Anda di halaman 1dari 6

TBC PADA ANAK DAN BAYI PENGERTIAN Tuberculosis (sering dikenal sebagai TB) adalah penyakit yang disebabkan

oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Umumnya menginfeksi paru-paru, walaupun dapat pula menginfeksi organ tubuh lainnya (seperti selaput otak, kulit, tulang, kelenjar getah bening dll). Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. PENULARANNYA TBC tidak hanya menyerang orang dewasa, tuberkolosis juga bisa menyerang bayi. Penyebabnya bakteri Mycobacterium tuberculosis ini yang diidap ibunya selama kehamilan ternyata menular kepada bayinya. Seperti tuberkolosis pada orang dewasa, mycobacterium tuberculosis juga menyerang berbagai organ, terutama paru-paru bayi. Sumber penularan TBC ke anak adalah orang dewasa, karena TBC pada anak tidak menular. Penderita TBC bisa berasal dari keluarga penderita BTA positif (kontak serumah), masyarakat (kunjungan Posyandu), atau pembantu atau pengasuh anak.dari penderita-penderita yang berkunjung ke Puskesmas maupun yang langsung ke Rumah Sakit. Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas. Namun jika seseorang berhubungan dengan penderita TB belum pasti tertular Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya infeksi TB. Faktor sumber penularan, lingkungan, dan faktor daya tahan tubuh. Tingkat eratnya hubungan (kontak) juga sangat berperan. Makin erat kontak (dose contact) dan makin lama, makin besar risiko tertular.

Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk seseorang menjadi terinfeksi setelah tertular) bervariasi antara mingguan hingga tahunan, tergantung dari orang itu sendiri dan jenis infeksinya, apakah primer, progresif, atau reaktivasi. GEJALA Gejala umum TBC pada anak: 1. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah mendapatkan penanganan gizi yang baik (failure to thrive). 2. Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat. 3. Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam. 4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit. Biasanya multipel, paling sering didaerah leher, ketiak dan lipatan paha (inguinal). 5. Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada. 6. Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda cairan dalam abdomen DIAGNOSA TBC PADA ANAK Untuk memastikan apakah anak terkena TB perlu dilakukan beberapa tahapan atau cara untuk menemukan kuman TBC. 1. Tes Mantoux Uji TBC, yang biasa disebut sebagai tes Mantoux, merupakan tes tuberkulin pada kulit (penyuntikan intra kutan) dengan menggunakan 5 unit derifatif protein termurnikan (purified protein derivative, PPD).Uji TBC dalam bentuk lain tidak dianjurkan. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan. Uji tuberkulin positif bila: 1. indurasi > 10 mm (pada gizi baik),atau

2. > 5 mm pada gizi buruk.

Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus TB tidak berat INH Rifampisin : 5 mg/kgbb/hari : 10 mg/kgbb/hari : 10 mg/kgbb/hari : 15 mg/kgbb/hari

2. Foto Rontgen 3. Untuk melihat apakah ada kemungkinan proses TBC. Tapi karena TBC pada anak tidak terlalu khas maka hasil rontgen ini tidak bisa dijadikan patokan.

TB berat (milier dan meningitis TBC) INH Rifampisin

4. Memeriksa dahak anak di laboratorium, jika terdapat kuman TBC berarti anak positif terkena TB.

Dosis prednison : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)

PENGOBATAN Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan. Lama pengobatan , tergantung berat ringannya penyakit. Dokter biasanya menganjurkan rawat inap untuk evaluasi awal dan pengobatan TBC, terutama jika: - Penderita adalah anak kecil - Adanya reaksi obat yang parah - Adanya penyakit lain selain TB Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:

AKIBAT BILA MINUM OBAT TIDAK TERATUR Penyakit tidak akan sembuh atau bahkan menjadi lebih berat. Penderita (anak) dapat terganggu perkembangan dan pertumbuhannya Penyakit menjadi makin sukar diobati karena ada kemungkinan kuman TBC menjadi kebal, sehingga diperlukan obat yang lebih kuat dan lebih mahal. Obat untuk kuman yang kebal tidak tersedia di semua fasilitas kesehatan. Perlu waktu lebih lama untuk sembuh. Penderita dapat juga menularkan kuman yang sudah kebal obat pada orang lain. PENCEGAHAN Pencegahan TB tergantung pada: 1. Menghindari kontak dengan penderita aktif TBC 2. Menggunakan obat-obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus berisiko tinggi 3. Menjaga standar hidup yang baik

1. 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, 2.


kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH). 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).

Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.

Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.

c. Respirasi Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada. Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

d. Rasa nyaman/nyeri Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang. Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Riwayat Perjalanan Penyakit a. Pola aktivitas dan istirahat Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari. Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.

e. Integritas ego Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan. Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.

2.Data Penunjang

b. Pola nutrisi Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.

a. Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit. b. Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 4872 jam). c. Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas bayangan, berupa cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.

d. Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB paru. e. Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED). f. Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun

B.DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. 2. 3. 4. 5. Bersihan jalan napas tidak efektif Gangguan pertukaran gas Resiko Infeksi Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Kurangnya pengetahuan tentang kondisi,pengobatan,pencegahan

2. Gangguan pertukaran gas Tujuan: Melaporkan tidak terjadi dispnea. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal. Bebas dari gejala distress pernapasan. Intervensi a. Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan. b. Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku. 3. Resiko infeksi Tujuan: Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang. aman. Intervensi a. Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, penyebaran infeksi melalui bronkus pada jaringan sekitarnya atau aliran darah atau sistem limfe dan resiko infeksi melalui batuk, bersin, meludah, tertawa., ciuman atau menyanyi. b. Identifikasi orang-orang yang beresiko terkena infeksi seperti anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan. c. Anjurkan pasien menutup mulut dan membuang dahak di tempat penampungan yang tertutup jika batuk. d. Gunakan masker setiap melakukan tindakan. e. Monitor temperatur. f. Identifikasi individu yang berisiko tinggi untuk terinfeksi ulang Tuberkulosis paru, seperti: alkoholisme, malnutrisi, operasi bypass intestinal, menggunakan obat penekan imun/ kortikosteroid, adanya diabetes melitus, kanker. g. Tekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani. Rasional: Periode menular dapat terjadi hanya 2-3 hari setelah permulaan kemoterapi jika sudah terjadi kavitas, resiko, penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan. h. Pemberian terapi INH, etambutol, Rifampisin. i. Pemberian terapi Pyrazinamid (PZA)/Aldinamide, para-amino salisik (PAS), sikloserin, streptomisin. Rasional: Obat-obat sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten. j. Monitor sputum BTA Rasional: Untuk mengawasi keefektifan obat dan efeknya serta respon pasien

C.INTERVENSI 1. Bersihan jalan napas tidak efektif Tujuan: Mempertahankan jalan napas pasien. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan. Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas. Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi. Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat. Intervensi: a. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, imma, kedalaman dan penggunaan otot aksesori.. b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis. c. Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam. d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu.. e. Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi. f. Lembabkan udara/oksigen inspirasi..g. Berikan obat: agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi.

terhadap terapi.

4. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Tujuan: Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi. Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat. Intervensi: a. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare. b. Kaji pola diet pasien yang disukai/tidak disukai..c. Monitor intake dan output secara periodik. d. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB). e. Anjurkan bedrest. f. Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan. g. Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat. h. Rujuk ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diet. i. Konsul dengan tim medis untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/setelah makan. j. Awasi pemeriksaan laboratorium. (BUN, protein serum, dan albumin). k. Berikan antipiretik tepat. 5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan. Tujuan: Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan. Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang luberkulosis paru. Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan evaluasi/intervensi. Menerima perawatan kesehatan adekuat. Intervensi a. Kaji kemampuan belajar pasien misalnya: tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan, tingkat partisipasi, lingkungan belajar, tingkat pengetahuan, media, orang dipercaya. b. Identifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya: hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo. c. Tekankan pentingnya asupan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dan

intake cairan yang adekuat. d. Berikan Informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan misalnya: jadwal minum obat. e. jelaskan penatalaksanaan obat: dosis, frekuensi, tindakan dan perlunya terapi dalam jangka waktu lama. Ulangi penyuluhan tentang interaksi obat Tuberkulosis dengan obat lain. f. jelaskan tentang efek samping obat: mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan darah g. Anjurkan pasien untuk tidak minurn alkohol jika sedang terapi INH. h. Rujuk perneriksaan mata saat mulai dan menjalani terapi etambutol.. k. Anjurkan untuk berhenti merokok.

D.EVALUASI a. Keefektifan bersihan jalan napas. b. Fungsi pernapasan adekuat untuk mernenuhi kebutuhan individu. c. Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi. d. Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi malnutrisi. e. Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dan perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan

DAFTAR PUSTAKA www.rumahkusorgaku.wordpress.com www.tbcindonesia.or.id www.sehatgroup.web.id http://www.smallcrab.com/kesehatan/25-healthy/457-sekilas-mengenaltuberkolosi http://www.childparentingskills.info/2009/06/mengenali-tbc-pada-anak-sejakdini.htm

Anda mungkin juga menyukai