Anda di halaman 1dari 20

PENINGKATAN AKSES

INFORMASI BAGI
MASYARAKAT:
MODEL TELECENTER

Tatang A Taufik

1. PENDAHULUAN

Dalam konteks pembangunan, “ketertinggalan” (hampir) selalu


lekat dengan wilayah perdesaan, keterpencilan, atau keterisolasian.
Kesenjangan pun karenanya hampir selalu dapat dipastikan
berkaitan dengan makin melebarnya jarak ketertinggalan tersebut
(dalam beragam aspek).
Akses informasi diyakini merupakan salah satu pangkal tolak
dalam memperbaiki kesenjangan dalam masyarakat. Di era
sekarang, informasi tak saja diyakini makin penting bagi ketepatan
dan kecepatan keputusan bisnis, tetapi juga bagi hal sangat
mendasar menyangkut proses pembelajaran dan pencerdasan
bangsa.
Kemajuan telematika, khususnya internet, diyakini
menjanjikan peluang bagi peningkatan dan percepatan
pembelajaran ini. Adanya “fasilitas” yang memungkinkan masyarakat
meningkatkan pemahaman dasar komputernya, mengenali dan
mendalami lebih jauh kemanfaatan komputer, mengakses kekayaan
informasi dan pengetahuan, mengembangkan jaringan untuk
beragam keperluannya, tentu akan sangat membantu proses ini. Ini
lebih merupakan sebuah proses, karena tak mungkin terjadi serta
merta.

221
Akan tetapi, pengembangan infrastruktur dan kesadaran
masyarakat akan beragam kemungkinan yang ditawarkan oleh
kemajuan teknologi telematika beserta kemampuannya
memanfaatkan teknologi tersebut (yang memungkinkan masyarakat
membuat pilihan terbaik bagi dirinya) tak mungkin terjadi kecuali jika
ada kehendak politik yang kuat dan disertai dengan kebijakan yang
tepat.
Dalam “jargon” kebijakan, adanya kebijakan yang memadai
memang sangat diperlukan namun tidaklah cukup (necessary but not
sufficient) untuk menghantarkan masyarakat kepada masyarakat
informasi atau masyarakat pengetahuan (information/knowledge
society). Akses yang memadai terhadap informasi dan pengetahuan
membutuhkan infrastruktur yang memadai dan terakseskan oleh
masyarakat itu sendiri sesuai dengan perkembangan kapasitas/
kemampuan dan kebutuhannya.
Beberapa temuan dalam Survei Literasi Komputer 2001
mengungkapkan bahwa faktor ekonomi masyarakat secara umum
merupakan “faktor penghambat dominan” yang dirasakan dalam
memanfaatkan kemajuan teknologi komputer dan telematika
umumnya. 1 Selain itu, persepsi sulitnya mempelajari komputer juga
merupakan penghambat yang dirasakan oleh masyarakat
umumnya. 2 Karenanya, ketersediaan fasilitas akses yang
“terjangkau” dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat merupakan
salah satu urgensi yang perlu dikembangkan untuk peningkatan
literasi komputer khususnya dan akses informasi dan pengetahuan
serta proses pembelajaran masyarakat pada umumnya. 3
Kemudahan akses terhadap informasi diharapkan dapat mengurangi
(atau setidaknya mencegah) ancaman melebarnya kesenjangan
dalam masyarakat akibat ketidakseimbangan akses terhadap
informasi/pengetahuan (digital/information divide) di era sekarang ini.

1
Rendahnya daya beli, mahalnya komputer serta biaya pendidikan (kursus)
komputer adalah alasan yang paling sering disampaikan oleh responden sebagai
penghambat keinginan untuk belajar komputer.
2
Rendahnya pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki.
3
Hal ini terutama bagi masyarakat yang berada di lokasi yang kurang didukung
oleh infrastruktur akses informasi yang memadai.

222 SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001


Tatang A. Taufik
Peningkatan Akses Informasi bagi Masyarakat : Model Telecenter

Makalah ini membahas secara singkat gagasan


pengembangan telecenter sebagai suatu alternatif bagi percepatan
peningkatan literasi komputer dan pembelajaran masyarakat dalam
suatu komunitas tertentu. Diskusi ditekankan pada model yang telah
diterapkan di negara lain sebagai best practices dan menarik
pelajaran penting yang dapat dipetik sebagai pertimbangan
kemungkinan penerapannya di Indonesia.

2. TELECENTER: TINJAUAN SINGKAT

Kesenjangan sosial ekonomi masyarakat perdesaan –


perkotaan atau antar kelompok penghasilan (kaya – miskin) sering
ditentukan/dipengaruhi oleh perbedaan infrastruktur/fasilitas dan
kesempatan akses terhadap sumber daya produktif. Dalam berbagai
studi/laporan (lihat Kepustakaan), perbedaan akses informasi dan
komunikasi dalam masyarakat antara perdesaan - perkotaan dan
antara kelompok penghasilan merupakan isu yang makin
mengemuka karena diyakini akan semakin menentukan kemajuan
masyarakat secara keseluruhan dan keberhasilan dalam
menanggulangi kesenjangan.
Kelompok masyarakat yang “tertinggal,” dalam
ketidakberdayaannya akan memiliki kapasitas yang relatif semakin
rendah untuk memperbesar keberdayaannya (dengan
mengembangkan kemampuan/kekuatan diri dan peluangnya) dan
menentukan yang terbaik bagi dirinya (dengan memanfaatkan
kesempatan) dari berbagai kemajuan. Hal ini mendorong berbagai
inisiatif intervensi yang dianggap urgen, termasuk pengembangan
telecenter di berbagai negara.
Telecenter pada dasarnya merupakan sumber daya berbasis
komunitas yang menyediakan akses terhadap TIK/ICT untuk tujuan
pembangunan masyarakat (Harris, 2002). Espitia dan Benjamin
(2001) dan Espitia (1999) menjelaskan konsep/model supply-
demand suatu telecenter seperti diilustrasikan pada Gambar 1a dan
1b.

P2KT PUDPKM
DB PKT
223
Institutional Support
Supply Demand

Hardware Institutional e-Community

Software e-Government

Human
Capital e-Commerce

Sumber: Diadopsi dari Espitia dan Benjamin (2001).

Gambar 1a Telecenter.

Dalam beberapa literatur, telecenter seringkali dibedakan


menurut “ukuran dan fungsinya” atas kategori (lihat misalnya Jensen
dan Esterhuysen (2001); Espitia dan Benjamin (2001); Espitia
(1999)):
1. Micro Telecenter / Tele-shop
2. Mini Telecenter
3. Basic Telecenter / Standard Telecenter
4. Tele-hub
5. Full Service Telecenter
6. Multipuproses Community Telecenter (MCT)
7. Rural Telephone Co-operatives (RTCs).

224 SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001


Tatang A. Taufik
Peningkatan Akses Informasi bagi Masyarakat : Model Telecenter

Telecentre

Supply Demand
Focus on Technology Focus on community
Telecentre Technology Telecentre Value Added Services
Physical Infrastructure
Infostructure
Backbone infrastructure of
Telkom Electronic Commerce
Radio Network (GSM & Others)
Tele-Education
Telecentre Hardware
Tele-Medicine
Tele-Health
Software Infrastructure Systems Government Information Systems
Business and management -welfare
systems -pensions
Operational systems and -local government information
software -SALGA
Computer software applications Post Office
-SAPOS
Human Capital/ Training -Public information terminal (PIT)
Independent Electoral Commission
Training in basic technical skills -Infrastructure sharing
Training in management tools &
Banking
systems
-Grameen Bank
Process learning (learning
-Prosperity Bank
institution)

Sumber: Diadopsi dari Espitia (1999).

Gambar 1b Telecenter.

Kajian tentang telecenter/telecentre telah banyak dilakukan,


baik dalam konteks negara maju maupun negara berkembang.
Beberapa di antaranya adalah tulisan Fleury (1999), Ernberg (1999),
Fuchs (1997). Ernberg (1999) misalnya mengungkapkan bahwa
multipurpose community telecentres, (adakalanya disebut
information kiosks atau sebutan lain sejenis) merupakan suatu
fasilitas informasi dan komunikasi bersama untuk masyarakat di
perdesaan dan wilayah yang terisolasi pada mulanya diperkenalkan

P2KT PUDPKM
DB PKT
225
di negara-negara Scandinavian sekitar 20 tahun lalu sebagai cara
untuk meningkatkan akses terhadap telematics di wilayah perdesaan
dan yang terisolasi yang pada umumnya tak mampu memiliki
fasilitas demikian secara individu dan/atau mempunyai keterampilan
menggunakannya.
Konsep ini selanjutnya berkembang di berbagai negara Eropa,
Inggris, dan Irlandia, dan kini juga meluas terutama di wilayah-
wilayah terpencil di Amerika Serikat, Australia, dan Kanada. Negara
berkembang seperti Brazil, India, Malaysia, Filipina, serta beberapa
negara di Afrika tengah mengembangkannya.
Di Indonesia sendiri, diskusi tentang telecenter mulai intensif
berkembang di akhir 90-an. CITN (Canada-Indonesia Technology
Network), 4 suatu prakarsa kerjasama di bidang teknologi antara
Indonesia (BPPT) dengan Kanada (CIDA/Canadian International
Development Agency, dengan lembaga pelaksana Dewan Riset
Nasional Kanada), beberapa kali menyelenggarakan
semiloka/diskusi terbatas mengenai telecenter. Bentuk Warnet,
Posyantekdes, PIT (Pusat Informasi Teknologi), BIM (Balai Informasi
Masyarakat), Warsi (Warung Informasi), PER (Pos Ekonomi Rakyat)
dan prakarsa lain sejenisnya, walaupun barangkali tidak dirancang
dengan (tanpa mengacu kepada) model telecenter, pada dasarnya
sebenarnya merupakan varian telecenter dengan jasa layanan
tertentu. Belakangan, pengembangan unit/lembaga penyedia jasa
layanan pengembangan bisnis (business development service/BDS)
yang “sarat” pemanfaatan telematika tengah dirintis oleh beberapa
5
pihak.
Beberapa studi komparatif menyampaikan bahwa pola
pengembangan telecenter di berbagai tempat sangat beragam. Jasa
yang disedikan bervariasi mulai dari yang sederhana seperti
menyediakan fasilitas komunikasi “konvensional” (seperti telepon

4
Kerjasama ini diawali dengan prakarsa CISTPARC (Canada-Indonesia Science
and Technology Partnership Center) oleh BPPT dengan Canada ASEAN Centre.
5
BPPT (c.q. P2KT PUDPKM) misalnya melakukan sosialisasi, memberikan
advisory, dan pendampingan selektif untuk pengembangan di daerah
(bekerjasama dengan Pemda dan stakeholder lokal), khususnya di sentra
industri kecil (sentra produksi ekonomi) setempat.

226 SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001


Tatang A. Taufik
Peningkatan Akses Informasi bagi Masyarakat : Model Telecenter

dan faksimili saja), hingga beragam layanan infromasi dan


komunikasi beserta aplikasi yang maju seperti pemanfaatan internet
untuk e-mail, file transfer, akses ke perpustakaan dan database
elektronik, informasi harga dan pasar, dan dukungan kegiatan bisnis
secara elektronik, pelatihan, bahkan pendidikan jarak jauh
(teleeducation) dan telemedicine.
Hampir seluruh prakarsa community telecenter didorong oleh
motivasi utama untuk “meningkatkan kapasitas” (capacity building)
komunitas masyarakat tertentu yang relatif “tertinggal.” Masalah
public goods, resiko ketidakpastian bisnis (setidaknya kondisi di
awal), critical mass perkembangan “pasar” (antara penawaran dan
permintaan) serta faktor lain yang terkait satu dengan lainnya di satu
sisi, dan urgensi akan percepatan pengembangan komunitas
masyarakat tertentu untuk makin mampu memiliki akses terhadap
dan kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya produktif di sisi
lainnya menjadi pendorong pentingnya intervensi/prakarsa tertentu
yang tak didorong oleh keinginan memperoleh keuntungan bisnis
secara langsung dan dalam waktu yang relatif segera. Karena itu,
pemerintah, lembaga donor, dan/atau lembaga pengembangan
swadaya masyarakat biasanya menjadi pemrakarsa utama
pengembangan telecenter, walaupun organisasi perusahaan
(berorientasi profit) dalam beberapa kasus adakalanya
memprakarsainya. Tentunya ini tidak berarti bahwa pengembangan
telecenter prakarsa yang bersifat philanthropic semata.
Selain beberapa sumber pada Daftar Kepustakaan, Tabel 1
merangkum beberapa sumber rujukan di internet yang sangat
bermanfaat bagi yang ingin mendalami lebih jauh telecenter.

P2KT PUDPKM
DB PKT
227
Tabel 1 Beberapa Sumber Rujukan Selektif tentang Telecenter.

Sumber Keterangan
International Upaya UNESCO terutama dalam mendorong
Community pengembangan “muatan lokal berbasis TIK” (local ICT-
Telecentre based content ) di negara-negara berkembang.
Resources Beberapa prakarsa yang dilakukan antara lain
Website - menyangkut pengembangan muatan/isi (berbasis TIK)
UNESCO yang inovatif, pengembangan dan diseminasi alat
(tools) yang sesuai bagi aplikasi lokal, peningkatan
kapasitas, dan pengelolaan dan revitalisasi
pengetahuan tradisional. Http://www.unesco.org/
webworld/build_info/gct/index.shtml
IDRC IDRC (International Development Research Centre) -
Telecentre Kanada mengembangkan situs internet ini untuk
Research - melayani sebagai pertemuan bagi para pemerhati di
Kanada bidang penerapan dan penelituan telecentre. Selain
beberapa prakarsa telecentre yang dilaksanakan (PAN
Networking dan Acacia), disediakan juga link terhadap
sumber rujukan relevan lainnya.
Http://www.idrc.ca/pan/telecentres.html
INFO 21 Portal UNDP untuk sumber tentang telecentre
Telecentres - internasional.
UNDP Http://www.undp.org/info21/sector/s-cc.html
The SD melayani sebagai pusat rujukan global tentang
Sustainable pengetahuan dan nasihat/advis menyangkut dimensi
Development bidang biofisik, biologis, sosio-ekonomi dan sosial dari
Department pembangunan berkelanjutan (termasuk
(SD) - FAO pengembangan dan pemanfaatan TIK di perdesaan
atau wilayah tertinggal atau dalam konteks
pengentasan kemiskinan.
Http://www.fao.org/waicent/faoinfo/sustdev/ atau
http://www.fao.org/sd/cddirect/
NEON (North NEON menyediakan akses publik yang dinamai Public
East Online Access Locations (PALs), yang didirikan atas bantuan
Network) – Pemerintah Australia (the Federal Government's
Australia Networking The Nation funding).
Http://www.neon.net.au/

228 SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001


Tatang A. Taufik
Peningkatan Akses Informasi bagi Masyarakat : Model Telecenter

3. BEBERAPA PELAJARAN BAGI KEBERHASILAN


TELECENTER

Uraian berikut disarikan dari beragam sumber sebagai bahan


pertimbangan bagi pengembangan telecenter. Namun patut diingat
bahwa bagaimana pun, one size fits all tak dapat diterapkan bagi
pengembangan telecenter. Beberapa pengalaman di negara lain
juga menunjukkan pentingnya kesesuaian dengan konteks lokal
masing-masing.

A. Beberapa Isu Pengembangan

Beberapa studi mengkaji konsep dan implementasi telecenter.


Tak semua prakarsa pengembangan telecenter bertahan. Dari
pengalaman BPPT sendiri (P2KT PUDPKM) dalam hal ini
menunjukkan bahwa respons dari mitra kerja (stakeholder) lokal
belum sebesar yang diharapkan. Prakarsa Pusat Informasi
Teknologi (PIT) di Propinsi Jawa Timur (BPPT bekerjasama dengan
Balitbangda Propinsi Jatim) di akhir 90-an dan beberapa kerjasama
dengan Pemerintah Kabupaten misalnya, perkembangannya relatif
lambat.
Tulisan Fuchs (1997) banyak dirujuk sebagai salah satu
bahan acuan pengembangan model telecenter. Melalui proyek CITN,
BPPT bersama Richard Fuchs 6 menginisiasi pengembangan suatu
telecenter di Lingkungan Industri Kecil TAKARU – Kabupaten Tegal
(1998). Walaupun perkembangannya relatif lambat, namun lokasi
LIK cukup strategis sebagai prakarsa bagi proses peningkatan
literasi komputer (dan pemanfaatan telematika) khususnya bagi
kalangan pelaku IKM.
Semakin kompleks jasa yang diberikan dan pola telecenter
yang dikembangkan, semakin membutuhkan dukungan pengelola

6
Richard Fuchs, FutureWorks Inc./CTN Regional Advisor, sebagai tenaga expert
CITN.

P2KT PUDPKM
DB PKT
229
(tenaga) yang memiliki kemampuan memadai. Hal ini yang sering
sulit diperoleh/dikembangkan dalam banyak prakarsa.
“Paket aplikasi” yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
pengguna setempat juga merupakan hal yang sangat penting,
namun masih sangat jarang. Hal ini karena masih jarangnya
telecenter, sebagai lokasi akses, yang memiliki SDM lokal yang
menguasai keterampilan teknis. Perekrutan SDM dengan
pengetahuan dan keterampilan yang sesuai kebutuhan, serta
pengembangan paket-paket yang bersifat freeware atau shareware
mungkin akan membantu pemecahan persoalan ini.
“Kepeloporan” dalam pemberdayaan masyarakat dengan lebih
mendayagunakan iptek masih sangat jarang. Di bidang telematika,
orang seperti Onno Purbo barangkali masih dapat dihitung jari. Jelas
akan sangat penting untuk dapat mengembangkan suasana positif
bagi tumbuh-berkembangnya local champions di setiap daerah, yang
memiliki jiwa/semangat kepeloporan tinggi dalam hal ini.
Mengingat pengoperasian telecenter akan membutuhkan
beragam sumber daya, termasuk dana, maka keseimbangan
manfaat dan biaya juga merupakan isu yang sangat penting.
Beberapa literatur menyarankan untuk memperhatikan
beberapa “isu” yang perlu ditelaah dalam pengembangan telecenter,
terutama menyangkut:
; Bagaimana mekanisme koordinasi atau kolaborasi antar pihak
(stakeholder) dalam prakarsa pengembangannya.
; Pilihan/opsi teknologi apa yang paling efektif dalam
penerapannya di daerah tertentu, lingkungan sosial-budaya
tertentu, dan atas pertimbangan infrastruktur yang ada.
; Struktur pembiayaan dan pembebanan harga jasa layanan
bagaimana yang perlu diterapkan (misalnya apakah akan
membedakan penentuan harga layanan bagi penggunaan
komersial dan layanan publik). Bagaimana penarikan biaya
dilakukan (tunai, iuran keanggotaan/langganan, kartu kredit,
smart cards dan sebagainya).
; Siapa yang akan membayar bagi layanan publik dan
bagaimana. Bagaimana peran pemda dalam hal ini.

230 SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001


Tatang A. Taufik
Peningkatan Akses Informasi bagi Masyarakat : Model Telecenter

; Pilihan skema apa yang paling tepat untuk kemitraan antara


pemerintah dan swasta (public – private partnership) dan/atau
joint ventures organisasi pengelolaannya.
; Bagaimana dan untuk tujuan apa masyarakat menggunakan
fasilitas, serta dukungan apa yang dibutuhkan.
; Bagaimana membantu partisipasi masyarakat untuk
menghasilkan informasi, pengetahuan dan hal lain yang relevan
bagi mereka.
; Fasilitas informasi dan komunikasi apa yang diperlukan oleh
masyarakat.
; Apa yang harus dilakukan untuk menyajikan informasi dan
bahan/materi pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan
kebutuhan spesifik setempat. Juga bagaimana mereka dapat
saling bekerjasama (misalnya melalui jaringan telecenter).
; Bagaimana memasarkan/mensosialisasikan jasa telecenter
tersebut, dan apa dampak telecenter terhadap pembangunan
masyarakat/daerah yang bersangkutan.
; Bagaimana analisis sosial ekonomi dari telecenter tersebut
(misalnya terutama karena beragamnya aplikasi yang
dikembangkan seperti sistem infromasi perdagangan,
pendidikan/pelatihan, dan lain sebagainya).
; Bagaimana sustainabilitas telecenter dicapai.

B. Kerangka Tujuan Program atau Jasa Layanan

Setiap telecenter tentu perlu menentukan “domain” bidang


yang akan diterjuninya atau lingkup produk yang akan disampaikan.
Beberapa jenis “tujuan” program telecenter, terutama yang
memberikan jasa layanan edukasi “literasi” teknologi (yang tidak
harus bersifat mutually exclusive), yang dapat dikembangkan antara
lain:

P2KT PUDPKM
DB PKT
231
; Akses: menyediakan akses komputer dan internet bagi
masyarakat yang tidak/kurang mempunyai kemampuan/sumber
daya untuk melakukannya sendiri, atau memperpanjang waktu
akses publik untuk menggunakan komputer.
; Literasi bahasa (misalnya Bahasa Inggris): meningkatkan
keterampilan bahasa asing bagi masyarakat yang berminat.
; Edukasi: memperbaiki prestasi akademik anak-anak (kelompok
muda) usia sekolahatau pengetahuan/keterampilan tertentu
bagi kelompok dewasa.
; Literasi komputer dasar: menyediakan peningkatan
keterampilan dasar penggunaan komputer, termasuk misalnya
bagaimana mengakses internet.
; Peningkatan karir/keterampilan teknis lanjut: mengajarkan
pemrograman atau penggunaan perangkat lunak khusus yang
dapat menawarkan kesempatan karir baru, atau memberikan
program tertentu yang sesuai untuk membantu pencarian kerja
dan pengembangan bisnis.
; Pemberdayaan masyarakat atau community building:
memperkuat masyarakat komunikasi dan/atau mendorong
keterlibatan mereka dalam isu-isu setampat (local issues).

C. Perancangan Sistem

Beberapa hal penting dalam pengembangan telecenter,


utamanya menyangkut bagaimana mendesain sistem yang sesuai
dengan kebutuhan kelompok interaksi termasuk komunitas, pihak
fasilitator, dan bagaimana mendesain sistem yang sesuai melalui
proses desain yang patisipatif. Kajian terkait perlu berfokus pasa
beberapa isu seperti:
; Segmentasi kelompok interaksi atas faktor seperti jender,
kelompok usia, pekerjaan, kesejahteraan, dsb.;
; Identifikasi “isi/muatan (content)”;
; Topik pokok dan tujuan, misalnya, untuk awareness, hiburan,
atau pelatihan;

232 SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001


Tatang A. Taufik
Peningkatan Akses Informasi bagi Masyarakat : Model Telecenter

; Pengemasan antarmuka dan isi;


; Penggunaan visual atau audio-visual untuk membantu
mengatasi kesenjangan literasi; dan
; Aktivitas yang mendorong respons (tanggapan).

D. Proses Pengembangan

Beberapa pengembangan telecenter mungkin tidak


menganggap “keuntungan” keuangan sebagai hal yang sangat
menentukan keberhasilan. Artinya, kemanfaatan telecenter tidak
harus selalu diukur dari keberhasilannya memperoleh keuntungan
finansial, melainkan kemanfaatan lain yang lebih luas sesuai dengan
tujuannnya. 7 Walaupun begitu, sustainabilitas keuangan sangatlah
penting dalam pengembangan telecenter. Jika tidak, barangkali
hanya subsidi yang terus-menerus lah yang dapat mempertahankan
keberlangsungannya.
Dokumen terbitan UNESCO yang ditulis oleh Jensen dan
Esterhuysen (2001) merupakan salah satu bahan rujukan
pengembangan telecenter agar sustainable dengan contoh
penerapan di Afrika.
Partisipasi lokal yang kuat, khususnya dari kalangan swasta,
merupakan hal yang sering dinilai kunci bagi proses pengembangan
yang tepat.
Partisipasi dari komunitas setempat di mana telecenter akan
dikembangkan juga merupakan hal yang penting. Bilai demikian
halnya, maka mengenali tipologi beberapa bentuk partisipasi untuk
memberdayakan masyarakat mungkin akan sangat bermanfaat.
Rangkuman yang disajikan dalam Tabel 2 berikut merupakan salah
satu contoh yang disusun oleh Pretty et al. (1995) yang dikutip dari
Moetsabi (1999).

7
Ini mungkin berbeda dengan warnet, yang tentunya perlu mencapai keberhasilan
finansial untuk dapat terus bertahan atau berkembang.

P2KT PUDPKM
DB PKT
233
Tabel 2 Bagaimana Masyarakat Berpartisipasi
dalam Proyek Pembangunan.

Tipologi Komponen Setiap Jenis


Partisipasi Pasif Masyarakat berpartisipasi dengan diberi tahu
(Passive tentang apa yang akan atau telah terjadi. Ini
Participation) merupakan pengumuman sepihak oleh pengelola
proyek tanpa mendengarkan tanggapan/respon
masyarakat.
Partisipasi dalam Informasi yang dibagi pada dasarnya dimiliki oleh
pemberian para profesional/ahli. Masyarakat berpartisipasi
informasi dengan cara menjawab pertanyaan dari para
(Participation in surveyor melalui kuesioner atau cara lain
information giving) sejenisnya. Masyarakat tidak mempunyai
kesempatan mempengaruhi apapun, karena
temuan yang diperoleh juga tidak disampaikan
kembali ataupun dicek keakuratannya.
Partisipasi melalui Masyarakat berpartisipasi melalui konsultasi, dan
konsultasi para “pelaku/agen luar (eksternal)” mendengarkan
(Participation by pandangan mereka. Para pelaku tersebut
consultation) menentukan persoalan dan solusinya, serta
memodifikasinya berdasarkan tanggapan
masyarakat. Proses konsultatif tersebut tidak
menjamin adanya andil dalam pengambilan
keputusan, dan para profesional tidak mempunyai
kewajiban menerima pandangan masyarakat.
Partisipasi untuk Masyarakat berpartisipasi dengan menyediakan
keuntungan sumber daya seperti tenaga kerja, makanan, dana
material atau bentuk insentif material lainnya. Sebagian on
(Participation for farm research termasuk kategori ini, di mana para
material benefits) petani biasanya hanya menyediakan lahan tetapi
tidak terlibat dalam uji coba (eksperimen) atau
prose pembelajaran.
Partisipasi Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk
Fungsional kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan
(Functional tertentu (yang ditetapkan terlebih dahulu) dari
participation) proyek, yang dapat melibatkan pengembangan
atau organisasi sosial yang telah diprakarsai
sebelumnya (di luar komunitas yang
bersangkutan).

234 SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001


Tatang A. Taufik
Peningkatan Akses Informasi bagi Masyarakat : Model Telecenter

Tabel 2 Bagaimana Masyarakat Berpartisipasi


dalam Proyek Pembangunan (lanjutan).

Tipologi Komponen Setiap Jenis


Partisipasi Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama,
Interaktif yang membawa kepada rencana tindak dan
(Interactive pembentukan kelembagaan lokal yang baru atau
participation) perkuatan kelembagaan yang telah ada. Hal ini
cenderung melibatkan beragam metodologi
interdisiplin dalam menggali tujuan beragam dan
memanfaatkan proses pembelajaran terstruktur
dan sistematik. Kelompok yang terbentuk bisanya
mempunyai kendali atau rasa kepemilikan atas
keputusan yang diambil, sehingga berkepentingan
dalam memelihara struktur atau praktek yang
berkembang.
Mobilisasi sendiri Masyarakat berpartisipasi dengan mengambilk
(Self-mobilization) inisiatif/prakarsa secara independen, bebas dari
pengaruh kelembagaan luar/eksternal untuk
mengubah sistem.

Sumber: Diadopsi dari Pretty, et al. 1995: 61 (Dikutip dari Moetsabi, 1999).

Selain pengembangan “produk” yang akan disampaikan oleh


telecenter, “penentuan harga (pricing)” atau fee dari beberapa jasa
layanan (atau mungkin barang) juga sering merupakan hal yang
krusial dan tidak mudah dilakukan. Salah satu sumber di internet
yang bermanfaat untuk hal ini antara lain adalah
http://www.sims.berkeley.edu/resources/infoecon/Pricing.html, yang
mendiskusikan usage based pricing.
Espitia dan Benjamin (2001) juga mengungkapkan beberapa
kunci keberhasilan telecenter, dari pengalaman kasus di Afrika
Selatan, yaitu
1. Alasan bisnis:
; Kemampuan merespon permintaan (bersaing efektif,
menjadi one-stop shop, mempunyai pasar, berkembang,
self sustainable, keragaman produk barang dan jasa yang
ditawarakan);

P2KT PUDPKM
DB PKT
235
; Landasan dan infrastruktur;
; Pengakuan atau adanya asosiasi;
; Dukungan eksternal;
2. Keberhasilan sebagai hasil jasa yang diberikan kepada
komunitas:
; Edukasi (peningkatan kualitas);
; Spesifik komunitas (misalnya membantu masyarakat untuk
memperoleh informasi, pengembangan literasi, dan
sebagainya).
3. Alasan lain:
; Menyampaikan apa yang dijanjikan;
; Memungkinkan masyarakat memperoleh pengetahuan
dasar; dan sebagainya.

4. CATATAN PENUTUP

Suvei Literasi Komputer 2001 mengindikasikan bahwa


pemanfaatan bersama untuk akses (komputer atau pun internet)
seperti di tempat penyewaan/warnet, kantor atau di sekolah,
merupakan cara yang paling banyak digunakan oleh masyarakat.
Karena itu, pengembangan telecenter dapat menjadi salah satu
upaya yang sangat penting dalam peningkatan literasi komputer dan
pemanfaatan telematika pada umumnya bagi pemberdayaan
masyarakat.
Telecenter merupakan sumber daya berbasis komunitas yang
menyediakan akses terhadap TIK/telematika untuk tujuan
pembangunan masyarakat. Di tengah pesatnya kemajuan iptek,
khususnya di bidang telematika, dan dalam memasuki era
globalisasi, pengembangannya merupakan hal yang penting. Ini
“serupa” dengan penyediaan kebutuhan mendasar bagi masyarakat.
Dampak kemanfaatannya memang, seringkali membutuhkan proses

236 SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001


Tatang A. Taufik
Peningkatan Akses Informasi bagi Masyarakat : Model Telecenter

dan waktu yang tak sedikit dan tidak dalam keluaran yang dapat
diukur langsung atau mudah dilihat. Arus informasi, berkembangnya
jaringan (dalam beragam bentuk), proses pembelajaran dan interaksi
dalam komunitas, yang akhirnya turut berkontribusi dalam
pengembangan kapasitas masyarakat secara umum dan
peningkatan pengetahuan/keterampilan serta modal sosial sebagai
aset yang intangible, merupakan hal penting yang dapat diperoleh
dari pengembangan telecenter.
Pengembangan telecenter tentu saja tidak bisa pula
mengabaikan pemenuhan kebutuhan komunitasnya yang lebih
bersifat “langsung” atau “segera” dirasakan. Di sinilah proses
partisipatif untuk memahami kebutuhan tersebut juga perlu
dilakukan. Identifikasi dan pemenuhan kebutuhan fungsi/layanan
utama bagi komunitas pengguna perlu dikembangkan. Seiring
dengan itu, upaya untuk meningkatkan literasi komputer dan
teknologi secara umum secara bertahap juga perlu dilakukan.
Keberhasilan pengembangan telecenter pada akhirnya
memang akan ditentukan oleh komunitas masyarakat yang
bersangkutan, pihak pengelola, dan interaksi positif yang saling
mendukung antar keduanya.
Pola pengembangan telecenter perlu disesuaikan dengan
kebutuhan komunitas masyarakat di lokasi yang bersangkutan.
Proses sebaiknya diawali dengan cara partisipatif untuk menentukan
“sistem” yang dinilai paling sesuai, termasuk pola resource sharing,
layanan, pengelolaan, rencana aksinya dan aspek penting lainnya,
secara bertahap. Dalam kaitannya dengan pengembangan/
perkuatan ekonomi lokal, prakarsa ini sebaiknya juga dikembangkan
dalam konteks pengembangan klaster industri di daerah.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Anderson, Jon. et al. 1999. Applying the Lessons of Participatory


Communication and Training to Rural Telecentres. Sustainable
Development Department. FAO. http://www.fao.org/waicent/
faoinfo/sustdev/CDdirect/CDan0010.htm

P2KT PUDPKM
DB PKT
237
2. Boulton, William R. 1999. Information Technologies in the
Development Strategies of Asia. International Technology
Research Institute.
3. Church, Claudia. 2001. Cisco on Literacy in the 21st Century.
March 28, 2001. Dari http://www.cisco.com.
4. Elkin, Noah. 2001. How to Beat the High Cost of Internet Access.
EMarketer. Dec., 2001. http://www.emarketer.com/analysis
/world_regions/20011219_wr.html?ref=ed
5. Ernberg, Johan. 1999. Empowering Communities in the
Information Society: An International Perspective. International
Telecommunications Union. Geneva, Switzerland. Dari:
http://www.fao.org/waicent/faoinfo/sustdev/CDdirect/
CDan0042.htm
6. Espitia, Daniel dan P. Benjamin. 2001. IDRC Case Study of
South Africa Telecentre Development. March 26, 2001.
7. Espitia, Daniel. 1999. Telecentre Implementation: Policy Issues
and Institutional Roles. “From People to People.” Seminar for
Arab States on Community Telecentres. Tunisia. March 22-24,
1999.
8. Faye, Makane. 2000. Information and Communication
Technologies for Poverty Reduction. Bahan Presentasi. United
Nations Economic Commission for Africa (ECA). Cairo, Egypt 9-
10 October 2000.
9. Fleury, Jean-Marc. 1999. Internet for All. IDRC Briefing No. 3,
October 1999. Dari: http://www.idrc.ca/ACACIA/telecentre.html
10. Fuchs, Richard. 1997. If you Have a Lemon, Make Lemonade: A
Guide to the Start-up of the African Multipurpose Community
Telecentre Pilot Projects. Submitted to the International
Development Research Centre. Fall, 1997.
Http://www.idrc.ca/acacia/outputs/lemonade/lemon.html.
11. Harris, Roger W. 2002. Bridging the Digital Divide: Explaining the
Success of Rural Asian Telecentres.
12. Hasyim, Azhar, et al. 2001. Arah Pergerakan Infrastruktur
Internet di Indonesia. Dari
13. Hwang, Gyu-heui. 1998. Diffusion of Information and
Communication Technologies and Changes in Skills. Electronic

238 SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001


Tatang A. Taufik
Peningkatan Akses Informasi bagi Masyarakat : Model Telecenter

Working Papers Series. Paper No. 48. Science and Technology


Policy Research (SPRU). University of Sussex. Falmer, Brighton.
UK.
14. Jensen, Mike dan Anriette Esterhuysen. 2001. The Community
Telecentre Cookbook for Africa: Recipes for Self-Sustainability.
“How to Establish a Multi-purpose Community Telecentre in
Africa.” UNESCO. Paris, 2001.
15. Moetsabi, Titus. 1999. Participatory Approaches for Promoting
Rural Connectivity. Sustainable Development Department. FAO.
http://www.fao.org/waicent/faoinfo/sustdev/CDdirect/
CDan0030.htm
16. Neice, David C. 1998. Measures of Participation in the Digital
Technostructure: Internet Access. Information, Networks &
Knowledge (INK). Electronic Working Paper Series. Paper No.
21. Science Policy Research Unit (SPRU). University of Sussex.
Falmer, Brighton. UK.
17. NTIA. 1999. Falling Through the Net: Defining the Digital Divide.
Dari http://www.ntia.doc.gov/ntiahome/fttn99/
18. OECD. 2001. ICT Database. OECD. July 2001.
19. --------. 2001. Measuring the ICT Sector. OECD.
20. Penuel, Bill, Vera Michalchik, Deborah Y. Kim, dan Linda Shear.
2001. The Organization of Learning in Community Technology
Centers: Learning with Technology in Six Communities. A paper
to be presented at the Annual Meeting of the American
Educational Research Association, April 10-14, 2001, Seattle,
Washington.
21. Pigato, Miria. 2001. Information and Communication Technology,
Poverty, and Development in sub-Saharan Africa and South
Asia. Africa Region Working Paper Series. Number 20. The
World Bank. August 2001.
22. PSRA. 2001. Education, Innovation and the Internet: Nobel
Laureates Look To The Future. Final Report. Prepared by
Princeton Survey Research Associates for Cisco Systems, Inc.
November 2001.
23. Purbo, Onno W. 2000. Pengalamanan Lapangan Membangun
Knowledge Based Society. Dari http://idln.lib.itb.ac.id/

P2KT PUDPKM
DB PKT
239
Open.html?target=papers/pengalamanan-lapangan-
membangun-knowledge-based-society-09-2000.htm
24. Richardson, Don. 1999. The Internet and Rural Development.
Sustainable Development Department. FAO. Dari
http://www.fao.org/waicent/faoinfo/sustdev/
CDdirect/CDan0041.htm
25. US-GAO. 2001. Characteristics and Choices of Internet Users.
Report to the Ranking Minority Member, Subcommittee on
Telecommunications, Committee on Energy and Commerce,
House of Representatives. United States General Accounting
Office. February 2001.
26. HPG. 2000. Eight Imperatives for Leaders in a Networked World:
Guidelines for the 2000 Election and Beyond. The Harvard
Policy Group. On Network-Enabled Services and Government.
John F. Kennedy School Of Government. Cambridge,
Massachusetts. March 2000.
27. --------------. (Seri 1 s/d 5) Eight Imperatives for Leaders in a
Networked World: A Series of Guidelines for the 2000 Election
and Beyond. The Harvard Policy Group. On Network-Enabled
Services and Government. John F. Kennedy School Of
Government. Cambridge, Massachusetts. March 2000.

240 SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001

Anda mungkin juga menyukai