Anda di halaman 1dari 5

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Masalah

1.2.Rumusan Maslah 1.2. Tujuan Penulisan

1.3 . Sistematika Penulisan Penulisan ini dituangkan dalam tigabab yang saling terkait satu dengan yang lainnya secara sitematis. Bab pertama memuat pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.Bab kedua berisi pembahasan mengenai PPN dan PPN-BM, Bab ketiga berisikan penutup dan kesimpulan. Bagian akhir makalah terdapat daftar pustaka dan daftar referensi sebagai acuan dalam pembuatan makalah.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 2.1.1 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sangat dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pola konsumsi masyarakat yang merupakan objek dari Pajak Pertambahan Nilai.

2.1.2 Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang: a. b. c. Nomor 11 Tahun 1994 Nomor 18 Tahun 2000 Dan Perubahan ketiga adalah UU No. 42 Tahun 2009

2.1.3 Dasar Pengenaan Pajak Dasar pengenaan pajak adalah jumlah harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor atau nilai lain yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang. Yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak dalam Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah : a. Harga Jual Adalah nilai berupa uang termasuk semua yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak. b. Penggantian

Adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan menurut undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak c. Nilai ekspor Adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau yang seharusnya diminta oleh eksportir. d. Nilai impor Adalah berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditambah pungutan dikenakan berdasarkan ketentuan dalam perundangUniversitas Sumatera Utaraundangan pabean untuk impor Barang Kena Pajak tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Uindang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

2.1.4 Sifat Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Pajak Pertambahan Nilai mempunyai beberapa sifat pemungutan yaitu: a. Pajak Pertambahan Nilai sebagai pajak objektif artinya pemungutan Pajak Pertambahan Nilai ini memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. b. Pajak Pertambahan Nilai sebagai pajak tidak langsung Secara ekonomis beban Pajak Pertambahan Nilai dapat dialihkan kepada pihak lain. c. Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai multi stage tax Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dilakukan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi, pedagang besar sampai dengan pengecer. d. Pajak pertambahan Nilai dipungut dengan menggunakan alat bukti faktur pajak Pengusaha Kena Pajak harus menerbitkan faktur pajak sebagai bukti pemungutan Pajak Pertambahan Nilai. e. Pajak Pertambahan Nilai bersifat netral berdasarkan objeknya tanpa

Netralitas ini dapat dibentuk karena adanya dua faktor, yaitu Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas konsumen barang atau jasa, Pajak Pertambahan Nilai dipungut menggunakan prinsip tempat tujuan. f. Pajak Pertambahan Nilai tidak menimbulkan pajak berganda Pajak Pertambahan Nilai sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri penyerahan barang kena pajak (BKP) atau jasa kena pajak (JKP) dilakukan atas konsumsi dalam negeri.

2.1.5 Prinsip Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai a. Prinsip tempat tujuan (Destination) Pada prinsip ini bahwa Pajak Pertambahan Nilai dipungut di tempat barang atau jasa tersebut dikonsumsi. b. Prinsip tempat asal Pada prinsip ini diartikan Pajak Pertambahan Nilai dipungut ditempat asal barang atau jasa yang akan dikonsumsi.

2.1.6 Objek Pajak Pertambahan Nilai PPN dikenakan atas : 1. Penyerahan BKP ( Barang Kena Pajak ) di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak. Syarat-syaratnya adalah : a. Barang Berwujud yang diserahkan merupakan BKP. b. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP tidak berwujud. c. Penyerahan dilakukan di dalam Derah Pabean. d. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya. 2. Impor BKP. 3. Penyerahan JKP ( Jasa Kena Pajak ) yang dilakukan di dalam Daerah Pabean oleh Pengusaha Kena Pajak. Syarat-syaratnya adalah : a. Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak b. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean c. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya

4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daeraah Pabean. 5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. 6. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak. 7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; dan 8. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak. 9. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan aktiva yang pajak masukkannya tidak dapat dikreditkan. 10. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau yang digunakan pihak lakin yang batasan dan tatacaranya diatur dengan keputusan menteri keuangan.

2.1.7 Subjek Pajak Pertambahan Nilai Berdasarkan Pasal 1 angka 14 Undang-Undang No.42 tahun 2009 tentang PPN, terdapat 5 subjek Pajak Pajak Pertambahan Nilai. a. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP/JKP yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN dan PPnBM, tidak termasuk Pengusaha kecil. Pengusaha dikatakan. Universitas Sumatera Utarasebagai PKP apabila melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dengan jumlah peredaran bruto melebihi Rp. 6.000.000.000,. (enam milyar rupiah) dalam satu tahun. b. Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusaha yang melakukan penyerahan BKP/JKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp. 6.000.000.000,- (enam milyar rupiah) dalam satu tahun. Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP, selanjutnya wajib melaksanakan kewajiban sebagaimana halnya PKP. c. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP/JKP. d. Orang pribadi atau badan yang melakukan pembangunan rumahnya sendiri dengan persyaratan tertentu. e. Pemungut pajak yang ditunjuk oleh pemerintah terdiri atas Kantor Perbendaharaan Negara, Bendaharawan pemerintah Pusat dan Daerah, termasuk Bendaharawan Proyek.

Anda mungkin juga menyukai