IT Governance - SNTI Untar 2008
IT Governance - SNTI Untar 2008
1. PENDAHULUAN
*)
Keynote Speech dalam Seminar Nasional Teknologi Informasi (SNTI) – Universitas Tarumanegara,di
Jakarta, 25 Oktober 2008.
**)
Dr. Tatang A. Taufik, Direktur Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi - Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (PTIK-BPPT). Kontak e-mail: tatang@ceo.bppt.go.id, tatang.taufik@gmail.com.
Blog: http://tatang-taufik.blogspot.com/
IT Governance: Kerangka Strategi E-Development sebagai Pendekatan 2
untuk Mewujudkan Keterpaduan TIK dalam Pembangunan Daerah
Sebagaimana telah diketahui, kata governance berasal dari bahasa latin gubernare
yang memiliki arti to steer atau ”mengarahkan.” Sementara beberapa kamus bahasa Inggris
mengartikan governance sebagai exercise of authority atau a method of system. Untuk
padanan istilahnya dalam Bahasa Indonesia, banyak kalangan memilih menggunakan istilah
”tata kelola”, walaupun penulis sebenarnya lebih cenderung memilih kata ”penadbiran”
(adopsi dari Bahasa Arab) yang memiliki makna serupa dengan gubernare.1
Governance sering diasosiasikan dengan konteks/tingkat organisasi (misalnya
perusahaan atau lembaga pemerintah). Dalam konteks perusahaan, governance yang baik
dapat membantu terjaminnya masa depan perusahaan melalui pengarahan strategi
perusahaan sesuai dengan visi dan tujuan perusahaan. Karena itu, corporate governance
pada hakikatnya merupakan sistem kendali organ perusahaan.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa governance merupakan struktur dan
mekanisme yang terutama dirancang untuk dapat memberikan kendali yang cukup bagi
pengelola organisasi, yaitu manajemen. Governance dan manajemen keduanya memiliki
fungsi strategis, sementara manajemen juga memiliki fungsi operasional. Namun, ada saat-
saat tertentu di mana memang batasan antara governance dengan manajemen perlu
dipahami.
Di lingkungan akademis, governance dan khususnya IT governance didominasi oleh
bahasan pada tingkat organisasi (terutama entitas perusahaan/bisnis). Dalam konteks
perusahaan, IT governance merupakan bagian integral dari good corporate governance.
Namun sebagaimana diketahui, isu IT governance sebenarnya bukan isu teknologi informasi
melainkan lebih merupakan “isu bisnis” (business issue). IT governance lebih menyangkut
mekanisme untuk menyampaikan nilai (value), kinerja dan mitigasi risiko, dengan berfokus
pada di mana dan bagaimana keputusan diambil, oleh siapa, keputusan apa, dan mengapa.
Karena itu, IT governance pada dasarnya berkaitan dengan isu orang (sumber daya
manusia/SDM), proses dan budaya.
Tulisan ini tidak membahas secara spesifik governance pada tataran ini, tetapi lebih
pada IT governance dalam konteks pembangunan, khususnya pembangunan daerah.
Walaupun begitu, ada kesamaan hal mendasar tentang governance (IT governance) dalam
konteks apapun, yaitu bahwa tujuan utamanya pada dasarnya adalah terorganisasinya
sistem dalam mencapai tujuannya.
Tiga hal pokok menyangkut IT governance dalam hal ini adalah:
a. IT governence [seharusnya] merupakan bagian integral dari organizational/
system governance. Dengan demikian, IT governance merupakan pendukung
atau pemberdaya dari organizational governance atau system governance;
Sebaliknya, organizational governance atau system governance, menjadi
rujukan/pijakan bagi IT governance.
1
Semata untuk kepraktisan dalam makalah ini, penulis menggunakan secara bebas dan dipertukarkan
istilah “penadbiran atau tata kelola TI (teknologi informasi)” dengan istilah IT governance. Demikian juga
istilah teknologi informasi (TI) dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Tatang A. Taufik 3
Dalam konteks kekinian dan masa datang, setiap langkah pembangunan daerah
dihadapkan pada tantangan yang secara ringkas diilustrasikan pada Gambar 1 berikut.
Kesejahteraan/Kemakmuran,
Kesejahteraan/Kemakmuran,
Kemandirian
Kemandirian&&Peradaban
PeradabanBangsa
Bangsa
1. SDM yang terdidik, kreatif, dan terampil 1. Sistem informasi dan komunikasi
2. Pembelajaran seumur hidup dan budaya
Industri
inovasi
3. Sistem inovasi yang efektif 3. Sistem inovasi yang efektif
4. Pemerintahan, insentif ekonomi dan 4. Modal sosial
rejim kelembagaan yang mendukung 5. Kepemimpinan/kepeloporan dalam
pemajuan sosial budaya masyarakat
Sistem Inovasi 6. Rejim kebijakan yang kondusif
Isu-
Isu-isu Kontekstual
Isu-isu Kontekstual
Kecenderungan dan Tantangan Universal ®
Kemajuan
KemajuanIptek,
Iptek, Ekonomi
Ekonomi Ekonomi
Ekonomi Faktor-faktor
Faktor-faktor
Globalisasi
Globalisasi Inovasi
Inovasi Pengetahuan
Pengetahuan Jaringan
Jaringan Lokalitas
Lokalitas
2
...poverty may be defined as a human condition characterized by sustained or chronic deprivation of the
resources, capabilities, choices, security and power necessary for the enjoyment of an adequate standard
of living and other civil, cultural, economic, political and social rights (UN Committee on Social, Economic
and Cultural Rights, 2001).
3
Sistem Inovasi pada dasarnya merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari sehimpunan aktor,
kelembagaan, jaringan, kemitraan, hubungan interaksi dan proses produktif yang mempengaruhi arah
perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusi inovasi (termasuk teknologi dan praktik baik/terbaik) serta
proses pembelajaran. Pendekatan sistem inovasi menunjukkan kesadaran perspektif kesisteman (holistik)
tentang proses inovasi, difusi dan pembelajaran. Dari perspektif kebijakan, pandangan ini juga
mengungkap “paradigma baru” tentang “kegagalan sistemik” (systemic failure) yang membutuhkan
intervensi (kebijakan) pemerintah untuk mengatasi isu kebijakan yang dihadapi dan memecahkan
tantangan-tantangan dalam memperkuat sistem inovasi (lihat Taufik [2005, 2006, 2007]).
4
Lihat misalnya kajian-kajian yang terkait dengan e-readiness, digital opportunity index, digital divide dan
sejenisnya.
Tatang A. Taufik 5
Sudah barang tentu peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi bagian
tak terpisahkan dalam kesemua elemen tersebut. Secara ringkas, strategi e-development
dapat dirangkum dalam Gambar 2 berikut.
5
Beberapa diksusi tentang ini dapat dilihat antara lain dalam Clarke (2003), Hanna (2007, 2008), Labelle
(2005), dan Schware (2006).
Tatang A. Taufik 7
3 E-Government
1
5
e-Leadership, 4
Industri TIK &
E-Business
Kebijakan & e-Society
Kelembagaan
Demikian halnya dengan rencana strategis TIK. Proyek-proyek TIK yang tidak tepat
sering berpangkal karena tidak adanya (ketidaksesuaian) dokumen acuan bagi para pihak
yang melaksanakannya.
Selain itu, kelembagaan juga merupakan dimensi yang penting untuk
dikembangkan/diperkuat. Kelembagaan yang tepat (beserta kewenangan, tugas, dan
fungsinya) akan sangat penting bagi keberhasilan pembangunan. Ketidaksesuaian
kelembagaan yang menangani (bertanggung jawab) atas keterpaduan pengembangan dan
pemanfaatan TIK sering bermuara pada koordinasi yang buruk, tumpang tindih, dan
pemborosan belanja TIK di daerah.
5. CONTOH PRAKTIK
6
Beberapa daerah lain masih dalam proses sangat awal dalam memulai agenda kongkrit kerangka strategi
e-development ini, antara lain Kabupaten Tegal, Kota Bogor, Provinsi Gorontalo, dan lainnya.
Tatang A. Taufik 11
Kerjasama antara BPPT dan Pemkab Jembrana telah dirintis sejak tahun 2002.
Bantuan teknis yang dilakukan bertahap sejak saat itu memberikan pengalaman yang
berharga bagi kedua pihak dalam implementasi TIK di daerah. Pada awalnya, IT governance
belumlah menjadi isu yang semakin penting dalam upaya bersama ini. Kemanfaatan
langsung dan isu-isu teknis dalam fungsi-fungsi tertentu penyelenggaraan pemerintahan
daerah (implementasi e-government) lebih menjadi prioritas kegiatan.
Sejak pertengahan 2006, penulis mulai memperkenalkan gagasan e-development ini
kepada Kabupaten Jembrana. Pengalaman yang cukup lama memberikan pelajaran bahwa
langkah-langkah parsial saja tidak cukup dalam mendorong perluasan/pengembangan,
percepatan dan keberlanjutan pendayagunaan TIK di daerah. Upaya lanjutan dalam
kegiatan yang lebih teknis tetap dilakukan, yang dibarengi dengan pemahaman kerangka
strategi e-development.
Dalam konteks ini, Kabupaten Jembrana telah mencanangkan tujuan e-
developmentnya dalam rangka mewujudkan MDG 2010 Kabupaten Jembrana.
1. Kepemimpinan (e-leadership), kebijakan dan kelembagaan;
Kepala Daerah (Bupati) sejauh ini menunjukkan komitmen kuat dalam implementasi
TIK yang baik dan bertahap. Sementara ini, dalam mendukung konsistensi kebijakan daerah
yang menyangkut TIK, pihak Pemkab masih mengkonsultasikannya kepada BPPT. Proses
peningkatan kapasitas SDM setempat terus dilakukan untuk mendukung kapasitas SDM dan
kelembagaan setempat dalam meningkatkan kesejalanan kebijakan, terutama yang
menyangkut TIK di daerah.
Reorganisasi perangkat daerah pun dilakukan oleh Pemkab Jembrana.
Program/kegiatan yang terkait dengan TIK di SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dapat
lebih terorganisasi dan dikoordinasikan oleh Dinas Inyahud (Informasi, Komunikasi,
Pelayanan Umum, Perhubungan, dan Data).
7
Beberapa laporan/paparan Pemkab Jembrana yang terkait mengungkap hal ini.
Tatang A. Taufik 13
6. CATATAN PENUTUP
Makalah ini mengupas secara singkat tentang pengalaman dan gagasan kerangka
strategi e-development sebagai salah satu pendekatan dalam mewujudkan keterpaduan TIK
dalam pembangunan daerah. Melalui kerangka inilah IT governance dikembangkan.
Tiga hal pokok dalam mendorong IT governance dalam pembangunan daerah pada
dasarnya adalah:
IT governance (seharusnya) merupakan bagian integral dari system governance.
Para penentu kebijakan dan pemangku kepentingan utama (key stakeholders)
perlu menciptakan/mengembangkan kesejalanan (alignment) antara TIK dengan
ranah sistem, yaitu pembangunan daerah.
Kesejalanan TIK dengan ranah organisasi atau sistem memerlukan ”penataan”
(arrangement) kerangka strategi dan implementasi yang sesuai. Hal ini, terutama
pada tahapan implementasi, pada dasarnya bersifat kontekstual. Dinamika sosio-
kultural dan dimensi spesifik lainnya akan berpengaruh pada tataran pragmatis.
Karena itu, sekalipun prinsip-prinsip dasarnya berlaku universal, namun dalam
implementasi e-development sebenarnya tidak berlaku one size fits all.
DAFTAR PUSTAKA
9. Lundvall, B.A. dan Susana Borras. (1997). The Globalising Learning Economy:
Implications for Innovation Policy. Report based on contributions from seven projects
under the TSER programme. DG XII, Commission of the European Union. European
Commission. Targeted Socio-Economic Research. December 1997.
10. OECD. (1999). Managing National Innovation Systems. Organisation for Economic Co-
operation and Development (OECD). 1999.
11. PTIK. Beberapa Laporan Program/Kegiatan. Tidak Dipublikasikan.
12. Rogers, Everett M. (1995). Diffusion of Innovations. New York, Free Press. Fourth
Edition. 1995.
13. Schware, R. (2006). E-development from excitement to effectiveness. Washington,
D.C.: World Bank.
14. Taufik, Tatang A. (2007). Kebijakan Inovasi di Indonesia: Bagaimana Sebaiknya?
Jurnal Dinamika Masyarakat Vol. VI, No. 2, Agustus 2007.
15. Taufik, Tatang A. (2006a). Strategi Dual Pengembangan kemampuan Industri TIK
Nasional. Prosiding Seminar Sistem Inovasi Nasional. LIPI. 2006.
16. Taufik, Tatang A. (2006b). Konsep dan Pragmatisasi Peningkatan Daya Saing Daerah:
Paradigma Sistem Inovasi. Keynote Speech. Disampaikan dalam Workshop dan
Sosialisasi “Optimalisasi Kerjasama antar Daerah dalam Peningkatan Daya Saing
Kawasan Berdasarkan Potensi Unggulan dan Inovasi Teknologi“ di Solo, 7 Desember
2006.
17. Taufik, Tatang A. (2006c). “Gerbang Indah Nusantara” dalam Menurunkan Kemiskinan:
Beberapa Pengalaman Praktik. Makalah disampaikan dalam Seminar Regional:
“Realita, Tantangan, dan Inovasi Daerah Mengurangi Kemiskinan melalui
Pengembangan Ekonomi Lokal.” di Mataram, 11 September 2006.
18. Taufik, Tatang A. (2006d). Pengembangan Sistem Inovasi Nasional. Makalah Konsep
untuk Tim SIN KNRT dalam Penyusunan Strategi Implementasi Misi Iptek 2025.
19. Taufik, Tatang A. (2006). Pengembangan SDM dan Kemampuan Teknologi di Era
Ekonomi Pengetahuan. Orasi Ilmiah, disampaikan dalam Wisuda Program
Pascasarjana Magister Manajemen STIE-ISM di Jakarta, 10 Pebruari 2006.
20. Taufik, Tatang A. (2005a). Konsep dan Prakarsa Implementasi Metode Koordinasi
Terbuka untuk Mendukung Koherensi Kebijakan Inovasi Nasional. (dalam Agus
Widodo dan Tatang A. Taufik (ed). 2005. ”Koherensi Kebijakan Inovasi Nasional dan
Daerah.” P2KTPUDPKM – BPPT. 2005.
21. Taufik, Tatang A. (2005b). Mendorong Kewirausahaan Teknologi (Technopreneurship)
di Lingkungan Perguruan Tinggi: Peningkatan Peran dalam Membangun Daya Saing.
Disampaikan sebagai Keynote Paper dalam “The 4th National Conference: Design and
Application of Technology 2005” di Surabaya, 27th June 2005. Konferensi
diselenggarakan oleh Universitas Widya Mandala – Surabaya.
22. Taufik, Tatang A. (2005). Pengembangan Sistem Inovasi Daerah: Perspektif
Kebijakan. P2KTPUDPKM – BPPT dan KRT. 2005.
23. UNCTAD. Secretariat. (2006). ICT and e-business for development: note. Geneva: UN.
24. World Bank. (2002). Building Knowledge Economies: Opportunities and Challenges for
EU Accession Countries. Final Report of the Knowledge Economy Forum "Using
Knowledge for Development in EU Accession Countries." Organized by the World Bank
in cooperation with the European Commission the Organization for Economic
Cooperation and Development, the European Bank for Reconstruction and
IT Governance: Kerangka Strategi E-Development sebagai Pendekatan 16
untuk Mewujudkan Keterpaduan TIK dalam Pembangunan Daerah
Development and the European Investment Bank. Paris. February 19-22, 2002. World
Bank. May 2002. Dari http://www.worldbank.org/eca/ knowledgeeconomy
LAMPIRAN
Hingga saat ini, beberapa prakarsa telah dilaksanakan di Kota Pekalongan dengan
hasil sementara seperti berikut.
1. Pengembangan E-leadership, Penataan Kebijakan dan Kelembagaan:
Pelaksanaan rangkaian seminar, workshop, dan diskusi tentang pengembangan
dan pendayagunaan TIK dalam pembangunan daerah.
Penyusunan rencana strategis TIK Kota Pekalongan dan penggalian masukan
untuk penataan kebijakan TIK di Kota Pekalongan.
Penetapan satuan kerja baru di lingkungan Pemkot Pekalongan.
Pengembangan IGOS Center Kota Pekalongan.
Apresiasi (dari Pemkot dan BPPT) terhadap organisasi yang menjadi pelopor
dalam gerakan pengembangan dan pemanfaatan TIK legal: STMIK Widya
Pratama dan SMKN 2 Pekalongan.