar/majalah/internet/tv/radio, perbaikan demi kemajuan.

Yang patut dicatat adalah, jangan sekali-kali jadi PENULIS NAKAL. Jadi penulis
usil, bolehlah. Penulis nakal itu yakni penulis yang mengirimkan satu karya yang sama ke
banyak media dalam waktu bersamaan (menurut saya, itu sama artinya HARAKIRI,
bukan harakanan lho). Penulis nakal juga dapat didefinisikan sebagai penulis yang
mengklaim tulisan orang lain milik kita, jelaslah ini yang kemudian disebut sebagai aksi
plagiatisme.
Anda tertarik menjadi penulis artikel? Sekaranglah waktu yang tepat untuk segera
memulai, kapan lagi kalau tidak dimulai detik ini juga. Berani? Saya kira ini cukup
sebagai bahan pembuka bagi setiap orang untuk segera berkarir menjadi penulis. Kredo
dalam hati yang sejak kali pertama tertanam dalam hati saya ketika pertama kali
mengirimkan karya di media massa adalah—saya menganggap diri ini “banci” bila karya
saya tak bisa barang sekalipun bisa termuat di media massa.
Kerja mencari berita dan kemudian membuatnya bukanlah pekerjaan mudah,
sebagaimana dibayangkan sementara orang. Disamping kerja pencarian berita itu
menguras tenaga, pikiran dan perasaan, seorang penulis selain dituntut mampu
mempergunakan seluruh inderanya, juga dipaksa untuk dapat memainkan ‘mata hati’nya.

Sementara Floyd G. Arpan memberikan lima syarat untuk bisa menjadi


penulis/wartawan yang baik, diantaranya:
1. Pengetahuan bahasa memang merupakan syarat utama bagi setiap wartawan
atau jurnalis. Tanpa penguasaan terhadap bahasa, maka wartawan tidak akan
mampu menulis berita dengan baik. Untuk itu, penulis/wartawan harus
memahami bahasa (Indonesia), mengetahui atau mengerti tentang segala
aspek bahasa serta pemakaiannya dan kaya akan perbendaharaan kata.
2. Mengetahui jiwa kemanusiaan, terasa sebagai syarat yang berlebihan.
3. Berpengetahuan luas juga syarat terpenting bagi setiap wartawan. Wartawan
dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas, tidak saja pada bidang atau
permasalahan kerja yang dihadapi, tetapi juga pada masalah-masalah umum
lainnya.
4. Kematangan pikiran atau kedewasaan pandangan diperlukan bagi setiap
wartawan. Sehingga wartawan/penulis tersebut tidak bekerja secara sembrono,
asal-asalan dan seenaknya. Menurut Floyd, wartawan harus punya landasan-
landasan yang jernih mengenai etika, moral dan tanggungjawab terhadap
perkembangan tatanan nilai-nilai serta budaya masyarakat di sekitarnya.
5. Ketajaman pikiran sebagai syarat kelima yang diberikan Floyd tidak bisa
ditinggalkan begitu saja oleh setiap wartawan atau jurnalis. Wartawan/penulis
yang baik atau profesional tentu saja harus tajam pikirannya, cerdas, sigap dan
lincah menghadapi berbagai permasalahan yang ada di tengah-tengah
kehidupan masyarakat.

Kendala
Menjadi penulis saja mungkin sulit apalagi menjadi penulis (novelis) kaya.
Menjadi penulis harus memiliki motivasi yang kuat. Salah satu motivasi adalah “mencari
yang”, yakni menjadi kaya tadi. Namun tidak sedikit penulis yang menulis memang
punya motivasi menjadi “penulis, titik!”. Atau punya motivasi lain yang setiap penulis
bisa sama dan bisa berbeda.
Kemudian perlu disadari bahwa banyak kendala yang harus disingkirkan pada
saat kita mulai menulis. Terutama penulis pemula:
1. Berbagai Kendala
Ilham yang tak kunjung datang
Kebiasaan menunda-nunda
Sulit memulai
Selalu ragu
Tidak sepenuh hati
Tidak percaya diri
Kandas di tengah jalan
Tulisan tidak dimuat/diterbitkan
Dll.

2. Pastikan menulis itu punya nilai


a) Nilai kecerdasan
b) Nilai kependidikan
c) Nilai kejiwaan
d) Nilai kemasyarakatan
e) Nilai keuangan
f) Nilai kefilsafatan
g) Nilai popularitas
Kita harus percaya betul bahwa dengan membaca akan mendapatkan sesuatu. Iqra’,
bacalah! Itu perintah penting pada ayat pertama yang diturunkan Allah kepada Rasul
Muhammad. Bacalah, alam semesta yang maha luas membentang, niscaya kamu akan
mengetahui tanda-tanda kebesaran Allah. Bacalah bunga-bunga indah, bacalah gunung,
lembah, ngarai, samudera nan tak bertepi, ombak berdebur, sungai yang mengalir, batu-
batu, padang alang-alang, niscaya kamu makin tahu betapa Tuhan telah menciptakan
semua itu agar kamu belajar dari padanya. Bacalah semua itu agar kamu sebagai manusia
merasa kecil dan hanya sebagai manusia yang tidak pantas untuk bersombong.
Seorang penulis cerita pendek terkenal dari Yogyakarta Mohammad Diponegoro
mengatakan: “Satu-satunya nasehat bagi pengarang muda ialah sesuatu yang yang
mungkin sangat baru bagi mereka, yaitu membaca. Jika anda senang menulis, kenapa
anda meremehkan apa yang sudah ditulis?” Maka sejak sekarang menulislah.

3. Mulailah menulis
1. Setiap hari
2.Memilih tema dan topik
3.Buruk tidak apa-apa
4.Minta pendapat orang lain.
5 Jangan takut dikritik
6. Lakukan revisi/koreksi
Tentunya kita menulis tentu bukan untuk diri sendiri tetapi untuk dipublikasikan,
diterbitkan. Apalagi kalau kita juga punya motivasi untuk mencari uang. Untuk
menjadi kaya tadi. Maka kita harus mulai mengirim karya kita ke media massa atau
ke penerbit buku, sesuai dengan jenis tulisan kita itu.

4. Mulailah Mengirim
1.Ke koran
2.Ke majalah umum
3.Penerbit buku, de el el
Setelah mengirimkan karya, kita harus bersikap wajar-wajar saja. Artinya jangan
terlalu pesimis dan jangan terlalu optimis. Sebab ada bahkan banyak kemungkinan
karya kita itu ditolak. Peristiwa ini memang paling menyakitkan.

5. Kalau Ditolak
1. Jangan terlalu kecewa
2. Dikirim ke tempat lain
3. Tulis dan tulis lagi
4. Kamu telah menabung nama
5. Akhirnya kamu bisa,
Dan jangan sia-siakan peluang kalau tulisan dikuat atau diterbitkan. Dengan
dimuatnya atau diterbitkannya tulisan kita, peluang kita terbuka lebih luas. Dan
kemungkinan uang juga lebih banyak datang. Maka kita perlu mengisi peluang itu.

6. Kalau dimuat/diterbitkan
1. Makin banyak membaca
2. Makin banyak menulis
3. Makin banyak mengirim
4. Makin banyak dimuat/diterbitkan
5. Populer
6. Banyak uang.
Pertama, novel itu memang dikehendaki pasar, apalagi jika didukung dengan promosi
yang gencar. Atau kehadiran sebuah novel memang bisa mengisi kekosongan bacaan
yang temanya memang sedang dibutuhkan mayoritas kalayak. Misalnya novel itu hadir
pada saat yang tepat. Namun yang jelas novelis perlu menulis terus, dengan demikian
uang akan datang dengan sendirinya. Namun, meskipun penulis tidak kaya dalam arti
materi misalnya, ia tetap manusia yang kaya. Kaya batin, kaya sahabat dan kaya akan
pemikiran. Kaya pemikiran karena terus berfikir, kaya pengetahuan karena terus
membaca, makin arif dan dewasa di dalam hidup karena selalu berdiskusi dengan orang
lain dan diri sendiri. Namun dari smeua hal itu hanya Allah yang tahu dan memberi rizki.

Anda mungkin juga menyukai