Anda di halaman 1dari 6

Promotif, Vol.1 No.

1, Okt 2011 Hal 45-50

Artikel VII

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA PADA PUSKESMAS MAPANE KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO Firdaus J Kunoli , Nur Aini Dahlan 1 Bagian Keperawatan Politeknik Kesehatan Palu 2 Kantor Kesehatan Palabuhan Kab. Poso ABSTRAK Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi parasit yang ditularkan nyamuk betina dari tribus Anopheles (An.) dan mengakibatkan kematian lebih dari sejuta manusia setiap tahunnya. Malaria disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus Plasmodium malariae, Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, dan Plasmodium ovale. Berdasarkan laporan Puskesmas Mapane, bahwa penyakit malaria merupakan masalah kesehatan dengan AMI selama dua tahun terakhir (2009-2010) yaitu 19,8 per 1000 dan 70,3 per 1000. Dalam melaksanakan penanggulangan penyakit malaria yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Mapane adalah 14 (empat belas) Desa. Hampir setiap Desa mengalami kejadian malaria positif sesuai hasil laboratorium dengan jumlah kejadian yaitu 126 orang. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria pada Puskesmas Mapane Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso. Jenis penelitian adalah analitik, dengan desain studi Case Control. Sampel dalam penelitian ini diambil secara simple random sampling terhadap 126 kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Mapane. Hasil perhitungan sampel adalah 56, sehingga total sampel menjadi 112 orang yang terbagi 2 bagian yaitu 56 orang penderita sebagai kasus ditambah 56 orang tidak menderita sebagai kontrol. Hasil pengujian statistik Chi Square adalah tidak terdapat hubungan antara kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari dengan kejadian malaria, terdapat hubungan antara kebiasaan tidak memakai kelambu dan obat anti nyamuk disaat tidur malam hari dengan kejadian malaria. Saran kepada petugas setempat sebagai upaya pencegahan kejadian malaria dengan selalu memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan program pencegahan malaria yaitu kelambunisasi. Daftar pustaka Kata Kunci : 22 (1997 2010) : Kejadian malaria di Afrika yaitu di sebelah Selatan Sahara dimana banyak anak-anak meninggal karena malaria dan malaria muncul kembali di Asia Tengah, Eropa Timur dan Asia Tenggara (Achmadi U.F., 2005) Di Indonesia, malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi angka kematian bayi, anak umur di bawah lima tahun dan ibu melahirkan serta menurunkan produktifitas tenaga kerja. Angka kesakitan penyakit malaria relatif masih cukup tinggi terutama di kawasan Timur Indonesia. Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit malaria masih sering terjadi terutama di daerah yang mengalami perubahan lingkungan dan perpindahan penduduk. Angka kesakitan dan kematian malaria secara bermakna mempengaruhi bagian-bagian yang lebih miskin di negara Indonesia yang termasuk negara berisiko malaria. Pada tahun 2008 terdapat
1 2

PENDAHULUAN Malaria salah satu penyakit menular yang utama di sebagian besar daerah di Indonesia. Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, balita, dan ibu hamil dan secara langsung dapat menurunkan produktivitas kerja. Ancaman yang muncul kembali telah terjadi di daerah-daerah pengawasan efektif sebelumnya (Depkes R.I., 2008) Berdasarkan The World Malaria Report 2005, di dunia saat ini sebanyak lebih dari 1 juta orang termasuk anak-anak setiap tahun meninggal akibat malaria dimana 80% kematian terjadi di Afrika, dan 15% di Asia (termasuk Eropa Timur). Secara keseluruhan terdapat 3,2 Milyar penderita malaria di dunia yang terdapat di 107 negara. Malaria di dunia paling banyak terdapat

45

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 45-50

Artikel VII

sekitar 2 juta kejadian malaria klinis, sedangkan tahun 2009 menjadi 1,75 juta kejadian. Jumlah penderita positif malaria tahun 2008 sekitar 350 ribu kejadian, dan pada tahun 2009 sekitar 311 ribu kejadian. Di Propinsi Sulawesi Tengah sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini tersebar di seluruh daerah Sulawesi Tengah dengan tingkat endemisitas yang berbeda-beda, dengan Annual Malaria Incidence (AMI) dua tahun terakhir (20082009) yaitu 34,9 per 1000, dan 33,01 per 1000 (Dinkes Prop. Sulteng, 2010) Di kabupaten Poso sampai saat ini malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama yang tinggal di daerah pedesaan. Kabupaten Poso sebagai salah satu kabupaten/kota dari 11 (sebelas) kabupaten yang berada di Wilayah Propinsi Sulawesi Tengah, sebagian besar penduduknya berada di pedesaan dan merupakan daerah endemis malaria. Secara geografis, Kabupaten Poso terdiri dari wilayah pegunungan, lembah, rawarawa dan pantai yang merupakan tempat potensial bagi perindukan nyamuk Anopheles. Tingginya endemisitas malaria di Kabupaten Poso, dapat dilihat pada AMI selama dua tahun terakhir (2008-2009) adalah 30,28 per 1000, dan 20,28 per 1000 (Dinkes Kab. Poso 2010) Puskesmas Mapane merupakan salah satu puskesmas yang berada di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Poso yang mempunyai masalah malaria dengan AMI selama dua tahun terakhir (2009-2010) yaitu 19,8 per 1000 dan 70,3 per 1000. Dalam melaksanakan penanggulangan penyakit malaria yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Mapane adalah 14 (empat belas) Desa. Hampir setiap Desa mengalami kejadian malaria positif sesuai hasil laboratorium yaitu 126 kejadian malaria (Puskesmas Mapane Tahun 2011) Munculnya kejadian malaria dapat disebabkan banyak hal, salah satunya usaha dari pihak puskesmas dalam penanganan malaria yang masih kurang. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh puskesmas dalam kegiatan penanganan malaria diantaranya dengan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya malaria, pencegahan, pemberantasan sarang nyamuk dan penyemprotan. Kebiasaan masyarakat dalam beraktifitas berpengaruh terhadap kejadian malaria dalam menentukan pencegahan dan pemberantasan malaria.

Apabila terdapat masyarakat yang terkena malaria, diakibatkan berbagai faktor yaitu kebiasaan masyarakat pada saat berada di dalam dan luar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu disaat tidur malam hari dan penggunaan obat anti nyamuk sebagai tindakan pencegahan. Keadaan tersebut merupakan hal yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria Pada Puskesmas Mapane Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso. BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Mapane Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso dan waktu penelitian dari bulan Maret sampai dengan Mei 2011. Penelitian ini menggunakan pendekatan case control, Dengan untuk mengetahui hubungan kebiasaan manusia dengan kejadian malaria pada wilayah kerja Puskesmas Mapane Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita malaria yang tercatat pada Puskesmas Mapane sebesar 126 orang.. 2. Sampel Sampel pada penelitian ini adalah penderita yang berada pada wilayah kerja Puskesmas Mapane yang mengalami kejadian malaria dan terpilih sebagai sampel. Penarikan sampel dengan cara simple random sampling. Dengan jumlah sampel 56 kasus dan 56 kontrol. Analisis Data Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen melaui uji ChiSquare dengan nilai kemaknaan 0,05, tingkat kepercayaan 95%. Jika nilai Phit 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) dan bila Phit<0,05 berarti hasil perhitungan statistik terdapat hubungan yang bermakna. HASIL 1. Kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari dengan kejadian malaria

46

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 45-50

Artikel VII

Tabel 1 DistribusiRespondenBerdasarkanKebiasaanBeradaDiLuarRumahPadaMalamHari DiPuskesmasMapaneKecamatanPosoPesisir Kejadian Malaria Kebiasaan Berada Di Total Tidak P Luar Rumah Pada Menderita OR 95%CI Menderita Value Malam Hari n % n % n % Biasa 48 42,9 40 35,7 88 78,6 Tidak Biasa 8 7,1 16 14,3 24 21,4 0,07 2,40 0,93Total 56 50,0 56 50,0 112 100 6,19 Sumber : Data Primer, 2011 Berdasarkan tabel 1 pada kejadian malaria menunjukkan bahwa responden yang biasa berada di luar rumah pada malam hari dengan menderita malaria sebesar 48 responden atau 42,9% dan responden yang tidak biasa berada di luar rumah pada malam hari dengan menderita malaria yaitu 8 responden atau 7,1%. Sementara untuk responden yang biasa berada di luar rumah pada malam hari dengan tidak menderita malaria sebanyak 40 responden atau 35,7% dan responden yang tidak biasa berada di luar rumah pada malam hari dengan tidak menderita malaria sebanyak 16 responden atau 14,3%. Hasil uji statistik diperoleh nilai Phit = 0,07. Karena nilai Phit lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol diterima. Ini berarti tidak terdapat hubungan antara kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari dengan kejadian malaria.

2.

Kebiasaan tidak memakai kelambu disaat tidur malam hari dengan kejadian malaria Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Tidak Memakai Kelambu Disaat Tidur Malam Hari Dengan Kejadian Malaria Di Puskesmas Mapane Kec. Poso Pesisir Kejadian Malaria Kebiasaan Tidak Memakai Kelambu Di Menderita Tidak saat Tidur Pada Malam Menderita Hari n % n % Memakai 8 7,1 23 20,5 Tidak Memakai 48 42,9 33 56 29,5 50,0

Total n % 31 27,6 81 72,4 112 100

P OR Value

95% CI

0,02 0,24

0,950,60

Total 56 50,0 Sumber : Data Primer, 2011

Berdasarkan tabel 5.10 pada kejadian malaria menunjukkan bahwa responden yang memakai kelambu disaat tidur pada malam hari dengan menderita malaria sebesar 8 responden atau 7,1% dan responden yang tidak memakai kelambu disaat tidur pada malam hari dengan menderita malaria yaitu 48 responden atau 42,9%. Sementara yang memakai kelambu disaat tidur pada malam hari dengan tidak menderita malaria sebesar 23 responden atau 20,5% dan responden yang tidak memakai kelambu disaat

tidur pada malam hari dengan tidak menderita malaria yaitu 33 responden atau 29,5% Hasil uji statistik diperoleh nilai Phit = 0,02. Karena nilai Phit lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak. Ini berarti terdapat hubungan antara kebiasaan memakai kelambu disaat tidur pada malam hari dengan kejadian malaria. Nilai uji statistik OR=0,24 (95% CI = 0,95-0,60), menunjukkan bahwa responden yang memakai kelambu disaat tidur pada malam hari ada peluang 0,24 kali untuk tidak menderita malaria.

47

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 45-50

Artikel VII

3.

Kebiasaan tidak memakai obat anti nyamuk disaat tidur malam hari Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Tidak Memakai Obat Anti Nyamuk Disaat Tidur Malam Hari Dengan Kejadian Malaria Di Puskesmas Mapane Kejadian Malaria Kebiasaan Tidak Memakai Obat Anti Menderita Tidak Nyamuk Di saat Tidur Menderita Pada Malam Hari n % n % Memakai Tidak Memakai 7 6,2 49 43,8 26 30 56 23,3 26,7 50,0 Total n 33 79 112 % 29,5 70,5 100 0,00 0,17 0,060,43 P OR Value

95% CI

Total 56 50,0 Sumber : Data Primer, 2011

Berdasarkan tabel 5.11 pada kejadian malaria menunjukkan bahwa responden yang memakai obat anti nyamuk disaat tidur pada malam hari dengan menderita malaria sebesar 7 responden atau 6,2% dan responden tidak memakai obat anti nyamuk disaat tidur pada malam hari dengan menderita malaria yaitu 49 responden atau 43,8%. Sementara untuk yang memakai obat anti nyamuk disaat tidur pada malam hari dengan menderita malaria sebanyak 26 responden atau 23,3% dan responden yang tidak memakai obat anti nyamuk disaat tidur pada malam hari dengan tidak menderita malaria sebanyak 30 responden atau 26,7%. Hasil uji statistik diperoleh nilai Phit = 0,00. Karena nilai Phit lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak. Ini berarti terdapat hubungan antara kebiasaan memakai obat anti nyamuk disaat tidur pada malam hari dengan kejadian malaria. Nilai uji statistik OR=0,17 (95% CI = 0,64-0,43), menunjukkan bahwa responden yang memakai obat anti nyamuk disaat tidur malam hari ada peluang 0,17 kali lebih besar untuk tidak menderita malaria.

luar rumah malam hari, kebiasaan tidak memakai kelambu disaat tidur malam hari dan kebiasaan tidak memakai obat anti nyamuk disaat tidur malam hari. 2. Kebiasaan Berada Di Luar Rumah Pada Malam Hari Perilaku nyamuk Anopheles lainnya yang merupakan faktor risiko bagi masyarakat yang mempunyai kebiasaan berada di luar rumah ada malam hari yaitu adanya golongan nyamuk yang lebih suka hinggap atau istrahat di luar rumah (eksofilik) dan golongan nyamuk yang lebih suka menggigit di luar rumah (eksofagik). Sehingga kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya malaria. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Phit = 0,07. Karena nilai Phit lebih besar dari 0,05. Hal demikian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari dengan kejadian malaria. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Boesri H., (1988), di Dusun Sebalang Desa TarahanLampung Selatan, dimana masyarakatnya mempunyai kebiasaan berbicang-bincang di luar rumah pada malam hari sampai larut malam sehingga sangat mudah terpapar oleh gigitan nyamuk Anopheles. Walaupun tidak berhubungan, namun pada kelompok penderita malaria yang biasa berada di luar rumah pada malam hari menunjukkan reponden yang tertinggi sebesar 48 responden atau 42,9%. Sementara untuk kelompok tidak menderita yang biasa berada di luar rumah pada

PEMBAHASAN 1. Kebiasaan Masyarakat Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria Penelitian sudah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mapane Kecamatan Poso Pesisir terhadap 112 responden yang terbagi 2 (dua) kelompok yaitu; kelompok menderita malaria (kasus) sebanyak 56 responden dan kelompok tidak menderita malaria (control) sebanyak 56 responden. Penelitian sesuai dengan variabel yang diteliti dengan melihat kebiasaan masyarakat hubungannya dengan kejadian malaria yaitu kebiasaan berada di

48

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 45-50

Artikel VII

3.

4.

malam hari terbesar ke dua sebanyak 40 responden atau 35,7% . Dengan demikian dari hasil uji statistik bahwa kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari belum merupakan faktor pendukung terjadinya malaria di wilayah kerja Puskesmas Mapane Kecamatan Poso Pesisir. Kebiasan Tidak Memakai Kelambu Disaat Tidur Malam Hari Pemakaian kelambu disaat tidur malam hari merupakan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari kontak manusia dengan nyamuk (Depkes R.I., 1999) Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan tidak memakai kelambu disaat tidur malam hari dengan kejadian malaria. Hasil uji tersebut sejalan dengan analisis yang pernah dilakukan Lamaka B., (2004), di wilayah Puskesmas Momunu Kabupaten Buol yang menyimpulkan bahwa pemakaian kelambu disaat tidur malam hari berhubungan dengan kejadian malaria. Memperhatikan analisis statistik tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan tidak memakai kelambu disaat tidur malam hari berhubungan dengan kejadian malaria, terbukti pada kelompok penderita malaria menunjukkan bahwa responden tidak memakai kelambu disaat tidur pada malam hari dengan menderita malaria yaitu 48 responden atau 42,9%. Sementara untuk responden yang tidak memakai kelambu disaat tidur pada malam hari dengan tidak menderita malaria sebanyak 33 responden atau 29,5%. Kebiasaan masyarakat tidak menggunakan kelambu disaat tidur malam hari disebabkan tidak nyaman atau terasa panas jika memakai kelambu. Dengan demikian kebiasaan tidak memakai kelambu disaat tidur pada malam hari masih merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya malaria di wilayah kerja Puskesmas Mapane Kecamatan Poso Pesisir. Kebiasaan Tidak Memakai Obat Anti Nyamuk Disaat Tidur Malam Pemakaian obat anti nyamuk disaat tidur malam hari merupakan usaha untuk mengurangi kejadian malaria. Analisis pemakaian obat anti nyamuk diantaranya semprot dapat membunuh nyamuk, pernah

dilakukan oleh Damar T.B., (1996), di laboratorium uji insektisida rumah tangga. Hasil uji statistik menunjukkan indikasi bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan tidak memakai obat anti nyamuk disaat tidur malam hari dengan kejadian malaria. Hal tersebut sesuai dengan analisis yang pernah dilakukan Lamaka B., (2004), di wilayah Puskesmas Momunu Kabupaten Buol yang menyatakan bahwa pemakaian kebiasaan tidak memakai obat anti nyamuk disaat tidur malam hari berhubungan dengan kejadian malaria. Terbukti bahwa responden tidak memakai obat anti nyamuk disaat tidur pada malam hari dengan menderita malaria yaitu 49 responden atau 43,7%. Sementara untuk kelompok tidak menderita menunjukkan responden yang tidak memakai obat anti nyamuk disaat tidur pada malam hari dengan tidak menderita malaria sebanyak 30 responden atau 26,8%. Kebiasaan masyarakat tidak menggunakan obat anti nyamuk disaat tidur malam hari disebabkan obat anti nyamuk bakar dan semprot tidak nyaman digunakan atau mengganggu pernapasan. Berdasarkan uraian di atas bahwa kebiasaan tidak memakai obat anti nyamuk disaat tidur malam hari menjadi faktor pendukung terjadinya malaria di wilayah kerja Puskesmas Mapane Kecamatan Poso Pesisir.. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria pada Puskesmas Mapane Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso, maka dapat disimpulkan sebagai berikut; 1. Tidak terdapat hubungan antara kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari dengan kejadian malaria. Walaupun sering berada di luar rumah akibat aktivitas masyarakat setempat yaitu kebiasaan berbincang-bincang di luar rumah pada malam hari sampai larut malam, namun selalu menggunakan pakaian yang menutupi seluruh permukaan tubuh. 2. Terdapat hubungan antara kebiasaan tidak memakai kelambu disaat tidur malam hari dengan kejadian malaria. Kebiasaan masyarakat tidak menggunakan kelambu disaat tidur malam hari disebabkan tidak

49

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 45-50

Artikel VII

nyaman atau terasa panas jika memakai kelambu. 3. Terdapat hubungan antara kebiasaan tidak memakai obat anti nyamuk disaat tidur malam hari dengan kejadian malaria. Kebiasaan responden tidak memakai obat anti nyamuk disaat tidur malam hari disebabkan tidak nyaman karena asap dan bau menganggu pernapasan. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, maka peneliti menyarankan kepada petugas setempat sebagai upaya pencegahan kejadian malaria dengan selalu memberikan penyuluhan kepada masyarakat, tentang; 1. Perlunya menggunakan pakaian yang menutupi seluruh permukaan tubuh jika berada di luar rumah pada malam hari, sebagai tindakan pencegahan oleh gigitan nyamuk Anopheles. 2. Penggunaan kelambu disaat tidur malam hari, sehingga dapat terhindar dari kontak nyamuk Anopheles. 3. Penggunaan obat anti nyamuk disaat tidur malam hari, yang merupakan salah satu usaha pencegahan gigitan nyamuk Anopheles. DAFTAR PUSTAKA Achmadi U.F., 2005, Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Kompas, Jakarta. Aritonang, I., at al., 2005, Aplikasi Statistika Dalam Pengolahan Dan Analisis Data Kesehatan, Media Pressindo, Yogyakarta. Arsunan A., 2003, Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Malaria Di Kapoposang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Tahun 2003, Medika Jurnal Kedokteran Dan Farmasi, Jakarta. Damar T.B., 1996, Uji Biofisika Beberapa Insektisida Rumah Tangga Cair Semprot (Aerosol) Terhadap Nyamuk Culex Quinquefasciatus, Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta. Departemen Kesehatan R.I., 1999a, Modul Epidemiologi Malaria 1, Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Jakarta.

, 1999b, Modul Gebrak Malaria, Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Jakarta. , 2002, Modul Penemuan Penderita Dan Pengobatan Malaria, Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Jakarta. , 2003a, Modul Epidemiologi Malaria 3, Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Jakarta. ,2003b, Pokok-Pokok Kegiatan Pemberantasan Penyakit Malaria, Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Jakarta. Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah, 2010, Laporan Kegiatan Pemberantasan Penyakit Malaria Propinsi Sulawesi Tengah, Sub Dinas PPM, Palu. Dinas Kesehatan Kabupaten Poso, 2010, Laporan Pemberantsan Penyakit Malaria Kabupaten Poso, Seksi PPM, Poso. Harijanto P.N., 2000, malaria : Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, Dan Penanggulangannya, ECG, Jakarta. Lamaka B., 2005, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria Di Wilayah Puskesmas Momunu Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah, (Skripsi) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar Murti, B., 1997, Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Noor N. N., 2004a, Pengantar Epidemiologi Penyakit Malaria, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar. , 2004b, Paradigma Sehat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar. Notoadmojo S., 2003a, Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. , 2003b, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Prabowo, A., 2005, Malaria Mencegah Dan Mengatasinya, Puspa Swara, Jakarta. Puskesmas Mapane, 2011, Laporan Pemberantasan Penyakit Malaria Puskesmas Mapane, Poso. Sastroasmoro, S., 2002, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi Ke 2, Sabung Seto, Jakarta

50

Anda mungkin juga menyukai