Anda di halaman 1dari 52

KEBIJAKAN TEKNOLOGI BAGI IKM :

Peningkatan Daya Saing dalam Kerangka Sistem Inovasi

Tatang A. Taufik

Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi


Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Disampaikan dalam Diskusi Terbatas


Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah
di Jakarta, 23 Nopember 2006
OUTLINE

1. PENDAHULUAN : Review singkat


• UKM / IKM
• Kecenderungan universal
• Istilah - Pergeseran Paradigma ~ Tantangan
• POLA PIKIR ~ KONSEP/PENDEKATAN
• SARAN STRATEGI UMUM
• CATATAN PENUTUP

Aug 8, 2008 2
UKM / IKM
• Skala :
• Nomenklatur : Klasifikasi batasan “input” DAN “prestasi”
• Skala bisnis
• Kemampuan, Sumber Daya, Kapasitas
• Entitas Bisnis ~ inklusivitas dalam sistem ekonomi
• Problematika :
• Internal dan Eksternal
• Solusi sendiri dan “Intervensi”
• Prinsip untuk mengintervensi (“kebijakan”) :
• Isu kebijakan
• Kemampuan mengintervensi
• Kriteria kebijakan yang baik
• Respons para aktor terhadap kebijakan (dan instrumennya) :
• Informasi
• Sikap, perilaku, budaya, kemampuan
• Ada “insentif” untuk berubah (memberikan respons)

Aug 8, 2008 3
CATATAN TERMINOLOGI :
PENGERTIAN TENTANG DAYA SAING
• Beragam definisi ~ perbedaan keberterimaan (acceptability) oleh berbagai kalangan
(misalnya akademisi, praktisi, pembuat kebijakan).
• PORTER (1990): “There is NO ACCEPTED DEFINITION OF COMPETITIVENESS.
Whichever definition of competitiveness is adopted, an even more serious
problem has been there is no generally accepted theory to explain it”.
• “Pembedaan” pada beragam tingkatan:
• Perusahaan (mikro) : definisi yang paling “jelas.”
• Industri (meso) : walaupun beragam, umumnya dapat dipahami: pergeseran
perspektif pendekatan “sektoral”  pendekatan “klaster industri.”
• Ekonomi (makro) : dipandang sangat penting, walaupun masih sarat perdebatan dan
kritik (latar belakang teori). Kemampuan suatu perusahaan mengatasi
perubahan dan persaingan pasar dalam
memperbesar dan mempertahankan
keuntungannya (profitabilitas), pangsa pasar,
Mikro ~ Perusahaan
dan/atau ukuran bisnisnya (skala usahanya)
Negara / Daerah

Memiliki
pengertian Kemampuan suatu industri (agregasi
perusahaan ~ “sektoral”  “klaster
yang Meso ~ Industri industri”) menghasilkan produktivitas yang
berbeda,
lebih tinggi dari industri pesaing asingnya
tetapi saling
berkaitan Kemampuan/daya tarik (attractiveness);
kemampuan membentuk/menawarkan
“Makro” ~ Ekonomi
lingkungan paling produktif bagi bisnis,
menarik talented people, investasi, dan
mobile factors lain, dsb.; dan Kinerja
“Konteks Telaahan” berkelanjutan.
(Perbandingan) / “Tingkatan Analisis” /
Dimensi Teritorial / Dimensi “Sektoral” Rujukan : a.l. Porter & McFetridge (1995)
Spasial
Aug 8, 2008 4
MEMBANGUN KEUNGGULAN DAYA
SAING DAERAH

Produk

• SDM
• Kompetensi
• Spesialisasi
Organisasi/Perus. ~ Mikro

• Himpunan SDM & Entitas Organisasi


• Hubungan - Jaringan - Interaksi
• Kolaborasi - Sinergi

SISTEM INOVASI - KLASTER INDUSTRI ~ Meso

Faktor Lokalitas & Konteks Global


DAERAH ~ Makro

Aug 8, 2008 5
BEBERAPA KECENDERUNGAN UNIVERSAL

 Globalisasi
 Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(Iptek)
 Perkembangan Ekonomi Jaringan
 Kecenderungan ke Arah Ekonomi
Pengetahuan
 Kecenderungan Tumpuan atas Kekhasan
Faktor Lokal.

Aug 8, 2008 6
PERGESERAN ~ Istilah Kebijakan

Inovasi Sistem

Iptek Sektor

Teknologi Bidang / Kasus Spesifik

Kebijakan Paradigma

Dalam perspektif/paradigma “sistem inovasi”, kebijakan


teknologi merupakan bagian integral dari kebijakan inovasi.

Aug 8, 2008 7
SISTEM INOVASI DAN KEBIJAKAN INOVASI

 Sistem Inovasi: suatu kesatuan dari sehimpunan aktor,


kelembagaan, jaringan, hubungan, interaksi dan proses
produktif yang mempengaruhi arah perkembangan dan
kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan praktik
baik/terbaik), serta proses pembelajaran.
 Kebijakan inovasi (innovation policy) merupakan kelompok
kebijakan yang mempengaruhi kemajuan-kemajuan teknis dan
bentuk inovasi lainnya, yang pada dasarnya bertujuan:
 Membangun/mengembangkan kapasitas inovatif setiap “simpul”
(fungsi/kegiatan/proses) dalam sistem inovasi;
 Meningkatkan/memperlancar aliran pengetahuan dalam dan
antarfungsi/kegiatan/proses dalam sistem inovasi (ini juga berarti
meningkatkan proses pembelajaran dalam sistem); dan
 Memperkuat hubungan dan keterkaitan rantai nilai vertikal dan
horisontal antar- fungsi/kegiatan/proses produksi, litbang, adopsi
dan difusi (termasuk komersialisasi) dan fungsi/kegiatan/proses
penunjang dalam sistem inovasi.

Aug 8, 2008 8
SISTEM INOVASI
Permintaan (Demand)
Konsumen (permintaan akhir)
Produsen (permintaan antara)

Sistem Pendidikan Sistem Industri


dan Litbang
Sistem Politik Perusahaan
Pendidikan dan Besar
Pelatihan Profesi Intermediaries
Pemerintah Lembaga Riset
Pendidikan Tinggi Brokers UKM “Matang/
dan Litbang Mapan”
Penadbiran
(Governance)
Litbang Pemerintah PPBI
Kebijakan RPT
Supra- dan Infrastruktur Khusus
Standar dan Dukungan Inovasi HKI dan Perbankan
Norma dan Bisnis Informasi Modal Ventura

Framework Conditions
Kondisi Umum dan Lingkungan Kebijakan pada Tataran Internasional, Pemerintah Nasional, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
Kebijakan Industri/ Budaya
Kebijakan Ekonomi Kebijakan Keuangan • Sikap dan nilai
• Sektoral
Kebijakan ekonomi makro • Keterbukaan terhadap
• Kebijakan moneter Kebijakan Promosi & Infrastruktur Umum/
• pembelajaran dan
Kebijakan fiskal Investasi Dasar
• perubahan
Kebijakan pajak • Kecenderungan terhadap
• Kebijakan perdagangan Alamiah
• SDA (Natural Endowment) Inovasi dan kewirausahaan
Kebijakan persaingan • Mobilitas

Sumber : Taufik (2005) Catatan : RPT = Riset dan Pengembangan Teknologi (Research and Technology Development)
PPBT = Perusahaan Pemula (Baru) Berbasis Teknologi.
Aug 8, 2008 9
SKEMATIK MODEL GENERIK KLASTER
INDUSTRI

Industri Terkait
(Related Industry)

Industri Pemasok Industri Inti Pembeli


(Supplier Industry) (Core Industry) (Buyer)

Industri Pendukung
(Supporting Industry)

Institusi Pendukung
(Supporting Institutions)
Aug 8, 2008 10
Kebijakan Inovasi
Kebijakan Ekonomi Makro
 Moneter
Kebijakan Pendidikan  Fiskal Kebijakan Industri
 Pengetahuan dan  Investasi
 Perdagangan
Keterampilan  Perpajakan - Subsidi
 Kreativitas  Insentif
 Profesionalisme  Regulasi - Deregulasi
 Kewirausahaan

Kebijakan Litbang Kebijakan Inovasi Kebijakan Daerah

Kebijakan Sains Kebijakan Teknologi

Kemajuan Industri: Daya Saing, Kapasitas Inovatif,


Tingkat Difusi, Pembelajaran, Kewirausahaan

Perbaikan Bisnis
yang Ada

Perkembangan
Perkembangan
Bisnis Pemula
Investasi
yang Inovatif

Aug 8, 2008 11
SALAH SATU VERSI TENTANG
PERGESERAN PANDANGAN TENTANG
SISTEM INOVASI
From Linear to Sequential...
Main characteristic:
Systems integration and networking
theory (SIN)
5th Generation Theories of Innovation Parallel processes, collaborating
companies, collaborative innovation
networks

Main characteristic:
Integrated theory of innovation
4th Generation Theories of Innovation Parallel development with integrated
development teams

Main characteristic:
3rd Generation Theories of Innovation Sequential Interactive Process

Main characteristic:
2nd Generation Theories of Innovation Demand-pull (linear)

Main characteristic:
1st Generation Theories of Innovation Technology-push (linear)

Sumber : HUT Dipoli – Roadmap, Tapio Koskinen, Markku Markkula – 2005


(Bahan Presentasi - www.dipoli.tkk.fi)
Aug 8, 2008 12
PERGESERAN PANDANGAN DAN
IMPLIKASI KEBIJAKAN
Cara Pandang Era Implikasi Kebijakan
Sebagai residual (faktor Era di mana inovasi belum Tidak/belum ada upaya khusus intervensi.
”marjinal”) pertumbuhan/ memperoleh perhatian khusus
kemajuan (model-model (terutama masa sebelum
pertumbuhan neo-klasik dan 1960an).
sebelumnya).

Inovasi sebagai proses Era Technology push (tahun Tekanan kebijakan pada sisi penawaran sangat
sekuensial linier (pineline linear 1960an – tahun 1970an). dominan (supply driven).
model). Kebijakan sains/riset sangat dominan.
Kebijakan teknologi/iptek mulai berkembang.

Era Demand pull (1970an – Tekanan kebijakan pada sisi permintaan sangat
1980an). dominan (demand driven).
Kebijakan teknologi dan/atau kebijakan iptek
berkembang, namun yang bersifat satu arah/sisi (one-
side policy) masih dominan.

Inovasi dalam kerangka Era Sistem Inovasi (1980an – Kebijakan inovasi, dengan kerangka pendekatan
pendekatan sistem proses sekarang). sistem.
interaktif-rekursif (feedback Kebijakan inovasi merupakan proses pembelajaran
loop/chain link model) dari yang perlu diarahkan pada pengembangan sistem
kompleksitas dan dinamika inovasi yang semakin mampu beradaptasi.
pengembangan (discovery, Kebijakan inovasi tak lagi hanya menjadi ranah
invensi, litbang maupun non monopoli Pemerintah ”Pusat,” tetapi juga Pemerintah
litbang), pemanfaatan, dan ”Daerah.”
difusi serta pembelajaran
secara holistik.

Aug 8, 2008 13
2. SKEMATIK POLA PIKIR
Kesejahteraan/Kemakmuran &
Peradaban Bangsa
• Mengembangkan perekonomian negara
• Meningkatkan dan menyerasikan sosial

Knowledge Economy Knowledge Society

Daya Saing dan Kohesi Sosial


• Memperkuat pertahanan negara
UU No. 18/2002 :

budaya bangsa

Klaster Industri
Sistem Inovasi

Isu-isu Kontekstual

Kecenderungan dan Tantangan Universal 


Kemajuan Iptek, Ekonomi Ekonomi Faktor-faktor
Globalisasi
Inovasi Pengetahuan Jaringan Lokalitas

Aug 8, 2008 14
3. STRATEGI UMUM

 Kerangka Kebijakan (Policy Framework)


 Mendorong koherensi kebijakan :
 Sektoral, “pusat – daerah,” temporal
 Koordinasi
 Kelembagaan
C. Fokus tematik dalam kurun waktu tertentu :
 Program payung (umbrella program)
 Pentahapan ~ Petarencana (roadmap)
 Instrumen dan peran
 Pembelajaran kebijakan :
 Sasaran
 Monev, pembandingan ~ umpan balik
 Perbaikan kebijakan
Aug 8, 2008 15
3. STRATEGI UMUM

 Kerangka Kebijakan (Policy Framework) :


 Struktur dan elemen pokok kebijakan ~ kesatuan
yang “terpadu”, sinergis, diperkirakan
memberikan ungkitan (leverage) besar
 Landasan/acuan semua pihak dalam menentukan
instrumen kebijakan (“program”) mendasar/
penting
 Terfokus, namun memiliki fleksibilitas bagi
implementasi pragmatis/operasional
B. Mendorong koherensi kebijakan :
C. Fokus tematik dalam kurun waktu tertentu :
D. Instrumen dan peran
E. Pembelajaran kebijakan
Aug 8, 2008 16
PERTIMBANGAN AGENDA UTAMA KE DEPAN

Beberapa aspek pertimbangan agenda :


• Tema kebijakan inovasi yang mendasar
(fundamental) dan luas;
• Bersifat universal bagi konteks nasional dan daerah
serta kondisi sektoral/industrial pada umumnya di
Indonesia;
• Bidang-bidang yang saling berkaitan dan bersifat
cross-cutting issues;
• Merupakan faktor kunci (sangat penting) bagi
prakarsa-prakarsa berdasarkan situasi saat ini dan
antisipasi ke depan;
• Dapat menjadi agenda kolaboratif pada tataran
nasional dan daerah.

Aug 8, 2008 17
KERANGKA KEBIJAKAN : HEKSAGON KEBIJAKAN
INOVASI

3 5

2 6
1

• Mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi inovasi


dan bisnis.
• Memperkuat kelembagaan dan daya dukung iptek/litbang dan
mengembangkan kemampuan absorpsi UKM.
• Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan
meningkatkan difusi inovasi, praktik baik/terbaik dan/atau hasil
litbang.
• Mendorong budaya inovasi.
• Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan
pemajuan sistem inovasi dan klaster industri nasional dan
daerah.
• Penyelarasan dengan perkembangan global.
Aug 8, 2008 18
Aug 8, 2008
Ke
ra
ng
ba ka
gi um
i n um
ov
as ya
ke i d ng
du m l e an k o
k
ke un ag b bi nd
m a g aa sn u s
is i f
mp ip te n d .
ua k/ l an
n a i tb da
bs ang ya
or
ps dan
Kol a iU
da n bo ra s KM
i
INDIKATOR CAPAIAN

d
baik ifu si bagi i
has /ter bai inova s nov asi
il lit
ban k dan/a i, prakt
g tau ik
Visi
dalam

perk
e
Peningkatan
Daya Saing dan

Kes mbang
elar
Kohesi Sosial 20..

asanan glob
den al
gan
Sasaran Kuantitatif

i
Pe nova indu
rke si d str
mb an i
ang kla
Bu an ste
da si s r
ya tem
KERANGKA PERANCANGAN PRAKARSA DAN

ino
va
19
si
3. STRATEGI UMUM

 Kerangka Kebijakan (Policy Framework)


 Mendorong koherensi kebijakan :
 Sektoral, “pusat – daerah,” temporal
 Koordinasi
 Kelembagaan
C. Fokus tematik dalam kurun waktu tertentu
D. Instrumen dan peran
E. Pembelajaran kebijakan

Aug 8, 2008 20
KERANGKA UMUM POLA KOORDINASI

Prakarsa Tematik dan/atau Spesifik

N
A D
S Dimensi Nasional Dimensi Daerah A
I E
O R
N A
Kerangka Kebijakan Inovasi
A H
L Kondisi Umum (Framework Conditions)

Aug 8, 2008 21
3. STRATEGI UMUM

 Kerangka Kebijakan (Policy Framework)


 Mendorong koherensi kebijakan
 Fokus tematik dalam kurun waktu tertentu :
 Program payung (umbrella program). Contoh :
 MEP (AS) ~ modernisasi manufaktur
 SBIR (AS) ~ set aside program (penyisihan 2,5% dari
dana litbang departemen sektoral)
 ATP (AS) ~ bidang teknologi maju
 FP (UE) beserta instrumen tematiknya ~ sejak 1984 -
sekarang
 Pentahapan ~ Petarencana (roadmap)
D. Instrumen dan peran
E. Pembelajaran kebijakan
Aug 8, 2008 22
ILUSTRASI SKEMA STRUKTUR MODEL INSTRUMEN
KEBIJAKAN (PROGRAM)

Pemangku Kepentingan Lain

Kementerian/ Kombinasi Pola Pemerintahan Daerah +


Departemen/Badan + DRN Koordinasi
DPDS, DRD & Pemangku
& Para Pemangku Terbuka &
Tertutup Kepentingan
Kepentingan

Program Payung
Pengelolaan Pengelolaan
Nasional Daerah

Pelaku Riset, Inovasi/Bisnis & Pendukung

Aug 8, 2008 23
Technopreneurship dan Modernisasi “Sumber”
Perkembangan Ekonomi

Perbaikan
Bisnis yang Ada
(Existing)
Keterkaitan Siklus yang Makin Menguat
Pengetahuan & (Dari vicious cycle menjadi
Kompetensi
virtuous cycle)
Faktor Rantai
keunggulan Pembelajaran, Nilai Penyediaan
lokalitas termasuk Inovasi & pengetahuan/
Litbangyasa Difusi teknologi
Interaksi &
Keterkaitan

Rantai
Daya Saing yang Nilai
Produksi Investasi untuk
Lebih Tinggi
Inovasi

Investasi ROI yang Lebih


Pengembangan
Dari Luar Tinggi Bisnis Baru

Investasi
Sumber : Taufik (2005b). Ke Luar
Aug 8, 2008 24
PILIHAN PENTING
1. IKM yang telah ada :
• Upgrade kemampuan
• Lingkage/network & kolaborasi ~ rantai nilai & aglomerasi
• “Batas” perkembangan

2. Investasi ~ prioritas :
• Knowledge intensive business/industries
• Potensi keterkaitan
• dengan IKM setempat
• perkembangan IKM baru/pemula

3. IKM Baru/Pemula :
• Technopreneurship
• Segmen / relung (niches) potensial
• Akses terhadap sumber daya
• Iklim dan budaya

Aug 8, 2008 25
Contoh Kerangka Pentahapan Umum
Memprakarsai Menjadi “Pemain
Pengembangan Khusus” dalam
Klaster-klaster Pasar Nasional,
Industri Spesifik Regional dan/atau
dan SID Internasional

Pengembangan Posisi
Bersaing
Spesifik dalam “Relung” Membangun
Atas Dasar Menjadi
Ekonomi tertentu: Pasar Klaster-klaster
Murahnya “Pemain
Lokal/Setempat, Segmen Industri
Tenaga Kerja Utama” dalam
“Antardaerah dan Spesifik dan
dan/atau SDA Pasar Global
Nasional dan/atau SID yang Kuat
di Daerah
Regional/Internasional”

Perluasan Penghimpunan, Perluasan


Produksi dalam Pemanfaatan, dan Pelayanan Pasar
Memperkuat
Sektor Lain yang Pengembangan Lokal, Nasional,
Klaster-klaster
Memiliki Biaya Potensi Spesifik Regional
Industri Spesifik
Rendah atau Terbaik Setempat (Antarnegara)
dan SID dalam
Melimpahnya SDA (Sosial, Ekonomi dan/atau
Konteks Global
Daerah Budaya) Internasional

Posisi Saat Kini Tahap Awal Tahap Pengembangan Tahap Ekspansi

Aug 8, 2008 P3TIK - BPPT


CONTOH PENDEKATAN PENTAHAPAN

Pelaksanaan
RPJM Berikut

Penyempurnaan,
Perluasan & Penyiapan
RPJM Berikut

Penyempurnaan 2009
& Perluasan

Model Percontohan 2008


& Praktik Baik

Konsolidasi,
Reposisi Strategis & 2007
Refocusing

2006

Aug 8, 2008 27
3. STRATEGI UMUM

 Kerangka Kebijakan (Policy Framework)


 Mendorong koherensi kebijakan
 Fokus tematik dalam kurun waktu tertentu
 Instrumen dan peran :
 Peta instrumen kebijakan
 Peran Deperin (IDKM khususnya)
E. Pembelajaran kebijakan

Aug 8, 2008 28
KERANGKA PEMETAAN INSTRUMEN KEBIJAKAN
INOVASI
Agenda
Strategis
Fungsi, Aktivitas dan Aktor Sistem Inovasi

Sisi Obyek/Aktor yang Dipengaruhi


Tujuan
Kebijakan

Isu
Kebijakan Sisi Bidang Sisi
Penyediaan Keterkaitan Permintaan
(Supply Side) (Linkage Area) (Demand Side)
Harus semakin jelas exit policy -nya

Fungsional
Eksplisit

Spesifik
Pengaruh/Dampak

1 2 3
Karakteristik

Implisit

Faktor

ju up
4

Tu ngk
Kontekstual

an
Li
Dampak
Tatanan Kelembagaan
(Institutional Setting)
Fungsi dan Variabel Sistem Inovasi
Aug 8, 2008 29
PERAN DEPERIN DALAM KEBIJAKAN INOVASI
Agenda
Strategis
Fungsi, Aktivitas dan Aktor Sistem Inovasi

Sisi Obyek/Aktor yang Dipengaruhi


Tujuan
Kebijakan

Isu
Kebijakan Sisi Bidang Sisi
Penyediaan Keterkaitan Permintaan
(Supply Side) (Linkage Area) (Demand Side)
Harus semakin jelas exit policy -nya

Fungsional
Eksplisit

Spesifik
Pengaruh/Dampak

1 2 3
Karakteristik

Implisit

Faktor

ju up
4

Tu ngk
Kontekstual

an
Li
Dampak Peran Deperin
Tatanan Kelembagaan
(Institutional Setting) yang Perlu
Fungsi dan Variabel Sistem Inovasi DITINGKATKAN
Aug 8, 2008 30
3. STRATEGI UMUM
 Kerangka Kebijakan (Policy Framework)
 Mendorong koherensi kebijakan
 Fokus tematik dalam kurun waktu tertentu
 Instrumen dan peran
 Pembelajaran kebijakan :
 Sasaran
 Monev, pembandingan ~ umpan balik
 Perbaikan kebijakan
 Peningkatan kapasitas (termasuk para penentu
kebijakan di Pusat dan Daerah)
 Pengarustamaan (mainstreaming)
 Manajemen program
 Success story
 Building community of practice

Aug 8, 2008 31
BENCHMARKING DAN PENETAPAN SASARAN
(TARGETING)

ALIK
AN B CK)
P A
EVALUASI UM ED B
(FE ANALISIS
DAN PEER BENCHMARKING
REVIEW
METODE
RJ
A KOORDINASI PEN IDENTIF
E DOR I
KIN TERBUKA ONGKASI
TAU AN IDEN UTA
MA
N K TIFIK
E MA B IJA I ASI
M K E TAS INDI
T AU M EN PEM KAT
OR
AN P LE IDEN BAN
ME
M
NI
M TIFIK DINGAN
D A ASI
I N PENETAPAN PRA
S A KTIK
DE SASARAN TER
BAIK

Aug 8, 2008 32
4. CATATAN PENUTUP :
TANTANGAN PENGEMBANGAN SISTEM
INOVASI
 Kondisi dasar yang belum teratasi sebagai
prasyarat agar upaya pengembangan/
penguatan SIN dapat ditingkatkan ~ IKM
bagian integral - inklusif;
 Persoalan/isu pokok yang perlu dipecahkan
agar SIN berkembang dan kemajuannya
dapat dipercepat ~ IKM sangat dipengaruhi;
 Rendahnya kepeloporan untuk melakukan
perbaikan dalam jangka panjang ~ Local
champions & kelompok usia muda; dan
 Fragmentasi kebijakan di berbagai bidang ~
Sinergi bagi IKM.
Aug 8, 2008 33
4. CATATAN PENUTUP :
STRATEGI POKOK DALAM KERANGKA
PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI

 Memperbaiki kondisi dasar sebagai prasyarat bagi


peningkatan upaya pengembangan/penguatan SIN.
 Melakukan reformasi kebijakan inovasi di berbagai
sektor/bidang dan lintas-sektor/bidang serta pada tataran
pemerintahan yang berbeda, secara bertahap dan
berkelanjutan.
 Mengembangkan kepemimpinan (leadership) dan memperkuat
komitmen nasional dalam pengembangan/penguatan sistem
inovasi nasional dan daerah.
 Meningkatkan koherensi kebijakan inovasi di tingkat nasional
dan daerah.

Aug 8, 2008 34
WHY CHANGE?

Insanity is doing the same


thing over and over again
and expecting different . . .

‘If you do
what you always did,
you will get
Albert Einstein
what you always got’
We cannot solve problems
using the same kind of thinking
we used when we created them . .
Aug 8, 2008
.. 35
The new wave – innovation!

Terimakasih
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Gedung BPPT II, Lt 21
Jl. MH. Thamrin 8, Jakarta 10340
Telp. (021)-3169813
Fax. (021)-3169811
E-mail: tik@inn.bppt.go.id
http: //www.inn.bppt.go.id

Aug 8, 2008 36
2. “STRUKTUR” UMUM KEBIJAKAN

Kebijakan sebagai Regulasi


perrnyataan, Piranti Hukum
penyikapan, dan (Legal devices)
Deregulasi
tindakan pemerintah
Alat Institusional /
untuk tujuan tertentu Penyediaan Infrastruktur
Organisasional
dengan mengubah / (Infrastructur Provisions)
(Institutional /
mempengaruhi
Organizational
faktor tertentu (atau
Devices) Insentif Keuangan /
menetapkan hal
Pembiayaan / Pajak Dampak
tertentu). Mekanisme (Incentives / Rewards) (Effects)
Operasional
• Bertujuan (Operational Informasi & Bimbingan
(purposive) Mechanisms) (Information &
• Kontekstual Guidance)
• Paradigma ~
norma ideal, Tatanan Sosial Prakarsa untuk
keyakinan, (Social Mempengaruhi
fakta Arrangements) (Influencing Initiatives)

“Aspek” Instrumen Kelompok “Bentuk”


Kebijakan Alat/Instrumen Kebijakan
(Forms of Policy Tools)
Aug 8, 2008 37
BERDASARKAN “BIDANG” YANG DITANGANI

• Kebijakan iptek adalah kebijakan (pernyataan dan


tindakan pemerintah) yang berkaitan dengan
perkembangan iptek serta pendekatan dan
kerangka tindak untuk memperkuat penciptaan,
pengalihan, pemanfaatan dan difusi iptek. Karena
itu, kebijakan iptek berkaitan terutama dengan
aktivitas dan perkembangan:
• penyediaan atau penciptaan dan pengembangan
kemampuan korpus-korpus iptek dan kapasitas
absorptif pengguna (industri, sektor publik maupun
masyarakat umum), baik yang berkaitan dengan
pendidikan (formal), maupun proses pembelajaran
dalam arti luas;
• penelitian dan pengembangan;
• pengalihan, pemanfaatan dan difusi iptek;
• pengelolaan iptek (termasuk perlindungannya secara
hukum dan standarisasi).

Aug 8, 2008 38
KEBIJAKAN IPTEK

• Kebijakan sains (sciece policy): merupakan


kelompok kebijakan yang bertujuan
memperkuat kemampuan dan percepatan
perkembangan ilmu pengetahuan (sains)
serta kemampuan penelitian dan
pengembangan.

Contoh instrumen kebijakan demikian yang


dikembangkan di lingkungan Kementerian
Riset dan Teknologi (KRT) misalnya adalah
• Riset Unggulan Terpadu (RUT),
• Riset Unggulan Terpadu Internasional (RUTI),
• Riset Unggulan Bidang Kemasyarakatan dan
Kemanusiaan (RUKK).

Aug 8, 2008 39
KEBIJAKAN IPTEK
• Kebijakan teknologi (technology policy): merupakan
kelompok kebijakan yang pada dasarnya bertujuan
untuk menumbuh-kembangkan kapasitas teknologi,
membangun kemampuan dan mempercepat
kemajuan teknologi dalam cabang/bidang teknologi
tertentu, serta mendorong
penciptaan/pengembangan, penerapan, pemanfaatan,
difusi teknologi untuk memperkuat/memperbaiki
proses produktif (atau meningkatkan penciptaan nilai
tambah) dalam industri, sektor publik dan masyarakat
secara umum, dan mendukung perbaikan dalam
berbagai aspek kehidupan bagi kemajuan sosial-
ekonomi yang berkelanjutan.
Contoh kebijakan demikian misalnya adalah
• penguatan kelembagaan alih/difusi teknologi, program-program
internal (in-house) pengembangan teknologi (misalnya peningkatan
kesiapan teknologi),
• pengembangan inkubator teknologi-bisnis,
• skema-skema percepatan difusi teknologi (seperti misalnya skema
IPTEKDA dari beberapa lembaga litbang non departemen/LPND di
bawah koordinasi KRT),
Aug 8, 2008 • kebijakan impor teknologi, 40
BERDASARKAN “BIDANG” YANG DITANGANI
• Kebijakan industri (industrial policy) pada dasarnya
merupakan kelompok kebijakan yang tujuan utamanya
adalah mendorong perkembangan industri (sektor
ekonomi) tertentu. Pengertian industri dalam hal ini adalah
sebagai ”sektor ekonomi” (bukan semata industri
pengolahan/manufaktur). Oleh karena itu kelompok
kebijakan ini dalam literatur juga sering disebut kebijakan
sektoral.
Contoh:
• Kebijakan tarif impor dan insentif ekspor komoditas tertentu,
• penetapan harga dasar,
• pengadaan oleh pemerintah (government procurement), serta
• program-program sektoral pemerintah lainnya.

Catatan: Dalam sistem yang dianut di Indonesia sejak


kemerdekaan, “kebijakan iptek secara sektoral”
sebenarnya lebih ditentukan oleh instansi sektoral
pemerintah dalam setiap kabinet pemerintahan. Sebagai
contoh adalah menyangkut kelembagaan litbang.
Kelembagaan litbang sektoral (misalnya balitbang) beserta
perangkat alih dan difusi hasil litbangnya (extention
Aug 8, 2008 41
BERDASARKAN “BIDANG” YANG DITANGANI
• Kebijakan inovasi (innovation policy)

Innovation policy is public action that influences technical change


and other kinds of innovations. It includes elements of research
and development (R&D) policy, technology policy, infrastructure
policy, regional policy and education policy. This means that
innovation policy goes beyond science and technology (S&T)
policy, which mainly focuses on stimulating basic science as a
public good from the supply side. Innovation policy also includes
public action influencing innovations from the demand side
(Edquist, 2001).

Kebijakan inovasi merupakan kelompok kebijakan yang


mempengaruhi kemajuan-kemajuan teknis dan bentuk
inovasi lainnya, yang pada dasarnya bertujuan:
• Membangun/mengembangkan kapasitas inovatif setiap
“simpul” (fungsi/ kegiatan/proses) dalam sistem inovasi;
• Meningkatkan/memperlancar aliran pengetahuan dalam dan
antar fungsi/ kegiatan/proses dalam sistem inovasi; dan
• Memperkuat hubungan dan keterkaitan rantai nilai vertikal
dan horisontal antar fungsi/kegiatan/proses produksi, litbang,
adopsi dan difusi (termasuk komersialisasi) dan
Aug 8, 2008 fungsi/kegiatan/proses penunjang dalam sistem inovasi. 42
REFORMASI KEBIJAKAN INOVASI
• Perlunya perubahan peran pemerintah dalam kebijakan inovasi untuk
mencapai/mengembangkan koherensi kebijakan dan ”membuka”
(proses kebijakan) serta melakukan reformasi dan memastikan proses
pembelajaran dalam sistem kebijakan, baik pada tataran
nasional/pusat maupun daerah.

• Pentingnya peran aktif dan kepeloporan pemerintah daerah serta


koordinasi yang baik dengan pemerintahan tingkat nasional dan
jaringan internasional. Ini dipandang semakin menentukan
keberhasilan penguatan sistem inovasi dalam peningkatan daya saing
dan kohesi sosial di daerah dan nasional secara keseluruhan.

• Sebagai ikhtiar dalam mendorong pengembangan sistem inovasi


secara sinergis, baik pada tataran nasional maupun daerah yang
sesuai dengan konteks spesifik masing-masing daerah, prakarsa
praktik kebijakan inovasi yang baik perlu dikembangkan secara
bersama dan sebagai agenda bersama. Semangat dan langkah untuk
merealisasikan hal demikian diajukan untuk menjadi keserentakan
gerakan secara nasional – ”Gerakan Membangun Sistem Inovasi dan
Daya Saing Daerah di Seluruh Wilayah Nusantara (Gerbang Indah
Nusantara).”

Aug 8, 2008 43
ISU / TANTANGAN GENERIK:
Kegagalan pasar, kegagalan pemerintah & kegagalan
sistemik

1. Kelemahan kerangka umum.


2. Kelemahan keterkaitan, interaksi &
kerjasama difusi inovasi atau praktik
baik/terbaik dan/atau hasil litbang.
3. Kelemahan kelembagaan dan daya dukung
iptek/litbang serta rendahnya kemampuan
absorpsi UKM.
4. Persoalan budaya inovasi.
5. Kelemahan fokus, rantai nilai, kompetensi &
sumber pembaruan ekonomi dan sosial.
6. Tantangan global.
Aug 8, 2008 44
PERUMUSAN AGENDA KOLABORASI
• Keberhasilan membangun sistem inovasi dalam meningkatkan daya saing dan
kohesi sosial membutuhkan keterpaduan baik pada setiap sektor/bidang atau
tataran yang berbeda maupun antara sektor/bidang atau tataran yang berbeda.
Keserentakan dapat dilakukan melalui pendekatan rule and order dengan
instrumen regulatif yang bersifat mandatory dan mengikat bagi semua pihak.
Namun ini dikhawatirkan memerlukan proses panjang dan dalam kondisi saat
ini bisa kontra produktif. Karenanya, pola koordinasi yang lebih ”terbuka”
dipandang lebih sesuai untuk memprakarsai gerakan.

• Keterpaduan prakarsa sangat ditentukan oleh keberhasilan merumuskan


konsep kerangka kebijakan inovasi (innovation policy framework)
• yang menjadi acuan bersama,
• diterjemahkan ke dalam tindakan dengan sasaran yang jelas dan terukur,
• secara konsisten diimplementasikan,
• dipantau dan dievaluasi, serta
• diperbaiki secara terus-menerus.

• Karena itu, rumusan kerangka kebijakan untuk mengawali agenda kolaboratif


dinilai sebagai salah satu titik masuk penting dalam membangun efektivitas
gerakan ke depan.

• Proses dan produk kebijakan inovasi yang baik pada dasarnya merupakan
proses dan produk pembelajaran. Karena itu “gerakan” perlu memberikan
ruang bagi proses pembelajaran dalam kebijakan, termasuk additionality
dalam agenda tindak kongkrit di lapangan.

Aug 8, 2008 45
BEBERAPA PRAKARSA
• Dialog reformasi kebijakan di tingkat nasional. Ini
termasuk dalam bentuk:
• dialog dalam DRN, fora peningkatan kapasitas di KNRT, focus
Group discussion/FGD Sistem Inovasi Nasional, visi dan misi
iptek 2025, strategi dan prinsip kemitraan iptek, sistem insentif
riset;
• prakarsa sistem pengetahuan/teknologi masyarakat: kajian,
rancangan kebijakan, inventarisasi, dokumentasi,
pengembangan, perlindungan hukum;
• beberapa pemetarencanaan teknologi (technology
roadmapping) terkait dengan program prioritas nasional.
• Kemitraan dengan daerah sebagai dukungan
peningkatan kemampuan daerah (prakarsa
pengembangan sistem inovasi daerah/SID dan
klaster industri/KI di daerah dalam PEL), seperti
• Fora informasi (termasuk awareness campaign), diskusi
dan peningkatan kapasitas stakeholders tentang PEL, SID,
KI dan TIK.

Aug 8, 2008 46
BEBERAPA PRAKARSA
• Panduan dan bantuan teknis dalam
pengembangan/penguatan kelembagaan kolaboratif
di daerah: misalnya dalam pengembangan Dewan
Peningkatan Daya Saing/DPDS, Dewan Riset
Daerah/DRD, Tim Klaster Industri daerah. Daerah
yang tengah didampingi: Kabupaten Tegal,
Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Barru.
Daerah yang direncanakan didampingi: Kota
Pekalongan, Badan Koordinasi Antar Daerah/BKAD
Subosukowonosraten).

• Panduan dan bantuan teknis dalam penyusunan


dokumen Strategi Inovasi Daerah.

Aug 8, 2008 47
BEBERAPA PRAKARSA
• Panduan dan/atau bantuan teknis dalam tematik spesifik
daerah, beberapa contoh:
• panduan dan bantuan teknis dalam pengembangan e-Government
(model percontohan: Kabupaten Jembrana).
• panduan dan bantuan teknis dalam pengembangan e-Learning
(termasuk kerjasama yang tengah dikembangkan dengan UNDIKSHA –
Singaraja).
• kemitraan dan bantuan teknis dalam pengembangan pemuda
pewirausaha pemula inovatif (bekerjasama dengan Kementerian
pemuda dan Olah Raga).
• kolaborasi nasional dan daerah dalam pengembangan dan
pemanfaatan, serta difusi open source software/OSS (filosofi using
more is better; Digital Retrieval - Local & Global; Collaborative Work
Group Software; Tele/distance Capabilities. Ini juga sebagai upaya
dalam mengatasi isu digital/knowledge divide).
• bantuan teknis dalam pengembangan stasiun TV lokal di daerah
perbatasan.
• Peningkatan peran swasta dalam PEL (forum nasional
corporate social responsibility/CSR, peningkatan kapasitas
stakeholder dalam PEL)
• Kemitraan litbang dengan swasta, termasuk UKM.

Aug 8, 2008 48
PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK
• Kerangka kebijakan. Kerangka kebijakan yang “sesuai dan disepakati
bersama” perlu dikembangkan sebagai pijakan (platform) para pihak untuk
membangun langkah yang lebih terpadu. Reformasi kebijakan perlu
diletakkan dalam agenda jangka panjang dan dilakukan dengan
kesungguhan, konsisten dan bertahap.

• Peningkatan kapasitas penentu kebijakan dan stakeholder.


Reformasi kebijakan adalah suatu proses pembelajaran, bukan saja bagi para
penentu kebijakan tetapi juga beneficiaries dan stakeholders kunci lainnya.
Cara dan kemampuan/keterampilan para pihak perlu dikembangkan agar
semakin mampu menghasilkan proses dan produk kebijakan yang semakin
baik.

• Proses partisipatif. Setiap pihak memiliki peran masing-masing yang


perlu terus dikembangkan. Namun kebijakan yang baik memerlukan peran
dan upaya komplementatif dan sinergis banyak pihak. Proses partisipatif
merupakan cara yang sesuai dalam melakukan reformasi kebijakan,
menumbuhkembangkan proses pembelajaran kebijakan dan merupakan
investasi sangat penting dalam membangun modal sosial.

• Intensitas interaksi fasilitator, pakar, penentu kebijakan dan


aktor/stakeholders kunci lain. Intensitas interaksi fasilitator, pakar,
penentu kebijakan dan aktor/stakeholders kunci lain sangat mempengaruhi
“keberhasilan” dalam mengawali dan memelihara momentum prakarsa
tindakan kolaboratif.

Aug 8, 2008 49
PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK ~
Tantangan
• Proses panjang untuk meningkatkan pemahaman tentang beberapa
konsep dan praktik, termasuk membangun “kemitraan” yang
sinergis.
• Perbaikan paradigma, perubahan mindset, sikap dan cara tindak
semua aktor (penentu kebijakan, swasta, ornop, dan masyarakat). Ini
juga terkait dengan good will, willingness to change, komitmen mitra
dan komitmen bersama.
• Dimensi politik.
• Local champions, pioneering, leadership dan pelembagaan proses.
• Langkah-langkah “kecil” dan momentum perbaikan.
• Komunikasi.
• One size doesn’t fit all. Upaya pengembangan/penguatan sistem
inovasi daerah memang dapat memanfaatkan “pelajaran” dari pihak
lain (daerah/negara lain), termasuk memanfaatkan praktik-praktik
baik/terbaik (good/best practices). Para pihak pun sebenarnya tidak
perlu “terjebak” dalam reinventing the wheel. Akan tetapi segi-segi
positif universal yang diperoleh (dari keberhasilan/kegagalan) tetap
memerlukan “penyesuaian” kontekstual sesuai dengan karakteristik
dan perkembangan masing-masing “kasus” daerah.

Aug 8, 2008 50
PENUTUP
• Peningkatan daya saing dan kohesi sosial perlu menjadi strategi
pokok dalam PEL/D dalam rangka peningkatan
kesejahteraan/penurunan kemiskinan di daerah. Pilar dalam hal ini
adalah pengembangan/penguatan sistem inovasi daerah.

• Dalam praktik implementasinya, konsep/pendekatan sistem inovasi


dan klaster industri dapat diibaratkan sebagai dua sisi dari mata uang
logam daya saing. Melalui semangat berkompetisi dan berkolaborasi,
para aktor perlu semakin mampu untuk bermain sesuai dengan
peran/fungsi dan kompetensi yang dibutuhkannya dalam membentuk
dan memperbaiki mata uang logam yang semakin bernilai.

• Gerbang Indah Nusantara pada intinya merupakan suatu upaya untuk


memperbaiki proses koordinasi dan sebagai semangat dan ajakan
keprakarsaan (kepeloporan) bersama, untuk menumbuhkembangkan
kolaborasi sinergis dalam pengembangan/penguatan sistem inovasi
daerah. Ini, secara bertahap, diharapkan dapat menjadi gerakan
bersama para pemangku kepentingan (setiap sektor ekonomi
dan/atau pembangunan, setiap tataran pemerintahan, setiap
daerah/wilayah, dan “lintas bidang”) dalam mengembangkan/
memperkuat sistem inovasi (daerah dan nasional) sebagai landasan
dan pilar peningkatan daya saing dan kohesi sosial dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi dan
semakin adil.

Aug 8, 2008 51
PENUTUP
• Heksagon kebijakan inovasi ditawarkan sebagai advis bagi kerangka
kebijakan inovasi (innovation policy framework) nasional dan daerah
diusulkan dan dapat menjadi tititk masuk dan/atau pijakan untuk
memperbaiki koordinasi dan meningkatkan koherensi kebijakan.
• Bagaimana pun, keberhasilan suatu gerakan berpangkal dari SDM
yang memiliki “idealisme” dan menjunjung moral/etika untuk
melakukan perbaikan, semangat perbaikan sikap, perilaku dan
keterampilan, berkembang menjadi budaya. Setiap daerah pun perlu
berupaya mengatasi “kekurang-memadaian SDM berkualitas”
dan/atau “kesenjangan” pengetahuan, serta mendorong secara
agresif upaya-upaya reversed brain drain. Langkah-langkah yang
dikembangkan akan perlu mencapai suatu “masa kritis” (critical
mass), agar menjadi gerakan yang mampu membawa kepada
perbaikan signifikan.
• Inovasi pada umumnya tidak terjadi dalam keterisolasian. Karena itu,
mengembangkan/memperkuat jaringan dan kemitraan perlu dilakukan
dalam berbagai segi dan proses pengembangan/penguatan sistem
inovasi daerah. Pengembangan/penguatan sistem inovasi daerah
merupakan suatu proses pembelajaran bersama, yang
keberhasilannya pada akhirnya akan ditentukan oleh kesungguhan
dan konsistensi para pihak yang terlibat.

Aug 8, 2008 52

Anda mungkin juga menyukai