Universitas Paramadina
Tahun 2009
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..i DAFTAR ISI..................................................................................................................2 1.1 Latar Belakang..................................................................................................3 1.2 Perumusan Masalah..........................................................................................3 1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................3 1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................4 1.5 Sistematika Penulisan.......................................................................................4 2.1 Proses Adaptasi.................................................................................................5 2.2 Bahasa dan Kebudayaan...................................................................................6 2.3 Masyarakat tutur (Speech community).............................................................8 2.4 Proses Akulturasi...............................................................................................9 3.1 Kesimpulan......................................................................................................11 3.2 Saran...............................................................................................................11
BAB I PENDAHULUAN
kebudayaan lain yang sedemikian rupa. Sehingga unsur-unsur kebudayaan itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri. Proses akulturasi semacam ini banyak terjadi di sekitar kita. Salah satunya yaitu terjadi di lingkungan asrama putri Fellowship 2009 yang terletak di daerah Tegal Parang. Dengan beragamnya kebudayaan yang ada maka proses ini terlihat begitu menarik perhatian. Akulturasi yang terjadi tidak hanya pada satu sisi saja, namun dapat diketahui dari berbagai sisi, baik perilaku, kebiasaan, logat dan bahasa. Karena uniknya hasil dari proses akulturasi ini, kemudian hal itulah yang mendasari saya melakukan observasi di lingkungan tersebuut. Satu dari sekian banyak hasil proses akulturasi tersebut yang akan saya jelaskan dalam paper ini, yaitu akulturasi bahasa.
mereka?
3. Berapa lama waktu yang diperlukan hingga terbentuknya akulturasi
bahasa?
1. Mengetahui pola adaptasi di asrama putri Fellowship 2009 2. Melihat hasil dari sebuah proses akulturasi bahasa 3. Mengetahui lamanya sebuah proses akulturasi tersebut berlangsung
BAB IIPEMBAHASAN 2.1 Proses Adaptasi 2.2 Bahasa dan Kebudayaan 2.3 Masyarakat tutur (Speech community) 2.4 Proses Akulturasi BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
4
3.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
daerah
yang
berbeda.
Mereka
berasal
dari
Malang,
Kudus,
Brebes,
Tasikmalaya dan salah satunya berasal darai Jakaarta. Dari kamar inilah tampak sebuah akulturasi bahasa yang dibuktikan dalam percakapan seharihari. Sebelum masuk kepada penjelasan mengenai akulturasi bahasa, maka berikut saya tampilkan terlebih dahulu bahasan tentang bahasa.
Sudah dibuktikan oleh banyak penelitian, bahwa tidak akan ada dua masyarakat yang sama persis di dunia ini. Lingkungan, baik itu lingkungan fisik maupun psikis akan membantu manusia dalam menyesuaikan diri sekaligus membuatnya berbeda satu sama lain. Hal ini berimplikasi juga pada sistem komunikasi yang hidup pada masyarakat tersebut. Setiap masyarakat akan memiliki sistem komunikasi sendiri-sendiri, maka dengan sendirinya, demi kelangsungan hidupnya, setiap masyarakat dapat membentuk kebudayaannya. Bahasa menjadi inti dari komunikasi sekaligus sebagai pembuka realitas bagi manusia. Kemudian, dengan komunikasi, manusia membentuk masyarakat dan kebudayaannya. Sehingga bahasa secara tidak langsung turut membentuk kebudayaan pada manusia.
Kebudayaan sangat berarti banyak bagi masyarakat dan individuindividu di dalamnya, karena kebudayaan mengajarkan manusia untuk hidup selaras dengan alam, sekaligus memberi tuntutan untuk berinteraksi dengan sesamanya. Dari sekian banyak kegunaan budaya, para pakar antropologi budaya percaya bahwa bahasalah yang memegang peranan utama dalam perkembangan budaya manusia. Hal ini karena bahasa merupakan wahana utama untuk meneruskan adat istiadat dari generasi yang satu ke generasi yang lainnya. Kemudian pandangan etnografi menyebutkan bahwa: Bahasa menjadi unsur pertama sebuah kebudayaan, karena bahasa akan menentukan dipahami bagaimana masyarakat yang penggunanya gilirannya mengkategorikan akan memberikan pengalamannya. Bahasa akan menentukan konsep dan makna yang oleh masyarakat, pada pengertian mengenai pandangan hidup yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dengan kata lain makna budaya yang mendasari kehidupan masyarakat,terbentuk dari hubungan antara simbol-simbol / bahasa.
Satu masyarakat tutur pun dapat terbagi lagi ke dalam sub-sub masyarakat tutur. Misalnya masyarakat tutur Sunda terbagi lagi menjadi masyarakat tutur Sunda-Halus, Sunda-Kasar atau Sunda-Preman, dan lain sebagainya. Jadi dalam suatu masyarakat tutur pun, bisa saja terjadi dari masyarakat tutur-masyarakat tutur yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial sudah terlebih dahulu memberi label pada masing-masing terbentuknya tindakannya. struktur Pemberian label ini setiap berimplikasi struktur pada sosial sosial, selanjutnya
membutuhkan peran dan simbol yang berbeda-beda. Itulah sebabnya penggunaan bahasa pun dapat berbeda-beda antara struktur sosial yang satu dengan struktur sosial yang lain, walaupun berbicara dengan bahasa yang sama.
kebudayaan lain yang sedemikian rupa. Sehingga unsur-unsur kebudayaan diterima diolah kebudayaan sendiri (Koentjaraningrat,2009). Proses akulturasi yang terjadi tidak hanya dari satu sisi, namun dalam kasus ini saya membahas terjadinya sebuah proses akulturasi bahasa. Untuk mencapai akulturasi tersebut, sebelumnya melalui beberapa tahapan terlebih dahulu. Berawal dari proses adaptasi dari masing-masing individu penghuni kamar tersebut. Kemudian terjadi sosialisasi oleh masing-masing unsur kebudayaan yang mereka anut. Membenarkan pernyataan Koentjaraningrat, lambat laun unsur kebudayaan itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri.
Berdasarkan judul paper yang saya buat yaitu, mboten sah isin, sok atuh dimakan dulu coy!. Terjadi akulturasi tiga bahasa yakni bahasa Jawa, Sunda dan bahasa gaul yang biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari. Kecenderungan pencampuran bahasa ini terjadi dalam percakapan seharihari, hal tersebut terlihat ketika saya melakukan wawancara kepada kelima penghuni kamar. Adanya pencampuran bahasa dapat dikatakan terjadi dalam kurun waktu yang cukup singkat, yakni sekita 3bulan. Pada awalnya mereka
9
mengaku sulit berkomunikasi,namun bulan-bulan berikutnya masing-masing dari mereka dapat menyesuaikan diri dengan ragam bahsa yang digunakan. Kemudian, ketika mereka sudah dapat menerima unsur kebudayaan lain tersebut, secara tidak langsung mereka mengalami proses enkulturasi. Proses enkulturasi adalah proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat, sistem norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Ternyata hal ini berkaitan dengan keefektivitasan penggunaan bahasa. Seperti ketika hendak mempersilahkan seseorang maka orang Jawa harus mengatakan dua suku kata yaitu, monggo. Sedangkan orang Sunda hanya perlu menyatakan sok untuk mempersilahkan. Contoh lain, orang Sunda dapat menunjukkan situasi perasaan untuk menggambarkan handeueul, kaduhung dan hanjakal. Kata handeueul tersebut digunakan untuk teman sebaya. Sedangkan dalam bahasa Indonesia cukup menyebut menyesal saja. Kata tersebut dapat digunakan untuk teman sebaya, orang yang lebih tua dan juga orang yang lebih muda. Mereka berlima mengaku justru merasa nyaman dengan pencampuran bahasa yang mereka gunakan dalam percakapan sehari-hari. Karena dengan begitu, mereka mempelajari dua bahasa sekaligus. Meskipun dalam hal ini konteksnya hanya sebagian kecil dari bahasa yang dapat dipelajari. Namun, sebenarnya perlu kita ketahui bahwa kita perlu belajar memakai bahasa indonesia secara lebih murni, lebih tepat dalam hubungan kata dengan makna.
3.1 Kesimpulan
Terjadi proses akulturasi bahasa dalam jangka waktu yang cukup cepat
di lingkungan asrama putri Fellowship 2009. Proses akulturasi dipengaruhi oleh kekuatan dari masing-masing unsur kebudayaan. Bahasa menjadi unsur pertama sebuah kebudayaan, karena bahasa akan menentukan bagaimana masyarakat penggunanya mengkategorikan pengalamannya.
3.2 Saran
Kita perlu belajar memakai bahasa Indonesia secara lebih murni, lebih
tepat dalam hubungan kata dengan makna. Diperlukan adanya pendekatan-pendekatan tertentu agar tidak terjadi kesalahan pada proses sosialisasi unsur-unsur kebudayaan. Untuk mencapai sebuah akulturasi bahasa yang baik perlu adanya kebijaksanaan dari masing-masing unsur kebudayaan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
11
Haviland, William A.1985.Antropologi Jilid 1 . Jakarta: Erlangga Koentjaraningrat.2009.Pengantar Ilmu Antropologi Edisi Revisi 2009.Jakarta: PT Rineka Cipta Kuswarno, Engkus M.S.2008.Etnogarfi Komunikasi.Bandung: Widya Padjajaran Lubis, Mochtar.2001.Manusia Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
12