SKRIPSI
Oleh
Tito Akhbarriyanto
3114000042
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
2
PENGESAHAN KELULUSAN
Hari :
Tanggal :
Penguji
Anggota I Anggota II
Mengetahui,
Dekan
3
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau tulisan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
Tito Akhbarriyanto
NIM. 3114000042
4
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
hati rakyat, sama dengan seorang Jenderal tanpa tentara di padang pasir.
(Jenderal Sudirman)
Persembahan:
doanya
¾ Almamaterku
5
PRAKATA
Tuhan Yang Maha Kuasa dengan keluasan ilmunya yang tiada tara telah
menyajikan berbagai misteri kehidupan yang harus kita kuak. Semoga apa yang
telah penulis kaji ini adalah salah satu jawaban atas berbagai misteri yang
disajikannya. Puji syukur atas Taufik dan Hidayah-Nya kepada penulis sehingga
skripsi ini bukan hanya atas kemampuan dan usaha penulis semata namun juga
berkat bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
2. Drs. Sunardi, M.M. Dekan FIS atas bantuannya dalam memberikan ijin untuk
melakukan penelitian.
skripsi ini.
5. Dra. Santi Muji Utami, M.Hum, Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran
6
6. Drs, Ba’in, M.Hum, Dosen Penguji yang telah membantu dalam
7. Kepada Bapak/ Ibu dosen di lingkungan jurusan Sejarah FIS UNNES yang
UNNES.
8. Bapak, Ibu, Mas dan Mbak karyawan dan karyawati FIS dan pada khususnya
Jurusan Sejarah.
10. Angkatan 2000, thanks atas suport kalian. Persahabatan kita memang yang
paling indah.
11. Anak-anak Star comp dan warung SKAK. Terima kasih banyak.
Semoga amal baik saudara mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Amien..
Penulis
7
SARI
8
Untuk semakin menyempurnakan organisasi tentara dan untuk menggabungkan
laskar-laskar perjuangan yang tidak mau meleburkan diri dalam tubuh TRI, maka
pemerintah membentuk panitia Reorganisasi Tentara yang diketuai langsung oleh
Presiden. Tanggal 3 Juni 1947 ditetapkan hasilnya yakni bahwa seluruh Angkatan
Perang Indonesia baik TRI maupun laskar-laskar perjuangan dimasukan serentak
kedalam Tentara Nasional Indonesia (TNI). Setelah TNI terbentuk maka di
Indonesia sudah tidak ada lagi dualisme kekuatan bersenjata. Sekarang hanya ada
satu pasukan bersenjata di Indonesia yang siap menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yakni Tentara Nasional Indonesia. Dan
terbentuknya TNI tidak bisa dilepaskan pada peran aktifnya Letnan Jenderal Oerip
Soemohardjo, seorang Purnawirawan KNIL yang mengabdikan dirinya untuk
tanah airnya tercinta.
9
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN............................................................................................. iv
PRAKATA ..................................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan Penulisan............................................................................... 8
D. Manfaat Penulisan............................................................................. 8
B. Perwira KNIL................................................................................... 22
10
1. Masa Bertugas........................................................................... 23
C. Menjelang Proklamasi...................................................................... 28
BAB V PENUTUP
Simpulan ............................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
11
DAFTAR LAMPIRAN
12
BAB I
PENDAHULUAN
dijatuhkan di kota Hiroshima, dan disusul jatuhnya bom Atom kedua di kota
Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Melihat hal itu, Panglima Angkatan
Karno, Moh . Hatta, dan Dr. Radjiman Widyoningrat datang ke Saigon untuk
kepada Sekutu.
datang maka mata rantai penjajahan di Indonesia terputus. Hal ini tidak disia-
bangsa dan negara yang merdeka terbebas dari segala bentuk imperialisme dan
anggota PPKI yang berjumlah 21 orang yang terdiri 12 orang atas wakil dari
Jawa yaitu Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Dr. Rajiman, Otto Iskandardinata, Wachid
113
Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Suryomiharja, sutarjo Karthodikusumo, RP.
Suroso, Prof. Supomo, Abdulkadir, dan Purboyo. Tiga orang wakil dari
Sumatera yakni Dr. Amir, Teuku Moh. Hasan, dan Abdul Abas. Kemudian
dua orang utusan Sulawesi dan masing-masing satu orang wakil golongan
Cina, wakil Kalimantan, Maluku, dan Sumba kecil. Sedangkan enam orang
esok paginya pada tanggal 17 Agustus 1945. Tepat pada pukul 10.00 di rumah
merdeka. Namun Jepang yang masih berada di Indonesia juga masih berkuasa
atas nama Sekutu untuk menjaga keadaan dan ketertiban bangsa Indonesia
memberikan petunjuk secara jelas, seperti yang tercantum pada kalimat kedua
kekuasaan dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam
14
perebutan kekuasaan dan lain-lainnya dari tangan Jepang hendaknya
dilakukan dengan hati-hati dan penuh perhitungan. Hal itu dilakukan dengan
tujuan agar dapat berhasil dengan baik dan sedapat mungkin menghindarkan
dari jalan yang harus dilalui untuk lahirnya sebuah negara baru Indonesia,
membubarkan Peta dan Heiho, dan senjata yang berada ditangan Peta dan
Heiho wajib dikembalikan kepada pihak Jepang. (Sulistyo, 1985 : 9). Tetapi
Tengah.
15
Situasi yang semakin genting mendorong pemerintah pada tanggal 22
Agustus 1945 membentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat). Dan pada tanggal
MAKLUMAT PEMERINTAH
Soekarno
(Tjokropanolo, 1993: 59)
Kepala Staf Umum yang bertugas menyusun organisasi TKR dan membentuk
16
diri menjadi TKR yang bertujuan ingin membaktikan diri karena menganggap
setelah menjadi anggota BKR maka secara otomatis menjadi anggota TKR.
tentara saja. (Tjokropanolo, 1993: 62). Dari maklumat tersebut, maka semakin
17
sebagai “onderbouw”nya. Jumlahnyapun semakin menjamur dan semakin
perpecahan. Hal ini disebabkan oleh karena latar belakang sosial, golongan,
idiologi, agama yang beda daripada organisasi bersenjata yang ada dibawah
partai-partai politik itu. Selain itu, salah satu pemicu konflik yang mengarah
dan Sekutu dapat melakukan perang urat saraf dengan cara adu domba untuk
agar masing-masing tidak boleh bertindak sendiri-sendiri, tidak ada rasa saling
mencurigai dan saling fitnah. Selain itu setiap organisasi perjuangan agar
nasional yang mana perlu perhatian serius agar upaya pencapaian keamanan
menyatukan oraganisasi tentara yang dalam hal ini adalah TKR. Dan disinilah
tugas berat Letnan Jendral Oerip Soemohardjo dan Jendral Sudirman yang
18
oleh pemerintah untuk membentuk dan menyusun tentara nasional yang
profesional
B. Permasalahan
C. Tujuan
19
3. Untuk mengetahui hasil yang dicapai Oerip Soemohardjo dalam
D. Manfaat
sebagai berikut :
3. Dapat dijadikan salah satu bahan perbandingan apabila ada penelitian yang
diuraikan secara jelas serta sistematis, maka perlu adanya pembatasan dalam
membahas suatu permasalahan. Oleh karena itu dalam penulisan ini perlu
1. Skup Tematikal
2. Skup Spatial
20
Skup spatial dalam penelitian ini yaitu mengadakan pembatasan
wilayah yang menjadi objek dan peristiwa yang terjadi. Dalam penulisan
3. Skup Temporal
atau kapan peristiwa itu terjadi. Dalam penulisan ini yang diambil adalah
kurun waktu tahun 1945 sampai dengan tahun 1948. Tahun 1945
Tentara Nasional Indonesia. Dan tahun 1948 digunakan sebagai akhir dari
meninggal dunia
F. Metode Penelitian
sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan
penulisan ilmiah dengan suatu kegiatan yang obyektif, sistimatis dan logis.
21
uraiannya bersifat deskriptif analitis. Tujuan penelitian ini membuat
(Suryabrata,1998:6)
1. Heuristik
kegiatan untuk mencari sumber. Jejak masa lampau dapat berupa sumber
primer ada juga sumber yang bersifat sekunder. Hal ini tidak dapat
a. Perpustakaan Unnes
22
d. Museum Mandala Bhakti Semarang
2. Kritik Sumber
pandang nilai kebenaran. Pada tahap ini yang dilakukan adalah dengan
melihat kembali apakah sumber itu sesuai atau tidak, sumber asli atau
a. Kritik ekstern
Kritik ekstern meliputi penemuan kata, jika bahan sumber itu asli dan
itu asli atau tidak benar-benar sesuai dengan yang ditulis. Untuk itu
b. Kritik intern
23
dari penulis meskipun dalam skala yang kecil. Kritik intern dilakukan
3. Interprestasi
Pada tahap ini data atau fakta-fakta yang telah diperoleh perlu
fakta yang satu dengan yang lain kelihatan sebagai satu rangkaian yang
intepretasi terhadap fakta. Dalam proses ini tidak semua fakta sejarah
dapat dimasukkan, tetapi harus dipilih mana yang relevan dan mana yang
tidak relevan.
data yaitu proses penyusunan data akan dapat ditafsirkan. Menyusun data
4. Historiografi
dalam bentuk tulisan yang disusun secara kronologis yaitu dari Oerip
24
G. Tinjauan Pustaka
1983. Buku ini sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. Dalam buku ini
Kepala Staf TKR hingga akhirnya meninggal dunia. Disini juga dibahas
Selain itu, pada bagian lain juga dibahas juga bagaimana Oerip Soemohardjo
Indonesia untuk membentuk organisasi tentara Indonesia. Dalam bab lain juga
yang profesional.
dilakukan Oerip Soemohardjo pada saat menjadi perwira KNIL dan tidak
dijelaskan apa yang dilakukan Oerip Soemohardjo pada saat membentuk dan
25
Buku selanjutnya adalah Sejarah Rumpun Diponegoro dan
Diponegoro dan pengabdiannya terhadap bangsa dan negara. Selain itu dalam
buku ini juga dibahas riwayat Kodam VII Diponegoro yang diawali sejak
kelahiran pada masa-masa BKR kemudian TKR, TKR, TRI, hingga TNI
dengan masanya.
kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. pada saat itu
dan pengabdiannya pada bangsa dan negara karena disusun secara kronologis.
Selain tu dalam buku ini faktor bahasa terutama segi penggunaan istilah dan
ejaan maupun huruf disesuaikan dengan waktu sekarang. Ini semua bukan
Generasi sekarang dapat mengkaji dan mengikuti buku ini. Kekurangan buku
26
ini terletak pada sedikitnya sumber yang digunakan, baik itu dokumen, arsip
Teladan, tahun terbit 1985 dan diterbitkan oleh Dinas Sejarah TNI AD dengan
Agresi Belanda dan serangan dari Sekutu, selain itu juga disinggung tentang
Dibagian akhir buku ini dijelaskan masa kecilnya Sudirman hingga dewasa
ada diperoleh melalui penelitian dan wawancara dengan saksi sejarah sehingga
dari buku ini antara lain sistem penyajian yang bersifat naratif mengakibatkan
buku ini seperti buku cerita, namun begitu tetap tidak meninggalakan sisi
historisnya dan keilmuannya. Selain itu sistem penulisan yang flashback bisa
H. Sistematika Skripsi
27
Dalam penulisan skripsi ini, sistematika yang akan coba kami
Bab I Pendahuluan
Indonesia (TNI).
hidupnya.
Bab V Penutup
28
BAB II
seorang anak laki-laki yang oleh kakeknya diberi nama Mohamad Sidik. Ayah
dari anak tersebut adalah R. Soemohardjo dan ibunya adalah putri R.T
keistimewaannya sama sekali, sama dengan anak anak yang lain. Namun kelak
anak inilah yang menjadi salah satu orang penting dalam dunia ketentaraan
1986:1)
agar kelak setelah dewasa menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan
bangsanya. Sebagai anak pertama ia menjadi buah hati dan kebanggaan bagi
orang tuanya serta kedua kakeknya. Karena itu wajarlah bila ia dimanja.
Mohamad Sidik tumbuh menjadi anak yang sehat mempunyai sifat dinamis dan
pemberani.
yang kemudian diberi nama Iskandar dan Sukirno. Dalam pergaulan dengan
namun sebaliknya bagi anak-anak merupakan suatu hal yang biasa. Pada suatu
hari dalam suatu permainan yang dilakukan, Mohamad Sidik terjatuh dari pohon
18
29
yang dipanjatnya dan pingsan. Kedua orang tuanya merawat dengan kasih sayang
dan Mohamad Sidik siuman kembali. Setelah mendengar berita kecelakaan yang
cucunya selamat. Oerip yang berarti hidup, sedang Soemohardjo diambil dari
A. Masa Sekolah
Trenggalek. Selain itu mereka juga berharap agar kelak ia juga menjadi
seorang yang alim dan taat beragama. Untuk itulah maka Oerip Soemohardjo
bisa dikatakan hilang, namun ketika sudah sampai dirumah ia kembali sebagai
30
pikirannya melayang ketempat ia bermain. Karena itu ia tidak termasuk
untuk menjadi seorang bupati. Namun beruntung ia dapat naik kelas. Selepas
dari sekolah tersebut Oerip Soemohardjo mengikuti ujian pegawai rendah dan
dididik dalam nuansa priyayi. Disiplin yang diterapkan di sekolah ini sangat
Kelakuan mereka harus baik, sebab kelak akan menjadi contoh teladan
peraturan yang ketat dan disiplin ini dirasakan oleh Oerip Soemohardjo sangat
ia belajar bagaimana cara melipat pakaian dan ikat kepala, serta cara hidup
lainnya.
berukuran tiga kali empat meter. Dan hidup dalam keadaan yang serba teratur
31
sebuah kebebasan, karena itu ia sangat merindukan Sindurejan, kampung
halamannya.
Dalam pelajaran Oerip Soemohardjo pun masih saja sulit untuk bisa
naik kelas. pada saat di kelas dua ini adiknya Iskandar dan Sukirno menyusul
menangkap pelajaran dan susah diatur. Oleh karena itu, ia pernah dihukum
ibu Oerip Soemohardjo sangat terkejut yang tak lama kemudian ia sakit dan
akhirnya meninggal
sekolah di OSVIA, sedangkan ia tidak ingin menjadi seorang pegawai. Hal itu
terus dipikirkan sampai ia lulus dari OSVIA meskipun dengan nilai yang
mengecewakan bapaknya.
Sekolah Militer dan hal itu hanya diketahui oleh dua adiknya tersebut. Maka
32
B. Perwira KNIL
menjadi seorang pemimpin. Hal itu sudah nampak sejak Oerip Soemohardjo
heran jika Oerip Soemohardjo dijadikan pemimpin bagi mereka. Berbekal dari
dari mereka adalah bekas murid-murid OSVIA yang sudah dikenalnya. Selain
itu ada pula anak-anak dari Minahasa dan selebihnya adalah anak-anak
Belanda.
berenang dan semua hal yang berkaitan dengan dunia militer. Bahkan ia
akan menjadi seorang perwira tentara yang derajatnya sama dengan derajat
33
muncul ketika Oerip Soemohardjo pulang dengan pakaian tentaranya. Apalagi
orang Belanda.
1. Masa Bertugas
di Banjarmasin, Kalimantan.
dengan jalan kaki. Hal tersebut karena medan daerah patrolinya adalah
Maka ramai kembali rumah bapak Soemohardjo. Dan pada tahun 1925 ia
34
kembali dipindahkan di Magelang. Dan di kota inilah ia menemukan
semasa di OSVIA.
Purworejo datang lima belas menit setelah acara dimulai dan Oerip
35
merasa tersinggung dan melaporkannya ke Markas Besar Angkatan Perang
militer Belanda lagi. Hal tersebut karena ia merasa bahwa sebentar lagi
Indonesia pun akan segera diduduki oleh lawan Sekutu, dalam hal ini
Jepang yang sudah mulai masuk di kawasan Asia Tengggara. Oleh sebab
itu, beliau harus bisa ikut membantu agar Indonesia tidak diduduki oleh
Jepang.
36
2. Perwira KNIL, Jiwa Inlander
alamiah, sehingga yang tertinggal hanyalah segi-segi baik yang ada pada
dirinya. Dalam kehidupannya ia dikenal dekat kepada rakyat kecil. Hal ini
Sifat yang sudah tertanam dari masa anak-anak itu tetap dibawa
militer yang baik, penuh disiplin dan bertanggung jawab. Sebagai seorang
berbuat demikian. Apalagi dalam hal membela kebenaran, tidak ada kata
menjadi soal, apakah ia memiliki rasa kebangsaan atau tidak, karena yang
pribumi atau rakyat biasa tidak diijinkan untuk menumpang kereta minyak
37
tersinggung, bukan saja karena ia seorang pribumi tapi juga karena hal
api untuk jalan, apapun alasannya. Karena tindakan tersebut, ia bisa saja
mendapat sanksi dari atasan, tapi ia rela dikeluarkan dari dinas ketentaraan
jika memang yang ia lakukan dianggap salah oleh atasannya. Namun hal
38
Tidak itu saja rasa kebangsaan dan keperpihakannya pada rakyat
kecil. Setiap lebaran ia selalu memberi cuti kepada para pembantu untuk
sejawatnya.
Namun baginya itu bukan suatu masalah, yang terpenting ia bisa berbuat
C. Menjelang Proklamasi
Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii. Atas kemenangan ini Jepang
mulai berani menyerang kawasan Asia Tenggara. Dalam waktu relatif singkat
39
Serangan di Indonesia diawali di daerah bagian timur, terutama
Minyaknya tidak saja sebagai bahan bakar kendaraan perangnya, tetapi hasil
Oerip Soemohardjo yang masa tersebut sudah dinas aktif kembali sebagai
perwira KNIL. Setelah ditawan selama tiga setengah bulan, ia dibebaskan dan
untuk bekerja sama dengan Jepang, namun ia tetap memilih hidup di desa
sebagai petani. Ia telah memutuskan untuk tidak memanggul senajata lagi dan
40
Di desa Gentan ini Oerip Soemohardjo menemukan kehidupan yang
tenang dan damai. Selain itu dunia yang dilandasi rasa kasih sayang dan saling
masa dan juga dari para pemuda yang tergabung dalam PETA (Pembela Tanah
yang merdeka terbebas dari segala bentuk penjajahan. Dan hingga akhirnya
41
BAB III
ketika Jenderal Ter Poorten dan Gubernur Jenderal Jhr Alidius Tjarda van
Maret 1942 di lapangan terbang Kalijati, dan berakhir pada 14 Agustus 1945
rezim tentara Jepang menyerah tanpa syarat kepada tentara Sekutu di Pasifik.
Masa kekuasaan Jepang yang sangat singkat itu sangat mendalam dan sangat
yakni kemerdekaan. Oleh karena itu sejak penyerahan Jepang kepada Sekutu, para
merdeka terbebas dari segala bentuk penjajahan, dan Ir. Sukarno dan Drs. Moh.
31
42
menginjak zaman baru, tetapi sebelum bangsa Indonesia dapat menikmati
kemauan bangsa Indonesia sendiri, maka tugas dan kewajiban serta persoalaan
serangan dari luar dan keamanan dalam negeri. Oleh karena itu bangsa Indonesia
membutuhkan tentara yang kuat, teratur dan disiplin. Negara yang merdeka harus
dapat membentuk dan mempunyai tentara yang terorganisir secara nasional yang
yang berdaulat yang meliputi seluruh daerah dan rakyatnya. Sementara itu
Indonesia (PPKI) menetapkan Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai
Indonesia (PNI) yang ternyata tidak jadi dibentuk, dan Badan Keamanan
43
dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) yang semula
bernama Badan Pembantu Prajurit (BPP) (lihat lampiran 2). BPP sudah ada
(Nasution, 1963:106-110).
rakyat.
beberapa anggota BKR sudah bersenjata. Hal ini menjadikan anggota BKR
44
panggilan jiwa para pemuda, banyak diantaranya berasal dari PETA, Heiho,
ingin berbakti dan mengabdi kepada bangsa dan negara yang kedaulatannya
Unsur anggota BKR tidak terdiri dari darat saja, akan tetapi terdapat
pula unsur dari udara dan laut. Para bekas Kyugun Heiho serta pemuda yang
penerbang Jepang seperti Rikigun Koku Butai, Koigun Koku Butai, dan Nampo
senjata, yakni BKR dan badan perjuangan yang tidak tergabung dalam BKR
dan tidak adanya kesepakatan pendapat sering terjadi diantara kedua belah
Melihat latar belakang kondisi keamanan dalam negari yang semakin gawat,
45
ditambah lagi dengan datangnya tentara Inggris serta didorong kurangnya
koordinasi antara BKR dan BN atau badan perjuangan yang lain tentang arah
maka diadakan suatu Tentara Keamanan Rakyat (TKR)”. Bekas Mayor KNIL
sebagai Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letnan Jenderal. Kemudian
masing-masing.
21). Sepulang dari Jakarta Oerip Soemohardjo segera mulai bekerja menyusun
46
dijadikan sebagai Markas Tertinggi Tentara Keamanan Rakyat (MTTKR).
100)
bekas tentara KNIL, maka personil dalam tubuh organisasi terdiri atas
PETA..
terdiri tujuh divisi di Jawa dan tiga di Sumatera. Tanggal 2 November 1945,
Jawa terdapat sepuluh divisi dan di Sumatera terdapat enam divisi, sementara
di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Barat belum ada
pasukan. Namun dengan penyusupan yang dilakukan pasukan TKR dari Jawa
1984 : 70-71)
47
Penyusunan TKR berjalan, namun pertempuran juga terus
adanya kendali dari Markas besar TKR. Hal ini terjadi karena kurangnya alat
komunikasi. Karena itu Oerip Soemohardjo selaku Kepala staff TKR meminta
Pemuda yang memiliki senjata yang dimasa datang bisa menyebabkan pemicu
48
masalah. Oleh karena itu pemerintah berusaha mempersatukan laskar-laskar
dengan TRI dalam satu wadah tentara yang dapat digunakan sebagai alat
Indonesia No.4 tahun 1947 yang salah satu isinya mengesahkan berdirinya
angkatan perang lain yang bersenjata. (Sendam VII/ Diponegoro, 1968: 271).
dilaksanakan reorganisasi yang dimulai dari pucuk pimpinan TNI. Dasar dari
reorganisasi ini adalah Keputusan Presiden No. 1 tahun 1948 tanggal 2 Januari
Staff Umum Angkatan Perang dan Markas Besar Pertempuran yang dipimpin
oleh Panglima Besar Angkatan Perang Mobil. Dilihat dari segi kepentingan
efisien. Pada dasarnya susunan baik teritorial maupun satuan tempurnya tidak
ada perubahan. Susunan yang bersifat mobil bai teritorial maupun satuan
Dengan alasan apapun sistem kolonial tidak boleh kembali, dan andai
harus terjadi benturan antara Belanda dengan bekas jajahannya, maka ia akan
memilih tanah airnya, itu sudah pasti. (Soemohardjo, 1973: 89). Demikian
49
memproklamasikan diri. Karena itulah ia sudah bersiap siaga apabila tanah
negara tidak mempunyai tentara. Ia sudah siap memberikan apa yang dimiliki,
dari wakil Presiden Drs. Moh. Hatta yang meminta agar ia berangkat ke
dibawah pimpinan wakil presiden Drs. Moh. Hatta. Pada sidang ini diputuskan
untuk segera membentuk Angkatan Perang Republik Indonesia, dan tugas itu
50
mengetahui betul dedikasi Oerip Soemohardjo terhadap bangsa dan negara
harus bekerja keras. Karena selama terjun dalam dunia militer yang
maka susunan TKR yang dibentuknya pun meniru susunan tersebut. Para
perjuangan.
terdiri dari dua bagian yakni Markas Besar Umum yang dikepalai oleh
51
dirinya langsung dan sepuluh jawatan lainnya yang dikepalai seorang
a. Bagian Administrasi
b. Bagian Keuangan
c. Bagian Persenjataan
d. Bagian Perhubungan
e. Bagian Kesehatan
g. Bagian Zeni
h. Bagian Pendidikan
i. Bagian Perlengkapan
j. Bagian Penyelidikan.
berkedudukan di Linggajati
52
3) Divisi III, meliputi daerah Priangan dan berkedudukan di Bandung.
berkedudukan di Salatiga.
Purwokerto.
berkedudukan di Yogyakarta.
Solo.
Kediri.
Malang.
berkedudukan di Lahat.
53
2) Divisi II, meliputi daerah Sumatera Selatan bagian utara dan timur,
berkedudukan di Bukittinggi
Medan.
di Sibolga.
(lihat lampiran 3)
infanteri dengan sedikit satuan bantuan tempur berupa satuan artileri dan
54
c. Seksi Operasi dan Organisasi
d. Seksi Intelejen.
f. Seksi Provost
g. Seksi Koordinasi
h. Kesehatan Tentara
j. Koordinai Pemerintah
k. Politik.
ini pun tidak berubah. Karena disini Sudirman yang mendapat pangkat
55
berubah nama menjadi Tentara Keselamatan Rakyat (TKR) susunan
dianggap lebih cocok untuk nama tentara dari sebuah negara yang
merdeka. Namun karena masih adanya konflik antara tentara dan laskar
yang tidak mau meleburkan diri dalam TRI, maka presiden Soekarno pada
dari sekian banyak orang dari lingkungan sosial dan pendidikan yang
berupa :
2) Bagian Personalia
3) Bagian Penyelidik
4) Bagian Operasi
6) Bagian Pengangkutan
56
7) Sekretariat dan Tata Usaha
meliputi :
1) Direktur Jenderal
2) Kepala Staff
3) Urusan Personalia
4) Urusan Kehakiman
6) Bagian Artileri
7) Bagian Infateri
8) Bagian Topografi
9) Bagian Zeni
c. Divisi TRI
masih tetap enam divisi. Tiap divisi di Jawa menggunakan nama tokoh
57
pengabadian nama pahlawan yang dipandang erat dengan satuan
dimana divisi itu berlokasi sebagai nama atau lambang divisinya. Bagi
1) Di Jawa
Cirebon.
Banyumas
Yogyakarta.
Madiun.
Madura.
2) Di Sumatera
58
(lihat lampiran 4)
Mei 1946. Dalam upacara pelantikan ini Sudirman, atas nama anggota
reguler dan kekuatan bersenjata dari rakyat di luar TRI. Karena itu untuk
organisasi tentara.
para pejabat MBU dan Panglima Besar ini pada tanggal 3 Juni 1947
mengeluarkan ketetapan sebagai hasil akhir dari tugas tersebut. Dan salah
sebagai wadah dari seluruh pasukan bersenjata baik TRI maupun Pasukan
59
menjadi satu, hanya mengenal satu wadah ketentaraan di seluruh wilayah
Republik Indonesia.
21 Juli 1947. Setelah itu, susunan TNI diatur dengan Penetapan Presiden
yang isinya:
Komando Sumatera terdiri atas Divisi dan Teritorium. Semua staf dan
60
c. Dalam keadaan bahaya, Staf Umum Angkatan Darat masuk Staf
Komando itu dalam waktu dekat berguna sekali, yakni ketika Belanda
yang ahli serta profesional dan harus mampu menguasai dalam segala hal
adanya akademi militer untuk mendidik dan melatih pasukan tentara yang
61
1945, berdirilah sebuah akademi militer di Tanggerang yang dipimpin oleh
terlalu dipengaruhi oleh hal-hal yang berbau internasional dan segala yang
diketahui kritik tersebut berasal dari orang yang tidak mau menempuh
Soemohardjo tetap saja dan menerus mendidik para taruna agar mereka
bisa selangkah lebih maju dari pada sebelum mereka masuk akademi.
divisi dan bercabang paada tiap-tiap kabupaten. Tugas dari polisi tentara
perkara kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan oleh orang yang bukan
62
anggota TKR. Ditekankan pula bahwa polisi tentara tidak boleh
komandannya.
anggota TKR pada saat itu sangat beraneka ragam, dan hanya satu
seluruh anggota tentara karena bahan pakaian masih sulit didapat. Maka
bagi para anggotanya. Warna seragam tidak perlu sama, tetapi harus
menjalankan perintah dari orang lain atau instasi lain dan hanya menerima
dan menjalankan perintah dari MBU. Hal itu diangap perlu karena masa
itu semua anggota diliputi oleh semangat untuk mempertahankan tanah air
63
dan bangsa, dan dalam masa seperti itu bisa saja terjadi hal-hal yang dapat
perbuatan yang merusak nama baik TKR seperti merampok atau yang
merugikan rakyat. Hal itu karena TKR dibentuk untuk menjaga keamanan
pihak Sekutu dan Belanda terjadi di beberapa kota. Persenjataan kurang dan
latihan dan pendidikan dalam arti sebenarnya bagi tentara belum dapat
organisasi tentara. Tanpa organisasi yang baik, fungsi tentara tidak akan dapat
sempurna ini menyita sebagian besar waktu dan tenaganya. (Imran, 1984: 80)
perubahan itu baru dapat dilakanakan pada tanggal 7 Januari 1946 melalui
64
1. Nama Tentara Keselamatan Rakyat, dahulu Tentara Keamanan Rakyat
Republik Indonesia.
pemerintah akan diangkat sebuah panitia, yang terdiri dari ahli militer dan
badan kelaskaran tersebut harus meleburkan diri ke dalam tubuh TRI dan
kekuasaan penuh atas militer di seluruh wilayah Indonesia ada pada pundak
TRI. Namun banyak juga yang tidak mau dilebur ke dalam tubuh TRI,
65
Karena masih adanya konflik antara tentara dan laskar yang tidak
Mustopo, Prof. Rooseno, dan Prof, Mr. Dr. Supomo. ( Disbintalad, 1986:
11).
dan menyerahkan kepada Presiden. Namun baru tanggal 3 Juni 1946, presiden
tersebut berbunyi :
1. Mulai tanggal 3 Juni 1946 kami sahkan dengan resmi berdirinya Tentara
Nasional Indonesia.
anggota laskar yang bersenjata, baik yang sudah atau yang tidak tergabung
66
d. Anggota : Komodor S. Suryadarma
e. Anggota : Sutomo
Nasional Indonesia diwajibkan taat dan tunduk pada segala perintah dan
Indonesia.
67
BAB IV
keadaan dan situasinya. Ancaman dari Inggris sebagai utusan dari Sekutu
menduduki Indonesia. Untuk itu keamanan bangsa yang baru saja merdeka
laskar-laskar rakyat ini tergabung tenaga-tenaga yang terdiri kaum pria dan
wanita, tua ataupun muda. Dan dari golongan pemuda inilah tampak
58
68
Organisasi-organisasi pemuda dan kesatuan-kesatuan rakayat itu
bambu runcing, dan lainnya. Dengan modal senjata yang sangat sederhana
dan lainnya.
69
airnya. Suatu negara merdeka tetapi tidak mempunyai tentara. Suatu
dimaklumi. Hal tersebut karena keraguan Ir. Soekarno yang ditunjuk PPKI
bentrok dengan Jepang ataupun Sekutu dalam hal ini Inggris yang
mewakili Sekutu. Hal tersebut karena Sekutu merasa berhak atas wilayah
datang di Indonesia.
70
Pada awal berdirinya TKR, laskar-laskar perjuangan rakyat sangat
tentara.
kekuatan bersenjata yakni TKR dan laskar-laskar, dan hal itu sering
tokoh partai politik juga berpendapat bahwa perlu adanya suatu bentuk
Staff Umum Oerip Soemohardjo yang berisi tentang pendirian TKR dan
71
pemimpin supaya disusun secara teratur serta ikut dalam menjaga
keamanan dan ketertiban rakyat, selain itu juga segera melaporkan diri ke
MTTKR.
komunis yang merupakan bagian dari partai yang diikutinya. Dari sini
Belanda lebih baik tidak melalui jalan diplomasi, tetapi dengan kekuatan
72
hasil dari diplomasi seperti terkepung sehingga sangat mudah nantinya
Namun mengingat tugas yang diembannya ia rela demi tanah airnya. Bahkan
pasukan bersenjata yakni Tentara Republik Indonesia dan laskar atau barisan
73
Indonesia (TNI). TNI ini merupakan penggabungan dari TRI dan laskar atau
barisan bersenjata. Dan sejak saat itu di Indonesia hanya terdapat satu
menjadi :
Undang Nomor 3/ 1948 tersebut, terdapat aturan khusus bagi TNI Angkatan
74
b. Bagian Staff Umum I (Bagian Penyelidikan Militer)
a. Bagian Topografi
b. Bagian Intendans
a. Barisan Infanteri
b. Barisan Arteleri
c. Barisan Kavaleri
d. Barisan Genie
tersebut dibentuklah satuan Komando Mobil dan Teritorial untuk Jawa dan
75
Jawa (MBKD) dan Markas Besar Komando Sumatera (MBKS) untuk
Sumatera.
1. Divisi I, meliputi daerah Jawa Timur dan terdiri dari enam Brigade
2. Divisi II, meliputi daerah Jawa Tengah bagian utara dan terdiri dari dua
3. Divisi III, meliputi daerah Jawa Tengah bagian Selatan dan terdiri dari tiga
4. Divisi IV, meliputi daerah Jawa Barat dan terdiri dari empat Brigade
Sedang untuk MBKS terdiri dari tiga Divisi yakni Divisi VIII, IX,
dan X. Sedang satuan teritorial tersusun menjadi lima Gubernur Militer yang
masing-masing :
76
Angkatan Laut membawahi tiga orang Kepala Staf yaitu Kepala Staf Operasi,
utama yang harus dihadapi. Markas Besar AL, selama Aksi Militer II Belanda
27 Juni 1950. Pada saat itu dengan resmi berdiri Markas Besar AU yang
77
C. Kekecewaan-Kekecewaan di Masa Akhir
Bagi seseorang yang yang biasa bekerja dalam keadaan yang serba
laskar-laskar. Hal tersebut dirasa Oerip Soemohardjo sebagai suatu hal yang
wajar bagi negara yang baru tumbuh dan sedang berjuang mempertahankan
dijelaskan pula agar laskar-laskar itu mempunyai disiplin dan pimpinan yang
tidak mau bergabung, mereka tetap berdiri sendiri. Jumlah laskar pun semakin
78
karena setiap partai yang ada membentuk laskar masing-masing. Dengan hal
itu, maka tujuan laskar sudah berubah, mereka tidak lagi berjuang
dengan Tentara Republik Indonesia (TRI). Tetapi hal tersebut selalu ditolak
oleh laskar-laskar dan terutama laskar yang selalu membawakan suara partai
dari golongan kiri berusaha mempekuat posisi golongan kiri dalam petahanan.
dengan saran yang diajukan ketika rapat TKR bulan November 1945. badan
pengetahuan umum kepada anggota tentara. Pada akhir Mei 1946 kedudukan
79
Pepolit, dan sebagai pimpinannya adalah Sukono Joyopratiko yang sealiran
pula badan lain yang disebut Biro Perjuangan yang merupakan biro khusus
organisasi militer diluar tentara resmi, mendapat biaya dari pemerintah dan
80
dijalankan oleh Amir Syarifuddin selaku Menteri Pertahanan, dan menilai
kekuasaan negara.
usaha keras pengabungan laskar dan TRI dapat terealisasi melalui Penetapan
betambah besar, tetapi menyerang Belanda selagi mereka lemah. Hal tersebut
untuk diplomasi.
selalu saja dilanggar oleh pihak Belanda. Sebagai Kepala Staff, ia cukup
Juli 1947, Belanda melancarkan agresi militer. Pada awal agresi tersebut
81
posisi TNI tedesak tetapi TNI berhasil mengadakan konsolidasi dan mulai
negara pada saat itu dan sesuai pula dengan kekuatan Angkatan Perang, ia
lebih menyukai taktik gerilya. Karena itu, ia sangat merasa kecewa ketika
Salah satu efek dari Perjanjian Renville adalah penarikan pasukan TNI ke
dan terkepun oleh kedudukan Belanda. Oerip Soemohardjo sudah tidak dapat
berhenti dari dinas militernya sebagai Kepala Staff karena pemerintah sudah
Panglima Angkatan Perang Mobil dan harus tunduk kepada Kepala Staff
82
Angkatan Perang yang dijabat oleh Perwira yang lebih junior, dan Oerip
diangkat.
Kabinet Amir jatuh dan digantikan oleh kabinet Hatta. Dalam kabinet Hatta
dengan tekanan yang berbeda. Jika pada masa kabinet Amir, Reorganisasi dan
83
BAB V
PENUTUP
Simpulan
sebuah PP No. 2/S.D Tahun 1946 TKR yang semula bernama Tentara
kemudian pada tanggal 26 Januari 1946 melalui PP No. 4/S.D Tahun 1946
TKR diubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). hingga akhirnya pada
tanggal 7 Juni 1947 diganti lagi menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
74
84
oleh pengalaman di bidang kemiliteran yang dimilikinya selama tugas di
KNIL serta sikap patriotisme dan rasa nasionalisme yang ada pada dirinya.
Indonesia (TRI) tidak ada lagi komandemen seperti pada masa TKR, selain itu
Indonesia (TNI) berasal dari laskar-laskar perjuangan rakyat yang tidak mau
meleburkan diri dalam tubuh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) atau pun
laskar yang memperkuat partai politik. Selain itu hambatan dari dalam berasal
85
dari Kementrian Pertahanan yang merupakan golongan kiri, dan menggunakan
Nasional Indonesia (TNI). Ia juga sebagai pemikir dalam teknis dan strategi
86
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Disjarahad. 1972. Cuplikan Sejarah Perjuangan TNI AD. Bandung : Fa. Mulyana
Imran, Amrin Drs. 1983. Oerip Soemoharjo. Jakarta : Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sendam VII Diponegoro. 1968. Sejarah TNI Angkatan Darat Kodam VII
Diponegoro. Semarang : Yayasan Diponegoro
77
87
------------- . 1977. Sejarah Rumpun Diponegoro dan Pengabdiannya . Semarang :
Yayasan Diponegoro
Zen, Kivlan. 2004. Konflik dan Integrasi TNI AD. Jakarta. Institute for Policy
Studies
88
Lampiran 1
BOIGRAFI SINGKAT
JENDERAL ANUMERTA TNI OERIP SOEMOHARDJO
89
Tidak memegang jabatan resmi apapun dan bertempat tinggal di desa Gentan,
Yogyakarta.
3. Jaman Indonesia Merdeka
a. Aktif sebagai pelopor dari TKR, TRI, yang akhirnya menjadi TNI
b. Tahun 14 Oktober 1945, mengeluarkan sumpah setia kepada Indonesia
dan melepaskan diri selaku Opsir KNIL
c. 15 Oktober 1945 menghadiri sidang kabinet tentang penyusunan
organisasi TKR.
d. 20 Oktober 1945 diangkat secara resmi sebagai Kepala Staff Umum dan
Kementrian Keamanan Rakyat.
e. 2 November 1945 membuka Markas TKR di Yogyakarta
1) Awalnya Markas TKR berada di Hoel Merdeka kamar 23, kemudian
pindah di jalan Gondokusuman.
2) Susunan organisasi TKR berpola pada Departemen Perang Hindia-
Belanda, yang membagi pasukan atas Divisi dan Komandemen. Di
Jawa terdapat 3 Komandemen dengan 10 Divisi, sedangkan Sumatera
1 Komandemen dengan 6 Divisi.
f. 12 November 1945, memimpin Konferensi TKR yang pertama. Salah satu
hasil konferensi adalah terpilihnya Jendral Sudirman sebagai Panglima
TKR.
g. 18 November 1945 meresmikan Akademi Militer yang pertama di
Tangerang.
h. 17 Mei 1946,
1) Menjadi Ketua Panitia Besar Organisasi TKR
2) Melapor kepada Presiden mengenai :
a) Bentuk Kementrian Pertahanan
b) Bentuk Ketentaraan
c) Kekuatan Tentara
d) Organisasi Tentara
e) Kedudukan laskar
i. 21 Mei 1946 diangkat dengan besluit Presiden :
1) Pangkat : Letnan Jenderal
90
2) Jabatan : Kepala Staff Markas Besar Umum TKR.
j. 25 Mei 1946 dilantik di Istana Negara di Yogyakarta sebagai Kepala Staff
bersama jenderal Sudirman sebagai Panglima
k. 14 November 1946 menjadi ketua delegasi perundingan Cease Fire di
Jakarta.
l. 5 Mei 1947 menjadi anggota Panitia Pembentukan Organisasi Tentara
Nasional Indonesia dengan tugas untuk mempersatukan TRI dengan badan
kelaskaran menjadi TNI.
m. 7 Juni 1947 sesuai dengan penetapan Presiden RI, mulai tanggal 3 Juni
1947 disahkan berdirinya TNI. Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo
sebagai Kepala Staff Umum.
n. Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo kemudian diangkat sebagai Penasehat
Presiden dan Menteri Pertahanan RI serta merangkap sebagai anggota
Dewan Pertimbangan Agung.
o. 17 November 1948 meninggal dunia dan di makamkan di Taman Makam
Pahlawan Semaki, Yogyakarta.
91
Lampiran 2
BPKKP
Pucuk
Pimpinan BKR
TONARI GUMI
RAKYAT INDONESIA
92
Lampiran 3
Tahun 1945
Markas Tertinggi
TKR
93
Lampiran 4
Panglima Besar
94
Lampiran 5
Panglima Besar
Div I Div II Div III Div IV Div V Div VI DivVII Div VIII Div IX Div X
Siliwangi S. G.Jati Diponegoro Pn. Senopati Ronggolawe Narotama Suropati Garuda Banteng Gajah
95