skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Bimbingan dan Konseling
oleh
Wahyu Margiyani
1301404066
Telah selesai melakukan bimbingan skripsi dan disetujui oleh pembimbing untuk
Mengetahui,
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar-benar hasil
karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip
Semarang,
Yang menyatakan
Wahyu Margiyani
NIM. 1301404066
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Panitia Ujian,
Ketua Sekretaris
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.
Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar dari Allah), mereka
tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan, Allah
PERSEMBAHAN
kebahagiaan di kehidupanku
setiap kesulitanku
iv
PRAKATA
Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahNya sehingga
Menengah Pertama Negeri (SMP N) Sub Rayon 03 Kota Semarang Tahun Pelajaran
tentang layanan konsultasi BK. Hal ini dikarenakan pemahaman konselor tentang
Penulis menyadari adanya dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan. Hanya ucapan terima kasih sebesar-besarnya yang dapat penulis
yaitu kepada :
1. Drs. H. Hardjono, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah
2. Drs. H. Suharso, M.Pd Kons sebagai Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling
3. Drs. H. Imam Tadjri, M.Pd sebagai pembimbing I yang telah memberikan saran
4. Dra. Catharina Tri Anni, M.Pd sebagai pembimbing II yang telah memberikan
v
5. Penguji utama Dra. Awalya, M. Pd dengan bijaksana memberikan arahan
6. Kepala SMP Negeri se Sub Rayon 03 Kota Semarang yang telah memberikan
ijin dalam mengadakan penelitian, dan Kepala SMP Swasta Sub Rayon 03 Kota
penelitian.
penelitian dan konselor SMP Swasta Sub Rayon 03 Kota Semarang sebagai
responden uji coba instrumen penelitian yang telah memberikan waktu dan kerja
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca
Penulis
vi
ABSTRAK
vii
DAFTAR ISI
Halaman
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 9
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 9
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 10
1.5 Sistematika Skripsi ............................................................................................ 10
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemahaman Konselor ....................................................................................... 12
2.1.1 Konsep Pemahaman ...................................................................................... 12
2.1.2 Pengertian Konselor ...................................................................................... 15
2.1.3 Kualitas Pribadi Konselor ............................................................................. 16
2.1.4 Sikap dan Keterampilan Konselor ................................................................ 17
2.2 Layanan Konsultasi ........................................................................................... 18
2.2.1 Kedudukan Layanan Konsultasi Dalam Bimbingan dan Konseling
Pola 17 Plus ................................................................................................... 18
2.2.2 Pengertian Layanan Konsultasi ..................................................................... 19
2.2.3 Tujuan Layanan Konsultasi .......................................................................... 21
2.2.4 Komponen Layanan Konsultasi .................................................................... 22
2.2.5 Asas Layanan Konsultasi .............................................................................. 24
viii
2.2.6 Operasionalisasi Layanan Konsultasi ........................................................... 25
2.3 Pemahaman Konselor Tentang Layanan Konsultasi ........................................ 36
2.4 Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 38
3. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian .................................................................................................. 40
3.2. Variabel Penelitian............................................................................................. 41
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................................... 42
3.4. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 44
3.5. Uji Instrumen .................................................................................................... 49
3.6. Metode Analisis Data ........................................................................................ 51
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ................................................................................................. 52
4.1.1 Persiapan Penelitian ...................................................................................... 52
4.1.2 Pelaksanaan Penelitian .................................................................................. 54
4.1.3 Hasil Analisis Deskriptif Penelitian .............................................................. 54
4.2. Pembahasan ....................................................................................................... 61
5. PENUTUP
5.1. Simpulan ........................................................................................................... 65
5.2. Saran ................................................................................................................. 65
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Daftar Jumlah Konselor SMP Negeri Sub Rayon 03 Kota Semarang
Tabel 3.2 Daftar Jumlah Konselor SMP Swasta Sub Rayon 03 Kota Semarang
Konsultasi ............................................................................................... 47
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
2. Data Penelitian
4. Daftar Responden
b. Penelitian ....................................................................................................... 96
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
optimal terhadap peserta didik. Untuk mencapai perkembangan diri yang optimal,
Sekolah. Hal tersebut diperkuat dengan adanya penjelasan dari Prayitno dan Amti
tujuh layanan BK, dan lima kegiatan pendukung BK. Dengan berkembangnya
zaman, pada abad ke-21 BK Pola-17 berkembang menjadi BK Pola-17 Plus. Hal
1
2
pengertian, tujuan, fungsi, prinsip dan asas, serta landasan BK; enam bidang
pelayanan BK; sembilan jenis layanan BK; enam kegiatan pendukung BK; serta
pelayanan konseling. Salah satu jenis layanan pada BK Pola-17 Plus adalah
pengembangan dari layanan pada BK Pola 17. Layanan konsultasi merupakan hal
yang baru bagi BK di Sekolah, khususnya bagi konselor sekolah. Untuk itu
consultant and the consultee who involves the consultant’s help in regard to a
proses interaksi antara dua pribadi profesional: konsultan yang profesional dan
konsulti yang minta bantuan konsultan, dari daerah spesialisasi dan yang
layanan yang membantu konsulti dan atau pihak lain dalam memperoleh
didik agar dapat mengatasi masalah yang dialaminya. Dalam hal ini, penyelesaian
masalah yang dialami oleh peserta didik dilakukan oleh konsulti setelah
konsulti dengan alasan bahwa peserta didik mempunyai hubungan yang cukup
berarti dengan konsulti, sehingga permasalahan yang dialami oleh peserta didik
sebagai berikut:
banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh siswa, baik yang bersumber dari
masalah siswa, proses konseling (face to face) sepenuhnya tidak harus dilakukan
oleh konselor sekolah kepada siswa melalui konseling individu. Bantuan juga
dapat dilakukan oleh konsulti sebagai pihak yang ikut merasa bertanggung jawab
atas masalah siswa. Dengan alasan tersebut, maka layanan konsultasi di sekolah
nasehat, saran, dan arahan yang dilakukan oleh konsultan. Pelayanan pada layanan
konsultasi dilakukan dengan dua tahap, yaitu proses konsultasi antara konsultan
dengan konsulti kemudian proses penanganan oleh konsulti kepada pihak ketiga.
oleh pihak ketiga yang dipersoalkan oleh konsulti. Tidak semua permasalahan
5
dapat dibahas dalam layanan konsultasi. Masalah yang dibahas dalam layanan
konsultasi harus ada keterkaitannya secara langsung antara pihak ketiga dengan
jelas dan lengkap terhadap apa yang telah dijelaskan. Pemahaman menurut
untuk memprediksi, sebagai tugas yang amat sulit (Awalya, 1995: 31).
memahami tidak cukup untuk sekedar mengingat tetapi harus dapat memperoleh
makna dan kemudian dapat menjelaskan apa yang dipahami dengan baik.
mampu untuk mengingat informasi yang didapatkan dan pada akhirnya diperoleh
dan lengkap dan mampu untuk menjelaskan kembali apa yang telah dipahami.
yang tertib dan lengkap, akan menjadikan sedikit kesalahan atau penyimpangan
disampaikan saat pertemuan MGP, tetapi tidak dijelaskan secara detail, (2)
pertemuan MGP di sub rayon 03 yang semula diadakan tiap bulan, untuk saat ini
konselor bersifat monoton, yaitu hanya pelatihan bimbingan kelompok saja, (5)
munculnya sikap tidak peduli konselor pada SMP Sub rayon 03 terhadap
hal yang terkini tentang BK, (6) untuk saat ini jumlah konselor belum memenuhi
syarat, seharusnya pada sekolah menengah rasio seorang konselor untuk 150
orang peserta didik, tetapi pada pelaksanaannya belum memenuhi syarat tersebut,
(7) adanya pengakuan dari konselor sekolah bahwa mereka sudah melaksanakan
layanan konsultasi yaitu kepada orang tua dan wali kelas atau guru mata pelajaran,
tetapi berdasarkan analisa peneliti bahwa apa yang konselor pahami tentang
layanan konsultasi belum benar karena orang tua/ wali kelas/ guru pelajaran hanya
7
Sesuai dengan data perolehan hasil wawancara, maka dapat diuraikan lebih
pelaksanaan MGP, (2) adanya sikap apatis konselor yaitu hilangnya ketertarikan
atau tidak peduli terhadap perkembangan yang terjadi dalam BK. Mereka tidak
memiliki keinginan untuk mengetahui hal baru, dapat dikatakan bahwa mereka
adalah orang yang need of achievement nya rendah, (3) penyelenggaraan pelatihan
dan konseling kelompok, tetapi masih belum tentang layanan konsultasi sehingga
konsultasi.
konsultasi. Kesalahan ini terjadi karena masalah yang dibahas bukan masalah
pihak ketiga dan pihak ketiga secara spesifik tidak ada. Misalnya kasus orang tua
anaknya tidak mematuhi perintah orang tua. Pada kasus ini, pihak ketiga tidak ada
dan masalah ini bukan masalah pihak ketiga tetapi masalah orang tua sehingga
konselor dengan konsulti untuk membahas masalah yang dialami pihak ketiga.
Tetapi kemudian pada tahap penanganan bukan dilakukan oleh konsulti, tetapi
dilakukan oleh konselor sendiri yang pada akhirnya menjadi layanan konseling
pemahaman yang mendalam dan praktik yang cukup akan menjadikan modal
antara teori dan pelaksanaan layanan konsultasi di sekolah, maka peneliti tertarik
yaitu:
konselor.
Dari latar belakang yang telah diuraikan, peneliti merumuskan masalah pada
Bimbingan dan Konseling pada SMPN Sub Rayon 03 Kota Semarang Tahun
Pelajaran 2008/2009.
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah
Bimbingan dan Konseling pada SMPN Sub Rayon 03 Kota Semarang pada Tahun
Pelajaran 2008/2009.
10
1.4.1. Teoritis
1.4.2. Praktis
Konseling di sekolah.
konsultasi.
skripsi.
skripsi yang merupakan landasan teoritis yang diterapkan dalam skripsi. Pada
11
bab ini berisi tentang Pengertian pemahaman konselor dan Pengertian layanan
Bab III Metode Penelitian, bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian,
variabel penelitian, populasi dan sampel, metode dan instrumen, uji instrumen,
Bab V Penutup, bab ini berisi tentang simpulan dari hasil penelitian
serta saran – saran yang diberikan oleh peneliti terhadap hasil penelitian.
mendukung.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
pustaka dapat dijadikan sebagai kerangka berfikir bagi peneliti untuk memahami
dan menerangkan fenomena yang menjadi pusat perhatian peneliti. Dalam bab ini
jelas dan lengkap terhadap apa yang telah dijelaskan. Pemahaman menurut
untuk memprediksi, sebagai tugas yang amat sulit (dalam Awalya, 1995: 31).
memahami tidak cukup untuk sekedar mengingat tetapi harus dapat memperoleh
makna dan kemudian dapat menjelaskan apa yang dipahami dengan baik.
(dalam Awalya, 1995: 32) bahwa terdapat tiga fase proses pemahaman yang dapat
dilakukan konselor. Proses pemahaman dapat dilakukan dengan tiga tahapan yang
12
13
a. Fase I/ Data Input, yaitu konselor menerima informasi verbal dan non verbal.
b. Fase II/ Data Processing, yaitu informasi yang telah diperoleh kemudian
c. Fase III/ Data Output, yaitu melakukan koreksi, konfirmasi, dan kemudian
pemahaman. Sehingga dapat dimaknai bahwa dalam fase input, processing, dan
Pada periode tertentu satu wilayah dapat menjadi lebih sentral bagi keberadaan
seseorang, atau ketiga wilayah itu bertautan menjadi suatu kombinasi aktivitas,
satu wilayah dan tuntutan-tuntutan dari wilayah lain (Awalya, 1995: 32).
konselor berkenaan dengan teori yang mendasari suatu permasalahan yang ingin
yang berwujud emphaty, hangat dan penuh perhatian (warmth and caring),
batinnya sendiri.
c. Tyler, menyebut dua sikap dasar yaitu penerimaan kepada konseli dan
kepada konseli apa yang ditangkap oleh konselor mengenai pikiran dan
perasaan konseli.
pelaksana pelayanan ini telah berkembang, yaitu dari tenaga penyuluh, tenaga BP,
guru BP/BK, guru pembimbing, dan sekarang menjadi konselor. Seseorang dapat
sarjana strata 1 (S1) dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB),
(http://wikipedia.org).
dilaksanakan oleh konselor, salah satunya adalah layanan konsultasi BK. Dalam
dilakukan oleh seorang konselor yang berkualitas. Kualitas seorang konselor salah
satunya dapat dinilai dari pribadinya. Kualitas pribadi konselor adalah kriteria
yang menyangkut segala aspek kepribadian yang amat penting dan menentukan
peroleh.
kualitas pribadi konselor. Menne (dalam Willis, 2004: 80) menyebutkan ’kualitas
memiliki karakteristik diri yaitu respek terhadap orang lain, kematangan pribadi,
berkomunikasi’.
dengan orang lain (relating to others)’. Mengenal diri sendiri berarti konselor
usaha apa yang dilakukan agar dia dapat berhasil. Memahami orang lain menuntut
keterbukaan hati dan kebebasan dari cara berpikir kaku dari konselor. Untuk
17
lain.
(3) Kesejatian dan keterbukaan, yaitu keselarasan antara pikiran dengan apa
yang diucapkan, konselor juga harus jujur dengan semua hal yang
keterbukaan.
18
(BK) memperoleh perbendaharaan istilah baru yaitu BK Pola-17. Hal ini memberi
warna tersendiri bagi arah bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung BK di
jajaran pendidikan dasar dan menengah. Pada Abad ke-21, BK Pola 17 itu
pelayanan yang lebih luas, diantaranya mencakup semua peserta didik dan warga
masyarakat.
maka layanan konsultasi dan layanan mediasi secara otomatis menjadi bidang
BK di sekolah.
sebagai berikut:
membatasi sesuai dengan judul penelitian. Peneliti hanya menguraikan salah satu
perorangan dalam format tatap muka antara konselor (sebagai konsultan) dengan
konsulti. Konsultasi dapat juga dilakukan terhadap dua orang konsulti atau lebih
”layanan konsultasi yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak
20
124) menegaskan bahwa ’konsultasi itu bukan konseling atau psikoterapi sebab
(klien), tetapi secara tidak langsung melayani siswa melalui bantuan yang
konselor sebagai konsultan dan klien sebagai konsulti, membahas tentang masalah
pihak ketiga. Pihak ketiga yang dibicarakan adalah orang yang merasa
indonesia.com).
yang dialami pihak ketiga (konseli yang bermasalah). Pada layanan konsultasi,
dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap konsultasi yang dilakukan oleh konselor
kepada konsulti, dan tahap penanganan yang dilakukan oleh konsulti kepada
Pada dasarnya setiap kegiatan tidak akan terlepas dari tujuan yang ingin
perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas” (Winkel, 2005: 32). Layanan
konsultasi merupakan bagian dari layanan Bimbingan dan Konseling, maka tujuan
dari layanan ini sepenuhnya akan mendukung dari tercapainya tujuan BK.
berikut:
2) adalah:
’tujuan konsultasi, yaitu : (1) The goal of all consulting is to solve problems (2)
Another goal of consulting is to improve the consultee’s work with the client and,
in turn, improve the welfare of the clien’. Dari ungkapan tersebut dijelaskan
kesejahteraan konseli.
akan melibatkan tiga pihak, yaitu konselor, konsulti, dan pihak ketiga/konseli. Hal
ini seperti pendapat Dougherty (dalam Sciarra, 2004: 55) ’consulting is tripartite:
pihak yaitu melibatkan seorang konsultan, konsulti, dan konseli). Ketiga pihak ini
yang dialami konseli (pihak ketiga) dilakukan oleh konsulti. Konsulti akan
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap. Akhir proses konsultasi ini adalah
Konsulti adalah orang yang ikut bertanggung jawab terhadap masalah yang
dialami pihak ketiga. Misalnya orang tua, guru, kepala sekolah, kakak, dan
pihak ketiga. Menurut Sciarra (2004: 55) “also, collaboration between consultant
and consultee is especially important in the school setting because it eases the
burden on the consultant” (kerjasama antara konsultan dan konsulti menjadi yang
Munro, dkk (dalam Prayitno, 2004: 5) menyebutkan ’ada tiga etika dasar
sendiri (kemandirian)’. Etika dasar ini terkait langsung dengan asas konseling.
Asas ini juga berlaku pada layanan konsultasi. Ketiga asas ini diuraikan sebagai
berikut:
adanya kepercayaan dari semua pihak maka mereka akan memperoleh manfaat
dari pelayanan BK. Oleh karena itu, Mugiarso (2004: 24) mengemukakan bahwa
”asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam usaha BK, dan harus benar-benar
konsulti dan pihak ketiga, dan jaminan kerahasiaan terhadap permasalahan yang
kesukarelaan dari konselor dan konsulti. Konselor secara suka dan rela membantu
yang terkait dengan konsulti sendiri dan pihak ketiga dengan tujuan agar
kemandirian berikut: (1) memahami dan menerima diri sendiri secara positif dan
dinamis, (2) memahami dan menerima lingkungan secara objektif, positif dan
dinamis, (3) mengambil keputusan secara positif dan tepat, (4) mengarahkan diri
sesuai dengan keputusan yang diambil, (5) mewujudkan diri sendiri” (Prayitno,
2004: 8-9).
sampai dengan penilaian dan tindak lanjutnya. Hal ini semua untuk menjamin
2.2.6.1. Perencanaan
2.2.6.1.1. Mengidentifikasi konsulti
2.2.6.1.2. Mengatur pertemuan
2.2.6.1.3. Menetapkan fasilitas layanan
2.2.6.1.4. Menyiapkan kelengkapan administrasi
2.2.6.2. Pelaksanaan
2.2.6.2.1. Menerima konsulti
2.2.6.2.2. Menyelenggarakan penstrukturan konsultasi
2.2.6.2.3. Membahas masalah yang dibawa konsulti berkenaan
dengan pihak ketiga
2.2.6.2.4. Mendorong dan melatih konsulti untuk : mampu
menangani masalah yang dialami pihak ketiga dan
memanfaatkan sumber-sumber yang ada
2.2.6.2.5. Membina komitmen konsulti untuk menangani masalah
pihak ketiga dengan bahasa dan cara-cara konseling
2.2.6.2.6. Melakukan penilaian segera
2.2.6.3. Evaluasi
Melakukan evaluasi jangka pendek tentang keterlaksanaan
hasil konsultasi.
2.2.6.4. Analisis Hasil Evaluasi
Menafsirkan hasil evaluasi dalam kaitannya dengan diri
pihak ketiga dan konsultasi sendiri.
2.2.6.5. Tindak Lanjut
Konsultasi lanjutan dengan konsulti untuk membicarakan
hasil evaluasi serta menentukan arah dan kegiatan lebih
lanjut.
2.2.6.1. Perencanaan
permasalahan yang dialami pihak ketiga/ konseli. Pihak terkait inilah yang disebut
yang disebut sebagai konsulti adalah sesama konselor, guru bidang studi atau wali
kelas, pejabat struktural, orang tua atau saudara dari siswa, dan petugas
administrator.
kecocokan, dan saling tarik menarik” (Willis, 2004: 46). Untuk menciptakan
yang berisi janji pertemuan dengan konsulti, alat perekam yang tidak diketahui
oleh konsulti.
28
2.2.6.2. Pelaksanaan
125). Pada layanan konsultasi, proses layanan dilakukan dua tahap. Yaitu pertama
proses konsultasi antara konselor dan konsulti, dan yang kedua proses penanganan
oleh konsulti terhadap pihak ketiga yang memiliki masalah. Secara jelas tahap ini
meliputi:
proses layanan konsultasi selanjutnya. Hal ini dikarenakan alasan bahwa dengan
penerimaan yang baik oleh konselor, maka akan membuat kenyamanan konsulti
(2005: 473) menyebutkan bahwa ”bila bertemu dengan konseli untuk pertama
meja kerjanya”. Demikian halnya yang dilakukan oleh konselor terhadap konsulti
29
bahwa konselor bersikap menerima konsulti baik secara verbal maupun non
verbal. Semua hal itu dilakukan dengan tujuan berpengaruh terhadap keberhasilan
layanan.
diwujudkan dalam bentuk pernyataan atau ungkapan verbal secara sopan dan
santun. Misalnya menerima konsulti dengan ucapan selamat siang pada awal
reaksi atau tanggapan yang dibedakan dari berbahasa dengan memakai kata-kata,
memasuki layanan konsultasi. Bagi konsulti yang baru pertama kali melakukan
Dari sudut konselor ada tiga tujuan pada wawancara permulaan dalam
kaitan dengan proses konseling ialah: (1) menimbulkan suasana bahwa
proses konseling dimulai, (2) membuka aspek-aspek psikis pada diri
klien seperti kehidupan perasaan dan sikapnya, (3) menjelaskan
struktur mengenai proses bantuan yang akan diberikan.
dipahami oleh konselor dan konsulti. Penstrukturan ini diperlukan dengan tujuan
agar terjadi kejelasan arah konsultasi yaitu dengan adanya pemahaman tentang
pembatasan waktu konsultasi, pembatasan masalah apa yang dibahas, dan peranan
2006: 24). Masalah yang dibahas oleh konsulti adalah masalah yang dialami oleh
pihak ketiga, baik itu permasalahan pribadi, sosial, belajar atau karir.
a. Wawasan.
pihak ketiga, dan lingkungan pihak ketiga. Wawasan yang dipahami oleh
b. Pengetahuan.
c. Keterampilan.
d. Nilai.
tujuan agar konsulti juga dapat memandang pihak ketiga berdasarkan nilai-
e. Sikap.
dialami oleh pihak ketiga itu. Dengan adanya nilai dan sikap tersebut,
mengenai pihak ketiga dapat diperoleh dari pihak ketiga itu sendiri ataupun
elektronik. Pemberian informasi dari pihak yang terkait dengan pihak ketiga
penerimaan pihak ketiga dengan bahasa verbal dan non verbal, dalam hal
Penanganan pihak ketiga oleh konsulti tidak terlepas dari pantauan dari
konselor. Pada tahap ini bisa terjadi kemungkinan alternatif pemecahan masalah
pihak ketiga gagal dilakukan oleh konsulti, sehingga perlu dilakukan kembali atau
dilakukan untuk sementara dan selama itu konseli masih bisa berhubungan
kembali kalau dibutuhkan atau dihentikan sama sekali karena tujuan konseling
dicapai dari proses pelaksanaan layanan. Terhadap hasil layanan konsultasi perlu
dilaksanakan tiga jenis penilaian, yaitu penilaian segera (laiseg), penilaian jangka
konsultasi yang dilakukan oleh konselor dan konsulti. Fokus penilaian segera
berikut:
34
(1) Understanding – U
konselor/konsultan dengan konsulti. Hasil dari tahap ini salah satunya adalah
(2) Comfort – C
menilai perasaan yang berkembang pada diri konsulti. Pada penilaian segera ini,
(3) Action – A
apa yang akan dilaksanakan konsulti setelah proses konsultasi selesai perlu
dilakukan oleh konselor. Penilaian segera tentang action dilakukan dengan cara
2.2.6.3. Evaluasi
melakukan unsur kegiatan atau action dari hasil proses konsultasi. Sasaran
laijapen ini adalah respon atau dampak awal pihak ketiga terhadap tindakan
penanganan yang dilakukan oleh konsulti. Dengan demikian konsulti juga terlebih
dahulu telah dilatih oleh konselor agar dapat melakukan penilaian segera kepada
pihak ketiga.
terjadi perubahan pada diri pihak ketiga. Perubahan yang dimaksudkan adalah
melihat ada tidaknya perubahan pada diri pihak ketiga, maka konsulti juga
dengan diri pihak ketiga dan konsulti sendiri. Tujuan utama dari analisis hasil
yang akan dilakukan sesuai dengan penanganan masalah pihak ketiga. Hubungan
konsulti dengan konsultan tidak kontinu, tetapi efek dari proses diharapkan
dan konsultan. Konsultasi ini diperlukan jika tahap penanganan dikatakan belum
berhasil. Tingkah laku pihak ketiga yang diharapkan oleh konsulti belum tercapai
dan konsulti merasa perlu untuk mengulang kembali penanganan kepada pihak
dan selama itu klien masih bisa berhubungan kembali kalau dibutuhkan atau
dihentikan sama sekali karena tujuan konseling sudah tercapai” (Gunarsa, 2007:
99). Jika diperlukan, alih tangan atau refferal juga merupakan bentuk tindak lanjut
Seperti yang telah dijelaskan bahwa salah satu layanan dalam konseling adalah
layanan konsultasi. Hal tersebut sejalan dengan kompetensi yang harus dimiliki
tindak lanjut.
menyangkut tiga kondisi, yaitu hadapi satu pilihan atau beberapa pilihan dari tiga
perubahan pribadi dalam satu atau lebih dari ketiga wilayah kehidupan, menjadi
kemudian konselor mampu untuk mengingat informasi yang didapatkan (fase II),
dan pada akhirnya diperoleh fase III yaitu telah memahami tentang langkah-
langkah pelaksanaan layanan konsultasi yang tertib dan lengkap dan mampu
penelitian ini, dengan variabel yang sama. Penelitian pernah dilakukan oleh Sri
Tua Dalam Meningkatkan Minat dan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V
Hasil penelitian ini adalah terbukti ada pengaruh yang signifikan pemberian
layanan konsultasi kepada orang tua dalam meningkatkan minat dan motivasi
perolehan hasil analisis kuantitatif dari data skor pre test dan post test paired
pengujian hipotesis dengan uji-t diperoleh thitung 7,160 > ttabel 1,697 pada taraf
signifikan 0,05. Dengan demikian prestasi belajar siswa sebelum perlakuan dan
penulis adalah bahwa jika konselor yang bertindak sebagai konsultan telah
39
METODE PENELITIAN
suatu pengetahuan. Hal yang perlu diperhatikan adalah metode yang digunakan
harus disesuaikan dengan objek penelitian dan tujuan yang akan dicapai, sehingga
penelitian dapat mengarah, berjalan dengan baik dan sistematis. Berdasarkan hal
tersebut diatas, maka aspek-aspek yang dibahas dalam metode penelitian ini
Sesuai dengan judul pada penelitian ini yaitu Studi Deskriptif Pemahaman
karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu” (Azwar, 2004: 7).
gambaran tentang hasil penelitian yang diperoleh. Jenis penelitian deskriptif pada
40
41
tentang layanan konsultasi Bimbingan dan Konseling pada SMP Negeri Sub
berpikir bagi peneliti. Menurut Arikunto (2006: 118), “variabel adalah objek
penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Variabel dalam
tersebut adalah variabel tunggal, sehingga tidak ada hubungan antar variabel, baik
(dependen).
sesuatu.
penelitian”. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh konselor di SMP Negeri
Adapun ciri-ciri populasi yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain
adalah:
(1) Masih aktif sebagai konselor sekolah di SMP N Sub Rayon 03 Kota Semarang
(2) Berlatar belakang pendidikan minimal sarjana Strata 1 (S1) dari jurusan
(3) Telah berpengalaman sebagai konselor sekolah selama minimal lima tahun
masa kerja
43
2006:131). Dilihat dari jumlah unit populasi (total sampling) terbatas jumlahnya,
sehingga tidak dilakukan pengambilan sampel. Sampel pada penelitian ini adalah
keseluruhan subyek populasi yang berjumlah 24 konselor. Hal ini sesuai dengan
(2006:134) yaitu “apabila subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan lengkap, berikut ini
disajikan tabel daftar jumlah konselor di SMP Negeri Sub Rayon 03 Kota
Semarang :
Tabel 3.1
Daftar Jumlah Konselor SMP Negeri Sub Rayon 03 Kota Semarang
Tahun Pelajaran 2008/2009
kepada konselor dari SMP Swasta yang termasuk Sub Rayon 03 Kota Semarang.
Digunakan konselor SMP Swasta pada Sub Rayon 03 Kota Semarang untuk uji
konselor di SMP swasta telah mengetahui adanya layanan konsultasi pada BK,
termasuk dalam satu Sub Rayon sehingga informasi yang didapatkan berkaitan
44
dengan layanan BK dipandang sama. Berikut ini disajikan tabel daftar jumlah
Tabel 3.2
Daftar Jumlah Konselor SMP Swasta Sub Rayon 03 Kota Semarang
Tahun Pelajaran 2008/2009
variabel yang diteliti dengan menggunakan metode yang tepat dan instrumen yang
baku. “Di dalam kegiatan penelitian, cara memperoleh data dikenal sebagai
metode pengumpulan data” (Arikunto, 2006: 149). Untuk itu digunakan teknik–
teknik, prosedur serta alat yang dapat diandalkan karena baik buruknya suatu
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui” (Arikunto, 2006: 151). Instrumen untuk
Bentuk angket yang digunakan pada penelitian ini yaitu jenis angket
tertutup dan langsung. “Yang dimaksud angket tertutup adalah angket yang sudah
sendiri” (Arikunto, 2006: 128). Angket pada penelitian ini digunakan untuk
Konseling.
c. Mengamati dan meneliti kembali jawaban yang telah diisi oleh responden
2) Penyusunan Instrumen
pemahaman konselor tentang layanan konsultasi. Bentuk dan skor jawaban angket
terdiri atas empat jawaban yaitu: sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak
setuju. Agar pernyataan ini dapat dianalisis menggunakan statistik maka ke empat
kategori jawaban ini diletakkan pada kontinum yang bergerak dari 1 sampai 4.
Tabel 3.3
Cara Penyekoran Butir Item
setuju, maka dalam penyusunan butir pernyataan dibuat pernyataan positif dan
di bawah ini:
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pemahaman Konselor
Tentang Layanan Konsultasi BK
reliabel atau belum, maka perlu dilakukan uji coba instrumen kepada subyek di
luar sampel. Hasil uji coba instrumen akan dianalisis untuk diketahui tingkat
mendapatkan data itu valid, berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
penting karena tanpa instrumen yang valid, data atau penelitian akan memberikan
yang digunakan adalah rumus Product Moment oleh Pearson sebagai berikut :
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rxy =
{N ∑ X 2 − (∑ X ) 2 }{N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2 }
Keterangan :
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik” (Arikunto, 2006: 178). Suatu instrumen dikatakan
reliabel apabila instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek
yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Pengujian reliabilitas instrumen
dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha. Rumus Alpha digunakan karena
⎧ k ⎫ ⎧⎪ ∑ σ b ⎫⎪
2
r11 = ⎨ ⎬ ⎨1 − ⎬
⎩ k − 1 ⎭ ⎪⎩ σ t 2 ⎪⎭
Keterangan :
dengan nilai r tabel apabila r hitung ≥ r tabel maka butir soal dikatakan reliabel.
Metode analisis data adalah cara yang harus ditempuh untuk menguraikan
data menurut unsur-unsur yang ada di dalamnya sehingga mudah dibaca dan
penelitian berupa data kuantitatif yang akan dihitung dengan teknik deskriptif
% = n : N x 100
Keterangan :
% = Prosentase
n = Skor yang diperoleh
N = Jumlah seluruh skor (Ali, 1997: 186)
BAB 4
SMP baik untuk pelaksanaan uji coba ataupun pelaksanaan penelitian. Alat ukur
layanan konsultasi BK pada SMPN Sub Rayon 03 Kota Semarang adalah dengan
konselor dari 11 SMP Swasta di Sub Rayon 03 Kota Semarang. Uji coba
penelitian terbatas jumlahnya, SMP yang digunakan sebagai uji coba masih dalam
satu wilayah Sub Rayon, dan konselor uji coba sudah mengetahui adanya layanan
52
53
konsultasi BK. Uji validitas dan reliabilitas angket dihitung dengan tingkat
kepercayaan 95%, agar diperoleh kevalidan item angket lebih banyak. Hasil uji
mengukur data dari variabel yang diteliti secara tepat. Hasil uji coba dianalisis
yang tidak valid yaitu nomor 20, 28, 38 dan 52. Butir-butir pernyataan tersebut
yaitu 0,444. Selanjutnya butir pernyataan yang tidak valid tersebut tidak dilakukan
penelitian. Penelitian dilakukan pada tujuh SMP Negeri di Sub Rayon 03 Kota
pernyataan.
berikut:
Tabel 4.1
Prosentase Pemahaman Konselor tentang Layanan Konsultasi BK pada SMPN
Sub Rayon 03 Kota Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009
Dari tabel 4.1 dapat diuraikan bahwa pemahaman konselor tentang layanan
2008/2009 termasuk dalam kriteria rendah yaitu menunjukkan 55,79 %. Hal ini
yang harus dilakukan dalam layanan konsultasi BK. Pemahaman konselor tentang
tergolong rendah dengan prosentase 48,70 %. Hal ini berarti bahwa konselor
yang artinya konselor kurang paham dengan pihak yang disebut sebagai
konsultasi pengertian konsulti bukan hanya orang tua, konsulti adalah orang
sekolah, sebagai konsulti misalnya sesama konselor, guru bidang studi atau
wali kelas, pejabat struktural, orang tua atau saudara dari siswa, dan petugas
56
kursi di ruang konsultasi, buku agenda konselor yang berisi janji pertemuan
dengan konsulti, alat perekam yang tidak diketahui oleh konsulti (jika
diperlukan).
mengundang orang tua konseli dengan surat panggilan dari sekolah yang
layanan.
57
tahap konsultasi dengan tujuan agar terjadi kejelasan arah konsultasi yang
akan dilakukan.
masalah konseli, baik masalah pribadi, sosial, belajar atau karir konseli.
ketiga/ konseli.
penggunaan bahasa verbal dan non verbal, cara mengambil keputusan, dan
sebagainya.
dalam kriteria tinggi. Hal ini bermakna bahwa konselor telah memahami
59
konselor tentang evalusi layanan konsultasi BK, yaitu dengan hasil 51,30 %.
Sub variabel ini memiliki nilai rendah, yang berarti konselor belum dapat
kepada konselor.
60
lanjut yang akan dilakukan tergolong rendah. Hal ini dapat dimaknai bahwa
konsultasi karena tujuan telah tercapai atau diperlukan alih tangan kasus
4.2. Pembahasan
dari sub unsur bidang bimbingan, jenis layanan dan kegiatan pendukung, tahapan
kegiatan” (Marsudi, 2003; 85). Dari penjelasan tesebut, layanan konsultasi adalah
salah satu jenis layanan sehingga merupakan bentuk kegiatan dalam Bimbingan
suatu layanan.
Negeri Sub Rayon 03 Kota Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009 diperoleh hasil
prosentase 55,79 %, yang termasuk pada kriteria rendah. Dari hasil penelitian ini
Di jelaskan secara rinci per sub variabel juga tergolong rendah, yaitu
yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu’. Demikian halnya pada penelitian
perencanaan yang baik maka akan diperoleh hasil yang optimal. Sebaliknya, jika
layanan konsultasi diperoleh hasil rendah, maka fenomena yang dikaji sebelum
terhentinya pertemuan MGP pada SMP sub rayon 03 kota Semarang, pelatihan
yang tidak sesuai sasaran, dan masih adanya sikap apatis dari konselor.
etik sebagai regulasi perilaku profesi dan kredensi yang ditetapkan dalam
prosedur dan sistem pengawasan tertentu” (Direktorat PPTK dan KPT, 2004: 20).
63
konselor rendah tentang jenis layanan konsultasi, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa konselor di SMP sub rayon 03 kota Semarang belum memiliki kompetensi
yang maksimal.
kesamaan. Kesamaannya adalah suatu profesi harus mampu ikut serta dalam
bahwa pertemuan MGP di SMP sub rayon 03 sudah terhenti, dan berdampak pada
konsultasi.
perguruan tinggi, pengguna, dan organisasi profesi”. (Direktorat PPTK dan KPT,
profesi konselor. Berkaitan dengan hasil penelitian ini, perlu diadakan pelatihan
ini pelatihan yang sering diadakan hanya tentang layanan yang lain, misalnya
tentang layanan konsultasi adalah adanya sikap apatis dari konselor. Apatis dapat
di sekolah sudah dapat berjalan dengan baik. Dipandang dari afektifnya dapat
berpengaruh pada rasa tidak mau tahu konselor tentang perkembangan layanan
BK. Dari keduanya kemudian berpengaruh terhadap perilaku konselor untuk tidak
akan mempelajari tentang perkembangan layanan BK, dan hal ini masuk dalam
komponen konatif.
BAB 5
PENUTUP
5.1. Simpulan
layanan konsultasi Bimbingan dan Konseling pada SMP Negeri sub rayon 03 kota
secara keseluruhan sebesar 55,79% yang tergolong kriteria rendah yaitu meliputi
konsultasi.
5.2. Saran
berikut :
65
66
konsultasi.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat PPTK dan KPT. 2004. Dasar Standardisasi Profesi Konseling. Jakarta:
Bagpro Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas
Gunarsa, Singgih. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung
Mulia
Mappiare, Andi. 2004. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Mufari. Jenis – jenis Pemahaman. Diambil pada tanggal 29 September 2008, dari
(http//mufari.files.wordpress.com)
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar- dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta
67
68
Winkel, W.S. dan M.M. Sri Hastuti. 2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
http://konseling indonesia.com/index,php?option=com_content&task=view&id=
23& Itemid=47