Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL DISKUSI

Seorang Lelaki Dengan Kadar Lemak Darah Yang Tinggi

KELOMPOK II

Latifah A.L. 030.10.159 Malika 030.10.168

Liana A. R. 030.10.160 Malvin C. Wijaya 030.10.169

Lidya Christy A. B. 030.10.161 Maria Christiningrum 030.10.170

Lukas P. S. 030.10.162 Maulita Agustine 030.10.171

Luzelia M. S. S. 030.10.163 Meikhel A. Wijaya 030.10.172

M. Agung P. Y 030.10.164 Meilinda Vitta Sari 030.10.173

M. H. Muttaqin 030.10.165 Meita Kusumo Putri 030.10.174

M. Reza Adriyan 030.10.166 Melati Hidayanti 030.10.175

Made Ayundari P. 030.10.167

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

24 Januari 2010

BAB I
PENDAHULUAN

Gastrointestinal tract (GIT) merupakan suatu tabung yang kontinyu yang memanjang

dari mulut sampai ke anus. Fungsi primer dari GIT adalah untuk menyediakan nutrient dan

air yang diabsorpsi untuk kemudian dialirkan ke seluruh tubuh. Dalam melakukan fungsinya,

makanan dicampur dengan berbagai sekret yang berasal dari mukosa GIT maupun dari organ

asesorius, seperti pankreas, vesica velea, dan glandula saliva (1).

Lumen GIT memiliki fungsi untuk bersentuhan dengan bagian luar dari tubuh. Usus

mempunyai bagian permukaan yang penting dalam fungsi penyerapan. Pada usus terdapat

flora normal dalam jumlah yang cukup besar. Flora normal ini dapat membantu metabolisme

yang terjadi di dalam usus. Selain itu, bagian usus pun rentan terhadap invasi

mikroorganisme. Oleh karena itu, di dalam usus memiliki mekanisme pertahanan diri dengan

adanya nodule limfatisi yang terdapat dalam dinding usus (1).

BAB II
LAPORAN KASUS

Bapak Eri, 44 tahun, dating ke praktek saudara dengan membawa hasil laboratorium

sebagai berikut: total kolesterol 250 mg% ; trigliserida 200 mg%. Bapak Eri memiliki

kebiasaan makan yang gurih dan berlemak.

BAB III
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, bapak Eri mengalami hiperlipidemia. Hal ini dikarenakan bapak Eri

memiliki kadar lemak melebihi normal, yaitu kadar kolesterol 250 mg% (normal 200 mg%)
(1)
dan kadar trigliserida 200 mg% (normal 142 mg%) . Kondisi hiperlipidemia ini dapat

mengakibatkan darah yang beredar di dalam tubuh menjadi lebih kental sehingga proses

pengikatan oksigen oleh hemoglobin menjadi terganggu dan mengakibatkan kadar oksigen

dalam darah menjadi menurun. Selain itu, dengan kondisi hiperlipidemia dapat

mengakibatkan aterosklerosis, yaitu adanya pengendapan lemak di pembuluh darah arteri

kecil di jantung sehingga dapat mengakibatkan tahanan arteriol menjadi meningkat dan dapat

mengakibatkan penyakit jantung koroner.

Kolesterol merupakan alkohol yang terdapat dalam molekul lipid (terutama pada

lemak hewan). Kolesterol tersebar diseluruh jaringan tubuh, yaitu menyusun pada membran

sel yang berfungsi untuk membantu kelenturan membran sel. Struktur kolesterol memiliki inti

sterol dan tidak mengandung asam lemak. Kolesterol memiliki sifat hidrofobik atau tidak

larut dalam air. Selain berfungsi sebagai penyusun membran sel, kolesterol pun merupakan

prekursor pembentukan hormon steroid (hormon adrenokorteks, hormon seks), vitamin D,

asam empedu, serta glikosida jantung (2).

Gambar 1. Inti Sterol (sumber: www.che-mis-try.org)


Trigliserida merupakan asam lemak yang terbentuk dari satu gliserol dan tiga asam

lemak. Merupakan penyusun utama dalam lemak nabati dan hewani. Trigliserida terdapat

pada bagian perut atas, bokong, lengan atas, paha, dan pinggul. Fungsi trigliserida yaitu

sebagai penyedia energi pada proses metabolik (2).

Gambar 2. Reaksi Pembentukan Trigliserida (sumber: www.kamuslemak.com)

Klasifikasi lemak menurut Bloor, yaitu:

1. Simple lipid, berupa ester lemak dengan alkohol, fat dan wax

2. Compounds lipid, berupa ester asam lemak yang mengandung gugus lain, selain

alkohol dan asam lemak yaitu fosfolipid, glikolipid, dan compound lipid lainnya

yaitu lipoprotein.

3. Derived lipid, yaitu hasil hidrolisis dari simple lipid dan compound lipid seperti

asam lemak jenuh dan tak jenuh, gliserol, steroid, alkohol dan lain-lain.

Asam lemak jenuh dan tak jenuh dapat dibedakan dengan ada tidaknya ikatan rangkap

pada gugus hidrokarbonnya. Dimana asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap dan

asam lemak jenuh tidak memiliki ikatan rangkap. Selain itu, berdasarkan sumbernya, lemak

dibedakan menajdi lemak hewani dan minyak nabati. Lemak dan minyak berbeda dalam
bentuk pada suhu ruangan. Minyak berbentuk cair pada suhu ruangan sedangkan lemak

berbentuk padat (3).

Lemak esensial merupakan lemak yang tidak diproduksi di dalam tubuh secara cukup,

sehingga harus diasup melalui makanan. Contoh lemak esensial yaitu asam linoleat, linolenat,

dan asam arakhidonat. Asam lemak omega 3 merupakan asam lemak poli tak jenuh yang

memiliki ikatan rangkap banyak, ikatan rangkap pertama terdapat pada atom C ketiga dari

gugus metil. Asam lemak omega 3 memiliki bentuk dasar EPA dan DHA. Asam lemak

omega 6 sama dengan asam lemak omega 3, namun berbeda pada ikatan rangkap

pertamanya, yaitu terdapat pada atom C ke enam dari gugus metil. Asam lemak omega 6

memiliki bentuk dasar ALA (α-Linolenic acid) dan GLA (γ-Linolenic acid) (4).

Gambar 3. DHA, EPA, ALA, dan GLA (sumber: www.vita-dose.com)

Asam lemak omega 3 memiliki fungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan otak.

Kemudian asam lemak omega 6 memiliki fungsi untuk mencegah terjadinya penyempitan

pembuluh darah akibat melekatnya kolesterol di dinding pembuluh darah.

Secara anatomi, GIT dimulai dari mulut. Di mulut terdapat gigi dan lidah yang

membantu dalam pencampuran makanan serta kelenjar-kelenjar saliva yang terdiri dari

glandula parotis (terdapat di belakang os.mastoid), glandula sublingualis (terdapat di bawah


lingua), glandula submandibularis (terdapat di belakang os.metalle). Setelah itu makanan

yang sudah dicampur dengan saliva dan terjadi pencernaan karbohidrat oleh enzim amylase.

Pencernaan di mulut tidak begitu berarti karena makanan hanya sebentar berada di rongga

mulut. Kemudian makanan dalam bentuk bolus diteruskan melalui orofaring (nasofaring dan

laringofaring ditutup oleh epiglotis) ke oesofagus. Gerakan peristaltik di oesofagus membuat

bolus terdorong sampai ke cardia gaster selanjutnya masuk ke dalam antrum gaster. Di dalam

gaster bolus dicampur dengan cairan asam lambung (HCl) dan terdapat pencernaan protein

oleh enzim pepsin sehingga dihasilkan pepton. Setelah seluruh makan tercampur dengan

cairan asam lambung, chyme yang terbentuk akan menstimulasi sfingter pylorus untuk

berelaksasi sehingga canalis pylorus terbuka dan chyme akan masuk ke usus halus

(intestinum tenue). Intestinum tenue terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum. Adanya

makanan di duodenum akan menstimulasi pankreas untuk mensekresikan enzim-enzim

seperti amylase pankreas, tripsin, dan lipase. Kemudian dengan adanya lemak akan

menstimulasi vesica velea dan hepar untuk mensekresikan garam empedu. Sekret-sekret dari

pankreas, vesica velea dan hepar dialirkan ke duodenum melalui papilla Vateri.

Setelah makanan dicerna yaitu dari bentuk makromolekul dibuah menjadi bentuk

mikromolekul, nutrisi akan diserap di jejunum dan ileum, dimana di ileum memiliki

presentasi absorpsi yang paling besar. Zat-zat sisa pencernaan yang tidak diserap akan

dialirkan ke usus besar (intestinum crasum) melalui ileum terminal, pada ileum terminal

terjadi absorpsi vitamin B12 dan siklus enterohepatik (missal bilirubin dan garam empedu)

melalui vena porta. Zat-zat sisa tersebut akan masuk ke intestinum crassum melalui valvula

illiocaecalis menuju ke caecum untuk selanjutnya dialirkan ke colon ascendens, kemudian ke

colon tranversum, colon descendens, colon Sigmoid, rectum, dan terakhir ke anus. Di

intestinum crassum, absorpsi terjadi hanya untuk air saja.


Gambar 4. Anatomi Gastro Intestinal Tract (sumber: www.wordpress.com)

Secara fisiologi terdapat empat proses pencernaan dasar, yaitu:

1. Motilitas: mengacu pada kontraksi otot yang mencapur dan mendorong isi saluran

pencernaan. Otot di dinding saluran pencernaan terus menerus berkontraksi

dengan kekuatan rendah yang dikenal sebagai tonus.

2. Sekresi: sejumlah getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran

pencernaan oleh kelenjar-kelenjar eksokrin yang terletak disepanjang rute,

masing-masing dengan produk sekretorik spesifiknya.

3. Pencernaan: mengacu pada proses penguraian makanan oleh enzim-enzim yang

strukturnya kompleks diubah menjadi satuan-satuan lebih kecil sehingga dapat

diserap.
4. Penyerapan: satuan-satuan kecil yang dihasilkan dari proses pencernaan

selanjutnya diserap atau diabsorpsi bersama dengan air, vitamin, dan elektrolit,

dipindahkan dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe (5).

Hepar merupakan organ asesorius pencernaan yang terletak di regio quadran superior.

Secara spesifik terletak sebagian besar pada regio hypochondrium dextra, ke bagian

epigastricum dan berakhir di regio hypochondrium sinistra.

Gambar 5. Anatomi Hepar (sumber: www.doctorology.net)


Gambar 6. Biliary System (sumber: www.blogspot.com)

Cairan empedu diproduksi di sel-sel hepatosit dengan bahan dasar adalah kolesterol.

Setelah diproduksi, cairan empedu dialirkan melalui kanlikuli untuk selanjutnya dialirkan

melalui ductus hepaticus sinister dan dexter yang selanjutnya bergabung menajdi ductus

hepaticus comunis. Jika tidak ada lemak di duodenum, maka cairan empedu dialirkan ke

vesica velea melalui ductus cysticus untuk selanjutnya disimpan. Jika ada lemak di

duodenum, maka akan menstimulasi sfingter Oddi untuk berelaksasi, sehingga cairan empedu

akan mengalir dari vesica velea dan hepar melalui ductus coledochus selanjutnya melalui

papilla Vateri menuju ke duodenum.

Secara histologi, lidah terdiri dari papilla-papilla yaitu papilla sirkumvalata, papilla

filiformis, papilla fungiformis, dan papilla foliata. Oesofagus terdiri dari empat lapisan yaitu

tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis, dan tunika adventisia. Tunika mukosa

terdiri dari sel epitel berlapis gepeng mula-mula tanpa lapisan tanduk, tetapi semakin dalam

semakin menebal lapisan tanduknya. Tunika submukosa terdiri dari jaringan ikat jarang.

Tunika muskularis terdiri dari dua lapisang yaitu tunika muskularis sirkularis dan

longitudinalis. Tunuka adventisia terdiri dari jaringan ikat jarang.


Gaster terdiri dari cardia gaster yang merupakan tepat peralihan yaitu dari bagian

oesofagus yang memiliki epitel selapis gepeng menjadi epitel selapis silindris pada bagian

gaster. Kemudian terdapat fundus gaster dan pylorus gaster yang dilapisi epitel selapis

silindris. Intestinum tenue yang terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum memiliki empat

lapisan yaitu tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis, dan tunika serosa. Pada

duodenum terdapat glandula duodenalis Brunnari, jejunum pada lamina propria terdapat

kelenjar pylorus serta mukosanya membentuk lipatan menjadi pilus semisirkularis, ileum

terdapat kriptus atau kelenjar Lieberkuhn pada tunika mukosanya serta terdapat plaque Peyeri

yang merupakan limfosit untuk sistem pertahanan pada ileum.

Intestinum crassum atau usus besar pada tunika mukosanya tidak terdapat fili,

memiliki sel goblet dan sel argentafin yang berfungsi dalam absorpsi air. Selain itu pada

lapisan lamina propria terdapat sel limfoid. Tunika submukosa intestinum crassum disebut

sebagai taenia coli. Pada tunika adventisia terdapat tonjolan yang disebut apendises epiploica.

Anus terdiri sel epitel selapis gepeng, tidak terlihat muskularis mukosa, serta pada tunika

muskularis terjadi penebalan yang kemudian berubah menjadi M.sfingter Ani internus.

Lipid utama dalam makanan adalah triasilgliserol dan, dalam jumlah yang lebih

sedikit, yaitu fosfolipid. Keduanya adalah molekul hidrofobik, dan harus dihidrolisis dan

diemulsifikasikan menjadi butiran yang sangat halus (misel) sebelum dapat diserap.

Hidrolisis triasilgliserol dimulai oleh lipase mulut dan lambung, yang menyerang ikatan ester

sn-3 yang membentuk 1,2-diasilgliserol dan asam lemak bebas serta mempermudah

emulsifikasi. Lipase pancreas diskresikan ke dalam usus halus, dan memerlukan protein

pancreas lainnya, yaitu kolipase, agar dapat bekerja. Enzim ini spseifik untuk ikatan ester

primer sehingga akan manghasilkan 2-monoasilgliserol dan asam lemak bebas sebagai

produk akhir utama pencernaan triasilgliserol di lumen.


Monoasilgliserol merupakan substrat yang buruk untuk dihidrolisis sehingga kurang

dari 25% triasilgliserol yang dikonsumsi dapat dihidrolisis sempurna menjadi gliserol dan

asam lemak. Garam empedu yang terbentuk di hati dan disekresikan dalam epedu

memungkinkan emulsifikasi produk pencernaan lipid menjadi misel bersama dengan

fosfolipid dan kolesterol dari empedu. Misel bersifat latur sehingga produk pencernaan dapat

diangkut melalui lingkungan yang berisi cairan di lumen usus dan berkontak erat dengan

brush border sel mukosa sehingga dapat diserap oleh epitel usus. Garam empedu mengalir ke

ileum, tempat sebagian besar garam tersebur diserap ke dalam sirkulasi enterohepatik.

Di dalam epitel usus, 1-monoasilgliserol dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol,

dan 2-monoasilgliserol mengalami re-asetilasi menjadi triasilgliserol melalui jalur

monoasilgliserol. Gliserol yang dibebaskan di lumen usus tidak digunakan kembali, tetapi

masuk ke dalam vena porta. Gliserol yang dibebaskan di epitel usus digunakan kemabali

untuk sintesis triasilgliserol melalui jalur asam fosfatidat normal. Asam lemak rantai panjang

mengalami esterifikasi untuk menghasilkan triasilgliserol di sel mukosa dan bersama dengan

produl lain pencernaan lipid yang disekresikan sebagai kilomikron ke dalam pembuluh limfe,

dan masuk ke aliran darah melalui duktus torasikus. Asam lemak rantai sedang dan pendek

diserap terutama ke dalam vena porta hepatica sebgani sal lemak bebas (2).

Empedu dihasilkan di dalam hati. Di dalam hati, cholesterol yang dibawa melalui

pembuluh limfe ke seluruh tubuh, setelah sampai di hati cholesterol akan disintesis.

Cholesterol akan mengalami oksidasi oleh enzim 7α-hidroxylase menjadi 7α-

hodroxtcholesterol. Kemudian 7α-hidroxycholesterol ini akan mengalami oksidasi lanjutan

oleh enzim 12α-hidroxylase menjadi asam cholat dan chenodeoxycholat-CoA. Asam cholat

dan chenodeoxycholat-CoA ini merupakan asam empedu primer. Asam cholat akan

mengalami konjugasi oleh taurin menjadi asam taurocholat dan juga mengalami konjugasi

oleh glisin menjadi asam glikocholat. Begitu juga dengan chenodeoxycholat akan mengalami
konjugasi oleh taurin menjadi taurochenodeoxycholat serta mengalami konjugasi oleh glisin

menjadi glicochenodeoxycholat. Asam taurocholat dan asam glicocholat yang telah terbentuk

akan mengalami dekonjugasi dan dehidroxylasi menjadi asam deoxycholat. Sedangkan

taurochenodeoxycholat dan glicochenodeoxycholat akan mengalami dekonjugasi dan

dehidroxylasi menjadi asam litocholat. Asam deoxycholat dan asam litocholat merupakan

asam empedu sekunder. Asam empedu yang telah terbentuk, setelah sampai di usus halus

akan bersama-sama dengan garam empedu membentuk misel untuk meningkatkan kelarutan

lemak dan cholesterol itu sendiri (2).

Fungsi empedu adalah untuk mengemulsikan lemak, menetralkan asam karena

empedu mengandung bikarbonat sehingga chymus yang asam dapat dinetralkan. Empedu

juga berfungsi untuk ekskresi obat-obatan, toksin, pigmen empedu (bilirubin, biliverdin),

serta zat-zat anorganik seperti Cu, Zn, dan Hg. Selain itu, empedu merupakan satu-satunya

organ yang dapat mengeksresikan cholesterol. Cholesterol merupakan zat yang tidak dapat

larut dalam air sehingga cholesterol harus membentuk misel dengan lesitin yang berikatan

dengan garam empedu. Sejumlah cholesterol dilarutkan dalam campuran misel sehingga

dapat ditransport tanpa mengendap (5).

Apabila kadar cholesterol dikonsumsi dalam jumlah yang terlalu banyak atau

melebihi tingkat jenuh maka cholesterol akan mengendap dan terjadi pengkristalan

cholesterol. Kristal-kristal cholesterol ini akan mengalami penimbunan yang kemudian

membentuk batu empedu. Untuk mencegah terjadinya pembentukan batu empedu, dapat

dilakukan dengan mengonsumsi makanan rendah cholesterol, yaitu dengan mengurangi

makanan-makanan seperti seafood (terlebih otak dan kulitnya), putih telur, serta jeroan

hewan.
BAB IV

KESIMPULAN

Sistem pencernaan pada manusia terdiri atas mulut, oesophagus, gaster, intestinum

tenue dan intestinum crassum serta organ tambahan lainnya seperti hepar, pancreas,dan

empedu yang membantu proses pencernaan di dalam tubuh. Proses pencernaan yang terjadi

di dalam tubuh manusia terdiri dari motilasi, sekresi, pencernaan, dan penyerapan. Intake

makanan yang dikonsumsi oleh manusia setiap hari paling banyak dalam bentuk karbohidrat,

protein, serta lemak. Karbohidrat, protein, dan lemak ini akan dipecah menjadi molekul –

molekul yang lebih kecil sehingga dapat diserap oleh tubuh.

Lemak yang diserap dari makanan dalam bentuk triasilgliserol akan diubah bentuknya

menjadi gliserol dan asam lemak sehingga dapat diabsorbsi oleh tubuh. Namun, pencernaan

triasilgliserol ini tidak semudah pencernaan pada karbohidrat ataupun protein karena

bentuknya molekulnya yang makro dan sukar larut dalam air serta. Oleh karena itu, dengan

bantuan garam empedu yang disintesis oleh hati, triasilgliserol ini diubah menjadi molekul –

molekul yang lebih kecil serta dengan bantuan lecitin untuk membentuk misel sehingga dapat

larut dalam air. Garam empedu berasal dari kolesterol. Garam empedu yang telah disintesis

oleh hati nantinya akan disimpan telebih dahulu di kandung empedu. Apabila ada intake

makanan berlemak, maka garam empedu ini akan disekresikan ke duodenum dimana lemak

dicerna. Tidak semua kolesterol dalam tubuh diubah menjadi garam empedu, sebagian

lainnya diekskresikan melalui anus. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena kolesteol yang

berlebihan, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan semakin lama akan membentuk

kristal. Kristal yang semakin lama semakin bertambah nantinya akan membentuk batu

empedu yang menyebabkan keadaan patologis pada tubuh manusia. Makanan rendah

kolesterol adalah salah satu cara mencegah terbentuknya batu empedu.


BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Barret KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganong’s Review of Medical

Physiology. 23rd Edition. Singapore: Mc Graw Hill Inc; 2010. p. 429-30.

2. Murray, Granner, Rodwell. Nanda Wulandari,dkk, Editor. Biokimia HARPER. Edisi

27. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006

3. Herlina N, Ginting MHS. Lemak dan Minyak. Medan: Teknik Kimia Universitas

Sumatera Utara; 2002. p. 1-8.

4. Fitriani A. Profil Asam Lemak Omega-3 dalam Hati Ikan Manyung (Arius

thalassinus) yang Mengalami Pemanasan Pendahuluan (Blanching). Skripsi.

Semarang: Universitas Negeri Semarang; 2006. p. 22-28.

5. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Santoso BI, Editor. Edisi 2.

Jakarta: Penerbit EGC; 2001. p. 537-44.

Anda mungkin juga menyukai