Anda di halaman 1dari 37

STRUKTUR

FUNGSIONAL ORGAN
PENGUCAPAN,
SUARA & BICARA

drg. Yudi Prasetya S

BLOK STOMATOGNATIC SYSTEM


KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
BERBICARA
 Percakapan digunakan untuk berkomunikasi
antar individu

 Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan


fungsi tubuh, melibatkan:
a. sistem pernapasan,
b. pusat khusus pengatur bicara di otak
dalam korteks serebri,
c. pusat respirasi di dalam batang otak
d. struktur artikulasi, resonansi dari mulut
serta rongga hidung.
 Cerebral cortex merupakan bagian penting
dalam proses percakapan dan bahasa yang
berkembang sejak lahir dan memperlihatkan
perbedaan pada orang dewasa.

 Otot-otot yang mengkomando organ bicara


diatur oleh motor nuklei di otak, dengan
produksi suara diatur oleh kontrol pusat di
bagian rostral otak.
BERBICARA
 Proses bicara diawali oleh sifat energi dalam
aliran dari udara.
 Pada bicara yang normal, aparatus
pernapasan selama ekshalasi menyediakan
aliran berkesinambungan dari udara dengan
volume yang cukup dan tekanan (dibawah
kontrol volunteer adekuat) untuk phonasi.
 Aliran dari udara dimodifikasi dalam
fungsinya dari paru-paru oleh fasial dan
struktur oral dan memberikan peningkatan
terhadap simbol suara yang dikenal bicara.
BERBICARA
 Bicara adalah membuat dan mengelola suara menjadi
simbol-simbol.
 Terjadinya simbol-simbol ini merupakan hasil kerja sama
beberapa faktor, yaitu:
1. Respirasi (aliran udara)
• Awal proses bicara
• Terdiri dari trakea, bronkus, dan paru-paru. Aliran
udara respirasi merupakan sumber kekuatan yang
diperlukan untuk mencetuskan suara dan diatur
tekanannya mulai dari paru-paru.
• Alat pernapasan mengalirkan udara dengan jumlah
dan tekanan yang cukup, sehingga terbentuk suara
(phonasi)
BERBICARA
2. Phonasi
adalah suara yang dihasilkan dari aliran udara keluar
melalui laring,
 di dalam laring, pita suara (plica vocalis) mengubah
aliran udara ini.
 dengan cara mengatur kedua pita suara (kiri dan
kanan) dan juga mengatur jaraknya, terbentuk suatu
celah sempit yang besar dan konturnya bervariasi
sehingga menimbulkan tahanan terhadap aliran udara.
 tahanan ini menyebabkan udara bergelombang
sehingga timbul bunyi/suara.
 suara ini disebut dengan suara laring (suara vokal).
BERBICARA
3. Resonansi
adalah yang memberikan kualitas
karakteristik pada bunyi gelombang suara
yang ditimbulkan pita suara.

 Organ-organ yang berfungsi sebagai


resonator adalah sinus-sinus, permukaan
organ-organ, rongga pharynk, rongga
mulut, rongga dinding, rongga dada.
 Sumber suara fonasi pada pita suara intensitasnya
lemah, tidak berwarna dan sulit dikenal.
 Dengan adanya alat-alat resonansi yang berfungsi
sebagai resonator, maka suara tersebut mendapat
variasi pada frekuensi tertentu, intensitasnya
meningkat, demikian juga pada kualitasnya (warna
suara) dan idenitasnya,
 tetapi suara yang sudah diresonansi ini masih
bukan merupakan suara bicara.
 Ciri-ciri resonansi sangat bervariasi pada setiap
orang dan merupakan aspek yang sangat penting
bagi efektivitas bicara.
BERBICARA
4. Artikulasi (pengucapan)
proses penghasilan suara dalam berbicara oleh
pergerakan bibir, mandibula, lidah dan mekanisme
palatopharyngeal dalam koordinasi dengan
respirasi dan phonasi.

bertugas memodifikasi suara-suara laring tadi dan


juga membentuk suara-suara baru dalam rongga
mulut.
 Tersusun atas:
a. Bibir, berfungsi untuk membendung udara pada
pembentukan suara letup.

b. Palatum mole-durum merupakan permukaan sensitif


bagi lidah untuk mengawasi proses artikulasi,
menghalangi dan membentuk aliran udara turbulen dan
sebagai kompas bagi lidah bahwa suara terbaik sudah
dihasilkan.

c. Lidah, membentuk suara dengan mengangkat, menarik,


menyempit, menipis, melengkung, menonjol, atau
mendatar.
d. Pipi membendung udara di bagian bukal.

e. Gigi berfungsi menahan aliran udara dalam


membentuk konsonan labio-dental dan
apiko-alveolar.

f. Mandibula membuka dan menutup waktu


bicara
 Beberapa jenis konsonan yang terbentuk setelah
mengalami artikulasi:

a. Suara bilabial (bibir dengan bibir): m, p, b.


b. Suara labiodental (bibir dengan gigi): f, v.
c. Suara linguodental (lidah dengan gigi): t, s,
th
d. Suara linguopalatal (lidah dengan langit-
langit): r, l
e. Suara linguoapikoalveolar: n, d.
f. Suara glotis: h
STRUKTUR FUNGSIONAL ORGAN
PENGUCAPAN
LARYNX
 Laring merupakan
penghubung antara
pharynk dan trakea,
didesain untuk
memproduksi suara
(phonasi).
 Laring terdiri dari 9
kartilago, 3 kartilago yang
besar dan berpasangan
 Organ ini terletak pada
midline didepan cervikal
vertebra ke 3 sampai c 6.
LARYNX
 Organ ini dibagi ke dalam
3 regio:
a. Vestibulum Laryngis
b. Ventriculus laryngis
c. Cavitas Infraglotica

 Vocal fold (true cord) dan


vestibular fold (false cord)
terletak pada regio
ventriculus laryngis
LARYNX

 Di dalam laring ini terdapat pita suara yang


dapat menghasilkan gelombang suara yang
nantinya akan di modifikasi oleh resonator
dan artikulator yang kemudian dihasilkan
suara yang seperti kita ucapkan sehari-hari.
LARYNX
 Pergerakan pita suara (abduksi, adduksi
dan tension) dipengaruhi oleh otot-otot
yang terdapat disekitar laring, dimana
fungsi otot-otot tersebut adalah:
 M. Cricothyroideus: menegangkan pita
suara
 M. Tyroarytnoideus (vocalis): relaksasi
pita suara
 M. Cricoarytenoideus lateralis : adduksi
pita suara
 M. Cricoarytenoideus posterior : abduksi
pita suara
 M. Arytenoideus transversus : menutup
bagian posterior rima glotidis
VOCAL TRACT

 Vocal tract pada manusia merupakan


acoustic tube dari cross section dengan
panjang sekitar 17 cm dari vocal fold hingga
bibir.

 Area cross section ini bervariasi, dengan


penempatan bibir, rahang, lidah, dan
velum/palatum molle (soft palate)
VOCAL TRACT

 Nasal cavity memiliki panjang sekitar 12 cm


dan volume 60 cm3.

 Bunyi suara berasal dari velocity volume dari


udara yang melewati vocal cords.

 Vocal tract bertindak sebagai filter dengan


frekuensi yang diinginkan, berkorespondensi
dengan resonansi akustik dari vocal tract
VOICED SOUNDS (SUARA)

 Suara, contohnya huruf vocal (a, i, u, e, o),


diproduksi dengan meningkatkan tekanan
udara di paru-paru dan menekan udara untuk
bergerak ke glottis (lubang antara vocal
cords), sehingga vocal cords bergetar.
 Naik dan turunnya pitch dari suara dikontrol
oleh aksi dari tensor cricothyroid dan otot
vocalis.
 Variasi dalam tekanan subglotal juga penting
untuk mengatur derajat getaran layngeal
ARTIKULASI DAN RESONANSI
 Ketika suara dasar dihasilkan oleh vocal tract
suara tersebut dimodifikasi untuk
menghasilkan suara yang jelas dengan proses
resonansi dan artikulasi

 Dengan kegunaan sifat-sifat resonant dari


vocal tract, bunyi suara dasar disaring.

 Kualitas akhir dari suara tergantung dari


ukuran dan bentuk berbagai cavitas yang
berhubungan dengan mulut dan hidung.
 Bentuk dari beberapa cavitas ini bisa diubah
oleh berbagai macam aktivitas bagian yang
dapat bergerak dari pharynx dan cavitas oral

 Cavitas yang berhubungan dengan hidung


adalah cavitas nasal, sinus, dan nasopharynx

 Nasopharynx dengan cepat berubah-ubah dan


variasi ini dihasilkan oleh kontraksi otot-otot
pharyngeal dan gerakan dari palatum lunak
 Cavitas yang berhubungan dengan mulut
adalah cavitas oral dan oropharynx.
 Kedua cavitas ini bisa diubah-ubah oleh
kontraksi dari otot-otot
 Semua cavitas ini mengambil dan
memperkuat suara fundamental yang
dihasilkan oleh getaran dari vocal cords.
 Fungsi ini dikenal dengan sebutan resonansi.
 Pergerakan dari palatum lunak, laring dan
pharing membuat manusia dapat mencapai
keseimbangan yang baik antara resonansi
oral dan nasal yang akhirnya menjadi
karakteristik dari suara tiap-tiap individu
 Fungsi dari mekanisme pengucapan adalah
untuk mengubah bentuk dari tonsil laryngeal
dan untuk membuat suara dalam rongga mulut.
 Suara yang penting terbentuk adalah
pengucapan konsonan, yang ditekankan sebagai
iringan suara oleh gesekan bunyi.
 Konsonan dibentuk dari low amplitude,
gelombang udara yang berkontak dari arah
berlawanan.
 Misalnya pada kontak antara dua bibir saat
pengucapan huruf “p” dan “b”. Contoh lain
juga pada lidah yang menyentuh gigi dan
palatum saat pengucapan huruf “t” dan “d”.
 Tanpa kemampuan (kapasitas) pengucapan,
suara yang dihasilkan hanya berupa faktor
kekuatan, volume, dan kekuatan, seperti
suara yang hanya dihasilkan oleh huruf vocal.
 Hal ini terbukti secara klinis ketika
kemampuan berbicara seseorang hilang pada
penderita paralytic stroke.
 Kemampuan berbicaranya hanya seperti
pengucapan huruf vocal saja dengan sedikit
konsonan.
 Disamping menyuarakan suara-suara, sistem
vocal dapat menghasilkan dua macam suara-
suara yang tak terdengar: fricative sounds
dan plosive sounds
 Fricative sounds dicontohkan oleh konsonan
s, sh, f, dan th, yang dihasilkan ketika
traktus vocal setengah tertutup pada
beberapa titik dan udara tertekan melewati
konstriksi pada kecepatan yang cukup tinggi
untuk menghasilkan turbulensi.
 Konsonan fricative membutuhkan sangat
sedikit penyesuaian pada artikulator, dan
sering terdengar tidak sempurna pada kasus
maloklusi atau penggunaan denture
 Plosive sounds, konsonan p, t, dan k,
diproduksi ketika traktus vocal tertutup
seluruhnya (biasanya dengan bibir atau
lidah), membiarkan tekanan udara meningkat
saat menutup, dan kemudian membuka
dengan tiba-tiba.
 Untuk beberapa suara, seperti konsonan
fricative v dan z yang terdengar, adanya
kombinasi dari dua sumber suara
 Pembentukan pada pergerakan untuk
kemampuan bicara berkaitan dengan fungsi
kontinyu dari sensorik informasi dari reseptor
otot dan mechanoreseptor cutaneous yang
didistribusikan sepanjang respiratory,
laringeal, dan sistem orofacial
VOKALISASI
 Laring khususnya berperan
sebagai penggetar
(vibrator). Elemen yang
bergetar adalah pita suara.
 Pita suara menonjol dari
dinding lateral laring ke
arah tengah dari glotis.
 Pita suara ini diregangkan
dan diatur posisinya oleh
beberapa otot spesifik
pada laring itu sendiri.
 Selama pernapasan normal, pita akan
terbuka lebar agar aliran udara mudah lewat
 Selama fonasi, pita menutup bersama-sama
sehingga aliran udara diantara mereka akan
menghasilkan getaran (vibrasi)
 Kuatnya getaran terutama ditentukan oleh
derajat peregangan pita, juga oleh
bagaimana kerapatan pita satu sama lain dan
oleh massa tepinya
 Pita suara dapat diregangkan oleh rotasi
kartilago tiroid ke depan atau oleh rotasi
posterior dari kartilago aritenoid, yang
diaktivasi oleh otot-otot dari kartilago tiroid
dan kartilago aritenoid menuju kartilago
krikoid.
 Otot-otot yang terletak didalam pita suara di
sebelah lateral ligamen vokalis, yaitu otot
tiroaritenoid, dapat mendorong kartilago
aritenoid ke arah kartilago tiroid dan oleh
karena itu melonggarkan pita suara.
 Pemisahan otot-otot ini juga dapat mengubah bentuk
dan massa pada tepi pita suara, menajamkan untuk
menghasilkan bunyi dengan nada tinggi, dan
menumpulkan untuk suara yang lebih rendah (bass)
 terdapat beberapa rangkaian lain dari otot laringeal
kecil yang terletak di antara kartilago aritenoid dan
krikoid, yang dapat merotasikan kartilago ini ke arah
dalam atau ke arah luar atau mendorong dasarnya
bersama-sama atau memisahkannya, untuk
menghasilkan berbagai konfigurasi pita suara.
 Setelah udara meninggalkan paru-paru, udara mengalir
melalui laring yang berfungsi sebagai vibrator yang
diperankan oleh pita suara.
 
 Pita suara diregangkan serta
diatur posisinya oleh beberapa
otot khusus laring, dengan
adanya perbedaan regangan
dan ruang yang dibentuknya,
maka terbentuk celah dengan
macam-macam ukuran yang
menghasilkan suara sebagai
berikut:

a) Voiceless,
pita suara membuka penuh
waktu inspirasi, pita suara
saling menjauh, sehingga udara
bebas lewat di antaranya.
b) Voiced,
pita suara bergetar ke arah
lateral.

Udara mendorong pita suara


saling menjauh, aliran udara
lewat dengan cepat yang
menarik kembali pita suara
untuk asling mendekat,

proses ini berlangsung


berulang-ulang sehingga terjadi
getaran pita suara.
Suara yang dihasilkan oleh proses fonasi
memiliki nada (frekuensi), kekerasan
(intensitas), dan kualitas lemah.

Suara hasil produksi laring yang hanya


berkaitan dengan bicara disebut fonasi-
suara-bisikan,
sebaliknya suara lain yang diproduksi laring
yang tidak berkaitan dengan bicara tidak
dapat disebut suara fonasi (batuk,
berdehem, tertawa).
MATUR NUWUN

Anda mungkin juga menyukai