Anda di halaman 1dari 8

Promotif, Vol.1 No.

1, Okt 2011 Hal 21-28

Artikel IV

STUDI GAYA KEPEMIMPINAN DALAM PELAKSANAAN FUNGSI MANAJEMEN KEPALA PUSKESMAS ANTARA MAKASSAR Nur Aini Bagian Andministrasi Dan Kebijakan Kesehatan FKM Unismuh Palu ABSTRAK Dalam pembangunan dan era globalisasi pemimpin dituntut untuk memiliki kepekaan tinggi yang mampu menciptakan pembaharuan dalam segala aspek kehidupan organisasi. Pemimpin dituntut agar mampu memberdayakan segala kekuatan organisasi secara benar dan tepat sesuai dengan perkembangan zaman. Setiap kegiatan yang melibatkan kelompok dalam pencapaian tujuan selalu memerlukan seorang pemimpin yang akan memberikan perintah dan, pengarahan, dan bimbingan sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk bekerja. Demikian juga kepala puskesmas Antara , sebagai pemimpin dituntut agar mampu menciptakan menajemen bagi pencapaian output hingga tercapainya kebutuhan masyarakat yang maksimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran gaya kepemimpinan yang dimiliki kepala puskesmas yaitu direktif, partisipatif, supportive, orientasi prestasi dalam pelaksanaan fungsi manajemen : perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif. Pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu semua tenaga kesehatan menjadi sample sebanyak 33 orang, metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner sebanyak 40 pertanyaan (masing-masing variable terdiri dari 10 pertanyaan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dalam bidang perencanaan dipuskesmas Antara adalah gaya kepemimpinan direktif sebanyak 14 orang atau sebanyak (44%), gaya kepemimpinan dalam pengorganisasian adalah gaya kepemimpinan direktif yakni sebanyak 12 orang atau (37,5%), sedangkan gaya kepemimpinan dalam bidang pelaksanaan adalah gaya kepemimpinan direktif yaitu sebanyak 12 orang (37.5%), dan bidang pengawasan sebesar 12 orang menyatakan gaya direktif yakni sebesar (37,5%). Dan dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimipinan yang paling cenderung adalah gaya kepemimpinan direktif yaitu sebesar 39%.Melihat gaya kepemimpinan direktif yang cenderung dimiliki oleh kepala puskesmas, maka disarankan kiranya gaya kepemimipinan ini bisa ditempatkan sesuai dengan situasi yang ada atau dengan kata lain dilakukan peningkatan kualitas komunikasi antara atasan dan bawahan. Kata Kunci Daftar Pustaka : Gaya kepemimpinan dan manajemen : 1991-2009 organisasi pemerintah termasuk Indonesia, salah satu diantaranya adalah penerapan gaya manajemen yang tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi. Hal ini merupakan Masalah Utama Penyelenggaraan Pemerintah dan Pembangunan. Untuk mengatasi

PENDAHULUAN Menurut Stevhen R. Covey dalam Wahjosumidjo (2000) pada buku Principle Centered Leadership mengetengahkan masalah kronis yang cukup representatif dalam menggambarkan kondisi organisasi-

21

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 21-28

Artikel IV

permasalahan tersebut salah satu cara visioner, memiliki pola pikir serta perilaku sesuai dengan tuntutan tugasnya. Maka dalam setiap organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, akan berhasil bila organisasi tersebut mampu melaksanakan fungsi manajemen dengan baik. Mampu untuk mengorganisir, memberikan pengarahan kerja, mengkoordinir dalam usaha untuk melaksanakan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, serta mampu untuk melaksanakan pengawasan dalam pelaksanaan kerja. Tanpa adanya suatu perencanaan yang baik, kemungkinan organisasi tersebut akan mengalami kegagalan. Paling tidak dalam pencapaian tujuan kemungkinan akan timbul suatu hal yang tidak diharapkan, berupa adanya biaya serta adanya tenaga yang sangat besar yang digunakan. Ini disebabkan karena perencanaan pada hakikatnya menetapkan apa yang dilakukan, bagaimana, serta siapa yang melakukan, sebelumnya pekerjaan itu sendiri dilakukan, sebelum pekerjaan itu sendiri dilaksanakan. (Julitriarsa dan Suprihto, 1988). Pada penelitian Monoarfa (2004) melakukan penelitian tentang Tipe Kepemimpinan Direktur Rumah Sakit di RSU Kota Mobagu Kabupaten Bolang Mongondow 2004, menerapkan tipe demokratis baik pada bidang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Hasil penelitian tentang Tipe Kepemimpinan Dalam Manajemen Kepala Puskesmas Sekota Palu Sulawesi Tengah oleh Yunihasto, menunjukkan bahwa tipe kepemimpinan kepala puskesmas yang paling cenderung dari empat fungsi manajemen adalah tipe demokratis (39,52%). Walaupun sebenarnya tipe kepemimpinan tersebut bukanlah yang paling baik kecuali melihat situasi yang dihadapi. Tipe kepemimpinan otoriter

lebih cenderung diterapkan pada pengawasan dibandingkan dengan tipe fungsi manajemen lainnya (perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan). Kemudian tipe kepemimpinan demokrasi lebih cenderung diterapkan dalam perencanaan dibandingkan tiga fungsi manajemen yang lain. Sedangkan tipe kepemimpinan liberal yang diterapkan kepala Puskesmas sekota Palu tidak mengalami kecenderungan melainkan terlihat sesuai dengan situasi yang dihadapi. (Yunihasto. 2001). Sedangkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Fatmawati (2006) yang melakukan penelitian terhadap tipe kepemimpinan pada kepala puskesmas patalassang kabupaten takalar menunjukkan bahwa tipe kepemimpinan dalam bidang demokratis yakni sebanyak 28 karyawan (82%). Tipe kepemimpinan dalam bidang pengorganisasian adalah tipe demokratis sebanyak 27 karyawan (79%). Dalam bidang pelaksanaan 27 karyawan (79%) yang menyatakan tipe kepemimpinan demokratis. Dalam bidang pengawasan 26 karyawan (76%) yang menyatakan tipe kepemimpinan demokratis. Dan dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tipe kepemimpinan yang paling cenderung atau dominan adalah tipe kepemimpinan demokratis yaitu sebesar 82%. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan apa yang digunakan oleh kepala Puskesmas, maka dipandang penting untuk melakukan penelitian di Puskesmas Antara Makassar. Sebab dalam menjalankan suatu organisasi pemimpin sangat berpengaruh terhadap kinerja bawahannya. Untuk menangani, mengelola, mengarahkan dan membina sumber daya yang ada maka seorang pemimpin dituntut untuk memiliki wawasan, keterampilan, dan keahlian khusus yang dapat diwujudkan melalui kemampuan dalam memimpin dan mengarahkan

22

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 21-28

Artikel IV

sumberdaya yang ada guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan direncanakan bersama. Kepemimpinan tersebut diharapkan mampu menggerakkan semua unit atau bidang kesehatan dengan melibatkan unit diluar institusi, maupun yang men jadi pelopor, pembina serta menciptakan sistem kerja yang efektif dan efisien (Azwar, 1998) Berdasarkan pemikiran tersebut menekankan masalah perilaku pemimpin dalam hal kemampuan pimpinan dalam pelaksanaan fungsi manajemen sangat diperlukan untuk mendukung pembangunan kesehatan pada Puskesmas Antara Makassar. Dipilihnya Puskesmas sebagai tempat penelitian, karena Puskesmas merupakan suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Azwar, 1998). Dimana dalam pelaksanaan administrasi di Puskesmas dibutuhkan kedisiplinan dalam pelaksanaan segala kegiatan yang ada, olehnya itu untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka dibutuhkan sosok pemimpin yang mampu mengendalikan organisasi puskesmas dengan baik. BAHAN DAN METODE Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif. yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang tipe kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala Puskesmas Antara Makassar tahun 2010. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Antara Makassar Tahun 2010. Untuk mengetahui tipe kepemimpinan apa yang digunakan oleh kepala Puskesmas Antara Makassar. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah semua tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Antara Makassar Tahun 2010 dengan jumlah tenaga sebanyak 33 orang. Pengumpulan Data 1. Data Primer Data ini diperoleh dengan cara membagikan kuesioner kepada responden atau seluruh tenaga kesehatan di puskesmas antara makassar. 2. Data Sekunder Data ini diperoleh dari sumber informasi yang ada pada Puskesmas yang terkait dengan penelitian. Data tersebut adalah distribusi jumlah petugas kesehatan, pendidikan petugas kesehatan, jenis ketenagaan dan serta pendidikan tenaga kesehatan. Pengolahan dan Penyajian Data 1. Pengolahan Data Dilakukan setelah seluruh data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang telah diisi oleh responden, dengan tahap-tahap sebagai berikut : a. Editing data dilakukan dengan memeriksa kemungkinan kesalahan pengisian atau tidak lengkapnya data yang diisi oleh responden. b. Koding data dialakukan dengan memberikan kode nomor jawaban yang diisi oleh responden agar memudahkan pengolahan data. c. Tabulasi data dilakukan setelah pemberian kode pada setiap jawaban yang diberikan oleh

23

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 21-28

Artikel IV

responden dengan bantuan komputer. d. Pembersihan data dilakukan agar setiap data yang sudah diperoleh bebas dari kesalahan sebelum dilakukan analisis statistik dengan komputer program SPSS. 2. Penyajian Data Data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel disertai penjelasan. HASIL Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa jenis kelamin petugas kesehatan lebih banyak perempuan dibanding laki laki, dimana perempuan sebanyak 27 orang atau (84,4%) sedangkan laki laki hanya 5 orang atau sebanyak (15,6%) dari total keseluruhan 32 jumlah petugas kesehatan yang sempat mengisi kuisioner di puskesmas antara makassar. petugas kesehatan yang memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 17 orang atau (53,1%), D1 kesehatan sebanyak 3 orang atau (9,4%), D3 kesehatan sebanyak 5 orang atau (15,6%), sedangkan S1 sebanyak 7 orang atau (21,9% hasil yang diperoleh terhadap keempat pelaksana fungsi manajemen yang diteliti terhadap gaya kepemimpinan di puskesmas Antara makassar adalah sebanyak 39% orang menyatakan gaya kepemimpinan yang dimiliki kepala puskesmas adalah gaya kepemimpinan direktif, dan 27% pegawai menyatakan gaya kepemimpinan yang digunakan adalah gaya supportive, dan sebesar 23% petugas kesehatan menyatakan gaya kepemimpina yang digunakan adalah gaya kepemimpinan partisipatif, sedangkan 11% lainnya menyatakan menggunakan gaya orientasi prestasi. Sedangkan dari empat fungsi manajemen yang menggunakan gaya direktif terbesar ada pada fungsi

perencanaan yaitu sebesar 14 pegawai (44%), dan fungsi pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan sebesar 12 orang (37,5%).

PEMBAHASAN Sudah sepatutnyalah gaya kepemimpinan merupakan hal yang paling berpengaruh terhadap kualitas kerja petugas kesehatan karena merupakan sumber penting para petugas kesehatan sebelum melakukan tugasnya dalam melayani masyarakat. Melihat begitu kompleksnya masalah yang ada dalam penerapan ganya kepemimpinan di puskesmaspuskesmas maka dianggap sangat penting memperbaiki kualitas gaya kepemimpinan. Hampir seluruh variabel dalam penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang sering diterapkan adalah gaya kepemimpinan direktif, hal ini sangat mungkin disebabkan oleh karena proses komunikasi antara kepala dan bawahan kurang terjalin oleh karena semua peraturan yang ada dipuskesmas bersifat paten dari dinas kesehatan. untuk itu berdasarkan penelitian dan pemantauan langsung dilapangan selama penelitian maka diperoleh penjelasan sebagai berikut : perencanaan Pada proses pelaksanaannya, manajemen mempunyai tugas khusus yang sering disebut sebagai fungsi manajemen. Perencanaan adalah proses memutuskan tujuan-tujuan apa yang akan dikejar selama suatu jangka waktu yang akan datang dan apa yang dilakukan agar tujuan-tujuan itu dapat tercapai. Suatu perencanaan dapat melibatkan semua orang yang di puskesmas atau tidak. Hal ini tergantung dari gaya kepemimpinan apa yang dimiliki oleh seorang pimpinan.

24

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 21-28

Artikel IV

Dalam merencanakan tujuan sebuah organisasi, baik jangka panjang maupun jangka pendek seorang pemimpin dapat mengambil keputusan dengan cara masing-masing. Tergantung dari pimpinan itu sendiri dalam melihat kondisi lingkungan di sekitarnya. Dan hasil penelitian yang telah dilakukan pada puskesmas Antara menunjukkan bahwa gaya yang dipakai oleh kepala puskesmas adalah gaya kepemimpina direktif, yakni sebanyak 14 orang dengan persentase 44% menyatakan gaya kepemimpinan tersebut. Ini menunjukkan bahwa dalam merumuskan program kerja di puskesmas, pimpinan kurang menanggapi saran dari bawahan serta kurang menyertakan bawahan dalam merumuskan program di puskesmas. Begitu pula dalam penetapan prioritas program yang akan dilaksanakan di puskesmas, pimpinan kurang melibatkan bawahan dan cenderung mengambil keputusan sendiri. Dalam proses perencanaan di puskesmas Antara gaya kepemimpinan yang digunakan cenderung mengakibatkan komunikasi yang kurang baik olek karena sikap pimpinan yang jarang mendiskusikan atau mengajak bawahan untuk turut berperan serta dalam memutuskan berbagai macam persoalan. Hal ini mungkin diakibatkan karena semua tahapan perencanaan di puskesmas telah ditetapkan oleh pemerintah dinas kesehatan kota makassar sehingga dalam penetapan prioritas program pimpinan kurang melakukan diskusi terhadap bawahnnya sebagai pelaksana langsung dari kebijakan ini. Padahal sebaiknya jika memang program telah ditetapkan dari pusat ada baiknya sebelum menetapkan program tersebut harus dikomunikasikan terhadap bawahan atau memberitahukan terlebih dahulu melalui rapat-rapat intern sehingga bawahan merasa dihargai dan

hubungan timbal balik dapat terjalin karena adanya rasa saling menghargai satu sama lain. Gaya kepemimpinan direktif adalah gaya kepemimpinan yang segala pengarahan dan himbauan berasal dari pimpinan dan tidak ada partisipasi dari bawahan (Thoha miftha 2009) ini memiliki kelemahan yaitu secara tidak langsung membuat bawahan menjadi tergantung dan tidak bisa mandiri dalam melaksanakan tugas dikarenakan pimpinan jarang membuka forum-forum diskusi untuk membicarakan hal-hal penting mengenai puskesmas. Dan gaya seperti ini sangat mempengaruhi motivasi serta persepsi bawahan mengenai pimpinan itu sendiri dan sudah pasti mempengaruhi kualitas kerja para petugas kesehatan dalam melaksanakan tugas secara maksimal. Meskipun masih terdapat 56 % petugas kesehatan yang memiliki pendapat berbeda. pengorganisasian Sebagai proses menentukan, mengelompokkan dan sebagai pengaturan berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk pencapaian tujuan, penugasan beberapa orang dalam berbagai kegiatan dan menunjukkan kewenangan yang dilimpahkan terhadap setiap individu yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan membutuhkan peran aktif semua pegawai yang ada di rumah sakit. Pimpinan dapat menciptakan peran aktif kepada bawahan dan dapat mempengaruhi orang lain/ bawahannya tergantung dari gaya kepemimpinan yang dimilikinya. Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh kepala puskesmas Antara dalam pelaksanaan fungsi pengorganisasian adalah gaya kepemimpinan direktif. Hal ini terlihat dari distribusi pegawai yang cenderung menyatakan pimpinan memiliki gaya kepemimpinan direktif sebanyak 12

25

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 21-28

Artikel IV

orang yaitu 37,5%. Hal ini karena dalam pelaksanaan fungsi manajemen pengorganisasian, baik itu dalam hal pendelegasian serta pembagian tugas, pimpinan cenderung mengambil keputusan sendiri. Dan dari hasil pengisian kuisioner juga menunjukkan bahwa dalam hal pengorganisasian atasan menentukan tim kerjanya sendiri kemudian dalam pelaksanaan rapat cenderung pimpinan yang mendominasi. Demikian juga pada masalah pendelegasian semuanya telah ditentukan oleh pimpinan. Penerapan gaya kepemimpinan direktif ini sendiri cenderung bawahan hanya menerima arahan dari pimpinan dan kurang partisipasi dari bawahan dalam mengeluarkan aspirasi (Thoha miftha 2009 ). Dari hasil penelitian ini bisa disimpulkan bahwa para petugas kesehatan mempunyai pengetahuan yang kurang masalah pembagian tugas dan wewenang di puskesmas. Mulai dari penetapan prioritas program sampai kepada hal pendelegasian pun semua hal yang terjadi pada puskesmas adalah merunut oleh apa yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan kota. Jadi puskesmas puskesmas yang berada di didaerah atau di kota- kota besar tinggal melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan Pelaksanaan adalah sikap dan tindakan yang dilakukan oleh kepala puskesmas dam menggerakkan dan mempengaruhi bawahan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam fungsi pelaksanaan (actuating) di puskesmas Antara makassar pimpinan memiliki gaya kepemimpinan direktif yaitu sebanyak 12 orang atau (37,5%), kecenderungan gaya ini diakibatkan karena kurangnya bimbingan serta motivasi yang diberikan untuk meningkatkan mutu pelayanan,

penyelesaian masalah jika terjadi konflik yang terjadi dalam pelaksanaan program kerja serta pemberian sanksi. Hal ini dikarenakan kurangnya keterbukaan dan tanggung jawab yang dimiliki pimpinan kepada seluruh petugas kesehatan. Penerapan gaya kepemimpinan ini yang cenderung dilaksanakan dalam proses pelaksanaan (actuating) menujukkan bahwa pimpinan cenderung tidak objektif dalam mengambil beberapa keputusan bahkan dalam memberikan pujian serta kritikan terhadap bawahannya. Tapi disisi lain gaya kepemimpinan ini memiliki kelebihan jika diterapkan dalam fungsi perencanaan jika terjadi hal yang bersifat segera maka pimpinan dapat melakukan tindakan secepat mungkin dan mengambil keputusan yang dirasa patut untuk segera dilakukan. Pada variabel pelaksanaan semua berhubungan dengan masalah bimbingan, motifasi, serta pelaksanaan kegiatan. Dan dari hasil pengisian kuisioner menunjukkan bahwa pada tahap pelaksanaan kegiatan atasan dianggapnya kurang memberikan perhatian yang lebih terhadap mereka. Ini terbukti dari hasil pengisian kuisioner yang menunjukkan bahwa pada pemberian reward pun hal ini tidak pernah terjadi di puskesmas sebelumnya. pengawasan Pengawasan adalah sikap atau tindakan yang dilakukan oleh pimpinan dalam menilai hasil kerja bawahan, pengawasan keuangan, alat dan obat pimpinan dalam penilaian hasil kerja bawahan, pengawasan pimpinan itu sendiri. Dan gaya kepemimpinan yang cenderung dari keempat fungsi manajemen adalah gaya kepemimpinan direktif yaitu sebanyak 37,5% atau 12 orang petugas kesehatan memilih gaya ini. Dikarenakan pimpinan tidak memberikan feedback kepada semua

26

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 21-28

Artikel IV

petugas kesehatan secara menyeluruh serta pengawasan kedisiplinan yang tidak merata. Sehingga para bawahan tidak terpacu untuk berprestasi dan berkreasi sesuai dengan kemampuannya. Pada penelitian yang pernah dilakukan oleh fatmawati (2006) puskesmas pattalassang di kabupaten takalar pada bidang pengawasan menunjukkan bahwa tipe kepemimpinan yang cenderung digunakan oleh kepala puskesmas pattalassang adalah tipe kepemimpinan demokratis yang didukung dengan hasil survey yang telah dilakukan. Dan tipe demokratis ini dianggap cocok dengan situasi di puskesmas pattalassang karena seluruh komponen yang terkait merasa bertanggung jawab atas program yang telah dilaksanakan. Pengawasan merupakan penilaian dan sekaligus koreksi terhadap setiap penampilan bawahan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variable penelitian merujuk pada gaya kepemimpinan direktif yang berarti pimpinan lebih cenderung bersikap otokkratis dibanding demokratis. Padahal sesungguhnya jika dilihat keadaan yang sesungguhnya terjadi dilapangan bahwa segala peraturan yang ada dipuskesmas semuanya telah diatur sebelumnya oleh dinas yang terkait sehingga tidak ada sama sekali partisipasi dari unsur unsur di puskesmas berkreasi sesuai dengan apa yang terjadi dilingkungan masyarakat disekitar tempat pelayanan kesehatan masyarakat ini bermukim. Sehingga hal ini lah yang menyebabkan hasil penelitian pada pengisian kuisioner sebesar 39 % merujuk pada gaya kepemimpinan direktif. kelemahan penelitian Kelemahan pada penelitian ini adalah tidak dilakukannya tinjauan satu persatu pada setiap kagiatan kegiatan dalam fungsi manajemen pada

puskesmas Antara Makassar oleh karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti, dan tidak diberikannya kuisioner kepada Kepala Puskesmas Antara agar dapat dijadikan pembanding antara hasil penelitian yang diambil dari petugas kesehatan dengan hasil penelitian yang dilakukan kepada Kepala puskesmas Antara makssar. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diperoleh dari penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Gaya kepemimpinan dalam bidang perencanaan di puskesmas Antara adalah gaya kepemimpinan direktif. 2. Gaya kepemimpinan dalam bidang pengorganisasian di puskesmas Antara adalah gaya kepemimpinan direktif. 3. Gaya kepemimpinan dalam bidang pelaksanaan di puskesmas Antara adalah gaya kepemimpinan direktif. 4. Gaya kepemimpinan dalam bidang pengawasan di puskesmas Antara adalah gaya kepemimpinan direktif.

SARAN Dalam beberapa pelaksanaan fungsi manajemen kecenderungan jawaban mengarah kepada gaya kepemimpinan direktif, hal ini disebabkan karena hampir seluruh kebijakan yang sampai pada puskesmas berasal dari pusat dan hal ini mengakibatkan kurangnya komunikasi antara pimpinan dan bawahan. Baiknya untuk meminimalisir kemungkinan-kemungkinan yang terjadi hendaknya pimpinan tetap membuka diskusi serta forum dialog dengan para bawahan sehingga apabila terjadi kesalahan dalam pelaksanaan program dan kemudian timbul masalah bisa di minimalisir. Sungguhnya tidak ada gaya kepemimpinan yang paling baik, yang terpenting bahwa keberhasilan seorang

27

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 21-28

Artikel IV

pemimpin dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan situasi yang dihadapi, dan tergantung dengan tingkat kematangan terhadap tugas-tugas, fungsi dan tujuan organisasi yang ingin dicapai (mifthah thoha,2003). DAFTAR PUSTAKA Azwar Azrul., 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara : Jakarta. Anshory, Khamir, 1998, Kepemimpinan Manajemen Kerja, Surabaya, Pustaka Persada. Fatmawaty., 2006 Studi Tipe Kempemimpinan Kepala Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar Dalam Pelaksanaan Fungsi Manajemen, FKM Unhas Jauch, Lawrence dan Glueck, William, F, Manajemen strategis dan kebijakan Perusahaan, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta : 1997. La ada., 2009. Hubungan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Perawat Di RSUD Raha Kabupaten Muna Propinsi Sultra, FKM Unhas Makassar. Labels Aynul., 2008. Definisi Kepemimpinan, http://referensikepemimpinan.blogspot.com/ diakses 10 januari 2010. Nawawi Hadari H., 2006. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, Gajah Mada University Press : Yogjakarta.

Nawawi Hadari dan Martini Hadari., 2006. Kepemimpinan yang Efektif, Gajah Mada University Press: Yogjakarta. Riduwan Drs., 2008. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Alfabeta : Bandung. Siagian Sondang P., 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan, Rineka Cipta : Jakarta. Sutopo, Administrasi Manajemen dan Organisasi, Lembaga Administrasi Negara RI, jakarta : 2000 Sutarto,Dasar-dasar administrasi , Gajah Mada University Press, Jakarta : 1991 Terry George R., Leslie W. Rue., 2005. Dasar-Dasar Manajemen, Bumi Aksara : Jakarta. Thoha Miftah., 2009. Kepemimpinan dalam Manajemen, Rajawali Pers : Jakarta. Winardi DR., 2000. Kepemimpinan dalam Manajemen, Rineka Cipta : Jakarta. Wahjosumidjo, Dasar-dasar Kepemimpinan dan komitmen kepemimpinan Abad XXI,Lembaga administarsi negara RI, Jakarta : 2000. Yukl, Gary, 2009. KepemimpinanDalam Organisasi, Indeks Jakarta : Jakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai