Anda di halaman 1dari 10

Kuning Normal

Penyebabnya ?

Secara fisiologis, tubuh seseorang memproduksi sel darah merah, dan “membuang† atau
memecah sel darah merah yang sudah tua, secara kontinyu. Produk buangan dari proses pemecahan
itu disebut bilirubin indirek yang tidak larut dalam air. Saat bayi masih di dalam rahim, bilirubin
indirek ini akan dibuang oleh plasenta dan diproses di organ hati ibu menjadi bilirubin direk (larut
dalam air), untuk kemudian dibuang melalui urin dan tinja ibu. Semua proses ini alamiah dan hampir
dialami oleh semua bayi.

Segera setelah lahir, bayi harus memecah sendiri bilirubin indirek di organ hatinya. Namun, karena
fungsi organ hati bayi belum matang, proses itu jadi lambat. Akibatnya bilirubin indirek akan
menumpuk di dalam darah dan jaringan tubuh. Kondisi ini menyebabkan kulit, mata dan selaput
lendir bayi tampak kuning.

Ciri-cirinya ?

Timbul di tubuh bayi sesudah 2 x 24 jam

Derajat bilirubin sekitar 10 mg%

Pada bayi yang mendapat susu formula, ia mejadi kuning dan mencapai puncaknya, yakni sekitar 6-8
mg%, pada hari ke 3

Pada bayi yang mendapat ASI, kadar bilirubin puncak dapat mencapai 7-14 mg%. Peningkatan kadar
ini masih diaggap normal.

Bayi tetap aktif menangis dan kuat menyusui

Urin bayi tidak berwarna kuning tua atau coklat

Bisa hilang ?

Tentu, bila fungsi organ bayi sudah matang. Saat itu, hati mampu mengubah bilirubin direk, sekaligus
membuangnya. Karena itu, bayi kuning fisiologis akan terlihat kuning di hari ke-2 dan mencapai
puncaknya di hari ke-3. pada hari ke-4, kadar bilirubin akan turun secara pelan-pelan. Normalnya,
kuning itu akan hilang di hari ke-7.

Kapan perlu fototerapi?

Bila kadar bilirubin tidak terIalu tinggi, dia tidak perlu diterapi sinar biru (fototerapi). Sebaliknya, bila
kadarnya cukup tinggi (lebih dari 10 mg%), maka terapi ini perlu dilakukan.

Bagaimana proses fototerapi?

Bilirubin akan menyerap sinar dengan panjang gelombang 450Â 460 nanometer. Sinar (yang
terutama terdapat pada sinar biru) ini akan mengubah sifat dan bentuk bilirubin, dari yang bersifat
indirek menjadi direk. Perubahan ini akan membuat bilirubin mudah dikeluarkan melalui saluran
cerna dan ginjal dalam bentuk tinja dan urin.
Adakah cara lain?

Berikan ASI sesering mungkin agar proses transportasi bilirubin ke sel hati menjadi lancar. Selain itu,
bila sudah di rumah, jemur bayi sekitar 15Â 30 menit pada pukul 07.00 - 09.00.

Penyebabnya?

Bisa karena perbedaan golongan darah, kekurangan enzim GPO, infeksi besar (sepsis), Hb darah
tinggi (polisitemia), sumbatan sistem empedu, gangguan metabolik atau endokrin, faktor ras, dan
kelainan genetik. Bisa juga karena usia ibu lanjut, ibu dengan diabetes atau tekanan darah tinggi, ibu
kekurangan zat seng, obat obatan tertentu, proses persalinan dengan menggunakan alat, bayi
prematur, atau pemotongan tali pusat yang terlambat.

Ciri cirinya?

Kuning terjadi pada usia sebelum 24 jam pertama setelah lahir.

Melalui pemeriksaan laboratorium, peningkatan kadar bilirubin terjadi sangat cepat, melebihi 5 mg%
per hari.

Warna urin kuning tua atau cokelat.

Berbahayakah?

Ya, karena kadar bilirubin yang tinggi dapat menyebabkan keracunan pada otak, yang akhirnya dapat
menyebabkan retardasi mental atau palsi serebral.

Apa tindakan yang tepat?

Dilakukan terapi sinar biru.

Transfusi tukar, yaitu menukar darah bayi dengan darah golongan 0 dengan kadar anti A dan anti B
yang rendah (sebelumnya dilakukan uji silang antara pendonor dan penerima). Tapi, hal ini dilakukan
bila kadar bilirubin bayi sudah tinggi alias sudah berbahaya.

Tidak semua ibu-ibu yang mempunyai bayi mengetahui bahwa bayinya kuning. Apa itu bayi kuning
serta bagaimana penanganannya. Adakah manfaatnya penjemuran di sinar matahari?

APA YANG DISEBUT BILIRUBIN?

Bayi kuning terjadi karena adanya peningkatan bilirubin di dalam darah. Bilirubin merupakan hasil
pemecahan sel darah merah yang telah mecapai usia tertentu (sel yang telah tua). Bila jumlahnya di
dalam darah cukup banyak, ia akan ditimbun di bagian-bagian tubuh tertentu. Gejala yang terlihat
ialah warna kuning pada kulit, bagian putih bola mata dan mukosa (selaput lendir) tubuh.
Dalam prosesnya bilirubin akan ditemukan dalam 2 bentuk. Yang pertama yang disebut bilirubin
bebas (indirek), merupakan hasil pemecahan hem yang merupakan hasil penguraian hemoglobin (zat
dalam sel darah merah). Bilirubin ini bersifat racun, sukar larut dalam air mudah larut dalam lemak,
dapat menemus lapisan pelindung otak sehingga menyebabkan kerusakan. Yang kedua bilirubin
direk yang merupakan hasil perubahan dari bilirubin indirek di hati. Bilirubin ini mudah larut dalam
air sehingga lebih mudah dikeluarkan oleh tubuh.

MENGAPA BANYAK TERBENTUK BILIRUBIN?

Pada saat masih dalam kandungan, karena paru-paru yang belum berfungsi, janin memiliki sel darah
merah yang sangat banyak. Sel darah merah inilah yang dibutuhkan untuk mengangkut oksigen dan
zat makanan dari ibu ke janin. Setelah lahir, paru-paru mulai berfungsi, sel darah merah tak
dibutuhkan lagi akan dihancurkan. Proses penghancuran ini akan menghasilkan bilirubin.

Bayi cukup bulan mempunyai batas aman untuk kadar bilirubin 12 mg/dl. Sedangkan bayi kurang
bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah 10 mg/dl. Jika kadarnya meningkat diluar kadar
tersebut disebut hiperbilirubin (patologis, penyakit). Bilirubin yang terlalu tinggi pada keadaan
tertentu dapat masuk kedalam otak dan menyebabkan kerusakan otak dengan gejala gangguan
pendengaran, keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku.

PENANGANAN BAYI KUNING

Kuning yang fisiologis (normal) biasanya dimulai 24 jam setelah lahir dan hampir sebagian besar
terjadi pada usia 2-4 hari . Biasanya kuning akan menghilang atau berkurang pada usia 1 sampai 2
minggu. Kuning dengan kadar bilirbin tinggi merupakan hal yang patologis. Ini dapat disebabkan
oleh berbagai penyakit seperti hepatitis, toksoplasma, sifilis, malaria, kelainan di saluran empedu
atau ketidak cocokan golongan darah atau rhesus ibu dan bayi.

1. PEMBERIAN ASI (AIR SUSU IBU)

Pada bayi yang kuning sebagian ibu-ibu menghentikan pemberian ASI. Menurut

rekomendasi AAP, justru pemberian ASI tidak boleh dihentikan, bahkan harus ditingkatkan

(lebih kurang 10-12 kali sehari). Sedangkan pemberian banyak air putih tidak akan

menurunkan kadar bilirubin.


2. TERAPI SINAR

Dilakukan di klinik atau rumah sakit. Caranya yaitu dengan memberikan sinar lampu

berspektrum 400-500 nanometer pada kulit bayi. Dengan terapi sinar bilirubin dalam

tubuh bayi dapat dipecah sehingga mudah larut dalam air, dieksresikan dengan cepat ke

dalam kandung empedu dan dikeluarkan dari dalam tubuh.

3. TRANSFUSI TUKAR

Ialah suatu tindakan mengganti darah bayi yang mengandung kadar bilirubin yang sangat

tinggi (lebih dari 20 mg/dl pada bayi usia 2 hari, lebih dari 25 mg/dl pada bayi usia lebih

dari 2 hari) dengan darah donor yang sesuai dengan darah bayi.

4. TERAPI DENGAN SINAR MATAHARI

Terapi dengan sinar matahari saat ini masih menjadi perdebatan. Dasar pemberian sinar

matahari karena sinar matahari mempunyai panjang gelombang sekitar 450-460 nm.

Sinar yang mempunyai spektrum emisi pada panjang gelombang tersebut (warna biru,

putih dan sinar matahari), akan memecah bilirubin menjadi zat yang mudah larut dalam

air.

Bayi yang kuning dengan kadar fisiologis, dapat dijemur di bawah sinar matahari pagi

antara pukul 07.00 sampai 09.00, adalah merupakan waktu yang paling efektif, jadi tidak

dapat sepanjang waktu, serta belum terlalu panas. Penjemuran biasanya diberikan

selama lebih kurang 15 hingga 30 menit.

Beberapa ahli yang tidak setuju dengan penjemuran, berpendapat bahwa meletakkan

bayi dibawah sinar matahari tidak akan menurunkan kadar bilirubin dalam darah. Malahan

sinar matahari tersebut akan menyebabkan luka bakar pada kulit. Selain itu bayi akan

kedinginan. Oleh karena itu yang terpenting ialah memberikan ASI secara cukup dan
teratur pada bayi-bayi yang kuning, bahkan dengan frekuensi yang lebih ditingkatkan.

Kuning ialah suatu pertanda, merupakan proses alamiah walaupun dapat pula menjadi sesuatu yang
patologis. Yang penting diperhatikan ialah kuning harus dapat dikendalikan sehingga tidak
menjadikan bahaya. Penjemuran dengan sinar matahari masih dapat dilakukan dengan
memperhatikan kondisi-kondisi yang menjadi kontra indikasi.

Referensi

American Academy of Pediatrics (2004). Management of hyperbilirubinemia in the newborn infant


35 or more weeks of gestation. Pediatics, 114(1):297-316.

http://anakku.net/content/bayi-kuning-harus-dijemur

Secara umum bayi yang baru lahir memiliki warna kulit yang kemerah-merahan, hal ini karena kadar
hemoglobin dalam darah bayi pada level yang tinggi tetapi kemudian akan turun dalam beberapa
waktu. Di dalam sel RES dan sel hati, hemoglobin ini kemudian memecah dirinya menjadi biliverdin
dan kemudian berubah lagi menjadi billirubin. Karena jumlah hemoglobin yang tinggi maka
menghasilkan bilirubin yang tinggi pula. Tingginya bilirubin tadi menjadi penyebab bayi kuning.

Bilirubin merupakan zat bersifat racun yang harus dikeluarkan oleh organ hati. Di sisi lain organ hati
pada bayi baru lahir belum berkembang secara sempurna sehingga tidak mampu mengeluarkan
bilirubin dengan maksimal. Dengan tingkat bilirubin yang tinggi sementara tubuh bayi tidak mampu
mengluarkannya, maka terjadilah ikterus atau bayi kuning. Tetapi ada juga beberapa hal lain yang
dapat memperbesar peluang terjadinya bayi kuning, yaitu ibu bayi menderita diabetes, dan penyakit
infeksi pada bayi seperti meningitis dan infeksi saluran kemih.

Untuk mengatasi bayi kuning, tindakan medis yang dilakukan adalah dengan fototerapi. Yaitu
melakukan penyinaran berwarna biru pada tubuh bayi. Sinar biru yang diserap oleh kulit bayi akan
dapat memecah bilirubin sehingga dapat dikeluarkan melalui urin. Sementara untuk perawatan di
rumah, orang tua dapat menggunakan sinar matahari sebagai pengganti fototerapi. Saran terbaik
adalah dengan menjemur tubuh bayi, khususnya bagian dada, perut, dan punggung bayi di bawah
sinar matahari.

Ada dua hal penting yang harus diperhatikan oleh orang tua saat menjemur bayi kuning, yaitu:
Waktu yang tepat untuk menjemur bayi kuning adalah pada saat matahari mulai naik, tetapi tidak
terlalu terik yaitu sekitar jam 8 sampai 9 pagi. Pakaian bayi dapat dilepas, tetapi selimut juga
diperlukan untuk menjaga bayi dari kedinginan saat cuaca sedang berangin.

Meskipun bagian wajah dan mata bayi berwarna kuning dan memerlukan sinar matahari, sebaiknya
mata terhindar dari kontak langsung dengan sinar matahari. Posisi terbaik adalah bayi terlentang
atau tengkurap membelakangi matahari, sehingga sinar matahari datang dari belakang kepala bayi.

Kemudian pada saat bayi ditidurkan di dalam ruangan, sebaiknya posisinya berdekatan dengan
jendela sehingga tubuh bayi mendapatkan sinar matahari. Hal penting lain yang tidak boleh
dilupakan adalah bahwa bayi kuning memerlukan banyak asupan cairan, maka pemberian Asi dalam
intensitas yang tinggi sangat diperlukan oleh bayi.

Penelitian menunjukkan sekitar 70 persen bayi baru lahir mengalami kuning. Meskipun
dikategorikan wajar, orang tua tetap harus waspada. \”Bayi ibu kuning? Alaaa itu biasa, kok. Jemur
saja di bawah sinar matahari tiap pagi. Nanti juga baik sendiri.\” Saran seperti itu kerap diberikan
kepada ibu bila bayi yang baru dilahirkannya dinyatakan kuning.

Cara mengetahui kadar bilirubin bayi baru lahir adalah dengan pemantauan. Bayi \”kuning\”, yang
dalam istilah medis disebut ikterus neonatus, terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam
darah hingga melebihi ambang batas normal. Gejalanya, kulit dan bagian putih mata bayi tampak
kuning tapi suhu badannya normal.

Namun, tidak semua bayi kuning bisa diobati hanya dengan menjemurnya di bawah sinar matahari
pagi. Ada juga yang perlu dirawat inap di rumah sakit untuk menjalani beberapa terapi. Menurut dr.
Dewi Murniati, Sp.A., rekomendasi dirawat inap akan diberikan bila bayi terdeteksi memiliki kadar
bilirubin di atas ambang normal.

Mengapa sinar matahari yang merupakan sinar ultra-violet dianggap kurang efektif?

Padahal sinar ini memang bisa membantu memecahkan kadar bilirubin dalam darah bayi. Seperti
diketahui sinar surya yang efektif untuk mengurangi kadar bilirubin adalah saat jam 07.00 sampai
09.00. Ini berarti bayi tak bisa sepanjang waktu disinari, sehingga penurunan kadar bilirubinnya akan
lama.

Cuaca yang mendung bahkan hujan juga dapat mengganggu proses penyinaran. Selain itu, merawat
bayi kuning di rumah berisiko terhadap keterlambatan deteksi peningkatan kadar bilirubin. Beda
kalau bayi dirawat di rumah sakit, ia akan terpantau oleh dokter dari waktu ke waktu.
KAPAN BAYI DINYATAKAN KUNING ?

Untuk bayi yang lahir cukup bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah 12,5 mg/dl (miligram
perdesiliter darah).

Sedangkan bayi yang lahir kurang bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah 10 mg/dl.

\”Jika kemudian kadar bilirubin diketahui melebihi angka-angka tersebut, maka ia dikategorikan
hiperbilirubin,\” papar Dewi.

Lalu bagaimana bayi baru lahir bisa mengalami hiperbilirubin? Bilirubin merupakan zat hasil
pemecahan hemoglobin (protein sel darah merah yang memungkinkan darah mengangkut oksigen).
Hemoglobin terdapat dalam eritrosit (sel darah merah) yang dalam waktu tertentu selalu mengalami
destruksi (pemecahan).

Proses pemecahan tersebut menghasilkan hemeglobin menjadi zat heme dan globin. Dalam proses
berikutnya, zat-zat ini akan berubah menjadi bilirubin bebas atau indirect.

Dalam kadar tinggi bilirubin bebas ini bersifat racun; sulit larut dalam air dan sulit dibuang. Untuk
menetralisirnya, organ hati akan mengubah bilirubin indirect menjadi direct yang larut dalam air.
Masalahnya, organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal dalam mengeluarkan
bilirubin bebas tersebut. Barulah setelah beberapa hari, organ hati mengalami pematangan dan
proses pembuangan bilirubin bisa berlangsung lancar.

Masa \”matang\” organ hati pada setiap bayi tentu berbeda-beda. Namun umumnya, pada hari
ketujuh organ hati mulai bisa melakukan fungsinya dengan baik. Itulah mengapa, setelah berumur 7
hari rata-rata kadar bilirubin bayi sudah kembali normal. Tapi ada juga yang menyebutkan organ hati
mulai bisa berfungsi pada usia 10 hari.

RAGAM TERAPI

Jika setelah tiga-empat hari kelebihan bilirubin masih terjadi, maka bayi harus segera mendapatkan
terapi. Bentuk terapi ini macam-macam, disesuaikan dengan kadar kelebihan yang ada. Berikut
penjelasan dari Dewi yang berpraktek di RSIA Hermina Daan Mogot, Jakarta.

1.Terapi Sinar (fototerapi)


Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin dalam darah kembali ke
ambang batas normal. Dengan fototerapi, bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi
mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga
kadar bilirubin agar tak terus meningkat sehingga menimbulkan risiko yang lebih fatal.

Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis lampu neon dengan panjang gelombang
tertentu. Lampu yang digunakan sekitar 12 buah dan disusun secara paralel. Di bagian bawah lampu
ada sebuah kaca yang disebut flexy glass

yang berfungsi meningkatkan energi sinar sehingga intensitasnya lebih efektif.

Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian diarahkan pada tubuh bayi. Seluruh pakaiannya
dilepas, kecuali mata dan alat kelamin harus ditutup dengan menggunakan kain kasa. Tujuannya
untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari

lampu-lampu tersebut. Seperti diketahui, pertumbuhan mata bayi belum sempurna sehingga
dikhawatirkan akan merusak bagian retinanya. Begitu pula alat kelaminnya, agar kelak tak terjadi
risiko terhadap organ reproduksi itu, seperti kemandulan.

Pada saat dilakukan fototerapi, posisi tubuh bayi akan diubah-ubah; telentang lalu telungkup agar
penyinaran berlangsung merata. Dokter akan terus mengontrol apakah kadar bilirubinnya sudah
kembali normal atau belum. Jika sudah turun dan berada di bawah ambang batas bahaya, maka
terapi bisa dihentikan. Rata-rata dalam jangka waktu dua hari si bayi sudah boleh dibawa pulang.

Meski relatif efektif, tetaplah waspada terhadap dampak fototerapi. Ada kecenderungan bayi yang
menjalani proses terapi sinar mengalami dehidrasi karena malas minum. Sementara, proses
pemecahan bilirubin justru akan meningkatkan pengeluarkan cairan empedu ke organ usus. Alhasil,
gerakan peristaltik usus meningkat dan menyebabkan diare. Memang tak semua bayi akan
mengalaminya, hanya pada kasus tertentu saja. Yang pasti, untuk menghindari terjadinya dehidrasi
dan diare, orang tua mesti tetap memberikan ASI pada si kecil.

2.Terapi Transfusi

Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin terus meningkat hingga
mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan terapi transfusi darah. Dikhawatirkan kelebihan
bilirubin dapat menimbulkan kerusakan sel saraf otak (kern ikterus). Efek inilah yang harus
diwaspadai karena anak bisa mengalami beberapa gangguan perkembangan. Misalnya
keterbelakangan mental, cerebral palsy, gangguan motorik dan bicara, serta gangguan penglihatan
dan pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah teracuni akan dibuang dan ditukar dengan darah
lain.

Proses tukar darah akan dilakukan bertahap. Bila dengan sekali tukar darah, kadar bilirubin sudah
menunjukkan angka yang menggembirakan, maka terapi transfusi bisa berhenti. Tapi bila masih
tinggi maka perlu dilakukan proses tranfusi kembali. Efek samping yang bisa muncul adalah
masuknya kuman penyakit yang bersumber dari darah yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi. Meski
begitu, terapi ini terbilang efektif untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi.

3.Terapi Obat-obatan

Terapi lainnya adalah dengan obat-obatan. Misalnya, obat phenobarbital atau luminal untuk
meningkatkan pengikatan bilirubin di sel-sel hati sehingga bilirubin yang sifatnya indirect berubah
menjadi direct. Ada juga obat-obatan yang mengandung plasma atau albumin yang berguna untuk
mengurangi timbunan bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati.

Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi lain, seperti fototerapi. Jika sudah tampak
perbaikan maka terapi obat-obatan ini dikurangi bahkan dihentikan. Efek sampingnya adalah
mengantuk. Akibatnya, bayi jadi banyak tidur dan kurang minum ASI sehingga dikhawatirkan terjadi
kekurangan kadar gula dalam darah yang justru memicu peningkatan bilirubin. Oleh karena itu,
terapi obat-obatan bukan menjadi pilihan utama untuk menangani hiperbilirubin karena biasanya
dengan fototerapi si kecil sudah bisa ditangani.

4. Menyusui Bayi dengan ASI

Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan urin. Untuk itu bayi harus
mendapatkan cukup ASI. Seperti diketahui, ASI memiliki zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat
memperlancar buang air besar dan kecilnya.

Akan tetapi, pemberian ASI juga harus di bawah pengawasan dokter karena pada beberapa kasus,
ASI justru meningkatkan kadar bilirubin bayi (breast milk jaundice). Di dalam ASI memang ada
komponen yang dapat mempengaruhi kadar bilirubinnya. Sayang, apakah komponen tersebut belum
diketahui hingga saat ini.

Yang pasti, kejadian ini biasanya muncul di minggu pertama dan kedua setelah bayi lahir dan akan
berakhir pada minggu ke-3. Biasanya untuk sementara ibu tak boleh menyusui bayinya. Setelah
kadar bilirubin bayi normal, baru boleh disusui
lagi.

5. Terapi Sinar Matahari

Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan terapi tambahan. Biasanya dianjurkan setelah bayi
selesai dirawat di rumah sakit. Caranya, bayi dijemur selama setengah jam dengan posisi yang
berbeda-beda. Seperempat jam dalam

keadaan telentang, misalnya, seperempat jam kemudian telungkup. Lakukan antara jam 7.00 sampai
9.00. Inilah waktu dimana sinar surya efektif mengurangi kadar bilirubin. Di bawah jam tujuh, sinar
ultraviolet belum cukup efektif, sedangkan di atas jam sembilan kekuatannya sudah terlalu tinggi
sehingga akan merusak kulit.

Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung ke matahari karena dapat merusak matanya.
Perhatikan pula situasi di sekeliling, keadaan udara harus bersih.

DUA JENIS KUNING

Hiperbilirubin, tutur Dewi, dibagi menjadi dua, yakni ikterus neonatus fisiologis dan ikterus neonatus
patologis.

1. Ikterus neonatus fisiologis (hiperbilirubin karena faktor fisiologis)

merupakan gejala normal dan sering dialami bayi baru lahir. Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi lahir,
dan akan \”sembuh\” pada hari ke-7. Penyebabnya organ hati yang belum \”matang\” dalam
memproses bilirubin. Jadi, hiperbilirubin karena

faktor fisiologis hanyalah gejala biasa. Meski begitu, orang tua harus tetap waspada. Bisa saja di balik
itu terdapat suatu penyakit.

2. Ikterus neonatus patologis;

hiperbilirubin yang dikarenakan faktor penyakit atau infeksi. Misalnya akibat virus hepatitis,
toksoplasma, sifilis, malaria, penyakit/kelainan di saluran empedu atau ketidakcocokan golongan
darah (rhesus).

Hiperbilirubin yang disebabkan patologis biasanya disertai suhu badan yang tinggi (demam) atau
berat badan tak bertambah. Biasanya bayi kuning patologis ditandai dengan tingginya kadar bilirubin
walau bayi sudah berusia 14 hari.

Anda mungkin juga menyukai