Anda di halaman 1dari 6

Promotif, Vol.1 No.

1, Okt 2011 Hal 39-43

Artikel VI

PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PETUGAS PENANGANAN SAMPAH DI RUMAH SAKIT KOTA PALU Andi Bungawati Bagian Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Palu ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada petugas penanganan sampah rumah sakit di kota Palu Tahun 2009. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu untuk mengetahui gambaran penerapan kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas penanganan sampah rumah sakit di Kota Palu. Penelitian ini dilaksanakan di 3 (tiga) rumah sakit yang ada di kota Palu, yaitu; Rumah Undata , Rumah Sakit Anutapura dan Rumah Sakit Madani. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas penanganan sampah yang ada pada 3 rumah sakit di Kota Palu yang berjumlah 75 orang. Teknik pengambilan sampel adalah sample jenuh (total populasi). Hasil penelitian ini menunjukkan Penggunaan alat pelindung diri bagi responden di kota Palu, hanya sebagian kecil (25 %). Sebanyak 27 % responden bekerja dengan keamanan kerja yang kurang aman dan 11% responden pernah mengalami penyakit umum. Keselamatan kerja responden, 19% kurang baik dan 5% responden pernah mengalami kecelakaan akibat tertusuk/tergores benda tajam. Diharapkan agar manajemen rumah sakit mempunyai komitmen dalam menerapkan K3, Bagi Petugas Penanganan Sampah. Diharapkan agar dalam bekerja dapat mengikuti aturan K3, sehingga dapat mencegah atau mengurangi risiko akibat penyakit maupun kecelakaan kerja yang kemungkinan terjadi di tempat kerja. Kata Kunci : Sampah, APD, Keselamatan Kerja Daftar Pustaka : 12 (1990 2008) PENDAHULUAN Salah satu sasaran pembangunan kesehatan adalah lingkungan sehat, antara lain rumah sakit. Rumah sakit sebagai sasaran pelayanan umum dibidang kesehatan, mengutamakan kegiatan penyembuhan (kuratif) penderita dan pemulihan (rehabilitatif) keadaan cacat badan dan jiwa yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) serta melaksanakan upaya rujukan (Depkes RI, 1992). Karena sifat pelayanan dan kegiatan yang diberikan oleh rumah sakit, menjadikan rumah sakit merupakan depot segala macam penyakit yang ada di masyarakat, juga dapat sebagai sumber distribusi dari penyakit karena rumah sakit selalu di huni, dipergunakan dan dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan lemah terhadap penyakit (Noegroho, 1994). Dalam upaya pengelolaan sampah, setiap rumah sakit diharapkan mempunyai petugas kebersihan yang akan mengelola sampah, adapun kegiatan pengeloloan sampah medis dimulai sejak fase penimbunan, penyimpanan setempat, pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan di incenarator. Karena begitu besarnya resiko yang dihadapi oleh tenaga penanganan sampah medis ini, maka perlu perlindungan bagi tenaga kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (K3) agar tidak terjadi resiko penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan akibat kerja, alat pelindung diri (APD) yang seharusnya digunakan

39

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 39-43

Artikel VI

oleh petugas penanganan sampah medis yaitu berupa helm, masker, sarung tangan, pakaian kerja khusus, sepatu khusus. Di Provinsi Sulawesi Tengah terdapat 28 buah rumah sakit, baik rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus. Di kota Palu terdapat 8 rumah sakit umum dan 5 rumah sakit khusus. Pada survey awal tanggal 7 Mei 2008 diketahui bahwa penanganan sampah rumah sakit di kota Palu dilakukan oleh pekarya dan cleaning service dibawah Instalasi Pengelolaan Sanitasi (IPS). Kegiatan penanganannya dimulai dari pengumpulan dan pemilahan sampah dari tiap ruangan, dengan menggunakan kantong-kantong yang berwarna sesuai ketentuan, kemudian dikumpulkan pada container/bak sampah yang tersedia. Dalam container/ bak sampah dilapisi kantong plastik berwarna hitam yang mempunyai ukuran tertentu. Setiap hari petugas mengambil sampah yang ada dalam kantong plastik hitam kemudian dibawa ke tempat penampungan sementara sambil menunggu truk dari dinas kebersihan untuk di buang ke TPA. Sedangkan sampah medis langsung dibawa ke incinerator untuk dibakar . Disamping itu, para petugas penanganan sampah dalam melakukan tugasnya kurang memperhatikan kesehatan dan keselamatan dirinya, sehingga memungkinkan akan mengalami dampak yang merugikan akibat kegiatan tersebut, sebab sampah medis yang tangani sangat berpotensi HASIL 1. Tenaga penanganan sampah

menimbulkan penyakit maupun kecelakaan bagi petugas. BAHAN DAN METODE Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu untuk mengetahui gambaran penerapan kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas penanganan sampah rumah sakit di Kota Palu. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di 3 (tiga) rumah sakit yang ada di kota Palu, yaitu; Rumah Undata , Rumah Sakit Anutapura dan Rumah Sakit Madani. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas penanganan sampah yang ada pada 3 rumah sakit di Kota Palu yang berjumlah 75 orang. Sedangkan sample dalam penelitian ini adalah sample jenuh (total populasi). Metode Pengumpulan Data 1. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit dengan cara konsultasi, telah laporan kegiatan, telah laporan penelitian 2. Data Primer Data yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner, wawancara. Pengolahan Dan Penyajian Data Pengolahan data dilakukan secara manual dengan bantuan computer, selanjutnya disajikan dalam bentuk narasi.

Tabel 1 Distribusi Responden Di Masing-Masing Rumah Sakit Tahun 2009 No Rumah Sakit Jumlah (orang) 1 RS. Undata Palu 30 2 RS Anutapura Palu 27 3 RS Madani Palu 18 Total 75 Sumber : Data primer yang diolah

40

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 39-43

Artikel VI

2.

Ketersediaan alat pelindung diri

Tabel 2 Jenis Dan Jumlah Alat Pelindung Diri Di Masing-Masing Rumah Sakit Tahun 2009 No Jenis APD RS Undata RS Anutapura RS Madani 1 Pakaian kerja 30 psg 27 psg 18 psg 2 Celemek 3 psg 5 psg 2 psg 3 Sepatu boot 5 psg 5 psg 3 psg 4 Masker 30 bh 27 bh 18 bh 5 Sarung tangan 30 psg 27 psg 18 psg 6 Topi 7 bh 5 bh 5 bh Sumber : Data primer yang diolah. 3. Penggunaan alat pelindung diri Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Penggunaan Alat Pelindung Diri Tahun 2009 No. 01. 02. Penggunaan APD Undata n % 8 26 Anutapura n % 9 33 Madani % 22 78 100

4.

Menggunakan Tidak menggunakan 22 74 18 67 14 Total 30 100 27 100 18 Sumber : Data primer yang diolah Keamanan kerja Tabel 4 Distribusi Responden Menurut Keamanan Kerja Tahun 2009 No. 1 2

n 4

5.

Keamanan Kerja Jumlah % Aman 54 73 Kurang aman 21 27 Total 75 100 Sumber : Data primer yang diolah. Keselamatan kerja Distribusi responden menurut keselamatan kerja dapat terlihat pada table berikut : Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Keselamatan Kerja Tahun 2009 Keselamatan Kerja Baik Kurang baik Total Sumber : Data primer yang diolah No. 1 2 Jumlah 61 14 75 (% 81 19 100

PEMBAHASAN Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) Alat pelindung diri yang disediakan oleh pihak rumah sakit terdiri dari

masker, sarung tangan, dan baju kerja yang secara kualitas kurang memenuhi syarat, sedangkan secara kuantitas tidak cukup dengan jumlah petugas penanganan sampah. Jenis alat

41

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 39-43

Artikel VI

pelindung diri yang seharus tersedia meliputi; sarung tangan tebal, sepatu boot, masker, celemek plastik/baju kerja. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen rumah sakit dalam menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja belum dilaksanakan sepenuhnya. Akreditasi rumah sakit yang merupakan pengakuan yang diberikan oleh pemerintah kepada rumah sakit yang telah memenuhi syarat standar, didalamnya mencakup pula pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja. Disisi lain, dirasakan perlunya kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit oleh Departemen Kesehatan dalam rangka perlindungan pekerja untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan rumah sakit. Penggunaan Alat Pelindung Diri Penggunaan alat pelindung diri merupakan masalah karena dari 75 reponden hanya 25 % (20 responden) yang menggunakan dengan kondisi alat pelindung diri yang tidak lengkap. Faktor kesadaran individu memegang peranan penting, apa fungsi penggunaaan alat pelindung diri selama melakukan pekerjaan. Ada beberapa alasan, seperti mengganggu, tidak biasa, dan panas yang membuat responden tidak menggunakan alat pelindung diri. Responden harus diberikan pemahanan, bahwa pekerjaannya mengandung resiko/bahaya terhadap kesehatan, sehingga perlu perlindungan diri, dimana salah satu cara adalah dengan penggunaan alat pelindung diri. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 13 menyatakan bahwa barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan. Hal ini dimaksudkan agar setiap responden terlindung dari resiko yang berasal dari tempat kerja/lingkungan kerja.. Keamanan Kerja

Berdasarkan table 4, responden yang kurang aman dalam bekerja sebanyak 27 %. Kesadaran responden untuk menjaga kesehatan individu selama bekerja harus ditingkatkan agar kinerja juga meningkat. Rumah sakit sebagai tempat kerja, terdapat bahayabahaya yang memungkinkan responden mengalami penyakit akibat kerja atau berhubungan dengan kerja. Sampah yang dihasilkan dari ruangan perawatan merupakan sampah medis yang berpotensi mengakibatkan penyakit. Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 ayat (1) menyebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya sesuai dengan program perlindungan pekerja. Kepatuhan terhadap peraturan perundangan-undangan, harus dijadikan komitmen dari pihak rumah sakit, karyawan, termasuk tenaga penanganan sampah, agar resiko penyakit dapat dihindari sedini mungkin. Keluhan penyakit yang pernah dialami responden sebanyak 11% (8 orang) bersifat penyakit umum, sehingga perlu dijaga dan ditingkatkan agar terhindar dari penyakit akibat kerja. Menurut asumsi peneliti, penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh factor pekerjaan, dan oleh potensi bahaya di lingkungan kerja, baik secara fisik, biologi, kimia maupun ergonomic ditempat kerja termasuk kondisi psikososial. Keselamatan Kerja Upaya perlindungan terhadap responden, rumah sakit perlu menerapkan dan melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja (K3), mengingat K3 bertujuan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja mendapat perlindungan atas keselamatan. Namun masih terdapat 19% responden yang dalam

42

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 39-43

Artikel VI

melaksanakan pekerjaan, bertindak kurang baik sehingga berbahaya bagi keselamatannya. Kecelakaan kerja yang pernah dialami oleh responden selama melaksanakan pekerja adalah tertusuk/tergores benda tajam sebanyak 5 % (4 orang). Upaya-upaya sudah dilakukan sesuai dasar pemikiran K3, yaitu pertama aspek filosofi dimana sudah merupakan hak-hak asasi manusia untuk hidup dalam lingkungan yang aman dan sehat, kedua aspek legal berupa telah diterbitkannya Peraturan Perundang-Undangan setingkat Menteri sampai Peraturan Daerah maupun kebijakan-kebijakan yang dibuat di tempat kerja, dan ketiga aspek ekonomi dimana dengan penerapan K3 akan dapat mengurangi tingkat kecelakaan serta meningkatkan produktivitas. Agar pelaksanaan K3 lebih memberikan hasil, maka rumah sakit perlu menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Kerja (SMK3), hal ini didasarkan pertimbangan bahwa; 1) terjadi kecelakaan kerja sebagian besar disebabkan oleh factor manusia dan sebagian kecil oleh factor teknik; 2) untuk menjamin kesehatan dan keselamatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi, proses produksi dan lingkungan kerja dalam keadaan aman; 3) dengan penerapan SMK3 dapat mengantisipasi hambatan tehnis dalam era globalisasi. KESIMPULAN 1. Ketersediaan alat pelindung diri bagi responden di kota Palu, belum mencukupi baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas. 2. Penggunaan alat pelindung diri bagi responden di kota Palu, hanya sebagian kecil (25 %). 3. Sebanyak 27 % responden bekerja dengan keamanan kerja yang kurang aman dan 11% responden pernah mengalami penyakit umum.

4.

Keselamatan kerja responden, 19% kurang baik dan 5% responden pernah mengalami kecelakaan akibat tertusuk/tergores benda tajam.

SARAN 1. Bagi Rumah Sakit Diharapkan agar manajemen rumah sakit mempunyai komitmen dalam menerapkan K3, mengingat hal tersebut merupakan bagian dari akreditasi rumah sakit. 2. Bagi Petugas Penanganan Sampah. Diharapkan agar dalam bekerja dapat mengikuti aturan K3, sehingga dapat mencegah atau mengurangi risiko akibat penyakit maupun kecelakaan kerja yang kemungkinan terjadi di tempat kerja. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1991, Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Dirjen PPM & PLP Depkes RI, Jakarta. Anonim, 1992., Pengelolaan Limbah Klinis, Dirjen PPM & PLP Depkes RI, Jakarta. Anonim, 1993., Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852, tentang Komite K3 Depkes RI, Jakarta. Anonim, 1998., Pedoman Pengelolaan Sampah Medis, Dirjen PPM & PLP Depkes RI, Jakarta. Budiharjo, 2000., Kebijakan Penanganan Limbah di Rumah Sakit dan Institusi Kesehatan Lain, Makalah Kursus K3 Rumah Sakit, Jakarta. Hari Kusnanto, 2000., Penyakit Infeksi Akibat Kerja di Rumah Sakit dan Institusi Kesehatan Lain Makalah Kursus K3 Rumah Sakit, Jakarta. Manulang. S. H, 1990, Pokok-Pokok Hukum Ketenaga Kerjaaan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta. Wikipedia, 2009, Alat Pelindung Diri, http/id.wikipedia.org/wiki. tanggal diakses 5 Agustus 2009.

43

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 39-43

Artikel VI

Saryono, 2008., Metodologi Penelitian Kesehatan, Mitra Cendekia, Yogyakarta. Sumamur, 1989, Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan, Haji Masagung, Jakarta

Suardi. R, 2005, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, PPM, Jakarta. Ridley, J, 2004, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Erlangga, Jakarta.

44

Anda mungkin juga menyukai