Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apabila ditinjau dari segi proses alam. Manusia, seperti halnya makhluk-makhluk hidup
lainnya selalu berinteraksi dengan lingkungannya, demikian juga interaksi yang terjadi antar
setiap organisme dengan lingkungannya merupakan proses yang tidak sederhana melainkan
suatu proses yang kompleks. Karena didalam lingkungan hidup terdapat banyak komponen
yang disebut komponen lingkungan (Soemarwoto, 1983). Berdasarkan konsep dasar
pengetahuan ekologi, komponen lingkunganyang dimaksud tersebut juga dinamakan
komponen ekologi karena setiap komponen lingkungan tidak berdiri sendiri, melainkan selalu
berhubungan dan saling memengaruhi baiksecara langsung maupun tidak langsung (Odum,
1993) .
Makhluk hidup dalam mempertahankan hidupnya memerlukan komponen lain yang
terdapat dilingkungannya. Misalnya udara dan air yang sangat mereka perlukan untuk
bernaIas dan minum dan kebutuhan lainnya. Seperti oksigen yang dihirup oleh hewan dari
udara untuk pernaIasan, sebagian beasr berasal dari tumbuhan yang melakukan proses
Iotosintesis. Sebaliknya, karbondioksida yang dihasilkan dari pernapasan oleh hewan
digunakan oleh tumbuhan untuk proses Iotosintesis. Proses Iotosintesis yang terjadi pada
tumbuhan selain memanIaatkan karbondioksida, juga memerlukan bahan-bahan lainnya yang
diperlukan oleh tumbuhan untuk proses tumbuh dan berkembang. Seperti energi dari radiasi
matahari, air dan zat-zat hara.
Salah satu bentuk interaksi antara satu populasi dengan populasi lain atau antara satu
individu dengan individu lain adalah bersiIat persaingan (kompetisi). Persaingan terjadi bila
kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan
tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan
berakibat negatiI atau menghambat pertumbuhan individu-individu yang terlibat.
Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama (intraspesiIic
competition), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda (interspesiIic
competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan
pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda.
Sarana pertumbuhan yang sering menjadi pembatas dan menyebabkan terjadinya
persaingan diantaranya air, nutrisi, cahaya, karbon dioksida, dan ruang. Persaingan terhadap
air dan nutrisi umumnya lebih berat karena terjadi pada waktu yang lebih awal. Faktor utama
yang mempengaruh persaingan antar jenis tanaman yang sama diantaranya kerapatan.
Pengaruh persaingan dapat terlihat pada laju pertumbuhan (misalnya tinggi tanaman dan
diameter batang), warna daun atau kandungan kloroIil, serta komponen dan daya hasil.
Beberapa waktu terakhir, berbagai upaya memaksimalkan hasil tanaman budidaya telah
banyak dilakaukan. Upaya-upaya tersebut dapat berupa penggunaan bibit unggul atau
mengatur jarak tanam. Pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan
jarak tanam yang nantinya akan berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan zat hara, air,
dan cahaya matahari. Jika hal tersebut tidak diatur dengan baik , hasil tanaman akan ikut
terpengaruh. Jarak tanam rapat akan mengakibatkan terjadinya suatu kompetisi, baik inter
maupun intraspesies. Beberapa penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa semakin
rapat jarak tanam maka semakin tinggi tanaman tersebut dan secara nyata akan berpengaruh
terhadap jumlah cabang, luas permukaan daun dan pertumbuhan tanaman (Budiastuti , 2009).
1.2 Tujuan








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kompetisi
Kompetisi adalah interakksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan
akan sumberdaya yang bersiIat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan
(survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing (Begon et al .1990), sedangkan
Molles (2002) kompettisi dideIinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada
pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesiIik)
dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesiIik (Krebs, 2002; Molles, 2002)
Kompetisi dapat dideIenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan
yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu
sama yang menimbulkan dampak negatiI terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis
tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan
ruang tumbuh (Kastono, 2005).
DeIinisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila (1) suplai
sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan organisme atau (2)
kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih
banyak.organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai sumber
yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila dua individu mencoba menempati
tempat yang sama secara simultan. Sumber yang dipersaingkan oleh individu adalah untuk
hidup dan bereproduksi, contohnya makanan, oksigen, dan cahaya (Noughton, 1990).
Secara teoritis ,apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies , maka akan
terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam,salah
satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara dua
organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi antar spesies merupakan
suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang mempengaruhi pertumbuhannya
dan hidupnya secar merugikan.Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam.
Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi , species
yang berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian
kompetitiI ( competitive exclusion principles ) (Ewusie,1990).
Kompetisi dalam suatu komunitas dibagi menjadi dua , yaitu
Kompetisi sumber daya (resources competition atau scramble atau exploitative competition ),
yaitu kompetisi dalam memanIaatkan secara bersama-sama sumber daya yang terbatas.
InIerensi (inIerence competition atau contest competition), yaitu usaha pencarian sumber
daya yang menyebabkan kerugian pada individu lain, meskipun sumber daya tersebut tersedia
secara tidak terbatas. Biasanya proses ini diiringai dengan pengeluaran senyawa kimia
(allelochemical) yang berpengaruh negatiI pada individu lain (Lamberg, 1998;kerbs, 2002;
Molles, 2002)
Alelopati (Allelopathy) adalah eIek negatiI (menghambat perkecembahan dan
pertumbuhan) yang ditimbulkan oleh suatu tanaman pada tanaman lain yang ada disekitarnya
melalaui pelepasan senyawa kimia yang berasal dari proses metabolism sekunder (Muller-
Dombois & Ellenberg, 1974; Soerianegara & Indrawan, 1980; Lamberrs, 1998; Muller, 1990
yang dikutip oleh Hierro & Callawai, 2003). Namun tidak semua alelopati bersiIat negatiI,
ada beberapa senyawa alelopati yang bersiIat positiI baik secara langsung ataupun tidak
langsung (Lambers et al. 1998; Kerbs, 2002; Ferguson & Rathinasabapathi, 2003; Broz &
Vivanco, 2006)
2.2 Macam-macam Kompetisi
Kompetisi dibedakan menjadi empat macam, yaitu: Kompetisi intraspesiIik yakni
persaingan antara organisme yang sama dalam lahan yang sama. Kompetisi interspesiIik
yakni persaingan antara organisme yang beda spesies dalam lahan yang sama.
Intraplant competition yakni persaingan antara organ tanaman, misalnya antar organ
vegetatiI atau organ vegetatiI lawan organ generatiI dalam satu tubuh tanaman
Interplant competition yakni persaingan antar dua tanaman berbeda atau bersamaan
spesiesnya (dapat pula terjadi pada intra maupun interplant competition)
(Kastono , 2005)

2.3 Persaingan intraspesiIik
Pada latihan dalam laboratorium dalam persaingan intraspesiIik diambil contoh hasil
telur pada Drosophyla dalam kaitannya dengan rapatan populasi. Dalam percobaan ini
pengaruh rapatan populasi pada kecepatan produksi telur pada lalat buah Drosophyla akan
dipelajari sebagai suatu contoh persaingan intraspesiIik. Tempat penimbunan telur akan
dibuat tetap dan jumlah lalat betina bertambah secara logaritmik ( Michael ,1994 ).

2.4 Persaingan InterspesiIik
Adanya lebih dari satu spesies dalam suatu habitat menaikkan ketahanan lingkungan
kapan pun spesies lain bersaing secara serius dengan spesies pertama untuk beberapa sumber
penting, hambatan pertumbuhan terjadi dalam kedua spesies. Hokum Gause menyatakan
bahwa tidak ada spesies dapat secara tak terbatas menghuni ceruk yang sama secara serentak.
Salah satu dari spesies-spesies itu akan hilang atau setiap spesies menjadi makin bertambah
eIisien dalam memanIaatkan atau mengolah bagian dari ceruk tersebut dengan demikian
keduanya akan mencapai keseimbangan. Dalam situasi terakhir, persaingan interspesiIik
berkurang karena setiap spesies menghuni suatu ceruk mikro yang terpisah (Michael, 1994).
Persaingan diantara tumbuhan secara tidak langsung terbawa oleh modiIikasi
lingkungan. Di dalam tanah, system-sistem akan bersaing untuk air dan bahan makanan, dan
karena mereka tak bergerak, ruang menjadi Iaktor yang penting. Di atas tanah, tumbuhan
yang lebih tinggi mengurangi jumlah sinar yang mencapai tumbuhan yang lebih rendah dan
memodiIikasi suhu, kelembapan serta aliran udara pada permukaan tanah (Michael, 1994).
DAFTAR PUSTAKA
Budiastuti. 2009. Foliar Triaconthanol Application and Plant Spacing on Mungbean. UI Press
: Jakarta.
Ewusie. 1990. Pengantar Ekologi Tropika . ITB : Bandung.
Kartawinata. 1986. Pengantar Ekologi. Remadja karya CV : Bandung.
Kastono. 2005. Ilmu Gulma, Jurusan Budidaya Pertanian. UGM: Yogyakarta.
Michael. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. UI Press :
Jakarta.
Naughton. 1998. Ekologi Umum, edisi kedua. UGM Press : Yogyakarta.
Odum. 1993. Dasar-dasar Ekologi. UGM Press: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai