Anda di halaman 1dari 40

Biduk m a j a l a h b u d a y a “ Sagang ”

Daftar Isi

Penerbit: Yayasan Sagang. tajuk :


SIUPP:No.492/MENPEN/SIUP/ Kolaborasi.................................................4
1998.
ISSN:1410-8690 cerita-pendek:
Alamat Redaksi: Gedung Riau Pos Dari Sunyi ke Sunyi
Jalan R Subrantas oleh Jefri al Malay......................................5
(d/h Jalan Raya Pekanbaru- Tali
Bangkinang) oleh Riki Utomi..........................................11
Km 10.5 Pekanbaru 28294 Riau-
Indonesia Redaksi Zapin Barongsai
(0761)566803. oleh Bambang Kariyawan.........................16
Tata-usaha dan Pemasaran
(0761)64636 Adikku Tersayang
http://www.majalahsagang.com. oleh Rani Maulidyrza.................................23
Harga @ Rp.10.000,-
Terbit Setiap Akhir Bulan foto budaya :
Dayak.....................................................28

Nomor esei :
118 / Juli 2008 Pelangi Imaji(nasi) Marhalim Zaini: Sastra
Kontekstual
Tahun IX oleh Musa Ismail.....................................30
sajak :
Sajak-sajak Siti Syatariah..........................35

esei 2 :
Musik Gereja
oleh Asri..................................................39
Kulit:
Menjadi Burung
Karya:
Naskah Drama: Dantje S Moeis
”Pintu, Topi dan Seorang Nabi. . . dan Beberapa Yat Lainnya”
(al-Bab, al-Qubba’ah wa al-Nabiyy...Yat Ukhra)
Penyantun : Dahlan Iskan, Rida K Liamsi. Redaksi menerima sumbangan tulisan
Karya lengkapnya terbit dalam empat jilid, yang memuat Pemimpin Umum : Rida K Liamsi. berupa esei, kritik seni, resensi buku,
seluruh novel, cerpen, naskah drama dan kajian analitis. Pemimpin Perusahaan : Ngatenang. laporan dan tulisan budaya, foto seni,
*Sumber: dari berbagai sumber terutama Pimpinan Redaksi : Hasan Junus. sketsa, karya puisi dan cerita-pendek asli
Redaktur : Hasan Junus, Zuarman Ahmad. atau terjemahan. Panjang tulisan maksimal
www.palestineremembered.com Perwajahan/Pracetak : Dantje S Moeis, 5 (lima) halaman spasi rang-kap. Karya
Kelompok Riset Sagang. terjemahan harus menyer-takan fotokopi
Perwakilan Luar Negeri : Adi Muara (Kuala aslinya. Pengiriman naskah harus
Lumpur). menyertakan keterangan alamat yang
Perwakilan Dalam Negeri : Binoto Huta Balian jelas. Karya termuat diberikan honorarium
(Samosir Sumut) yang padan.
Sekretaris Redaksi : Salbiah.

S agang Halaman 82 Sagang Halaman 3


tajuk Biduk
Kolaborasi!
BETULKAH kita sekarang ini telah dikuasai oleh budaya konflik? Sebuah disertasi @ kitab
katam kaji tingkat tiga dari Sang Prudensius Maring yang berjudul ‘’Hubungan Kekuasaan: Konflik,
Perlawanan, dan Kolaborasi dalam Penguasaan Hutan di Egon, Flores” berupaya menjawab
pertanyaan itu hari-hari ini.
‘’Pikiran orang Indonesia dikuasai oleh budaya konflik, Kita lebih tahu cara, teknik dan
strategi berkonflikketimbang cara dan strategi berkolaborasi atau bekerja sama dengan pihak
lain.” (KOMPAS, Jumat 11 Juli 2008).
Demikian antara lain pernyataan yang disampaikan oleh Sang Prudensius Maring ketika
menjawab pertanyaan kenapa negeri kita terus dilanda konflik oleh salah-seorang penyanggah
dalam sidang terbuka untuk promosi doktor dalam ilmu Antropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Indonesia Kamis 10 Juli 2008 di Jakarta.
Dengan menggunakan teori kekuasaan Michel Foucault dalam penelitiannya, Maring
menemukan bahwa di kawasan hutan Gunung Egon bukan saja telah terjadi konflik antara
pemerintah dengan masyarakat di sekitar kawasan itu, tetapi juga masyarakat adat juga sering
berkolaborasi dengan pemerintah agar dapat memanfaatkan lahan dan sumber daya lainnya secara
optimal.
Selanjutnya surat-kabar itu memberitakan bahwa di ranah akademis, para ilmuan ilmu sosial
dan ilmu politik lebih banyak melakukan kajian-kajian tentang konflik ketimbang kajian-kajian
tentang kolaborasi. Karena itu maka para akademisi juga ikut bertanggungjawab atas tidak
munculnya aspek kolaborasi dalam berbagai konflik yang sering disertai kekerasan. Konflik
dapat merupakan api dalam sekam, bahkan api yang liar seperti yang dilukis oleh Raden Saleh
Bustamam dengan lukisannya ‘’Kebakaran Hutan”
Pada kesempatan itu Maring Sang Prudensius sempat pula menyatakan bahwa kehadiran
lembaga non-pemerintah seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM) ternyata tidak selalu Studi/Kritik Sastra:
disambut baik oleh masyarakat. Karena? Karena, ‘’LSM yang hidup dari dana luar negeri dianggap ”Perlawanan di Tanah Palestina Yang
mewakili kepentingan asing,” demikian diterangkan dengan blak-blakan oleh Maring. Disertasi Terjajah 1948-1966” (al-Muqawamah
semacam ini hendaklah menjadi bahan bacaan bagi para pembuat kebijaksanaan di pusat dan fi Filasthin al-Muhtallah 1948-1966),
daerah, selain menjadi bacaan ilmiah di semua perguruan tinggi di negeri kita. Beirut 1966
Obat penawar dari konflik mau tak mau ialah memekarkan dan menggalakkan kerja ”Sastra Palestina dalam Belenggu
kolaborasi. Sikap yang seyogianya harus diambil dalam menghadapi runtunan konflik yang sedang Penjajahan” (al-Adab al-Filasthini al-
ganas-ganasnya di negeri kita sekarang ini haruslah dengan menggalakkan kolaborasi, dan Muqawim tahta al-Ihtilal), Beirut 1968
berupaya menghindar dari sikap mencurahkan minyak di atas api konflik yang mengerikan itu. ”Tentang Sastra Yahudi” (Fi al-Adab
Atau seperti dikatakan Sang Prudensius Maring dalam disertasinya kemarin, ‘’Untuk mewujudkan al-Shahyuni), Beirut 1967
Indonesia yang damai, kita perlu lebih mengembangkan pikiran tentang kolaborasi.” ”Revolusi di Palestina 36-39: Latar,
Dengan promotor Prof Dr Achmad Fedyani Saifuddin maka Maring lulus dengan predikat Uraian Rinci dan Analisis” (Khalfiyyat
summa cum laude.*** wa Tafashil wa Tahlil Tsaurah 36-39 fi
Filasthin)
Redaksi
Sagang Halaman 4 S agang Halaman 81
Biduk cerita-pendek
Dari Sunyi ke Sunyi
oleh Jefry al-Malay

Kumpulan Cerpen:
”Kematian di Ranjang No. 12” (Maut
Sarir Raqm 12), Beirut 1961 – telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
dengan judul Death of Bed No. 12.
”Tanah Oranye yang Sendu” (Ardh al-
Burtuqal al-Hazin), Beirut 1963 – telah
diterjemahkan dengan judul The Land of
Sad Oranges.
”Tentang Para Lelaki dan Senjata” (‘An
al-Rijal wa al-Banadiq), Beirut 1968 –
telah diterjemahkan dengan judul On Men
and Rifles.
”Dunia Bukan Milik Kita” (‘Alam laisa
lana), Beirut 1970 – telah diterjemahkan
dengan judul A World that is Not Ours.

S agang Halaman 80 Sagang Halaman 5


Biduk
Satu hal yang dipercaya bahwa setiap
orang – tak kira siapa saja, setelah
dilahirkan pastilah memiliki tugasnya
masing-masing. Tugas itu terkait dengan
bagaimana menjalani dan memaknai hidup
sepanjang usianya. Hal inilah yang
diyakininya yang kemudian menjadi energi
untuk terus bertahan dalam kesunyian.
Walaupun sesekali pernah juga ia
menduga-duga bahwa inilah takdirnya untuk
selalu memaknai kesunyian yang begitu
panjang. Menterjemahkan rupa-rupa sunyi
ke dalam rimbun hari yang datar, yang
begitu-begitu saja. Menyembunyikan resah
dan gelisah dalam bentuk pasrah yang kian
lelah.
Namun baginya apa-apa saja yang ada
di hadapannya akan dilalui, akan dimaknai
dengan sunyi. Paling tidak ia masih bisa
Novel:
membedakan mana yang namanya
”Para Lelaki Matahari” (Rijal fi al-
kenyataan dan mana yang namanya impian
Syams), Beirut 1963 – telah diterjemahkan
dan di antara keduanya, dia tetap memilih
ke dalam bahasa Inggris dengan judul Men
kenyataan karena itulah hidup. Bertahan
in the Sun.
dan menjalaninya, meski hanya dengan
“Milik Kalian yang Tersisa” (Ma
diam…diam dan diam.
Tabaqqa Lakum), Beirut 1966 – telah
Dia memang tidak pernah punya impian. Namun baginya apa- diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
Apalagi untuk memilikinya, itu mustahil. apa saja yang ada di dengan judul All That’s Left to You.
Baginya impian adalah sebuah asa yang hadapannya akan “Ummu Sa`ad” (Ummu Sa`d), Beirut
tidak pernah dapat digapai, ada di negeri
antah berantah, tersuruk ke dalam lembah dilalui, akan dimaknai 1969
yang tak pernah terjamah. Terlebih lagi ia dengan sunyi. ”Yang Kembali ke Haifa” (‘Aid ila
Haifa), Beirut 1970
telah lelah dengan kata itu.
”Sesuatu yang Lain” (al-Syay’u al-
Dahulu ketika ia menjelma menjadi
Akhar), terbit pasca terbunuhnya Ghassan,
seorang anak dara yang jelita. Ke dua
1980
orang tuanya pernah memberikannya impian
“Sang Perindu, Si Buta dan Si Bisu . . .
yang kemudian menjadi nyata. Ia
Buah Prem di Bulan April”
dijodohkan, seorang lelaki pujaan hati yang
(al-‘Asyiq, al-A‘ma wa al-Athrasy . . .
kemudian menjadi suami. Bagi anak dara di
Barquq Nisan)
zamannya, ini merupakan hadiah yang
(Belum selesai), diterbitkan dalam
sangat berharga sebagai balasan akibat
Kumpulan Lengkap Karya Ghassan
hidup dan segala keinginan yang di

Sagang Halaman 6 S agang Halaman 79


Biduk
kekang,dibatasi atau istilahnya dipingit. semenjak itulah ia berteman dengan sunyi.
Karya-karya Sang Martir Dan akhirnya ia dapatkan impiannya itu, Memaknai hari-hari dengan sunyi, bahagia,
Sebagai seorang ia menggenggam semua tanpa ada yang suka duka, lara semuanya diartikan dengan
tersisa sehingga saatnya tiba, ia terpaksa sunyi. Hidup adalah sebuah kesunyian yang
sastrawan, Ghassan merelakan, melepaskan suaminya untuk panjang.
sangat produktif mencari rezeki ke negeri seberang. Namun Dialah Sarah, seorang gadis pingitan
berkarya. Dalam rentang sungguh sayang, siapa sangka, siapa yang tumbuh dan besar di sebuah desa yang
menduga, maut datang tidak dinaya. bernama Bukit Batu. Dan dialah sisa dari
waktu kurang dari dua sekian banyak gadis yang
dekade, terdapat belasan terus hidup dengan tradisi
karya yang berhasil ia di jamannya pada masa
terbitkan. Antara lain sekarang ini.
*****
enam buah novel, empat Hari berlalu dan
buah kumpulan cerpen, berlalu. Waktu memang
empat buah studi karya tak pernah menunggu.
Dari Bukit Batu akhirnya
sastra, dan satu buah ia mengikuti orang tuanya
naskah drama. Padahal hijrah ke desa lainnya
sehari-hari Ghassan juga yang bernama Sejangat.
sibuk bekerja sebagai Sejangat kononnya
sebuah nama yang berasal
jurnalis. dari nama hantu yang
Selain itu, dari paling kuat dan berkuasa
variasi karya yang ia di dimensinya, yang
dimiliki oleh seorang yang
hasilkan Ghassan adalah hebat pula di kampung ini
penulis yang piawai. Ia pada zaman dahulu kala.
tidak hanya menulis cerita Barangkali karena
pendek, tetapi juga novel kekuatan dan
Suaminya harus kembali ke asalnya, kekuasaanya itulah akhirnya menjadi buah
dan naskah drama. menghadap Sang Penguasa. Hal itu terjadi bibir orang banyak, diingat-ingat, disebut-
Bahkan karya Ghassan ketika badai mengamuk di tengah laut. sebut dan pada gilirannya, diabadikan
tidak hanya terbatas pada Seiring dengan itulah mimpinya menjadi menjadi sebuah nama kampung.
luput. Kembali kepada Sarah si gadis pingitan.
karya fiksi, tetapi juga Dan dialah gadis pingitan yang sejak Ihwal perpindahannya itu adalah
non fiksi. Jangan lupa, peristiwa itu tidak lagi memiliki impian, dan ketidakberdayaan maknya menerima
Ghassan adalah sarjana tidak lagi mempercayainya. Ia hanya kenyataan atas kematian suami-ayahnya
sastra jebolan Universitas percaya yang namanya kenyataan. Sarah. Sehingga atas keputusan maknya,
Kenyataan bahwa suaminya yang begitu mereka pindah dan memulai hidup baru di
Damaskus. dicintai telah pergi…pergi selamanya. Dan sebidang tanah peninggalan ayah maknya-
S agang Halaman 78 Sagang Halaman 7
Biduk
kakek Sarah. kemudian menjadi corong perjuangan
Bagi Sarah sendiri, kematian ayahnya Palestina kepada dunia luar ini ia pimpin
tidak berarti apa-apa. Karena ia sudah hingga wafat.
terbiasa dengan kematian, kehilangan, dan Pagi-pagi pada sebuah Sabtu, Ghassan
kesedihan. Ia akan tetap memaknai semua bersiap-siap berangkat ke kantor. Istrinya,
itu dengan bahasa kesunyian yang Anni Hoover, sibuk menyiapkan
dimilikinya. Ia selalu memaknai semua keberangkatan anak mereka ke sekolah.
kenyataan dengan diam…diam dan diam. Setelah rapi, Ghassan segera menuju ke
Singkat cerita, dengan ilmu yang mobil yang diparkir di depan rumah. Meski telah tewas,
Maka jadilah suasana didapat dari desa kelahirannya, Sarah Ghassan disusul oleh Lemis karena sehabis penghargaan justru
pengajian yang menjadi guru mengaji. Adalah aku salah dari kantor mereka akan bersama-sama semakin deras
seorang dari beberapa murid yang mengaji pergi ke rumah nenek. Tidak berapa lama
tegang, kaku dan di rumahnya. Sebagai seorang guru, berselang sebuah ledakan keras terdengar.
menghujani Ghassan.
tidak bersahabat. seingatku dia memang tidak banyak Anni terkejut dan berteriak, Pada tahun 1974 dan
bicara, kecuali menurut dia yang penting- ”Ghassaaan...!” Kaca rumah Ghassan 1975 secara berturut-
penting saja. pecah berkeping-keping. Sementara di luar,
Dia juga tidak pernah menanyakan tubuh Ghassan dan keponakannya Lemis
turut ia mendapat
nama, tinggal di mana, siapa orang tua, bertebaran ke mana-mana. Sebuah bom penghargaan dari
atau apa sajalah yang kira-kira bisa telah meledak. Hari itu, tanggal 8 Juli tahun Asosiasi Jurnalis
mencairkan suasana, bisa mengakrabkan
antara kami dan dirinya. Maka jadilah
1972, tercatat sebagai hari kematian Internasional dan
Ghassan. Ghassan wafat pada usia yang
suasana pengajian yang tegang, kaku dan masih sangat muda, 36 tahun.
penghargaan Lotus.
tidak bersahabat. Namun begitu bagi kami Meski telah tewas, penghargaan Lalu pada tahun 1990,
yang ketika itu baru duduk di sekolah justru semakin deras menghujani Ghassan. giliran Piagam Seni dan
dasar, tidak menjadi masalah. Karena Pada tahun 1974 dan 1975 secara
yang penting kami telah melaksanakan berturut-turut ia mendapat penghargaan
Budaya al-Quds yang
tugas dari ke dua orang tua untuk pergi dari Asosiasi Jurnalis Internasional dan jatuh ke tangannya.
belajar mengaji sehingga kami tidak lagi penghargaan Lotus. Lalu pada tahun 1990, Anni Ghassan,
dimarahi atau bahkan dipukuli. Dan yang giliran Piagam Seni dan Budaya al-Quds
lebih penting lagi di tempat pengajian itu yang jatuh ke tangannya. Anni Ghassan,
kami bisa berjumpa kembali dengan isterinya, mendirikan Ghassan Kanafani
kawan-kawan untuk melanjutkan Cultural Foundation (Yayasan
permainan, gurauan, cerita yang belum Kebudayaan Ghassan Kanafani) untuk
terselesaikan di sekolah. mengenang sang suami tercinta. Di samping
Tak pelak lagi, tempat pengajian itu itu, hari kelahirannya, 9 April, pun
menjadi riuh dengan gelak tawa, teriakan- diperingati. Seperti Chairil Anwar di
teriakan, atau suara kepolosan dari kami Indonesia, Ghassan Kanafani telah menjadi
yang menunggu antrian untuk mengaji. legenda sastra Palestina modern, yang
Sehingga pada suatu ketika keriuhan itulah karya-karyanya justru semakin mencuat
yang membuat kami terperangah sekaligus dan banyak dibicarakan setelah ia
menjadi ciut. Dengan suara yang lantang meninggal.
Sagang Halaman 8 S agang Halaman 77
Biduk
Cerpen pertamanya yang berjudul ”Kaos Kak Sarah-begitu kami memanggilnya, Acara yang sebenarnya sebuah
Curian” (al-Qamish al-Masruq) mendapat marah bukan alang kepalang. harapanku agar Kak Sarah bahagia berubah
juara pertama pada sebuah sayembara “Pukimak mike ni…pakai menjadi sesuatu yang lain, berangkali
sastra. Namun, diam-diam penyakit diabetes hotak…nak mengaji atau tidak…mak aku menambah rentang waktu dan
menggerogotinya. Ia pun lebih banyak sakit parah…bisa diam tak? Diam…! menyempurnakan kesunyian hidupnya. Tapi
menghabiskan waktu di rumah sehingga Entah mengape ngentam mike ni tak ada air mata, tak ada tangisan, rintihan
membuatnya semakin dekat dengan agaknye…balek…balek mike semue, darinya, ia hanya mengantar jenazah
kakaknya yang juga penderita diabetes, dan memekak telinge je…balek…!” maknya ke perkuburan dengan diam…diam
dengan puteri kakaknya, Lemis Najm. Lalu senyap dan kami tidak berani dan diam.
Kreativitasnya kemudian terdongkrak bercakap-cakap. Sekejap kemudian satu Dia benar-benar hidup sendiri. Dari sunyi
dengan menulis beberapa kumpulan karya persatu dari kami pulang, dengan perasaan ke sunyi. Sampailah akhirnya dia mencapai
Ghassan rupanya yang ia hadiahkan kepada Lemis, gadis yang yang sulit digambarkan. umur paruh baya masih tetap
menginginkan menjadi keponakannya itu. Seperti ada sesuatu yang setia dengan kesunyian itu.
tantangan yang lebih Ghassan rupanya menginginkan tantangan hilang kemudian rasa ciut Terakhir aku menemuinya
merasuk sehingga memang ketika hendak mengabari
besar daripada yang lebih besar daripada Kuwait. Beirut,
tidak ada sepatah kata bahwa aku akan melanjutkan
ibu kota Libanon, diputuskan sebagai kota
Kuwait. Beirut, ibu berikutnya yang ia tinggali. Ia pindah ke setelahnya. pendidikan ke salah satu
kota Libanon, Beirut pada tahun 1960 dengan bekerja Esoknya tidak ada lagi universitas yang ada di
apa-apa kecuali sunyi. Kami Pekanbaru. Ternyata Kak
diputuskan sebagai pada Majalah al-Hurriya.
tak berani lagi bermain-main, Sarah memaknai kesunyian itu
kota berikutnya yang Tanah Merah Itu Bernama Beirut bergurau atau sekedar dengan menanam ubi kayu,
ia tinggali. Ia pindah ke Beirut rupanya menyambutnya dengan bersapa antar sesama. pisang dan tebu di belakang
Beirut pada tahun senyum sumringah. Dari Majalah al- Hanya suara pengajian rumahnya. Ia terkejut ketika
kawan-kawan yang sesekali aku dan kedua orang tuaku
1960 dengan bekerja Hurriya, Ghassan pindah bekerja ke
bertengkah dengan suara menyapanya. Dan yang kuingat
Majalah al-Anwar, lalu al-Hawadits,
pada Majalah al- sampai menjadi pimpinan redaksi Majalah batuk mak Kak Sarah. Suara batuk yang ia hanya mengusap kepalaku tanpa berkata
Hurriya. al-Muharrir. Kecemerlangannya dalam berat, seberat kesunyian yang mereka apa-apa ketika aku menyalaminya.
bidang jurnalistik membuatnya dijuluki berdua maknai, mungkin. Begitulah Kak Sarah memaknai segalanya
sebagai seorang jurnalis revolusioner. Di Waktu terus bergulir, meninggalkan dengan sunyi dan mengekpresikan sesuatu
samping kesibukannya dengan pekerjaan- jejak dan tapak, setap orang memaknai hanya dengan diam…diam dan diam.
pekerjaan jurnalistik, tunaknya dalam hidupnya dengan segala kemampuan dan *****
bersastra tidak ia tinggalkan. Hasilnya, pada terus mencari segala kemungkinan. Dengan Beberapa tahun hidup kota dengan hiruk
tahun 1966 ia dianugerahi penghargaan oleh sangat tersiksa walau sedikit terbiasa, pikuk, segala kemegahan dan
Ashdiqa al-Kuttab, sebuah asosiasi penulis, akhirnya aku menamatkan pengajianku, gemerlapannya aku menjadi paham betapa
atas novelnya yang berjudul ”Milik Kalian aku khatam. Dan seperti biasa, kami bermaknanya kampung. Dan aku berada di
yang Tersisa” (Ma Tabaqqa Lakum). Selain membuat acara kenduri keluarga. Kami sini, di kampung tercinta ini adalah hari yang
itu, untuk semakin menyokong mengundang sanak saudara dan tidak lupa ke sekian dari liburan kuliahku .
perjuangannya bagi bangsa Palestina, pula guru ngaji yang berjasa, Kak Sarah. Kampung adalah sebuah tempat
Ghassan mendirikan Majalah al-Hadaf Tetapi sungguh disayangkan pada hari itu berteduh. Tempat lintasan kenangan yang
pada tahun 1969. Bahkan, majalah yang pula maknya Kak Sarah berpulang ke terus hidup di setiap aliran darah. Tak
Rahmatullah. terbunuh meski setiap saat ditunggangi
S agang Halaman 76 Sagang Halaman 9
Biduk
kesibukan dan segala ihwal kehidupan, di Ghassan mampu mengisi stan Palestina
mana pun dan sampai kapan pun. Selalu dengan karya-karyanya pribadinya. Namun
ada panggilan yang sayup namun mampu sayang, pada tahun ketiga kuliahnya
menggelitikkan hati untuk menyerukan Ghassan di-drop out karena
kerinduan pada kampung. keterlibatannya dalam berbagai aktivitas
Hari ini aku bermaksud hendak politik praktis di luar kampus.
mengunjungi rumah guru ngajiku, Kak
Sarah. Sekedar bertanya kabar sekaligus Kuwait yang Menjanjikan Bukan hanya itu, kece-
mencabut rumput-rumput. Kak Sarah,
mencoba meraba-raba kembali kenangan
yang pernah menciptakan tapak dalam semakin kurus dan semakin uzur
Pada tahun 1955 Ghassan pindah ke merlangannya dalam ber-
pikiranku. kelihatannya.
Kuwait, mengikuti jejak kedua kakaknya sastra pun mulai menuai
yang lebih dulu hijrah ke sana. Di sana adik
Terakhir kudengar kabar, ketika aku Aku memberikan salam. Ia terkejut dan beradik itu bekerja sebagai guru, pekerjaan
hasil. Cerpen pertamanya
sibuk dengan kuliahku, Kak Sarah menatapku. Mata kami beradu, beberapa
yang kemudian juga dilakoni Ghassan. yang berjudul ”Kaos
mendirikan rumah tangga dengan seorang detik hanya diam dan sunyi, ya…hanya Ghassan mengajar sebagai guru olah raga Curian” (al-Qamish al-
duda tua, namanya Pak Abas yang tinggal sunyi di sini, sunyi yang tak berubah ketika
di kampung Dompas-kampung sebelah. dahulu ia selesai marah… Selanjutnya ia
dan pelajaran melukis. Masruq) mendapat juara
Tetapi beberapa bulan kemudian orang berlari meninggalkanku menuju pintu
Di Kuwait, Ghassan tiba-tiba menjadi pertama pada sebuah
begitu rakus membaca. Satu buku setebal
tuaku menyampaikan berita meninggalnya belakang rumah. Tak ada kata-kata, atau enam ratus halaman mampu ia tamatkan
sayembara sastra.
Pak Abas yang diakibatkan kecelakaan. sekedar senyum hanya saja kemudian
hanya dalam tempo satu hari. Di samping
Pak Abas ditabrak oleh seorang anak kecil terdengar pintu itu dikunci dari dalam itu, kebiasaan menulisnya yang dulu pernah
yang baru belajar mengendarai honda. selanjutnya semua tingkap juga ditutup bersinar sewaktu di Damaskus kembali ia
Pada saat itu aku tak dapat rapat-rapat, lalu sunyi kembali, lagi-lagi asah, hingga ia diterima bekerja sebagai
membayangkan bagaimana lagi Kak Sarah sunyi. redaktur di sebuah majalah yang bernama
memaknai dan menjalani hidupnya. Secuil Kak sarah tidak mengenaliku. Apakah
al-Ra¢y (Pendapat), dan dipercaya
harapan berupa recup-recup kebahagian karena rambutku yang gondrong ini
mengasuh kolom opini khusus politik ”Abu
hadir namun dalam sekejap tenggelam akibatnya? tetapi kenapa ia seperti orang al-‘Izz”.
dalam kelam. Sekali lagi kenyataan yang ketakutan. Ya, kenapa…mesti takut? Aku Tulisan-tulisannya yang menarik di
harus diterima, apakah ketika itu Kak hanya mematung dan bingung. Dengan kolom itu dan lainnya membuatnya dilirik
Sarah masih tetap hanya diam…diam dan tertateh-tateh kutinggalkan rumah tua itu banyak pihak, terutama sepulang dari
diam? Entahlah…inilah salah satu alasan dan Kak Sarah yang kini mengurung diri
kunjungannya ke Irak pascarevolusi pada
aku hendak ke rumahnya. sendiri.
tahun 1958. Sambil mengajar dan menulis,
Sampai di depan rumahnya, kenangan Di depan pagar rumahnya, dalam kuliahnya yang sempat terlantar ia teruskan
demi kenangan melintas begitu saja. kebingungan aku mereka-reka, barangkali kembali dengan mengambil kelas jauh. Saat
mengalir tanpa dikomandoi, sejenak aku inilah jalan hidupnya, inilah tugas yang harus itu situasi politik sudah berubah sehingga
menikmatinya. Tak ada yang berubah, diemban sepanjang usianya. Memaknai Ghassan dibolehkan lagi mengikuti kuliah.
masih rumah papan tua yang tidak pernah kesunyian yang kemudian tetap kembali
Akhirnya, ia berhasil lulus dengan skripsi
dicat dengan pagar yang semakin reot. kepada kesunyian. Lalu aku bertanya ke diri
yang berjudul ”Etnis dan Agama dalam
Beberapa kali aku memberikan salam sendiri, apa pula tugasku…? Sastra Yahudi”.
tetapi tidak ada sahutan. Aku mencoba ke Bukan hanya itu, kecemerlangannya
belakang dan kulihat ada seseorang- dalam bersastra pun mulai menuai hasil.
membelakangiku yang asyik masyuk Sungai Pakning, 01 dini hari 2008

Sagang Halaman 10 S agang Halaman 75


Biduk cerita-pendek

TALI
Kafilah kecil itu kemudian berangkat menuju
negara tetangga, Libanon, dengan
menumpang sebuah truk. Di tempat baru
yang bernama Shaida mereka kesulitan
menemukan tempat tinggal yang layak. Dua
hari dalam pencarian yang melelahkan,
mereka akhirnya mendapatkan sebuah
oleh Riki Utomi
rumah. Itupun terletak di sebuah dataran
tinggi, Ghaziyah.
Rupanya, lika-liku perjalanan yang
melelahkan belum usai. Rumah baru itu
terpaksa mereka tinggalkan karena biaya
hidup di Ghaziyah terlalu tinggi. Dengan
menumpang kereta api, mereka pindah lagi
ke Halb, lalu ke Zabdani, dan berhenti
sementara di Damaskus, ibu kota Suriah.

Damaskus yang Menyambut Hangat


Bagi Ghassan muda, Damaskus
Bagi Ghassan muda, Da- adalah tempat mengembangkan bakat di
tengah kesulitan hidup yang menghimpit
maskus adalah tempat me- keluarganya. Kakak perempuannya yang
bekerja sebagai guru amat mendukung
ngembangkan bakat di bakat Ghassan. Ghassan semakin
bersemangat. Di sela-sela kesibukannya
tengah kesulitan hidup yang membantu ayahnya di pengungsian, Ghassan
sesekali diundang ke radio, menulis syair
menghimpit keluarganya. dan karya lainnya secara kreatif.
Bakat Ghassan semakin bersinar
Kakak perempuannya yang ketika ia duduk di bangku SLTA. Ia terlihat
menonjol dalam sastra Arab dan pelajaran
bekerja sebagai guru amat melukis. Selepas SLTA, Ghassan bahkan
sempat mengajar di sekolah pengungsi di
mendukung bakat Ghassan. Damaskus, tepatnya di Sekolah Ilyanis.
Kemudian Ghassan menimba ilmu dengan
Ghassan semakin berse- mengambil kuliah di jurusan sastra Arab
Universitas Damaskus. Kampus baru ini pun
mangat. menjadi ajang kreativitas bagi Ghassan.
Bakat melukisnya ia kembangkan. Pada
Pameran Internasional di Damaskus

S agang Halaman 74 Sagang Halaman 11


Biduk

I
a menggapai daun pintu. Dengan Segera ia ke kamar. Ada sesuatu yang
Akka, kota kecil di wilayah 48
keletihan hebat ia langsung rebah di harus ia cari. Ia menoleh kiri-kanan
Palestina. Mereka memang
kursi yang reot. Ayunan dilihatnya tergesa-gesa. Ia baru teringat, di bawah
biasa berlibur ke rumah
menggeliat-geliat lalu berujung pecah tangis. kolong ranjang. Segera ia raih segulung tali
nenek mereka di kota itu.
Di sudut dapur anak sulungnya asyik belajar tambang kecil. Sudah dua minggu ia
Rupanya, rencana
sambil bertanak nasi. Ia dekati anaknya simpan tali itu. Kini seolah tali itu sedang
berlibur berubah
yang masih terus menangis dalam ayunan, berbicara padanya. Membujuknya.
menjadi upacara
diraihnya sambil Merayunya.
menyambut kelahiran.
mendodoi. Anak Ia pejamkan mata.
Sang istri melahirkan
itu semakin hebat Menangis dalam hati.
seorang bayi yang
menangis. diberi nama
“Emak, aku ***
Ghassan.
masih belum Aku sering
Beberapa
lunas,” kata melihatnya pulang-
saat lamanya
anaknya yang pergi. Ia hanya
Ghassan tidak
sulung ketika ia ke memakai sepeda
melihat Akka. Tiba-
dapur. sangky. Tapi kurasa
tiba sebuah serangan
Ia hanya ia memiliki semangat
di malam buta
mengangguk. Ini untuk bertahan hidup
membuat keluarga
untuk yang dan membesarkan
kecil itu kocar-kacir.
keempat kali anak dua anaknya yang
Pengacara itu pun
sulungnya berkata masih kecil. Memang
kembali membawa
begitu seolah ia miskin. Kutahu ia
keluarganya ke Akka,
seperti lampu merah yang enggan redup. Ia hanya sebagai pembantu rumah tangga.
kali ini bukan untuk
tahu uang SPP anaknya itu masih “Tapi semestinya dia dapat bantuan
berlibur tetapi untuk
menunggak empat bulan. Tapi ia sudah itu,” ujarku pada Udin.
menyelamatkan diri.
merasa berjuang. Ternyata itu pun belum “Memang.”
Pada saat itu usia
cukup. Hanya bisa untuk memenuhi “Tetapi mengapa tidak?”
Ghassan, putranya, baru
kebutuhan hidup satu atau dua hari. “Sebenarnya sudah diberi. Tapi
sebelas tahun.
“Kita tunggu abangmu pulang.” Ia hanya bayangkanlah dengan Bantuan Langsung
Sementara itu serangan
menjawab singkat. Tunai yang hanya seratus atau dua ratus
Israel makin meluas hingga
Ia teringat malam ini pasti mati lampu. ribu itu, tidak begitu memadai.” Balas
akhirnya mencapai Akka. Hanya
Tapi masih untung ia dapat membeli minyak Udin.
setahun menikmati lembutnya angin di
tanah yang hanya cukup untuk menerangi “Kau bisa menolongnya?” tanyaku
kota Akka, yaitu dari Tisyrin
keadaan di dalam rumah. Tangis anaknya seketika.
(November) 1947 hingga April 1948, lagi-
sudah sedikit reda. Si sulung segera ke Udin tampak heran. Barangkali Terusir dari Kampung lagi mereka dipaksa mengungsi ke desa
kamar mandi. menanggapi bodoh perkataanku. Sendiri kecil Tel Fakhar atau Tel Napoleon.
Ia taruh kembali anaknya itu ke ayunan. “Sudahlah. Kalau kau ingin bantu Awal musim semi April 1936, seorang Palestina sebagai wilayah yang aman sejak
Anak itu meronta-ronta kakinya menrjang- bantulah kau sendiri.” pengacara muda memboyong dua anak dan itu tinggal impian.
nerjang. Cepat-cepat ia masukkan “Kita perlu menolong orang miskin.” istrinya yang tengah hamil tua dari Yafa ke Dari sini perjalanan rupanya belum usai.
kompengan ke mulut anak itu. “Ya-ya aku tahu.”

Sagang Halaman 12 S agang Halaman 73


tokoh Biduk
Oplet menghampiri kami, sang supir

Ghassan Kanafani: langsung mengklakson. Kami langsung naik


dengan enggan, enggan karena memang

Sang Martir Palestina


tidak ada jalan lain selain naik oplet yang
sekarang sudah mahal ongkosnya itu.
“Kurasa apa yangkita perbuat belum
oleh Misran maksimal. Tidak ada perubahan.”
“Setidaknya kita merubah sesuatu yang
praktis.”
“Maksudmu?” tanyaku penasaran.
“Ya. Bagaimana dengan kondisi morat-
marit sekarang ini orang miskin langsung
bisa terpenuhi kecukupan hidupnya,” jawab
Udin.
“Tapi bukankah BLT itu sebuah solusi
yang praktis?”
“Tetapi mengapa kita mesti menentang, Aku terbetik menolongnya karena aku
besok?” memang tidak sampai hati melihat
Aku hanya bisa menarik nafas. Bingung keadaannya. Kami tetangga baru di sekitar
dengan masalah ini. Aku teringat kembali lingkungan itu. Keluarga ayahku cukup
pada ibu itu. Ia berjuang seorang diri dalam mampu meskipun masih banyak tetangga
menghidupi dua orang anaknya, tanpa lain yang lebih mewah hidupnya daripada
didampingi suami yang konon tak mau keluarga ayahku yang mestinya mereka
pulang kepadanya. Pasti itu pengorbanan memiliki perasaan lebih peka terhadap
yang sangat berat bagi seorang perempuan. tetangganya yang hidup miskin. Tetapi
Apalagi seperti dirinya yang memang tidak setelah kupikir-pikir, manalah ada
memiliki pekerjaan tetap. Tapi besok kesadaran seperti itu dilingkungan
renvana kami untuk menentang kenaikan perkotaan seperti ini. Bukankah setiap
BBM sudah tidak terelakkan lagi. Aku orang selalu sibuk dengan urusan masing-
sebagai orang yang duduk di jajaran BEM masing? Aku menggeleng. Beginilah
mesti ikut. Mesti ikut. Walaupun apa yang kehidupan di kota. Serba individual.
terjadi. Kuulurkan uang lima puluh ribu kepada
*** penjual di rumah makan itu. Setelah
Dari kampus langsung aku menuju ke menerima kembalian langsung
pasar sebentar, membeli dua bungkus nasi kutancappergi. Kulalui hiruk-pikuk kota
Nama Lengkap : Ghassan (Fayiz) Kanafani
rames. Dengan uang yang kudapatkan dari yang penuh kebisingan. Kupandangi
Tempat/ Tgl. Lahir : Yafa (Palestina), 9 April 1936
hasil tulisanku yang dimuat di sebuah surat keangkuhan gedung-gedung tinggi.
Profesi : Sastrawan dan Jurnalis
kabar. Tidak apa, aku memang berniat Jembatan penyeberangan yang selalu
Istri : Anni Hoover Ghassan (berkebangsaan Denmark)
menolong ibu itu dengan iklas. Semoga menjajikan orang-orang yang putus harapan
Anak : Fayiz dan Laila
dengan pertolongan yang tidak seberapa ini untuk menggelar dagangannya yang akan
Wafat Tgl. : Sabtu, 8 Juli 1972
cukup memberikan keringanan sekejap. menjadikan jembatan itu sempit. Para kaki

S agang Halaman 72 Sagang Halaman 13


Biduk
lima yang menghabisi trotoar. Hingga muka- berisi nasi rames yang masih kupegang ini.
muka penuh misteri setiap orang yang tidak Aku mendesis pelan, menyesali keadaan.
kita kenal yang setiap hari kita jumpai di Tak mungkin aku menuju kepadanya di
kota ini. Ah. Kubalikkan muka melihat nasi tengah hujan yang deras. Juga tak mungkin
rames. Biarlah sekali ini kutolong ibu itu. aku memanggilnya, meskipun sekuat-
Dia tetangga yang baik. kuatnya dari sini. Orang-orang pasti beralih
Kembali ku stop sebuah oplet. memandangiku, dan aku menjadi malu
Menaikinya dengan perasaan bangga seketika.
karena bisa menolong orang yang Ia terus berjalan dengan menyeret menemukan milik sendiri. Kapitalisme harus
membutuhkan seperti ibu sepedanya yang mungkin ditentang, salah satu caranya ya lewat sajak.
itu. Tidak ada rasa bangga bocor. Orang-orang Bujang tersenyum bangga di penghujung
di hati. Tetapi itu semua memandanginya dengan wawancara. Aksipun selesai. Barisan bubar.
hanya kulakukan sebagai berbagai raut ekspresi. Melenggang tenang Bujang ke motor barunya.
bentuk rasa kemanusiaan. Barangkali menuding dia Hari dah sore. Bujang harus buru-buru sampai
Di tengah perjalanan, adalah orang bodoh. Aku ke panam. Setelah magrib dia harus dah
hujan tiba-tiba mengguyur. berubah menggeleng. sampai di pangkalan ojek. Kalau tak begitu
Memang sebelumnya “Ia membawa tali lagi.” hazablah emak dia di kampung cari duit
mendung sudah memenuhi “Ya. Seperti kemarin.” ditambah lagi tuk bayar kredit motor. Bujang
langit. Kuturun disimpang “Maksudnya?” merasa puas dan bangga hari itu karena
sambil berteduh di dekat “Tali itu lagi. Tali tambang merasa telah menyadarkan orang-orang
warung penjual gorengan. kecil.” tentang bahay akapitalisme. Pulanglah ia
Asap makanan goring “Biar saja. Bisa saja itu mengendarai motor baru sambil bersiul riang.
yang masih hangat untuk keperluannya.” Ah! Dari kejauhan terlihat huruf K besar
menyentak hidungku, Aku mendengar beberapa tertulis di kening Bujang. Bertambah satu lagi
membuatku meneguk air orang mulai menyebut-nyebut budak kapitalisme tanpa ia sadari. Dan sayup
Bujang menarik perhatian wartawan. terdengar dendang Bujang. “Ngojek
liur. dirinya. Aku merasa sedih. Barangkali Bujangpun diwawancara, ditanyai maksud
Kulihat jalan yang penuh dengan arus orang-orang sudah banyak dari dulu yang lagiiii…ngojek lagi….yuuuukkk.***
dari sajak-sajak itu. Dengan mengepul-ngepul
kendaraan. Kucoba pandangi segenap memperolok-olok dirinya. Bujang menjelaskan tentang buruknya
keadaan. Pengguna sepeda motor sibuk “Dulu dia selalu sombong dengan orang kapitalisme. Kapitalisme menciptakan
menyingkir ke warung-warung terdekat lain. Dengan tetangga. Mentang-mentang manusia-manusia mesin tanpa hati. Hanya ada
untuk berteduh. Dari jauh kulihat samara- suaminya bekas pejabat.” Celetuk seorang satu kata merajai pikiran mereka yaitu materi.
samar perempuan itu. Ibu itu, kini sepertinya ibu. Kebahagiaan diukur dengan banyaknya duit
dia ingin menuju rumahnya. Sepertinya ia “Ya. Tapi saying sekali suaminya itu yang digenggam, banyaknya barang-barang
tidak peduli dengan hujan deras yang ternyata mata duitan dan punya pekerjaan mewah yang dimiliki. Konsumerisme? Why
menguyupkan badannya. Ia terus memaksa gelap sebagai pengedar ganja. Pantas saja not. Pantas saja orang-orang yang mulai sadar
diri untuk melawan hujan yang semakin suaminya diincar polisi.” kalau hati nuraninya berangsur-angsur
deras. Ia tampak menggigil. Orang-orang Aku terkesiap. Benarkah dia begitu? menghilang rela merogoh kocek lebih dalam
disekitarku ada yang menggeleng dan Jadi begitu dia sebenarnya? Apakah aku untuk mengikuti training ESQ, menemukan
menyebut-nyebut dirinya begitu bodoh salah sekarang ini kalau datang kembali hati nurani mereka. Saying memang
dengan situasi seperti itu. Aku juga kepadanyauntuk sedikit meringankan beban orang-orang itu harus membayar mahal untuk
menggeleng. Kupandangi kantongan yang yang ada pada dirinya?

Sagang Halaman 14 S agang Halaman 71


Biduk
Sekarang perempuan itu telah hilang dari
dengan motor hadapanku dan juga dari hadapan orang-
barunya itu. orang sekitar. Hujan belum mereda. Tapi
Semangatnya aku masih enggan untuk keluar dari
semakin keteduhan warung. Kutunggu lagi cerita-
menggebu- cerita miring dari orang-orang yang ada di
gebu memburu sekitarku ini. Tapi aku ikhlas untuk
seminar- menolong orang, bukan mencari muka
seminar dan kalau memang masyarakat di sini tidak
acara-acara senang.
seni. Teman Terpaksa kutunggu hujan mereda.
kuliahnya dah
menelpon ***
Bujang. Ponsel-ku bergetar. Menyentak
Mereka minta jantungku lantaran terkejut. Segera
Bujang datang kurogoh saku celana. Memencet apa isi
secepatnya SMS itu. Aku lebih terkejut lagi setelah “Kasihan sekarang anaknya yatim piatu.”
karena mereka kubaca sebuah berita dari ibuku. Aku Orang-orang masih menyebut-nyebut
m a u menggeleng. Demonstrasi masih berjalan. dirinya. Aku urungkan niat untuk masuk ke
mengadakan Panas semakin terasa, sebagian kawan dalam. Beberapa orang polisi tampak
aksi protes telah undur diri untuk berteduh di pos nerjaga-jaga di dekat pintu. Tidak ada
terhadap penjagaan kantor DPRD itu ataupun berdiri tetangga yang boleh masuk. Dua orang anak
kapitalisme. di bawah rindangnya pohon beringin. perempuannya yang masih kecil-kecil
Dan Bujang Tetapi sebagian masih sibuk berorasi tampak menangis dalam pelukan tetangga.
diminta untuk lantang namun terdengar sudah serak. Aku menggeleng sedih. Mengapa
membaca puisi Segera ku beritahu Delfy. Dia ketua perempuan itu begitu nekat menghabisi
t e n t a n g rombongan. Sahabatku yang jangkung itu nyawanya dengan gantung diri?
kapitalisme. pun langsung mengerti. Segera aku keluar Tali yang selalu ia bawa itu ternyata
Maklumlah, dari kantor itu. Menerobos satpol PP yang sebagai alat untuk menghabisi hidupnya
Bujangkan sedang memagari betis. sendiri. “Tapi mengapa ia mesti membawa
lumayan jago Rumah itu sudah dibanjiri tetangga. Aku tali bila pulang dari kerja?” sayup-sayup
baca puisi langsung ingin melihat bagaimana keadaan mendengar tetangga berkata.***
berkat ajaran gurunya Super-Pai. Bujangpun Konsumerisme mendapat kursi yang hangat perempuan itu. Apakah keadaannya begitu
meninggalkan Mak Siti, emaknya tercinta, tempat bersolek. Dan manusia-manusia secara naas dengan tali yang selalu ia bawa itu? Selatpanjang, Juni 2008
sang wanita perkasa. Diciumnya tangan tua tak sadar telah menjadi budak dari Ternyata tali itulah yang kini menghabisinya.
itu, dikecup kening ibunya penuh cinta. konsumerisme dan kapitalisme tersebut orasi- Ia gantung diri. Langsung kuterobos
Berangkatlah ia ke kota nak kuliah lagi. orasi yang berapi-api itu disertai dengan sajak- tetangga. Mencoba mencari tahu keadaan
Hari aksipun tiba. Mahasiswa dengan sajak protes yang dibacakan Bujang. Begitu dalam rumah.
berapi-api menentang kapitalisme. piawai ia membacakan. Semakin “Polisi telah ada di dalam. Mendeteksi
Kapitalisme menciptakan manusia-manusia menggebulah semangat mahasiswa yang mayatnya.”
robot yang digerakkan oleh materi. sedang melakukan aksi. Pembacaan puisi

S agang Halaman 70 Sagang Halaman 15


cerita-pendek Biduk
besok pagi. Sementara di kamar lain ternyata ke kampungnya membantu ibunda tercinta. Di

ZAPIN BARONGSAI
Mak Siti juga resah. Dia memang sempat perjalanan Bujang memulai pembicaraan.
marah pada Bujang karena permintaannya “Mak jauh juga ya jarak rumah kita dengan
terlalu tinggi. Tapi alas an-alasan yang kebun. Kalau ada motor pasti lebih cepat.”
dikemukakan Bujang masuk akallah. Toh dia Bujang melenggang santai tapi matanya
oleh Bambang Kariyawan ingin punya motor bukan untuk TP-TP jual
tampang, biar mudah dapat cewek. Bujang
menguntit nakal maknya.
“Bujang…Bujang. Kau ni ye serupa betul
putra Mak Siti satu-satunya. Tempat dengan bapak kau. Kalau punya kehendak
menggantung segala harapan. Ia ingin kelak susah dilerai. Tahu tak, mak dah berpikir
putranya jadi orang dan semalam suntuk tentang
kerja kerasnya untuk permintaan kau tu. Dan…”,
menyekolahkan Bujang Mak Siti sengaja memotong
taklah sia-sia. Ia tahu ucapannya dan tersenyum
anaknya memiliki semangat genit pada Bujang. “Dan apa
yang tinggi dan ia tak mau mak? Bolehkah Mak,
semangat itu pupus karena Bujang punya motor?”
keinginannya tuk punya Bujang tak kuasa menahan
motor tak kesampaian. rasa. Ia merengek macam
Besok pagi ia akan anak kecil. Bujang
katakana pada Bujang menangkap sebongkah
keputusannya tersebut. Ia besar harapan dari kata-kata
akan belikan Bujang motor maknya yang sengaja
walau ia harus bekerja lebih dipotong. “Iyelah Jang. Mak
keras lagi. kan belikan kau motor. Yang
Ayam berkokok sahut menyahut ditingkah baru sajalah sekalian Jang. Kan sekarang ada
suara azan yang terdengar sayup. Embun- kredit. Makkan usahakanlah. Asal kau rajin
embun menggeliat mesrah siapkan tubuhnya kuliah Jang dan ingat seimbangkan kegiatan-
dijamah mentari. Suara air wudu membasahi kegiatanmu itu dengan kuliah. Mak tak mau
lantai perigi rumah si Bujang. Sejuk terasa kau terbengkalai kuliah. Apa kata arwah
sampai e hati. Subuh yang damai dan tenang. bapakmu nanti. Hazab Mak kena maki.” Tak
Bujang mengimami Makny sholat subuh. tersembunyikan kegirangan Bujang.
Alangkah indahnya suasana rumah mungil itu, Melonjak-lonjak ia macam katak dapat hujan.
penuh cinta dan kebahagiaan. Biasanya Dipeluk maknya kuat. “Makasih mak. Bujang
selesai sholat subuh Mak Siti bersiap-siap tuk janji kan pegang petuah-petuah emak. Bujang
menakik getah. Kebun karetnya lumayan janji. Untuk meringankan beban emak, Bujang
jauh dari rumah tapi Mak Siti sudah biasa ngojek mak.” “Terserah kaulah Jang, asal
menempuh dengan berjalan kaki seorang diri. pandai-pandai bagi waktu. Jangan sampai
Di jalan ia akan berpapasan dengan penakik- kuliah terganggu.”
penakik getah yang lain, Bujang di Dua minggu berlalu. Bujang dah dapat
sampingnya, putra tersayang semata wayang. motor baru Supra-Fit. Liburan semesterpun
Bujang lagi liburan semester jadi dia pulang usai sudah. Alangkah bahagianya Bujang
Sagang Halaman 16 S agang Halaman 69
Biduk
permintaan putra semata wayangnya Bujang
bin Syamsudin.” Tesambat setan apa pula kau
ini Jang. Makmu ni Cuma petani karet. Kebun Cahari olehmu akan sahabat
karet warisan bapak kau tupun tak seberapa Yang boleh dijadikan obat
luasnya. Kau bias kuliah saja sudah syukur
Cahari olehmu akan guru
Alhamdulillah. Sekarang nak minta motor pula.
Sadarlah Bujaaangg…!.” Yang boleh tahukan tiap seteru
Berkerut wajah Bujang. Sia-sia sudah Cahari olehmu akan kawan
semangat 45 yang ia keluarkan. Harapannya Pilih segala yang setiawan
untuk punya motor kandaslah sudah. Walau
bagaimanapun Bujang tergolong anak baik. (Gurindam 12, pasal 6, Raja Ali Haji)
Tak kuasa ia melihat risau di wajah Maknya.
Tapi di sudut hatinya yang lain, keinginannya
untuk punya motor sangatlah kuat. Motor
bekaspun tak apalah. Bujang termasuk anak
aktif di kampus. Seminar-seminar ia ikuti,
acara demi acara terutama yang berbau seni
sebisa mungkin ia hadir. Semangatnya

H
menggebu-gebu dan ia merasa semangatnya adirin yang berada di aula SMA Lim memiliki semangat nasionalis yang
itu kadang terhalang karena ia tak punya seperti terbawa ke masa Raja Ali tinggi. Lim sangat terkesan dengan sebuah
“Mak! Belikanlah aku motor. Susah Mak kendaraan. Kegiatan-kegiatan seni biasanya Haji dengan syair Gurindam Dua peribahasa yang pernah dipelajarinya di
tak punya motor, kosku jauh. Aku jadi sering di kota dan sering pada malam hari. Kalau Belasnya yang terkenal itu. Siapa gerangan bangku sekolah. Di mana bumi dipijak, di
terlambat. Terus Mak, bayangkan banyak tak punya kendaraan susahlah. Bisa pergi yang dengan indahnya melantunkannya? situ langit dijunjung. Keinginan Lim untuk
kegiatan tak bias kuikuti karena tak punya pulangnya gimana. Jauh juga dari kota “Lim… hebat sekali kau membacaknnya mendalami budaya setempat didukung
motor. Langkahku jadi pendek. Waktuku panam.Numpang sama teman terus segan dan tadi. Aku sebagai budak Melayu saja tidak penuh oleh sahabatnya, Hamzah. Lim sangat
juga terbuang banyak di bus atau di oplet. lagi susah juga cari teman yang sama-sama mampu membacakan syair Gurindam itu berminat mengkaji sejarah, budaya, dan
Contohnya kemarin Mak. Aku dapat suka seni. Pernah Bujang ungkapkan dengan baik. Kapan-kapan ajari aku yah,” sastra Melayu yang begitu kaya tersimpan di
undangan FLP di Sukajadi pukul 9, pukul 10 kesedihannya pada sahabatnya Ucok. Bujang Hamzah teman baik Lim memberikan Pulau Penyengat, sebagai tempat
aku juga ada acara di Bandar Serai. Karena sangat sedih karena tak bisa ikut diskusi apresiasi atas penampilannya membacakan menyimpan sejarah peninggalan Kerajaan
aku tak punya motor aku hanya bias ikut yang tentang proses kreatif yang diadakan syair Gurindam 12 karya sastrawan Melayu. Lim selalu meminta Hamzah untuk
di Bandar Serai. Coba kalau aku ada motor komunitas paragraph. Pembicaranya Joni Melayu, Raja Ali Haji. menemaninya untuk sekedar bermain atau
aku bias kejar keduanya. Ilmuku jadi tambah Ariadinata dari Jakarta. Bujang ingin kali ikut Lim dan Hamzah dikenal sebagai dua mengamati dengan serius peninggalan-
banyak, pengalamanku bertambah dan diskusi tapi temannya yang punya motor tak sahabat yang dikenal akrab. Lim sebagai peninggalan sejarah Melayu tersebut.
temanku juga semakin banyak. kunjung datang. Padahal mereka dah janji. anak keturunan Tionghoa dan HAmzah Tidak perlu heran, ketekunannya
Mak…pokoknya beliin aku motor Mak.” Sedihnya si Bujang. Alangkah mudah dan sebagai budak Melayu. Mreka tinggal di membuahkan hasil. Pemahaman terhadap
Bujang bercuap sepanjang tali beruk kepada panjang langkah Bujang kalau dia punya Tanjung Pinang. Sebuah kota yang memang sejarah Melayu tidak diragukan lagi.
emaknya. Mengepul-ngepul suara yang ia motor. Semalaman Bujang tak bisa tidur. sudah dikenal masyarakat sebagai kota Kepiawaiannya memaikkan musik gazal
keluarkan, bersemangat macam orang mau Pikirannya terbelenggu oleh motor. Ia telah akulturasi kental antara Melayu dan tidak kalah dengan tim gazal yang telah ada.
perang. Sementara Mak Siti, emaknya si putuskan kalau dia harus punya motor dan Tionghoa. Perbedaan latar belakang tidak Kehebatnnya bersyair semerdu burung
bujang hanya mengurut dada mendengar dia akan ungkapkan itu lagi pada Maknya mereka anggap sebagai benteng pemisah. perindu. Bahkan dalam menari Zapin,

S agang Halaman 68 Sagang Halaman 17


cerita-pendek Biduk
gerakannya sangat atraktif. Melihat Zapin maka kami punya Barongsai,”
kehebatannya itu kadang teman-tenannya sekadar membandingkan kepada Hamzah
selalu berseloroh, “seharusnya kamu Lim agar beliau lebih mudah memahaminya.
jadi budak Melayu.”
Pujian itu bukanlah tanpa dasar, berbagai
prestasi pernah diraihnya dari skala kecil
Bujang Minta Motor
sampai internasional. Prestasi
terakhirnya adalah menjadi pembaca oleh Alvi Puspita
syair terbaik dalam ajang Festival
Melayu se Dunia di Pulau
Penyengat.
“Saya kira untuk menjadi
orang Melayu tidak harus
dari orangtuanya yang
Melayu;” Lim memberikan
alasan. Alasan yang
diberikan menurutnya
memiliki dasar yang sangat
mendalam berdasarkan
kajian akan pelajaran yang
pernah diperolehnya di
bangku sekolah khususnya
ketika mempelajari teori
budaya Melayu dalam
pelajaran Budaya Melayu.
“Jawaban yang sangat
pintar, untuk menjadi
orangMelayu tidak harus
dari orangtua yang Melayu,”
Hamzah mengiyakan
pernyataan Lim yang
menurutnya perlu menjadi
perenungan kepada mereka yang
menganggap wawasan sempit akan
pengertian kesukuan.
Hari itu di sebuah klenteng, Lim “Iya, saya sering melihatnya kalau ada
mengajak Hamzah untuk melihat dirinya dan perayaan-perayaan umat Tionghoa. Tolong
teman-temannya latihan Barongsai untuk jelaskan filosofinya, Lim?”
menyambut perayaan imlek. “Baiklah, Tarian Barongsai disebut juga
“Hamzah, ini adalah tarian Barongsai, tariang Singa. Menurut kepercayaan orang
tarian kebanggaan kami. Kalau kalian punya Cina, singa merupakan lambing
Sagang Halaman 18 S agang Halaman 67
Biduk
kebahagiaan dan kesenangan. Tarian
Barongsai
dipercaya
merupakan
pertunjukan
yang dapat
membawa
keberuntungan
sehingga
umumnya
diadakan
pada
SIAPA GERANGAN? berbagai
Kepada Kartini bangsa acara
penting
Siapa gerangan? seperti
Raga yang terbelenggu pembukaan
Jiwa menggebu restoran, “Kalau kami ada Idul Fitri, kalian yang
Api membiru pendirian klenteng, dan tentu saja perayaan kami tahu ada Imlek, apa maksud dari
Siapa gerangan? Imlek,” Lim menjelaskan sambil mengajak Imlek?”
Asa mengukur langit Hamzah berkeliling klenteng. Terlihat “Imlek atau Sin Tjia adalah peraaan yang
Kasih yang menghamba bumi beragam ornament klenteng, ada naga dilakukan oleh para petani di Cina yang
Ridho dalam sunyi berwarna merah yang di mulutnya seperti biasanya jatuh pada tanggal satu di bulan
Tulus senyum sembunyi ada bola api, ada kolam berisi kura-kura, pertama di awal tahun baru. Perayaan ini
Siapa gerangan? dan ada buah-buah jeruk tersusun rapi di juga berkaitan dengan pesta para petani
Bunga mekar taman bangsaku tempat persembahyangan. menyambut musim semi. Perayaan ini di
Berputik sinar “Lim, klenteng dibangun untuk apa ya?” mulai pada tanggal 30 bulan ke-12 dan
Cahaya nanar Tanya Hamzah di sela-sela kekagumannya berakhir pada tanggal 15 bulan pertama.
Seribu mekar menyaksikan bangunan yang berdominasi Acaranya meliputi sembahyang Imlek,
warna merah. sembahyang kepada Sang Pencipta, dan
Panam, 21 April 2008 “Klenteng berfungsi sebagai tempat perayaan Cap Go Meh. Tujuan dari
ibadah bagi kami. Kalau kalian persembahyangan ini adalah sebagai wujud
menyebutnya mesjid. Membangun klenteng rasa syukur dan doa harapan agar di tahun
mempunyai banyak aturan, seperti depan mendapat rezeki lebih banyak, untuk
mendirikannya diatas podium, dikelilingi menjamu leluhur, dan sebagai sarana
oleh pagar keliling, mempunyai keletakan silaturahmi dengan kerabat dan tetanga,”
simetris, mempunyaiatap dengan arsitektur jelas Lim sambil mengajak Hamzah makan
Cina. Dalam mencari lokasi bangunan harus otak-otak cumi yang dibungkus dengan
berpedoman pada Feng Sui agar daun kelapa hijau yang dikukus dan dibakar.
memberikan keberuntungan pada Lim terus berupaya mengajak teman-
penghuninya.” temannya yang bersuku Melayu untuk
S agang Halaman 66 Sagang Halaman 19
Biduk
mngenal akan tarian Barongsai. Lewat tersebut kalau apa yang Lim lakukan
Hamzah dan beberapa teman Melayu yang ternyata hanya membuat ketidaksukaan
berminat Lim mengajarkan seluk beluk orang-orang tertentu.” Lim segera
tarian Barongsai. Bahkan muncul ide meninggalkan ruangan tamu tersebut agar
mengkolaborasi unsure seni Melayu dalam tidak terjadi perang mulut yang lebih jauh.
tarian Barongsai mereka. Lewat diskusi Di tempat lain pada waktu yang hampir Sajak-sajak Sri Handayani
muncul beragam cara untuk mewujudkan bersamaan. Ayah Hamzah memanggilnya.
keinginan tersebut. “Hamzah, yang
Latihan-latihan kalian lakukan dengan
dilakukan untuk terhadap seni Melayu
merealisasikan proyek telah merusak nilai-
akulturasi, begitu nilai seni Melayu.” ASAP PADA KOTAKU
mereka menyebutnya. “Tapi
Keadaan ini ternyata ayah…bukankah
mendapat pengamatan kreasi seni itu perlu.
dari orang tua Lim. Bukankah orang-
Suatu saat Lim orang seperti Lim Langit menangis menembus si putih kelabu
dipanggil oleh orang sudah menjadi bagian Matahari tersenyum di sela serabut
tuanya,” Apa-apaan bangsa kita? Apalagi Manusia dan aku tak lagi tersenyum
kamu mengajarkan disekolah kami Mulut dan hidung terbungkam
tarian Barongsai diajarkan untuk Ada apa di sana
kepada anak-anak bertoleransi dan dalam Nun, di kotaku
Melayu?!” pelajaran sosiologi Bergumpal si putih menyapa
“Lim, hanya ingin kami di jelaskan Mengambil bagian di paru-paru
memberikan suasana pentingnya akulturasi Manusia dan aku tak lagi tersenyum
baru dalam hubungan dan asimilasi dalam Pandangan tak tertembus jauh
masyarakat kita lewat rangka menjaga Menghirup nestapa
seni, Pa.” keutuhan bangsa.” Menghirup duka
“Papa tidak mau tahu, tadi Papa ditegur “Sudahjangan membantah, ayah sudah Tapi, pengamen dan gelandangan tak peduli
sama pengurus klenteng kita tentang ditegur oleh tetua adapt kita kemaren, jaga Siapa yang kan memberinya makan kini
kegiatan kamu itu, ingat Lim mereka nama baik ayah.” Jika asap tak mengalir
mengancam akan mengeluarkanmu dari Tim Keesokan hari di kantin SMA, Lim dan Jika asap tak berpaling
Barongsai kita bila kegiatan itu masih tetap Hamzah sama-sama mengungkapkan
kau lakukan.” masalah yang dihadapi. Tapi mereka Panam, 28 Februari 2008
“Biarlah Lim dikeluarkan dari Tim sepakat untuk terus melanjutkan yang
Barongsai itu. Lim sudah bosan dengan menurut mereka adalah kebaikan.
kefanatikan yang tidak beralasan.” “Kita lanjutkan, kita minta dukungan dari
“Hei…sadar tidak apa yang baru kau teman-teman kita,” mereka mendata teman-
katakana?!!” temannya yang dianggap dapat mendukung
“Lim sadar Pa, sesadar-sadarnya. Lim obsesi mereka. Hamzah telah mendata
akan buat surat pengunduran diri dari tim teman-teman Melayu yang memiliki

Sagang Halaman 20 S agang Halaman 65


Biduk
kemampuan dalam menari Zapin dan mendapat energi baru dengan dukungan dan
bermain musik Gazal. Lim mendata teman- semangat yang diberikan Pak Syam. Sambil
temannya yang tidak tergabung dalam tim menikmati hembusan angina laut yang
Barongsai yang telah ada dan memiliki memasuki jendela rumah panggung Pak
keinginan untuk memajukakn budaya Syam mereka melanjutkan rencana teknis
mereka. Sementara diperoleh data sekitar berikutnya.
40 nama. Dengan berbekal semangat dan
“Menurutmu siapa lagi yang bisa kita dukungan orang-orang yang mengerti
mintakan dukungan?” mereka, Hamzah dan Lim membentuk tim
“Bagaimana kalau guru seni kita, seni yang mereka sebut dengan Proyek
bukankah beliau yang termasuk apresiatif Akulturasi Zapin Barongsai.
terhadap perkembangan seni Dengan kerja keras mereka
kontemporer?” mengumpulkan rekan-rekan mereka untuk
Kedua sahabat tersebut mendiskusikan bergabung dalam tim tersebut. Latihan keras
keinginan, harapan, dan kegelisahan dilakukan untuk mewujudkan idealisme
kepada Pak Syam, guru kesenian mereka. tersebut. Latihan memadukan keseragaman
Mereka mengharapkan dukungan untuk gerak kaki, kepala, kedipan mata, dan
mewujudkan obsesi dan pendapat atas kibasan ekor tidaklah mudah. Denagn jatuh
penolakan orang tua mereka. bangun mereka harus melompat kesegala
“Kalian harus berjuang terus, mengubah penjuru. Ada banyak gerakan-gerakan rumit
SESAATKU pola persepsi dan pola piker masyarakat yang kadang membuat mereka harus
( Untuk kakanda Rieke Diah Pitaloka ) memang perlu pengorbanan,” Pak Syam terjatuh. Belum lagi latihan konsentrasi
memberikan motivasi pada mereka untuk antara musik bunyi genadang barongsai dan
tidak putus asa untuk melakukan musik gazal yang mengiringi kelompok
Aku sangat ingin mencicip duniamu, kanda perubahan. Sempat Pak Syam bercerita penari zapin yang sama-sama memunculkan
Apakah ada kesegaran disana? masa remajanya yang telah melakukan gerakan cepat dan dinamis.
Sesuatu yang tidak aku temukan dalam diriku kini beragam modifikasi musik-musik tradisional Suatu saat menjelang peringatan hari
Sebentuk cinta yang kau katakan bundar di cerpenmu, seiris hati dengan musik-musik kontemporer. kemerdekaan, sebuah selebaran untuk
yang kau kesankan Usahanya itu mendapat tantangan dari menyambut perayaan kemerdekaan akan
Suci dari hatimu, kupikir kau permata ternyata melebihi mutiara orang-orang diadakan pawai.
tua pewaris Lim dan Hamzah
Sesuatu yang tak terucap, 120408 musik dan seni sepakat untuk
tradisional mengikuti pawai
tersebut. tersebut.
Bahkan beliau Segenap
sempat persiapan
dikucilkan dan dilakukan untuk
dilarang tampil menampilkan
dimana-mana. atraksi mereka.
Lim dan “Inilah
Hamzah seolah kesempatan kita
S agang Halaman 64 Sagang Halaman 21
Biduk
untuk menampilkan sekaligus membuktikan
usaha keras kita selama ini.” Mereka
seperti mengeluarkan ikrar untuk dengan
serius menyampaikan penampilan tersebut.
Sejak saat itu teruji kesabaran, ketabahan,
dan pengorbanan untuk melakukan yang
terbaik bagi tim mereka. Latihan yang
melelahkan, konflik kecil antar anggota tim,
dan yang paling berat adalah masalah
tekanan dari ketidaksukaan orang tua
mereka. Namun dengan keyakinan, HITAM YANG MERINDU, UNTUK BATRAKU
masalah-masalah yang adamenjadi
penyemangat untuk menampilkan karya Aku berfikir hitam itu lebih baik untuk kukenang bersama runtutan
terbaik. waktu
Pada hari pelaksanaan pawai satu Hitam yang semakin kelam berteriak, siapa kau!
persatu tim menampilkan peragaan mereka. Bebaskan aku dari belenggu!
Ada yang menampilkan barisan pakaian Aku tidak seperti yang kau mau!
adapt, atraksi kompang dan lain-lain. Pada Cobalah kau biaskan hitam, pasti kau tidak mampu…hitam
saat gilirannya terdengar dari kejauhan meratapi
musik gazal sekaligus bunyi-bunyian Nasib, mengenang kerinduan bersamamu…duhai kekasihku…
barongsai. Panitia dengan antusias memberi
komentar atas penampilan Zapin Dikesunyian Batra, 040408
Barongsai. Penonton pun terkagum-kagum
dengan penampilan baru dari dua budaya
yang dipadukan oleh kreasi anak-anak
muda.
“Hadirin… inilah penampilan proyek
akulturasi yang dipimpin oleh dua anak
muda dengan kultur yang berbeda. Lim dari
suku Tionghoa dan Hamzah dari suku
Melayu. Fantastis! Idealis! Salut! Tepuk
tangan meriah untuk Zapin Barongsai…” Keterangan :
Gemuruh hadirin bergema menambah Penjelasan tentang barongsai,
semangat penampilan anggota Zapin klenteng, dan imlek diambil dari
Barongsai memainkan nada-nada gazal dan berbagai sumber.
atraktifnya barongsai.
Kejauhan terlihat keheranan di wajah
ayah Lim dan ayah Hamzah. Seakan-akan
mereka berkata,” Kalian memang anak-
anak yang hebat, kami saja yang tidak mau
melihat perubahan anakku.”

Sagang Halaman 22 S agang Halaman 63


Biduk cerita-pendek

ADIKKU TERSAYANG
oleh Rani Maulidyrza
DARAH

Kau yang menyenangi darah


Mencari darah
Mencuri darah “Jaga mulut kamu! Kamu
Menghisap darah harus sopan pada orang yang
Menghabisi darah lebih tua.” Teriakku padanya.
Hingga tak berdarah Sikapnya sudah keterlaluan.
“Aku nggak mesti ber-
Untuk negri, 140408 sikap sopan sama kamu!
Kamu nggak pantas jadi
kakak. Bisanya Cuma cera-
mahin orang aja. Kamu itu sok
suci. Di depan orang lain kamu
selalu ber-sikap
baik untuk men-
dapatkan per-
hatian orang itu.
Aku benar-benar
benci pa-damu.
Dasar pen-jilat!”
“Kamu…”
hampir saja aku
melayangkan
tanganku pada
wajahnya karena
dia berani mema-
kiku.
“Aku nggak
mau punya adek
seperti kamu!”
teriakku histeris.

S agang Halaman 62 Sagang Halaman 23


Biduk
“Oh ya? Kamu piker aku bangga jadi Aku benar-benar marah dan tidak terima
adek kamu? Tanpa kamu suruh pun aku udah diperlakukan seperti itu. Adu mulut terjadi
nggak ngganggap kamu kakakku lagi.” diantara kami. Sampai akhirnya keluarlah
Aku masuk ke dalam kamar dan kata-kata dari mulut kami masing-masing yang
membanting pintu. Tangisku pecah di dalam
kamar. Aku menyembunyikan wajahku di
seolah-olah terdengar seperti memutuskan
hubungan persaudaraan. Sajak-sajak Resti Fitriani
bawah bantal agar suara tangisku tidak Aku sangat sedih. Aku tidak percaya
terdengar sampai ke luar. Aku tidak ingin bahwa adikku sendiri sudah tidak
adikku mengetahui bahwa aku sudah kalah. menyayangiku lagi. Hatiku sakit harus
Aku tidak ingin dia tahu kalau aku sedang mempercayai itu semua. Aku sudah dibenci ORANG DI BELAKANG LAYAR!
menangisi sikapnya padaku. oleh adikku. Aku dimaki oleh saudara
Aku adalah seorang gadis berusia 17 sedarahku sendiri. Oh Tuhan, betapa pahit Aku orang di belakang layar, menguntit babak demi babak
tahun. Aku kenyataan yang pergulatan hidup panggung
memiliki seorang harus kuhadapi ini. Adalah pekerjaan yang kulakoni sekarang.
adik laki-laki yang *** Ketika tokoh utama bermain menjadi diriku, aku merasa menjadi
umurnya setahun Sejak kejadian pusat perhatian.
lebih muda dariku. itu aku dan adikku Ketika aku melihat tokoh utama bukan diriku,
Dulunya kami tidak bicara satu Aku pun berkaca,
sangat akrab, tapi sama lain. Kami Mengapa ia lebih pantas menduduki peran itu.
begitu memasuki sama-sama Aku orang di belakang layar,
SMA adikku menganggap tidak Mungkin jabatan itu sempurna bagiku, bagi orang penguntit.
berubah. Dia terjadi apa-apa Aku hanya mampu menilai tokoh utama tanpa mampu melihat
m e n j a d i didepan orang tua apa yang mampu, dan
pemberontak. kami. Hampir satu Yang kumiliki, dulu, sekarang, ataupun yang akan datang.
Bukan hanya padaku, tapi juga pada orang bulan sudah kami tidak bicara. Kami seperti Aku orang di belakang layar,
tuaku. Awalnya aku mengiri itu karena dia orang asing. Di sekolah, dia benar-benar tidak Hanya mampu bermimpi,
sedang menjalani masa puberitas. Tapi mengganggapku ada. Begitu juga aku. Hanya mampu memakan mimpi
tingkahnya semakin parah. Pelajaran Hampir setiap hari aku menangisi keadaan Asa hilang dari benakku sendiri.
sekolahnya kacau dan ia selalu tidak ada ini. Di sekolah aku lebih banyak murung dan Yah…!aku orang di belakang layar,
dirumah. Waktunya dirumah hanya malam tidak banyak bicara. Nilai bulananku juga Yang untuk berteriak pun, aku masih butuh suara,
hari saja. Selain itu, ia mengahabiskan waktu menjadi jelek. Para guru bergantian Yang untuk menunjukkan muka pun, aku butuh meminjam serupa
diluar rumah. memanggilku mempertanyakan masalah wajah,
Puncak kekesalanku terjadi malam itu. nilaiku yang turun drastic. Aku hanya Yang untuk melangkah pun, aku butuh sepasang tungkai kokoh,
Saat itu aku bicara dengannya tentang menjawab bahwa aku lupa belajar saat akan Yang untuk melihat pun, aku butuh kornea sehat.
sikapnya yang mulai keterlaluan. Orang tuaku ujian. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku orang di belakang layar, melihat bisa, menatap bisa, menilai
tidak tahu lagi harus bagaimana Makanya aku meniru jawaban teman- bisa, …, …, …,
menghadapinya. Dia benar-benar keras temanku yang lain saat ditanya masalah niali Hanya menjadi tokoh utama bisa…sebatas impian
kepala. Aku menasehatinya agar dia merubah mereka yang jelek. Sekali lagi aku orang di belakang layar……………!
sikapnya dan sedikit berkonsentrasi pada “Arista, malam minggu besok aku dan
sekolah. Tapi dia malah membentakku. Dia teman-teman mau datang bersama melihat
bilang aku tidak perlu ikut campur urusannya. pensi sekolah kita. Kamu mau datang bersama

Sagang Halaman 24 S agang Halaman 61


Biduk

SUNGAI MALAM

Mengalir deras tak bermuara


Menuju ke laut fana
Yang dalam
Membawa nadi-nadi tenggelam
Membawa aku
Aku
Aku
Aku
Tenggelam pada sungai malam
Bersama pasang dan tajam
Aku tidak pulang
Karena karam dalam lubuk
Terdalam
Aku dan tengahku
Aku
Hilang aku

Dumai, 12 April 2008

kami?” Tanya Marisa padaku saat istirahat Acara pensi sekolahku sangat meriah.
tiba. Panitia pensi sepertinya sangat sukses
Aku berpikir sejenak lalu menjawabnya menyelenggarakan acara ini. Teman-teman
dengan pasti. “Ya, aku mau. Kalian mau sekolahku begitu menikmati acara yang
jemput aku khan?” menghibur ini. Aku juga sangat terhibur dengan
“Iya, kita pergi naik mobil Doni. Nanti aku pensi. Aku bahkan bisa melupakan masalahku
akan minta dia menjemput kamu.” sejenak. Sampai berita itu datang…
“Terima kasih, Marisa.” “Arista…Arista!” Doni dan Putra berlari-
Entah apa yang membuatku ingin datang lari kearahku.
pada acara pensi itu. Padahal pikiranku Aku menatap mereka dengan bingung,
sedang tidak enak. Tapi aku malah “Ada apa?” tanyaku.
memutuskan datang. Ada baiknya juga sih aku “Di sana…” Doni masih berusaha mengatur
menonton pensi itu. Siapa tahu aku bisa sedikit nafasnya. “Arista…di ujung
oleh Hastin Yuniarsih terhibur. jalan…adikmu…”
***

S agang Halaman 60 Sagang Halaman 25


Biduk
“Adikmu kecelakaan, Arista. Sepertinya senang. Rutenya juga tidak begitu jauh. Malam
dia dan teman-temannya yang lain melakukan itu jalanan licin. Karena hujan baru saja turun
balapan untuk bersenang-senang. Tapi sore harinya. Tapi mereka tetap ingin balapan.
adikmu tidak hati-hati dan dia terjatuh.” Putra Saat putaran terakhir, adikku berada di
melanjutkan perkataan Doni yang terputus- posisi pertama. Dan ia sangat senang begitu
putus. mengetahui hal itu. Berkali-kali ia melihat ke
Aku merasakan badanku merinding dan belakang untuk memastikan tidak ada orang
kaku. Tubuhku bergetar hebat. Dan air lain di belakangnya. Tapi ia tidak sadar kucing
mataku turun perlahan. melintas di depannya. Untuk menghindari HANYA SEBUAH ASA
“Kamu nggak apa-apa, Arista? Wjahmu kucing itu ia membelokkan motornya ke
pucat sekali. Kamu…hei, Arista!” kanan. Karena saat itu gelap adikku tidak Lama bertahun menghilang tak dapat dicari
Belum selesai Marisa bicara, aku sudah melihat ada genangan air disana. Dengan Puas di sudut pelosok mata angin yang menderu
meninggalkannya. Aku berlari kencang keluar kecepatan tinggi ia melintasi genangan air itu. Puas diliku-liku persimpangan hidupmu tak kutemui
dari sekolah menuju ujung jalan. Jantungku Tapi ia tidak bisa menjaga keseimbangan Engkau entah kemana
berdegup kencang. Aku sangat takut. hingga motornya oleng dan jatuh. Adikku Pergi tak meninggalkan kesan dan sepatah kata
Takut…sekali. terseret cukup jauh dari motornya. Dan Adakah aku salah dan melakukan sanubari yang penuh kelembutan itu
Langkahku terhenti ketika melihat kepalanya terbentur aspal karena saat itu ia Adakah tersalah langkah hingga aku tak tahu kemana arah lagi
kerumunan orang di ujung jalan. Aku berjalan tidak memakai helm. Sekiranya semua itu jadi persoalan
cepat dengan nafas tersengal-sengal. Air Malam itu juga adikku dibawa ke rumah Dari sudut jiwa yang kosong dan kekabutan mencari jejak-jejakmu
mataku tak berhenti mengalir. Aku menangis sakit. Dan pagi harinya langsung menjalankan Inginku jemput dan kusambut datangmu
tanpa suara. operasi. Aku terus menungguinya. Aku ingin Bersama jiwa baru yang kau hidupkan dalam kepergianmu
Aku menerobos kerumunan orang itu dan dia cepat pulih dan sadar kembali.
melihat adikku tergeletak tak berdaya disana. Ketika aku sedang membeli minuman di Kini kuberharap ketibaanmu di depanku
Darah mengalir dari kepalanya. kantin rumah sakit, Putra yang saat itu sedang Lalu berseloka dengan alunan kerinduan yang lama terkulai tak berdaya
“Andhika…” aku berteriak dan memeluk menjenguk adikku menelfon dan mengabari Harap kau kembali setelah kulepaskan gulita dulu
tubuh adikku yang dipenuhi darah. Aku bahwa adikku sudah sadar. Aku berlari Menyirami kebun-kebun kasih sayang dengan air ketulusan
menangis histeris disaksikan oleh kerumunan kembali ke kamar rawat adikku. Begitu Menatap masa depan yang menanti dan memanggil
orang. Darah di tubuh Andhika ikut mengenai melihatku masuk, serentak orang-orang di
tangan dan bajuku. Andhika sudah tidak dalam kamar keluar. Dumai, 12 April2008 Listia Anita, XI IPS C
sadarkan diri. “Ayah dan Ibuku mana?” tanyaku pada SMA Negeri 1 Sungai
“Panggil ambulans! Cepaaaaatt…!!!” Putra yang juga bersiap keluar. Pakning, Jl. Ahmad Yani
*** “Mereka sedang di ruangan dokter.” Putra Sejagat
Setelah operasi yang dijalankan Andhika menepuk pundakku pelan. “Bicaralah Sungai Pakning 28761.
berhasil, dia dipindahkan ke ruang rawat inap padanya. Sudah saatnya kalian meninggalkan Riau tlp (0766) 91280
biasa. Sudah tiga hari sejak adikku operasi gengsi. Dia adikmu, Arista. Selamanya akan
tapi ia belum sadarkan diri. selalu begitu.”
Aku mengetahui peristiwa sebenarnya dari Putra keluar dan menutup pintu. Aku
orang-orang yang menyaksikan kejadian itu mendekati tempat tidur adikku. Kepalanya
secara langsung. Adikku dan lima orang dibalut perban. Begitu juga dengan kakinya.
temannya mengikuti balapan untuk bersenang- Selang oksigen yang tadinya terpasang di

Sagang Halaman 26 S agang Halaman 59


Biduk
hidung Andhika sudah terlepas. Wajahnya
pucat.
“Kamu baik-baik aja?” tanyaku. Aku
merasakan suaraku bergetar.
“Aku baik-baik aja, Kak.” Jawabnya.
Andhika tersenyum padaku. “Maafkan
ADDINA aku, Kak. Aku bersalah pada
kakak.”
“ A k u
Rambut menjalar ke ubun sukma u d a h
Menggelegar nafas meraut udara maafin
Mentali jiwa menggayut ke muara mimpi tersadar kamu.
Lupakan jangan hiraukan Kamu
khan
Addina addina addina adikku,”
a k u
Tersalam terucap dari nafas jiwa mengelus
Mengalir ke sungai jiwa kepalanya.
“ A k u
Addina addina addina bangga punya
kakak seperti kamu.
Salam penyambutan yang tak teruraikan Kamu sangat baik. Aku janji akan merubah
Kusut kesat tak terungkai sikapku pada kakak, juga pada Ayah dan
Kusut Ibu. Kamu nggak benci aku khan, Kak
Kesat Arista?”
Kasat Air mataku mengalir.Aku senang
Hilang melihat perubahan adikku. “Aku
Addina addina addina nggak benci kamu, Dika. Kamu
pasti lapar khan? Aku suapin
Tak tahu juga aku ya?”
Andhika mengangguk.
“Terima kasih, Kak.”
Pekanbaru, 14 Maret 2008 Terima kasih Tuhan, kau
sudah mengembalikan adikku
yang baik. Aku senang bisa
kembali akrab dengan adikku. Aku
sadar, tali persaudaraan itu tidak akan
pernah terputus oleh apa pun. Kerena rasa
kasih saying persaudaraan tidak akan pernah
mati.***

S agang Halaman 58 Sagang Halaman 27


foto-budaya Biduk

Sajak-sajak Gunawan R

LUKA

Terlalu dalam mau kuceritakan


Secebis luka dalam diri
Mengapa tak siapa yang peduli
Kucoba menghanyutkannya di samudera diri
Bersama perahu kelupaan
Berharap ia tenggelam dihempas gelombang
Gelombang benci
Gelombang kehidupan
Bersaa detik-detik itu
Sudah lama ia berdiri di diri
Bertahta kuatnya
Ku tertewas
Terbunuh
Lantas ku hilang dalam terang
Perih, pedih menjadi Satu
Satu
Satu
Satu
Bernama luka
Luka diri yang dalam
Membenamkanku ke dasar hati
Keluarga Suku Dayak Penan di Serawak, Tak terkira jaraknya
sebelum disentuh modernisasi foto: Hedda Morrison, HEMISPHERE
Dumai, 25 April 2008

Sagang Halaman 28 S agang Halaman 57


Biduk

PERSELINGKUHAN KEYAKINAN

Kemurnian menjadi bisa


Tatkala universalisme menjadi alasan
Semua tanpa batas
Dinding, sekat, pagar telah roboh oleh toleransi buta
Kehakikian bergabung tanpa dasar
Demi kemuliaan katanya
Kecendekiaan menjadi tameng pembenaran
Pengkultusan selalu berulang
Keilmuan dibelokkan
Sensasi mengeluarkan pernyataan dan perbuatan
Membuat beda dalam kewajaran
Charisma menjadi alasan meraih massa mendukung keyakinan
Kadang tak habis dinalar
Apanya yang benar?

Sentuhan Modernisasi dalam bentuk kran air bersih di kalangan suku Dayak Kayan dan Kenyah
di Serawak foto: Hedda Morrison, HEMISPHERE
S agang Halaman 56 Sagang Halaman 29
esei Biduk

Pelangi
Imaji(nasi) PESAN DARI MASA DEPAN

Marhalim Zaini: Ketakpantasan hinggap


Mengubah kenormalan menjadi di luar kewajaran
Sastra Wajah-wajah menua
Keindahan menjadi kegersangan

Kontekstual Oksigen tidak lagi menyegarkan


Entah dengan apa nantinya harus dihirup
Air menjadi keruh
oleh Musa Ismail *) Siklus tak lagi memberikan hujan
Kalaupun ada hujan asam yang siap memborbardir tubuh
Tidak lagi ada kesantunan
Tidak ada lagi wajah-wajah pencerahan
Yang ada hanya konspirasi saling menjatuhkan
Perlahan berguguran kemanusiaan yang wajar
Kebrutalan menjadi kebiasaan
Awalnya, saya mengenal Marhalim Zaini Di dunia sastra, mungkin tak ada yang Budaya sebagai manusia menghilang
(MZ) melalui Segantang Bintang, meragukan kemampuan dan keterlibatan Tergantikan oleh keserakahan
Sepasang Bulan (SBSB) dan puisi-puisinya MZ. Dari naskah drama, cerpen, novel, Masa depan sudah tidak menjajikan
di Harian Riau Pos. Lalu, entah tahun bila esai, apalagi puisi, terus saja mengalir bagai Masa kini lah sebuah harapan
(saya lupa), baru kenal MZ secara langsung. embun. Karya-karya kreatifnya, terutama Kesungguhan untuk membendung pesan masa depan
Ketika itu, penyair yang cerdas bahasanya puisi, terus saja berdengung bagai lebah
(aspek linguistik dalam karya-karya yang terbang. Kata MZ dalam SBSB,
kreatifnya) ini—menurut saya—mudik ke ’’Terlebih dari itu, puisi kemudian hadir
Bengkalis, ibukota kabupaten tempat menjadi sebuah dunia yang di dalamnya
kelahirannya dengan membawa sekebat menyimpan kemungkinan-kemungkinan
brosur promosi tentang AKMR (Akademi ruang estetis yang tak terhitung jumlahnya.
Kesenian Melayu Riau) untuk SMAN 3 Saya membayangkan, ia menyerupai sarang
Bengkalis, tempat saya menghidupkan lebah dengan ribuan lubang yang
tungku dapur. Sejak itu, kesan saya bahwa menyumpan madu. Sementara dengungan
MZ adalah penyair sederhana, apa adanya, sayap lebah-lebah yang beterbangan di
menjunjung prinsip hidup, dan orang yang luarnya adalah langgam yang akan
tunak di dunianya. didendangkan oleh bahasa puisi yang telah

Sagang Halaman 30 S agang Halaman 55


Biduk
jadi. Apakah sejumlah puisi saya dalam hubungan bahasa dengan sastra sebagai
buku ini telah terdapat ribuan lubang yang lingkaran bahasa yang diterobos oleh
menyimpan madu, atau hanya menjadi lingkaran sastra di berbagai wilayah bahasa.
ampas kata-kata. Untuk hal ini, saya hanya Dari penjelasan tersebut sangat jelas bahwa
bisa mengatakan bahwa, paling tidak saya bagi sastra, bahasa seumpama pelangi
telah berniat dan berbuat (2004: i). warna-warni bagi suatu lukisan. Berkaitan
*** dengan fungsinya inilah, akan menciptakan
Dalam tulisan ini, saya bukan bermaksud pelangi-pelangi imajinasi yang bertenaga dan
memperbincangkan sikap berontak/ penuh pesona.
perlawanan seorang MZ. Idealisme yang Salah satu kecerdasan adalah
sudah mengental dalam jiwa penyair ini kecerdasan kreatif. Jenis kecerdasan ini
secara tidak langsung telah membentuk terlahir dari jaringan imajinasi. Jika kita kaji-
prinsip kehidupannya di gelanggang sastra. kaji, sebenarnya imajinasi lebih tua daripada
Bagi saya, selain fakta. Sebelum
visualisasi waktu yang diciptakan kapal terbang,
begitu teserlah dalam sudah pasti kita
karya-karyanya berimajinasi terlebih
SEPENGGAL KISAH DI SUDUT TEMARAM (terlebih puisi- dahulu. Bagi saya,
puisinya), adalah imajinasi merupakan daya
Dua insan berjanji dalam kesetiaan pelangi imajinasi. impian dahsyat yang
Dua insan siap menyatu dalam keserbatakberdayaan Pelangi imajinasi dalam mampu memberikan
Putaran waktu tak kuasa dibendung dibiarkan mengalir karya-karya MZ berbagai gambaran
Kemiskinan tetap tak bergerak terkesan begitu kenyataan. Bahasa yang
Berkubang semakin kotor dan kusam menggoda, penuh digunakan sastrawan
Kehadiran permata-permata hidup memberi cahaya dalam warna, memancing interpretasi, dan akan mampu mewujudkan pelangi imajinasi
pandangan memerlukan perenungan yang memadai tentang berbagai persoalan kehidupan, baik
Tapi mulut-mulut selalu menganga minta diisi suapan dalam hal memahaminya. Sudah tentu, sejarah maupun lingkungannya.
Lingkungan sekitar tutup mata telinga sastrawan seperti MZ tidak akan Puisi-puisi, novel, dan cerpen MZ tidak
Membenamkan diri dalam keegoisan melahirkan karya-karya kreatifnya dari hanya sekedar reproduksi kejiwaan. Tetapi,
Deru oplet dan gemuruh becak seolah tak terdengar keadaan sia-sia atau dari kehampaan. juga menggambarkan kenangan masa silam
Keadilan kadang sering datang terlambat Seperti apa yang dikatakan Agus R. dalam gambaran panca indra. Bahasa-
Ketika keputusasaan telah menggumpal Sarjono bahwa sastrawan tidak menulis bahasanya bukan visual semata, tetapi
Mematri kaki dan tangan menjemput asa dari ruang kosong dan hampa sejarah dan menghadirkan persepsi yang jauh melebihi
Menjadi kaku dan beku lingkungan. sekedar gambaran visual. Imajinasi yang
Yang saat ini ingin dilakukannya adalah diam dan menjalani Bahasa-bahasa MZ adalah pilihan kata dihadirkan MZ dalam karya-karyanya juga
yang benar-benar mantap. Dalam karya berfungsi sebagai pendeskripsian pemikiran-
sastra, bahasa ibarat tulang penyangga pemikiran dengan pilihan kata yang
keberadaan karya sastra. Rene Wellek dan melahirkan kekokohan bahasanya.
Austin Warren menjelaskan bahwa bahasa Pelangi imajinasi yang teranyam sangat
adalah bahan mentah sastrawan. Sementara halus oleh MZ dalam karya-karyanya.
itu, Sudiro Satoto mengatakan bahwa Bahasa-bahasanya, menurut saya, adalah
S agang Halaman 54 Sagang Halaman 31
Biduk

KAU TIKAM AKU DENGAN SENYUM

Tenang…
Ada gurat bengis tersungging
Misteri…
Hitam putih catur penuh intrik
Tapi aku tak mampu untuk berlari
Bahkan aku tergadai oleh pelukanmu
Aku merasa hangat dalam cengkeraman kuku setanmu
bahasa-bahasa pemberontakan atau hujan di atap rumbia, begitu tajam Jalan berlorong untuk sebuah hati hitamku?
perlawanan yang dijalin menjadi begitu menikam meranti,
lembut, halus, dan sangat santun. Sebagai lantai senja yang berdaki.
praduga, mungkin waktu dan ruang telah Tapi harus kukaji, mambang hitam
menempa kepribadiannya selama di penunggu
Yogyakarta, suatu kota yang mengagungkan batang mempelam yang setia
kehalusan berbahasa jika dibandingkan mencatat kecemasan
dengan kawasan Sumatera. Bahasa seperti anak-anak ketam dalam lubang
itu jelas tampak dalam Segantang Bintang, malam. Sebab
Sepasang Bulan (SBSB, kumpulan puisi), demikianlah aku, dua puluh enam
Langgam Negeri Puisi (LNP, kumpulan tahun, menyimpan
puisi), Amuk Tun Teja (kumpulan cerpen), ketakutan atas telukmu yang kian
dan Getak Bunga Rimba (novel). Mari kita waktu kian rumpang.
simak satu puisi dalam SBSB yang berjudul Begitu jelas pelangi imajinasi dan
Gumam Teluk Mambang (1). gambaran waktu. Bukan sekedar imajinasi
Aku menziarahi telukmu, dua puluh indrawi yang dilahirkan, tetapi juga imajinasi
enam tahun, kinestetik. Puisi di atas juga melakarkan
sejak pohon karet usiamu belum tentang imajinasi kedesaan dan
seliar hutan, dan kehidupannya. Di bagian lain, dalam SBSB,
dataran gambut belum bertebing laut. MZ melahirkan imajinasi kekotaan dan
Merumuskan ingatan, serupa kehidupan modern (seperti dalam puisi
menghitung titik-titik Magelang-Jakarta dan Membaca
cahaya siang yang mengintip dari Jakarta). Dengan demikian, akan
lubang-lubang melahirkan pula sesuatu yang ironis antara

Sagang Halaman 32 S agang Halaman 53


Biduk
kehidupan suatu desa dan kehidupan sehingga menjadi bahasa estetik. Lebih khas
modern: suatu pertentangan tradisional lagi, pilihan kata yang dijalin MZ adalah
dengan modernisasi. Pelangi-pelangi diksi-diksi yang berasal dari lingkungan
imajinasi semacam ini akan menghadirkan kehidupannya. Kalau kita kembali ke asal
apa yang dikatakan Wellek dan Warren bah kampung halamannya, maka kita terasa
imaji diformulasikan sebagai reproduksi begitu akrab dengan laut, pantai, bakau,
mental, suatu ingatan masa lalu yang siput, teluk, pasir, cangkul, gambut, dan
inderawi, dan berdasarkan persepsi, tidak semacamnya. Kata-kata seperti itu
selalu bersifat visual. memberikan gambaran kuat terhadap
Seperti apa yang dikatakan Wellek dan warna-warni imajinasi dalam karyanya.
Warren tentang suatu ingatan masa lalu, Baik puisi, cerpen, maupun novelnya,
karya-karya MZ cukup memberikan fokus MZ memperlihatkan suatu bentangan
tentang kehidupan masa lalu. Namun, pemikiran yang sangat realistik tentang
ingatan masa lalu sebagai suatu imajinasi itu lingkungan dan sejarah Riau. Kehidupan
dikemasnya dalam lingkup yang lebih dan pernik-perniknya begitu nyata sebagai
modern. Kesan tentang imajinasi ini dapat suatu lukisan yang bermain-main dalam
KETIKA KATA… kita tangkap dalam Amuk Tun Teja. setiap karyanya. Berbagai pola adat,
Ingatan-ingatan masa lalu dalam kumpulan kenangan sejarah, kempisan perut kaum
cerpen ini lebih banyak mengisahkan tentang miskin, keterpinggiran/marjinalisasi
Ketika kata dibelenggu konflik kejiwaan dan bayangan kelam. oleh Hukmi
masyarakat, idealisme, harapan dan sikap
Sirna hilang di pusaran bumi Bahkan, Maman S. Mahayana dalam tentang suatu kebudayaan (seperti
Rantai-rantai memberatkan imajinasi prolognya menegaskan bahwa Amuk Tun pembelaan lagu-lagu dalam novel Getah
Diam bahasa diam suara Teja mengisahkan tentang dunia suram, Bunga Rimba). Karya-karyanya begitu
Ketika kata membelenggu tentu saja dalam anyaman pelangi imajinasi kental dengan nuansa Melayu. Kejeniusan
Tutup mata tutup telinga MZ. Di samping itu, dalam cerpen yang lokal yang dijalin oleh pemikirannya
Angin fitnah menerobos berjudul Amuk Tun Teja, MZ membentuk hamparan kisah dan kesan yang
Menyedot sendi kehidupan memperlihatkan keberpihakannya kepada kadang-kadang memilukan, bahagia, tragis,
Ketika kata menjadi hikmah perempuan. Seakan-akan dalam cerpen itu, dan mengajuk jiwa.
Cermin hati menjadi bersih MZ mengajak kaum perempuan melakukan Bahasa-bahasa yang dipakai MZ
Nurani bening bak embun pagi suatu perlawanan terhadap ketidakadilan sebagai medium utama sastra terkesan
Menyatukan rasa dan imajinasi yang menimpanya. Dalam cerpen- begitu maksimal menjalankan fungsinya.
cerpennya ini, MZ begitu bersahaja Jalinan-jalinan kata yang membentuk frase,
menghadirkan legenda Melayu seperti Hang klausa, dan kalimat seolah-olah bebas
Tuah dan Hang Jebat dalam kehidupan mengepakkan sayapnya mengalir ke muara
modern. Tanpa sadar, MZ dalam hal ini, sungai dari pemikiran-pemikiran MZ.
serupa juga dengan Taufik Ikram Jamil Membaca karya-karyanya, seakan-akan
dalam Sandiwara Hang Tuah dan kita mencium, melihat, mendengar,
Membaca Hang Jebat. merasakan, meraba, dan mengecap sesuatu
Kekuatan-kekuatan karya sastra yang yang terletak di hati dan perasaan orang-
dilahirkan MZ, menurut hemat saya, terletak orang Riau. Kita juga bisa merasakan
pada kemampuannya mengolah pilihan kata gerak, getar, perbuatan, denyut adat/
S agang Halaman 52 Sagang Halaman 33
Biduk
budaya, dan juga perihnya luka yang rakyat jelata yang hidup susah. Reproduksi
ditanggung masyarakat negeri ini. kejiwaan karya-karyanya begitu objektif
Pada umumnya, MZ bergerak dari mengenai gambaran masyarakat Riau.
kampung. Melalui karya-karyanya, MZ Kesan-kesan seperti ini mengingatkan saya
mengusung lingkungan kampung sekuat pada satu kata, yaitu kontekstual. Saya
tenaga sehingga memberikan arti mendalam bersimpulan, MZ telah melahirkan karya
di tengah-tengah kehidupan yang serba sastra kontekstual Riau saat ini. Penyair
modern. Karya-karyanya terasa begitu yang membanggakan saya (mungkin agak
dekat dengan kehidupan masyarakat luas di subjektif) ini mengemas, mengeram, dan PEMBENARAN DI ATAS KEBENARAN
tanah air, terutama Riau, termasuklah melahirkan pelangi imajinasinya dalam
tentang kemarahan, keterasingan, dan kandungan kontekstual lingkungan dan Sakral kata dicari celah
darah yang selalu mengalir dalam pipa-pipa kesejarahan Riau.*** Persepsi bermunculan untuk pembenaran
minyak di negeri ini. Dalam karya-
Kepintaran dialihkan untuk kesesatan
karyanya, MZ berkabar tentang apa saja *) Musa Ismail adalah guru SMAN 3 Terhasut dan terfitnah oleh kemunafikan
yang berkaitan dengan lingkungan dan Bengkalis. Menulis cerpen, puisi, esai, dan Apa yang kau cari?
sejarah Riau. Dia berkabar tentang laut, novel. Akan terus menulis sebelum sampai Alasan kedamaian?
kebun, ladang minyak, keserakahan, derita ke batas. Bohong…
kuli, dan sebagainya. MZ terasa begitu Email: musaismail_bks@yahoo.com Kau hanya ingin bilang
dekat dengan masyarakat kelas bawah,
Kalau dirimu yang benar
Kau buat pembenaran atas kebenaran

Anak-anak dan perumahan suku Dayak Bidayuh di Serawak foto: Dewan Budaya

Sagang Halaman 34 Sagang Halaman 51

S agang
Biduk sajak

Sajak-sajak Sitti Syatariah

HAMPA

oleh Sitti Syathariah

Kelopak sayap waktu tak hendak menunggu


Kehampaan yang bergelayut pada tiang-tiang asa
PANGGILAN ITU TAK LAGI MERINDU
Kebimbangan yang setia merajut renda hati,
Bergumul dengan ketidaksetiaan harap yang tak sempat terpatri di dinding-dinding hari
Kala Bilal membuka suara
Walau hembusan angin sanggup robohkan megah benteng, takkan badai sanggup
Sejauh telinga mendengar
Hempaskam gelombang impian
Hati merindu tersayat-sayat
Ingin segera bertemu pemilik panggilan
Nop 2005
Urusan dunia tak lagi penting
Kesucian hati pembuka diri
Melebur dalam kenikmatan tak bertepi

Sagang Halaman 50 Sagang Halaman 35


Biduk

SIA-SIA

Katakan pada angin SANG PEMBISIK


Desirnya tak sanggup sejukkan rasa
Katakan pada awan, Ambisi dan kekuasaan akan bangkit
Putihnya tak sanggup bersihkan hati Karena hembusan kata
Katakan pada hujan Keputusan bisa berubah
Dinginnya takkan mampu meredam gejolak Karena kipasan kata
Katakan pada gelombang, Kedamaian jadi terusik
Riaknya takkan sanggup buyarkan kekakuan Karena angin-angin kata
Katakan pada mentari, Pembisik-pembisik hadir di tengah kata
Sinarnya tak berarti apa-apa… Meracunkan…
Katakan pada rembulan Menodakan…
Cahanya terlalu suram untuk menyinari Membinggungkan…
Gelap hati Semua kata yang telah tertata
Katakan pada rembintang
Kerlipnya tak seindah kunang-kunang

10 Desember 2005

Sagang Halaman 36 Sagang Halaman 49


Biduk

PENANTIAN ITU PUN BERAKHIR

Ketika ku telusuri jalan itu


Ada getar berirama di setiap langkah yang kau ayunkan
Getar itu begitu indah
Seindah hari-hari yang pernah kulewati bersamanya di jalan ini
Bougenville ungu yang berjajar di trotoar ini
Mengingatkanku pada rona merah pipinya
Ketika sekuntum bunga itu keselipkan di sela-sela rambut dekat
REGALIA YANG TERNODA telinganya

Kejayaan negeri disanjung Dia tersenyum penuh makna


Dimarwahkan di atas junjungan Menatap lekat mataku
Pembesar negeri dan hamba khalayak Ada getar bergemuruh di dada manakala dua pasang tangannya
Tersatukan dalam simbol yang putih
Regalia penyatu negeri Menyentuh lembut pipiku
Pusaka berganti generasi Ada banyak kata yang ingin terucap
Karena ambisi Ada berjuta makna yang tersirat…
Marwah negeri diinjak perih
Harga diri pengemban amanat teruji Ketika kutelusuri jalan ini
Pantang hati menerima jemari ambisi Ada bagian yang terlalu indah untuk dilupa tapi terlalu pahit untuk
Segala cara tidak simpati disusupi diingat
Konspirasi tingkat tinggi sulit di lawan
Regalia diserahkan dengan tidak segenap hati 15 Februari 06
Luka negeri tiada terperih
Menahan hilangnya perekat negeri

Sagang Halaman 48 Sagang Halaman 37


Biduk

MENGOBRAL KATA
MEMORI
Di bawah pohon mangga yang rindang
Ditemani semilir angin
Ketika kutelusuri jalan ini Menjadi pelepas gerah
Lagi Berkumpul bersama merajut janji
Masih ada sisa getar berirama itu namun terdengar sumbang Sekedar menjalani rutinitas tanpa tujuan
Harmoninya tak lagi sempurna karena dawai-dawainya tlah usang, Diawali dengan basa basi merangkai cerita
Di dapur tadi masak apa
Lapuk dan ausdikikis waktu Terus dari tetangga ke tetangga di kupas
Lalu putus dan lepas… Perkakas baru apa, dan beli dimana
Bersama hilangnya harap dan asa Lanjut keberita hangat
Pupus bersama penantian yang sudah berakhir Seputar selebritis yang selalu diulang-ulang
Berita gossip menjadi primadona
Ketika kutelusuri jalan ini Semakin tajam wilayah politik pun dimasuki
Lagi Seolah-olah telah lahir tokoh serba tahu melekat dalam
Ada getar berirama di setiap ayunan langkahku dirinya
Getar itu tak seindah dulu Kata-kata tanpa henti terus mengalir
Hanya tinggal bias tersisa Saling sahut menyahut
Keindahan yang suram dan padam Bak suara jangkrik di hutan lebat
Bersama waktu yang tek berulang… Atau seperti suara katak dikala pasca hujan
Gemuruh…
Maret 06 Kata-kata tidak akan bisa dibendung
Terhenti sesaat oleh waktu
Berlanjut pula oleh waktu

Sagang Halaman 38 Sagang Halaman 47


sajak Biduk esei

Sajak-sajak Bambang Kariyawan

Musik Gereja
oleh Asri

AKU SUDAH LUPA KALAU DIA TUHANKU

Ketika kecil…semua bacaan…semua hafalan…semua gerakan… A. Pendahuluan upacara khusus, misalnya pernikahan, dimana
Kunikmati dengan sepenuh hati Setidaknya sejak abad ke-19 musik musik sendiri tidak harus bersifat gerejawi dan
Karena aku yakin Tuhan adalah temanku gereja menjadi suatu persoalan yang tidak musik unsur keagamaan yang dapat di
Ketika remaja…saat ketidakstabilan…saat kegoncangan…saat pencarian diri selesai perselisihannya antara seniaman, pihak pentaskan di luar konteks gereja.
Kegamangan untuk menyakini adakah Tuhan di sekitarku? gerja dan masyarat. Hal ini berdasarkan Di sini kita bisa melihat pada pembaharuan
Ketika dewasa…saat rutinitas menjadi roda…saat uang dan kekuasaan begitu manis suatuestetika duniawi yang semain menonjol musik gereja pada awal abad ke-20, pihak
Terasa…saat bermunculan Tuhan-Tuhan lain di sekitarku dalam bidang kesenian, dimana unsur agama gereja semakin kritis terhadap pembaharuan
Membuatku lupa apa pernah ada Tuhan dalam hatiku? tetap berperan, akan tetapi dalam bentuk musik gereja tersebut, karena sesuai dengan
mistik, spiritualisme, panteisme dan lain-lain. perkembangan musik pada abad ke-20 pada
Karya musik yang gerejawi sering umumnya. Dengan demikian satu hal yang
dipentaskan diluar lingkungan gereja, sangat menarik untuk di bahas yaitu unsur
sehingga dualisme antara persepsi musik keagamaan yang dapat di pentaskan di luar
murni dengan unsur persepsi keagamaan kita konteks gereja, karena perkembangan musik
bisa melihat melalui teksnya yang sangat Barat ke wilayah Indonesia saat ini sangat
menonjol. menjanjikan bagi para pemain dan komposer.
Berdasarkan hal yang di atas tersebut Salah satu contoh kita bisa melihat
penulis sangat tertarik dengan nuansa religius perkembangan musik Jazz. Sebelum penulis
yang terdapat dalam musik gereja, dalam melangkah lebih jaoh terlebih dahulu ingin
kesempatan ini penulis merasakan bahwa membahas sedikit tentang apa itu musik Jazz.
berbagi pendapat yang dikatakan oleh Menurut Diter Mack dalam bukunya Sejarah
masyarakat, bahwa pada dasarnya harus kita Musik jilid 4 menyatakan; Jazz merupakan
bedakan antara musik Liturgi sendiri, dan musik folklor, akan tetapi setelah kurun waktu
musik yang menggiringi liturgi, kemudian tertentu menjadi suatu eksperesi individual,
musik yang berhubungan dengan suatu yang dimaksud individual disini terlihat dari segi
Sagang Halaman 46 Sagang Halaman 39
salam redaksi Biduk
Rasa
SUATU hari Wak masuk ke dalam studio tari, menyaksikan para penari jurusan tari sebuah
perguruan tinggi. Lama sekali Wak bermenung menyaksikan mereka latihan menari. “Tari “kita”
tetap seperti dahulu juga, itu ke itu juga,” kata-kata Wak dalam hati. Kenapa Wak berani
mengatakan seperti ini? Karena Wak sudah tak dapat menghitung lagi jumlahnya memainkan
musik, membuat musik tari, musik pengiring tari kelompok tari “di sini”. Kenapa tari “kita” tetap
itu ke itu juga? Apa sebenarnya yang tidak pernah ada dalam tari “kita”? pertanyaan itu akhirnya
Wak sampaikan pada para penari yang sedang latihan di studio tari perguruan tinggi itu. Pertanyaan
itu adalah “Rasa”. Ada tiga hal yang seharusnya ada dalam sebuah tari, yang dalam istilah tarinya
disebut wirasa, wirama dan wiraga. Istilah ini diambil dari bahasa Jawa, yang bermakna: rasa,
irama, dan raga. Tari “kita” mencakupi dua hal untuk keharusan itu. Yaitu wirama (irama) dan
wiraga (raga). Wirama (irama) menuangkan musikal dalam tari tersebut, sedangkan wiraga adalah
bentuk tari itu sendiri (tubuh). Hal yang jarang dan bahkan tak pernah ada dalam tari “kita”
adalah Wirasa (rasa, jiwa, roh). Sebuah kesenian yang tidak mempunyai jiwa ataupun kehilangan
foto: Internet jiwa adalah kesenian robot. Jika seniman itu sendiri boleh jujur, karya seni yang dihasilkannya itu
adalah sebenarnya “jiwa”-nya sendiri.
komposisi, melainkan dari segi kebanyakan akan tampak bahwa seni dan religius
inprovisasi, baik dari segi pengolahan tekstur bermunculan bersama-sama sejak di celah- Pada seni yang lain, musik misalnya. Dengan kehadiran tekhnologi canggih sekarang ini, semua
maupun dari segi ”sound”nya. Nah dari sini celah prasejarah yang suram, untuk berabad- suara alat-musik dapat ditampilkan dalam sebuah “organ”. Karya-karya musik dapat dimainkan
timbul pertanyaan apakah sah, apabila suatu abad lamanya keduanya sangat berhubungan dalam bentuk MIDI, Squencer seperti halnya kaset atau CD yang diputar di tape recorder atau
karya komposisi tertulis? Dan selain itu terus dengan erat, kemudian di Eropa, sekitar peralatan VCD atau DVD, namun penampilan karya musik itu tetaplah “robot”. Begitu juga
bagaimana dengan musik yang tidak tertulis, 500 tahun yang lampau, gejala pertama akan halnya dengan permainan musik yang tidak ada jiwa (rasa) di dalamnya. Wak setuju pernyataan
akan tetapi juga tidak bersifat inprovisasi, adanya pemisahan antara keduanya timbul banyak pengamat musik bahwa sekarang anak-anak sangat luar-biasa permainan musiknya,
seperti kebanyakan musik karawitan di jurang pemisah ini tampaknya akan meluas. tetapi tidak ada penjiwaannya dalam memainkan lagu tersebut. Kalau begitu apa bedanya kita
Indonesia misalnya dilihat dari sejarahnya, Denagn datang puncaknya reneissance (manusia) dengan robot? Untuk ketelitian memainkan nada-nada robot sangatlah teliti (kecuali
gamelan semar pagulingan di Bali misalnya ditemukan suatu seni yang pada hakikatnya peralatannya rusak), namun robot tetaplah robot, tidak mempunyai rasa (jiwa). Inilah juga
punya fungsi hiburam untuk para aristokrat, bebas dan merdeka, individual sipatnya, dan keuntungan pada sisi yang lain seniman yang belajar musik tanpa mengenal notasi, karena mereka
tetapi tidak mustahil musiknya sekaligus di tidak bermaksud untuk mengeksperesikan hanya mengandalkan rasa (jiwa), namun ingat juga di sisi yang lain juga permainan musik
tapsirkan sebagai musik seni. apa-apa kecuali pribadi siseniman sendiri, memerlukan juga wirama (irama) dan wiraga (teknik). Semua orang akan dapat menulis cerita
Nuansa Religius (Herbert Read : P,39 ). atau puisi, namun tidak semua orang akan dapat memuatkan rasa (jiwa) dalam puisi-puisinya.
B.Pembahasan Kembali lagi kita ke pokok-pokok Karena itu, dalam latihan-latihan teater, olah-rasa sangatlah penting selain juga olah-tubuh (raga).
Sebagai pembahasan bisa dirumuskan permasalahan yaitu; nuansa Religius dalam
berdasarkan permasalahan yang di lontarkan musik gereja dimana pada saat sekarang jika Jadi, mari memasukkan rasa (jiwa, roh) dalam karya seni kita, karena tanpa jiwa atau roh
di atas, bahwa nuasa religius dalam musik kita melihat musik Jazz apakah musik ini (rasa) sebuah raga tidak berarti apa-apa. Tanah akan tetap menjadi tanah, kalau roh tidak
gereja disini kita bisa menghubungkan antara bersipat hiburan, spiritual, eksperesi individual dimasukkan ke dalamnya. Dan, menjadi diri sendiri adalah tujuan akhir dari seniman.
seni dan religi adalah satu di antara (sebagai ”karya seni”) dan lain-lain. Di sini
pertanyaan-pertanyaan yang tersulit untuk di penulis mencoba untuk menggungkap bahwa
jawab. Nah jika kita melihat kemasa lampau musik Jazz banyak di kaitkan dengan isu-isu wak biduk
Sagang Halaman 40 Sagang Halaman 45
lembaran sastra budaya
Seniman Muda pemberontakan budaya. Kebebasan dan 19970, perpaduan atau pendekatan dengan

Biduk
perjuangan orang-orang Afrika yang menjadi musik kontemporer pada umumnya dan
DAFTAR ISI buruh di Amerika. Mereka tertindas dari sisi “fusion” sebagai mainstrem Populer.
ras, politik, dan hak asasinya. Bahkan orang- Pada tahun 50-an diwarnai dengan tiga,
orang kulit hitam itu tidak bisa beribadah bahkan empat alian utama yaitu Cool Jazz,
bersama dengan tuan-tuannya yang berkulit Modal Jazz, Harbop dan suatu aliran khusus
putih. namanya “Third Stream”.
Karena itu, Dalam hal ini Cool Jazz
kemudian muncul dan Modal Jazz memiliki
pemisahan tempat banyank persamaan,
ibadah yang di kenal antara lain karena musisi
dengan gereja putih dan utama yang mewakilinya
gereja hitam. juga sama.(Dieter Mack,
”pemisahan” ini 1995:389).
kemudian berimbas Perkembangan musik
123456789012345678901234567890121234567 pada musik religius Jazz menjadi berbagi
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567 yang dinyanyikan aliran itu merupakan
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567 orang-orang kulit hitam keluesan musik
123456789012345678901234567890121234567 saat beribadah musik Jazzberadaptasi dengan
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567 mereka lebih perkembangan termasuk
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567 salam redaksi: eksperesip dan kemampuan musik Jazz
123456789012345678901234567890121234567 Rasa......................................................45
123456789012345678901234567890121234567 beremosi, misalnya beradaptasi dengan
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567 sajak : benar-benar menangis perkembangan termasuk
123456789012345678901234567890121234567 Sajak-sajak :
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567 - Bambang Kariyawan saat sembahyang. kemampuan musik Jazz
123456789012345678901234567890121234567 - Gunawan R Eksperesi dan emosi itu mere-presentasikan
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567 - Resti Fitriani
123456789012345678901234567890121234567 menggmbarkan Religiousitas seseorang,
123456789012345678901234567890121234567 - Sri Handayani .........................46
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567 kesengsaraan hidup bahkan sejumlah musik
123456789012345678901234567890121234567 cerita-pendek : Jazz kristiani
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567 dan penindasan yang
123456789012345678901234567890121234567 Bujang Minta Motor
123456789012345678901234567890121234567 oleh Alvi Puspita.....................................67 mereka alami ( kompas 12-05 ). menggunakan musik Jazz untuk menarik
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567 Pemisahan gereja dan revolusi pada musik perhatian jemaat datang kegereja.
123456789012345678901234567890121234567 tokoh :
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567 religius mempengaruhi perkembangan musik Musik yang indah dan menarik di nilai bisa
123456789012345678901234567890121234567 Ghassan Kanafani: Sang Martir Palestina
123456789012345678901234567890121234567 oleh Misran............................................72 Blues yang kemudian menjadi backbone, membawa seseorang jemaat lebih khidmat
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567 tulang punggung musik Jazz. Setelah era sewaktu menyembah Tuhan, Musik Jazz yang
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567 1900-an musik Blues berkembang sendiri dan di dedikasikan untuk menyembah Tuhan ini
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567 dikenal juga dengan musik Jazz persembahan.
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567 Jazz juga berkembang sendir dengan berbagi
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567 warna musik didalamnya.
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567 Diantaranya, Rangtime, New orlean, New C. Komposer dan Instrumen
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567 orlean Chicago dan swing, yang masuk Pada ahir tahun 40-an muncul berbagai
123456789012345678901234567890121234567 kategori tradisional Jazz. Aliran modern Jazz musisi yang antara lain, berasal dari lingkungan
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567
123456789012345678901234567890121234567 diantaranya; Bebop 1940, Cool Jazz 19950, Charlie Parker, musisi yang paling menonjol
123456789012345678901234567890121234567
modal Jazz dan Hard Bop 1960-Free Jazz adalah pemain Trumpet Miles Davis (1926-
Sagang Halaman 44 Sagang Halaman 41
1992). Sejalan dengan itu Davis pianis John
Lewis (1920) yang pada itu ikut “Big band”
Gillespie, dapat mengembangkan suatu gaya
yang sama, sebagai pelopor cara improvisasi
ini yang sangat absrak, “relaxed” dan (secara
sekilas) “tampa emosi” sebenarnya sudah
terdapat sebelum era Bebop.
Baru kali ini ditulis nama seseorang yang
mesti disebut sejalan dengan Miles Davis
dalam konsep modal Jazz yang nmenujupada
era free jazz yaitu John Coltrane (1926-1967)
yang berkembang dibawah pengaruh
Gillespie dan Parker (Bebop) dengan Teladan
Lester Young dan Coleman Hawkins.
Untuk perkembangan selanjutnya, penting
sekali bahwa Coltrane mulai membentuk
groupnya sendiri, dan yang bekerja sama
dengan dia terus menerus adalah Mc coy
Tyner adalah piano, Jimmy Garison bas, dan mendefinisikan bahwa agama sebagai satu menghargai dengan mendengarkan kreatrivitas
Elvin Jones drum, yaitu tiga msisi yang sangat kepercayaan dalam bentuk spiritual. dan ekspresi dari musisi yang berinprovisasi.
kondusip untuk kebebasan dan kekreatifan Sejumlah ahli antropologi sosial modern sudah Dalam hal ini musik jazz di sini juga
Coltaine. kembali kesuatu perluasan definisi agama mengajarkan seseorang untuk berdialog,
Sejalan dengan itu proses perkembangan dalam penmgembangan kehidupan social dalam artian mendengar dan merespon,
Coltrane musisi lain juga cukup aktip dan Musik Jazz yang di susun atas ritem dan masyarakat terhadap manusia biasa atau kemampuan mendengar dan merespon itulah
album yang paling menonjol dalam konteks improvisasi tingkat tinggi menjadi media yang kekuatannya. Ditambahkan lagi oleh yang menghidupkan musik jazz dalam suasana
musik Jazz baru ini adalah “Free Jazz” dari cukup reperesentatif untuk mengeksplorasi sisi pendapat Clifford Geertz dalam sebuah kebersamaan, dan kedamaian seperti kasih
Ornette Colman dari tahun 1961, seperti kita Rohani. uraiannya merumuskan sebuah definisi agama Tuhan dalam perayaan natal saat sekarang.
ketahui bahwa free boleh diartikan dengan Presentasi pengalaman religius dalam dan peranannya secara jitu bahwa agama
“free bebas sepenuhnya”. Free harus musik Jazz juga juga dilakukan oleh Duke adalah sistem simbol yang berfungsi
diartikan “bebas dari keterbatasan Elington dimasa mendekati akhir hayatnya, ia menanamkan semangat dan motivasi yang
tradisional”, akan tetapi dengan berbagai juga membuat musik yang dibawakan oleh kuat, mendalam, dan bertahan lama pada
aturan baru, sesuai dengan kebutuhan Band-nya sendiri dalam tiga kali konser yang manusia dengan menciptakan konsepsi yang Daftar Pustaka
eksperesi masing-masung. disebut Sacred Concert. bersifat umum tentang eksistensi, dan Dieter Mack, Sejarah Musik Jilid IV.
John Coltrane di era- 1957-1964 juga D. Kesimpulan membungkus konsepsi-konsepsi itu Cetakan ke-1 : 1995
menuangkan pengalaman religiusnya dalam Jadi jelas telah kita ketahui, bahwa seni dan sedemikian rupa dalam suasana aktualitas Karl Edmund Prier Sj, Ilmu Bentuk
karya musiknya ia menggabungkan musik Religius sangat berhunbungan erat seperti yang sehingga suasana dan motivasi itu kelihatan Musik. Cetakan ke-1 : 1996
dengan agama menjadi satu bagian tidak dikatakan dalam pembahasan tadi yaitu. sangat realitas. (Roger M. Keesing, 1992 : Roger M. Keesing, Antropologi Budaya.
terpisahkan. Karya besarnya yang banyak di Religius bermunculan bersama sejak di celah- 94) Penerbit Erlangga; 1992
apresiasi adalah album “A Love Supreme” celah prasejarah yang suram, seperti yang di Atas dasar itu nuansa religius dalam musik Herbert read, Seni, Arti dan
yang di rekam tahun 1964. Album ini banyak ungkapkan Taylor dalam buku Antropologi jazz berupaya mengajarkan seseorang untuk Problemantiknya.
dinilai sebagai awal kebangkitan spiritualbaru. Budaya, satu abad yang lalu telah
Sagang Halaman 42 Sagang Halaman 43

Anda mungkin juga menyukai