Anda di halaman 1dari 10

Promotif, Vol.1 No.

1, Okt 2011 Hal 29-38

Artikel V

OPTIMALISASI NILAI KALORI BRIKET GAMBUT DENGAN VARIASI PEREKAT DAN UKURAN PARTIKEL SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Yulianty Dalle Bagian Kesehatan Lingkungan FKM Unismuh Palu ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui variasi yang paling tepat dalam pembuatan briket gambut yang digunakan sebagai bahan bakar alternative sehingga dapat membantu masyarakat dan pemerintah setempat dalam mengatasi persoalan bahan bakar yang kian mahal dan jumlahnya semakin terbatas. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pertambangan dan energy Makassar. Metode rancangan factorial yang digunakan karena penelitian ini menggunakan dua variable yaitu perekat dan ukuran partikel. Selanjutnya briket ini dianalisis kadar air,abu, karbon,belerang dan zat terbang untuk mengetahui kualitas briket yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi yang menghasilkan nilai kalori paling tinggi sebesar 6057,33 kkal yaitu perlakuan dengan perekat 5% dan ukuran partikel 40 mesh (PIB3), sedangkan nilai kalori terendah dihasilkan oleh perlakuan dengan variasi perekat 15 % dan ukuran partikel 20 mesh (P3B2) sebesar 5702 kkal. Penambahan perekat dan ukuran partikel menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap optimalisasi nilai kalori briket gambut sehingga cukup baik digunakan sebagai bahan bakar alternative. Kata Kunci : Briket Gambut, Ukuran Partikel Daftar Pustaka : 31 (2002- 2010) LATAR BELAKANG Perkembangan dan kebutuhan akan energy terus meningkat seiring dengan makin banyaknya peralatan yang digunakan masyarakat yang memakai energy. Seperti energy listrik yang diubah menjadi panas dan energy gerak, tapi untuk memperoleh energy listrik tentunya membutuhkan sumber-sumber yang dapat membangkitkan tenaga listrik. Minyak tanah, gas dan batubara harganya terus meningkat karena sumber-sumbernya yang makin terbatas dan tidak dapat diperbaharui lagi. Karena itu orang mulai melirik barbagai bahan bakar organic dan biomassa yang dapat diolah menjadi bahan bakar, salah satunya adalah gambut yang cukup mendapat perhatian sebagai bahan bakar alternative dalam rumah tangga dan industry kecil. Salah satu bentuk praktis dari penggunaan gambut sebagai bahan bakar adalah briket yang merupakan pilihan tepat untuk digunakan dimasyarakat karena sebagai bahan bakar alternative pada rumah tangga. Tinggi rendahnya nilai kalori gambut tergantung dari tingkat komposisi, bahan asal pembentuk,kadar air, kandungan abu dan komposisi kimia, jadi dalam hal memilih gmbut perlu diperhatikan hal-hal tersebut di atas agar hasil yang diperoleh dapat lebih oprimal dan menguntungkan. ALAT DAN BAHAN Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah eksperimen yaitu mengoptimalkan nilai kalori briket gambut dengan memberikan perlakuan berupa variasi perekat dan ukuran partikel yang tepat digunakan untuk menghasilkan nilai kalori yang cukup tinggi dalam bentuk

29

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 29-38

Artikel V

briket sebagai bahan bakar alternative dalam rumah tangga. Desain Penelitian Menggunakan rancangan factorial yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dalam penelitian digunakan dua factor yaitu konsentrasi perekat dan ukuran partikel dengan perincian Sebagai berikut : Konsentrasi perekat tepung tapioca menurut Departemen Pertambangan dan energy adalah P1 = 5% P2 = 10% P3 = 15% Ukuran partikel yang digunakan adalah B1 = 14 mesh B2 = 20 Mesh B3 = 40 mesh Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 9 kombinasi dan diulang sebanyak 3 kali maka diperoleh percobaan 27 unit Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 3 bulan sejak pengambilan sampel, pembuatan briket dan analisis hasil serta pengolahan data. Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan sampel di daerah palangkaraya berupa penggalian sampel tanah gambut dan pembuatan briket serta analisis data dilakukan di Laboratorium Dinas dan energi Makassar. Alat Penelitian berupa Alat Press, ember, Tungku/drum pembakaran,timbangan 5 kG, skop/cangkul,karung,gelas kimia ukuran 1 liter, panic,alat penggerus manual, ayakan dengan ukuran 14 mesh,20 mesh dan 40 mesh.alat analisis kadar air,abu dan komposisi, analisis nilai kalori (Bomb kalori meter) dan pencetak briket. Bahan penelitian Bahan yang digunakan adalah gambut kering yang telah dikarbonkan dan tepung tapioca sesuai dengan perlakuan dan air sebanyak 100 ml. Hasil Analisis Nilai Kalori Briket Gambut

Hasil analisis nilai kalori dengan penggunaan konsentrasi perekat 5% dan ukuran partikel masing masing 14, 20, 40 mesh menunjukkan nilai kalori masing masing perlakuan sebesar 5094, 5690 dan 6057,33 kkal (gambar 4.1). Nilai kalori tertinggi ternyata dihasilkan oleh perlakuan dengan perekat 15% dan ukuran partikel 40 mesh (P1B3), nilai kalori yang tinggi dipengaruhi oleh karbon padat yang relatif tinggi (lampiran 4). Hasil analisis nilai kalori dengan penggunaan konsentrasi perekat 10% dan ukuran partikel masing masing 14, 20 dan 40 mesh menunjukkan nilai kalori masing masing perlakuan sebesar 4858.66,6005 dan 4765,33 kkal. (gambar 4.2). Nilai kalori tertinggi dihasilkan oleh perlakuan dengan konsentrasi perekat 10% dan ukuran partikel 20 mesh. Hasil analisis nilai kalori dengan penggunaan perekat 15% dan ukuran partikel masing masing 14, 20, dan 40 mesh menunjukkan nilai kalori masing masing sebesar 5935.33,5702 dan 5857,66 kkal. (gambar 4.3). Nilai kalori tertinggi dihasilkan oleh perlakuan dengan penggunaan konsentrasi perekat 15% dan ukuran partikel 14 mesh. Dari semua hasil analisis nilai kalori briket gambut di atas menunjukkan bahwa nilai kalori tertinggi terdapat pada perlakuan dengan penggunaan perekat 5% dan ukuran partikel 40 mesh. Sementara hasil analisis briket gambut dengan nilai kalori terendah ditunjukkan pada perlakuan dengan penggunan konsentrasi perekat 10% dan ukuran partikel mesh. Hasil tersebut di atas menunjukkan bahwa perlakuan dengan menggunakan perekat 15% dengan ukuran partikel 40 mesh memberikan nilai kalori yang optimal karena dengan ukuran partikel yang kecil akan menghasilkan luas permukaan yang besar sehingga walaupun ditambah dengan konsentrasi perekat yang tinggi tidak mempengaruhi nilai kalori.

30

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 29-38

Artikel V

Pada konsentrasi perekat 10% ukuran partikel 20 mesh, nilai kalori yang dihasilkan juga optimal karena konsentrasi dan ukuran partikel yang seimbang. Sedangkan perekat 5% dengan ukuran partikel 40 mesh memberikan nilai kalori yang optimal pula. Dari ketiga kombinasi perlakuan di atas, maka dianjurkan menggunakan perlakuan dengan perekat 5% dan ukuran partikel 40 mesh. Perlakuan P1B3 memberikan nilai kalori yang tinggi karena perekat yang diberikan sedikit sehingga tidak memberikan pengaruh yang berarti pada perubahan nilai kalori. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wawo (2002) yang mengatakan bahwa konsentrasi perekat yang rendah akan memberikan pengaruh penurunan nilai kalori yang sedikit pula, sedangkan ukuran partikel yang besar memungkinkan kadar karbon padat lebih banyak sehingga setelah di analisis nilai kalori juga akan tinggi. (lampiran 4). Jika dibandingkan dengan briket yang tidak dikarbonkan nilai kalorinya hanya 4620 kkal. (lampiran 1) Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa baik faktor tunggal maupun faktor interaksi keduanya berpengaruh sangat nyala dimana Fhitung (perekat) = 20,67 sedangkan F(table) pada taraf kepercayaan 99% = 6,11 untuk faktor perekat, oleh karena F hitung (perekat) lebih besar daripada F(table) baik pada taraf kepercayaan 95% maupun 99% (Fh = 20,67 > Ft = 6,11 dan 3,95) maka dinyatakan faktor perekat memberikan pengaruh yang nyala terhadap nilai kalori. Untuk faktor partikel di mana (Fhitung (partikel) = 13,13 dan F(tabel) pada taraf kepercayaan 95% = 3,59 serta pada taraf kepercayaan 99% = 6,11, oleh karena Fhitung (partikel) lebih besar daripada F(tabel) pada taraf kepercayaan 95% maupun pada taraf 99% (Fh = 13,13 > Ft = 6,11 dan 3,95), begitu pula untuk faktor interaksi di mana Fhitung = 19,67 lebih

besar dari Ftabel dengan tingkat kepercayaan 99% = 4,67 maka interaksi antara perekat (P) dan ukuran partikel (B) memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai kalori briket gambut. (lampiran 7). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dinyatakan bahwa baik hipotesa pertama maupun hipotesa kedua dapat diterima yaitu ukuran partikel dan konsentrasi perekat memberikan pengaruh terhadap nilai kalori briket gambut. 2 Nilai R = 0,855. Menunjukkan bahwa 85,5% dari sumber keragaman dalam menghasilkan nilai kalori dipengaruhi oleh faktor perekat dan faktor ukuran partikel. Sedangkan sisanya 14,49% disebabkan oleh faktor lain yang tidak dilakukan dalam penelitian ini. Hasil uji lanjut yang dilakukan pada perlakuan interaksi (PxB) dengan menggunakan Beda Nyala Jujur (BNJ) nilai pembanding (NP) yang dihasilkan dengan data interaksi = 246,5 menunjukkan bahwa perlakuan perekat 10% dan partikel 40 mesh (P2B3) menunjukkan respon yang sama terhadap perlakuan perekat 10% dan partikel 14 mesh (P2B1) tapi berbeda nyala dengan perlakuan perekat 5% dengan ukuran partikel 14 mesh dan 20 mesh (P1B1, P1B2) dan perlakuan dengan konsentrasi perekat 15% serta ukuran partikel 14, 20 dan 40 mesh (P3B2, P3B3, P3B1) P2B2 dan P1B3 (lampiran 7) Simbol yang sama pada setiap perlakuan menunjukkan bahwa secara statistik perlakuan tersebut akan menghasilkan nilai kalori yang sama walaupun variasi perlakuan yang diberikan berbeda, oleh karena itu hasil penelitian yang dilakukan ini dapat dipilih ukuran partikel yang diinginkan dengan konsentrasi perekat yang sesuai sehingga nilai kalori dan suhu nyala yang dihasilkan dapat lebih optimum.

31

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 29-38

Artikel V

NILAI KALORI BRIKET GAMBUT DENGAN KONSENTRASI PEREKAT 5%


6200 6000 NILAI KALORI (kkal) 5800 5600 5400 5200 5000 4800 4600 P1B1 P1B2 PERLAKUAN P1B3 5110 5690 6057.66

Gambar 1 Grafik nilai kalori briket gambut dengan konsentrasi perekat 5%

NILAI KALORI BRIKET GAMBUT DENGAN KONSENTRASI PEREKAT 10%


7000 6000 NILAI KALORI (kkal) 5000 4000 3000 2000 1000 0 P2B1 P2B2 PERLAKUAN Gambar 1 Grafik nilai kalori briket gambut dengan konsentrasi perekat 10% P2B3 4858.66 6005 4765.33

32

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 29-38

Artikel V

NILAI KALORI BRIKET GAMBUT DENGAN KONSENTRASI PEREKAT 15%


6000
5950 NILAI KALORI (kkal) 5900 5850 5800 5750 5700 5650 5600 5550 P3B1 P3B2 PERLAKUAN Gambar 1 Grafik nilai kalori briket gambut dengan konsentrasi perekat 15% C. Hasil Pengujian Waktu Nyala Dan Suhu Briket Gambut. Setelah briket dibuat maka dilakukanlah uji nyala dan suhu yang dihasilkan dari berbagai perlakuan (lampiran 8) untuk mengetahui briket yang baik maka dilakukanlah pembakaran briket pada masing masing contoh briket, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan briket dalam jumlah tertentu serta suhu maksimum yang dihasilkan oleh briket tersebut. Hasil pengujian yang dilakukan terhadap perlakuan dengan konsentrasi perekat 5% dan ukuran partikel 14, 20, dan 40 mesh (P1B1, P1B2, dan P1B3) memberikan suhu pembakaran sebesar 720 C dan rata rata lama pembakaran 70 menit. Dari ketiga perlakuan tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan P1B2 (5% dan 20 mesh) memberikan waktu nyala yang cukup baik karena penurunan suhunya cukup teratur sehingga memungkinkan untuk mendidihkan air relatif baik, karena tidak cepat hancur dan waktu konstannya relatif lama. Hasil pengujian yang dilakukan terhadap perlakuan dengan konsentrasi perekat 10% dan ukuran partikel 14, 20, dan 40 mesh (P2B1, P2B2, P2B3) memberikan suhu pembakaran tertinggi sebesar 700 C pada perlakuan P2B1 (10% dan 14 mesh) dengan suhu konstan 600 700 C selama 40 menit. Tapi untuk P2B3 (10% dan 40 mesh) hanya memberikan lama pembakaran selama 45 menit dengan suhu tertinggi 700 C. briket ini cepat hancur sehingga hanya dapat mendidihkan satu kali. Hal disebabkan oleh ukurannya yang cukup besar dan perekat yang diberikan sedikit. (gambar 5) Hasil pengujian waktu nyala dan suhu briket yang dilakukan pada perlakuan dengan perekat 15% dan ukuran partikel 14, 20 dan 40 mesh (P3B1, P3B2, P3B3) memberikan suhu pembakaran sebesar 670 C dan waktu nyala selama 80 menit. Dari ketiga perlakuan ini dapat di lihat bahwa baik waktu nyala maupun suhu penyalaan P3B3 5702 5857.66 5935.33

33

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 29-38

Artikel V

memberikan hasil yang hampir sama dan cukup optimal untuk digunakan. Hal ini mungkin disebabkan karena konsentrasi perekat yang tinggi sehingga briket yang dihasilkan relatif kuat sehingga tidak cepat hancur. (gambar 6) Sementara briket gambut tanpa melalui karbonisasi sangat cepat habis hanya dapat bertahan selama 50 menit dengan suhu tertinggi 700 C walaupun dapat mendidihkan dua kali tapi menimbulkan asap yang cukup banyak sehingga walaupun lebih ekonomis dalam hal pembuatan namun tidak baik bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Wawo (2000) bahwa briket yang menghasilkan panas cukup tinggi adalah briket berbentuk silinder dengan lubang di tengah. Hal ini disebabkan karena pada briket berlubang terjadi suatu aliran udara melalui rongga briket sehingga akan memacu proses pembakaran. Seperti yang dijelaskan oleh Sjahrul (2001). Dalam banyak proses pembakaran baik dalam bentuk unsue maupun senyawa, mula mula akan teroksidasi membentuk karbon monoksida (CO) seperti terlihat dalam reaksi berikut : 0 2 C + O2 2 C O G 298 = - 274,8 KJ Adanya ikatan yang sangat kuat pada ikatAn rangkap tiga dalam molekul ini dan karena kebanyakan reaksi karbon monoksida mempunyai energi aktivitas yang besar menyebabkan pembentukan

karbon dioksida (CO2) berjalan sangat lambat seperti terlihat pada reaksi berikut : 0 2 C O 2CO2 G 298 = - 1554,5 KJ Pembakaran briket juga harus diperhatikan jenis kompor yang digunakan, kompor dengan sirkulasi udara yang cukup akan memberikan suhu yang tinggi sehingga akan mengoptimalkan penggunaan briket. Tentunya semakin lama waktu nyala suatu briket maka briket tersebut semakin baik namun hal ini harus sejalan dengan kenaikan dan penurunan suhu briket itu sendiri artinya waktu konstan penurunan suhu relatif lama. Rata rata waktu yang digunakan untuk membakar habis briket dengan jumlah briket 10 buah dengan berat 260 gram adalah antara 60 95 menit. Dengan suhu maksimal 720 C. hasil uji ini sudah sesuai dengan yang diharapkan bahwa untuk 1 kg briket mampu menyala selama kurang lebih 3 4 jam. Grafik hasil uji nyala dapat kita lihat bahwa briket gambut yang mempunyai nilai kalori tertinggi pada setiap perlakuan mempunyai waktu nyala yang cukup lama sekitar 80 menit dengan penurunan suhu yang cukup signifikan sehingga lebih efektif digunakan dalam rumah tangga dan industri industri kecil yang ada di Palangkaraya khusunya di Kelurahan Kalampangan.

34

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 29-38

Artikel V

GRAFIK HASIL UJI WAKTU NYALA DAN SUHU BRIKET


800 700 600 SUHU (C) 500 400 300 5%, 14 MS 5%, 20 MS 5%, 40MS

200
100 0 10 20 30 40 50 60 70 80 WAKTU NYALA (Menit)

Gambar 4 Grafik hasil uji nyala briket dengan konsentrasi perekat 5%

GRAFIK HASIL UJI WAKTU NYALA DAN SUHU BRIKET


800 700 600 SUHU (C) 500 400 300 200 100 0 10 20 30 40 50 60 70 80 WAKTU NYALA (Menit) Gambar 5 Grafik hasil uji nyala briket dengan konsentrasi perekat 10% 10%, 14 MS 10%, 20 MS 10%,40 MS

35

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 29-38

Artikel V

GRAFIK HASIL UJI WAKTU NYALA DAN SUHU BRIKET


800 700 600 SUHU (C) 500 400 300 15%, 14 MS 15%, 20 MS 15%,40 MS

200
100 0 10 20 30 40 50 60 70 80 WAKTU NYALA (Menit)

Gambar 4 Grafik hasil uji nyala briket dengan konsentrasi perekat 15% D. Hasil Uji Perbandingan Briket Gambut dengan Minyak Tanah Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan yang lebih ekonomis antara briket gambut dengan bahan bakar lainnya. Bahan bakar yang kami gunakan pada pengujian ini adalah minyak tanah karena bahan bakar ini pada umumnya dipakai dalam rumah tangga karena harganya yang relatif murah dan persediaannya masih cukup banyak. Tanah gambut kering di daerah Palangkaraya dijual seharga Rp. 100/kg. Tanah gambut yang dibuat briket setelah dikarbonkan akan mengalami penurunan dari 1000 g menjadi 400 500 g dalam bentuk arang. Arang ini jika dibuat briket berbentuk silinder ukuran tinggi 6 cm dan diameter 4 cm akan menghasilkan briket sebanyak 15 buah. Briket gambut ini kemudian dipakai untuk memasak air sebanyak 1000 ml dengan kompor yang berkapasitas 15 buah briket . Ternyata briket ini dapat dipakai selama 70 menit dan mendidihkan air dengan volume 1000 ml sebanyak 2 kali. Harga minyak tanah yang dipakai adalah Rp. 1.100/L. dengan menggunakan kompor 16 sumbu dan minyak 1 liter, ternyata mampu mendidihkan air 1 liter pada menit 10 15 menit sebanyak 14 kali, untuk kondisi kompor baik dan terawat. Dari hasil uji tersebut dapat dihitung nilai ekonomis antara briket gambut dan minyak tanah, jika harga minyak tanah Rp. 1.100 setiap liternya maka kita dapat memperoleh gambut sebanyak 11 kg. Jika gambut tersebut dibuat briket dengan diarangkan maka akan menjadi 6 kg arang gambut, Total jumlah briket yang dihasilkan 165 buah. Jika briket ini dipakai untuk memasak maka dapat digunakan selama 12 jam dengan menggunakan kompor khusus 15 buah briket yang mampu mendidihkan 1000 ml air dua kali untuk satu kali pembakaran. Artinya gambut masih cukup ekonomis dan efektif jika akan dijadikan sebagai bahan bakar alternatif berbentuk

36

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 29-38

Artikel V

briket dalam rumah tangga maupun industri industri kecil, karena harganya yang lebih murah jika dibandingkan dengan minyak tanah. Begitu pula dengan gambut tanpa dikarbonkan jika dibuat briket akan lebih ekonomis karena tidak perlu dilakukan pemanasan lagi tapi kekurangannya adalah kadar air yang masih cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan asap yang banyak. KESIMPULAN 1. Ukuran butiran yang berbeda-beda memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai kalori briket gambut 2. Penambahan perekat dengan konsentrasi yang berbeda-beda memberikan pengaruh yang signifikan terhadap optimalisasi nilai kalori briket.nilai kalori tertinggi adalah perlakuan variasi perekat 5% dan ukuran butiran 40 mesh yaitu 6057,33 kkal, sementara nilai kalor briket terendah pada perlakuan variasi perekat 15% dan ukuran butiran20 mesh yaitu 5702 kkal. 3. Konsentrasi perekat dan ukran butiran pada setiap perlakuan memberikan pengaruh Terhadap waktu (lamanya briket tersebut menyala. Hasil analisis diperoleh rata-rata waktu nyala sekitar 60 95 menit dengan suhu maksimal 0 720 C. SARAN 1. Untuk menghasilkan karbonisasi yang baik perlu dirancang alat khusus sehingga hasilnya dapat lebih optimal 2. Model briket yang dibuat dapat lebih variatif sesuai dengan kepentingan, membuat alat cetak briket yang sederhana namun hasilnya lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA Adan.I.U. 1998 Teknologi Tepat Guna, membuat Briket bio Arang. Kanisius. Yogyakarta Anderson.JAR.,1976 Observation On The Ecology of five peat SWAMPS FOREST IN SUMATERA AND Kalimantan Andriesse.JP.1988 Nature and Management of tropical peat soil FAO Soil Bull Anonim Teknologi pemanfaatan Limbah sekam Padi dan gambut untuk pembangkit listrik diesel GensetGasifikasi (images/wpe 7. Jpppimages/wpe 7.jpg. diakses 5 april 2003. Chotimah,Chusnul.H. 2002 Pemanfaatan Lahan gambut untuk Tanaman Pertanian (online) Rudyc/Tripod.com.sem 1 023/Hastin. Htm. 8 agustus 2003 Departemen Perindustrian dan perdagangan RI. 2001 Pembuatan Arang Briket dari Serbuk Gergaji dengan Proses Pengepresan, Departemen Perindustrian dan perdagangan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Peradagangan, Balai Penelitian dan Pengembangan industri pontianak --------------------------------------2001b. Perbaikan Kualitas Rumput LAut Kering melalui Proses Briket. Departemen Perindustrian dan perdagangan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Peradagangan, Balai Penelitian dan Pengembangan industri Makassar. Gasperz,V. 1994. Metode Perancangan Percobaan, Bandung Hardyono dan Syarifuddin,1991, Sumber daya Batubara dan Gambut di Indonesia. Dept. Pertambangan dan energy, Jakarta.

37

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 29-38

Artikel V

Hartono S.B. dan Sianly. Pembuatan Bahan Bakar Alternatif dari Gambut. (Online) (http/dirac.eng.wima.ac.id/fakultas/ jurnal/V 01 jud 07.html. diakses 20 agustus 2002 Indratno. B. 1994. Pengembangan Gambut di Indonesia. Berita Batubara dan Gambut, Jakarta, No. 2 th. 10, 6-7. Johannar dan Roeslan,K. 1988.Potensi dan Prospek Pemanfaatan Gambut untuk energy. WEC, Jakarta. Noor.M. 2001. Pertanian Lahan Gambut, Potensi dan Kendala, Kanisius, Yogyakarta. Pari. G. 2002. Teknologi Alternatif Pemnafaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu, Maklah Falsafah SAin, Program Pascasarjana (S3) Institute Pertanian Bogor. Bogor. Rachimullah. H.M. 2002 prospek Pemanfaatan Batu bara dan Gambut sebagai bahan Baku Industri Kimia. Simposium Nasional Kimia. Banjarmasin, 19 20 Agustus 2002. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin.

Rismunandar, T. 2002. Pemanfaatan lahan Gambut untuk mneciptakan Pembanguna Berwawasan Lingkungan. (http/ww/hayati/ipb.com/user/rudyc /indiv/2001/t_Rismunandar, di akses 20 Agustus 2001 Sukandarrumidi.1995. Batubara dan Gambut. Gadjah Mada University Press Sudjana. 1986, Statistik, Armica . Bandung. Suarka,E. 1988. Potensi Dan Pemanfaatan Gambut untuk Bahan Bakar di Indonesia, WEC. Jakarta. Syahrul. M. 2002. Pengaruh Bentuk, Kerapatan dan Kadar Lempung terhadap Produksi Kalori Briket Sekam Padi. Mariana Chemica Acta jurusan Kimia MIPA vol 2,3,4, No I Hal 24-26. Wawo. A.R. 2002. Pemanfaatan Limbah sekam Padi Sebagai bahan Bakar Alternatif Untuk Industri Pedesaan. Tesis. Pascasarjana. UnhAs, Makassar. Zen. MT. 1984. Sumberdaya dan Industri Mineral. Gadjah Mada Universitas press, Jogjakarta.

38

Anda mungkin juga menyukai