Landasan idea merupakan dasar berfikir dalam konstruksi sistem ekonomi Islam yang berdasarkan pada teks-teks yang terdapat dalam al-Quran dan Hadits. Dapat dikatakan bahwa landasan idea merupakan landasan hukum dalam sistem ekonomi Islam. Kita dapat mengambil contoh study kasus antara ekonomi konvensional dan ekonomi Islam. Dalam ekonomi konvensional landasan hukum hanya berasal dari regulasi pemerintah, dan yang membuatnya adalah manusia, sedangkan manusia adalah ciptaan Tuhan. Berbeda dengan ekonomi Islam, landasan hukum sistem ekonomi Islam juga berasal dari regulasi pemerintah tetapi tidak mutlak seperti ekonomi konvensional karena harus direlasikan dengan teks-teks pada alQuran dan Hadits. Jika sesuai dengan al-Quran dan Hadits maka dapat digunakan sebagai landasan hukum namun jika bertentangan maka tidak akan digunakan sebagai landasan hukum. b. Landasan filosofis Landasan filosofis dalam kerangka berfikir sistem EI dibangun berdasarkan pada dalil-dalil al-Quran dan Hadits yang secara filosofis dapat dikontekstualisasikan dengan kajian ekonomi. Landasan filosofis ini untuk memperlengkap sistem ekonomi Islam yang dibangun pada pola pikir landasan idea. Kita juga dapat mengambil contoh study kasus dalam hal ibadah. Ketika kita melakukan suatu kegiatan ekonomi, semisal dalam hal jual beli. Jika kita sebagai seorang pedagang, tentunya kita ingin mendapatkan suatu keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal itu merupakan ciri kerangka ekonomi konvesional. Tetapi, jika seorang itu berkerangka fikir ekonomi Islam, tentunya pola pikirnya berbeda dengan yang di atas. Namun akan dirubah pemikirannya dengan mengambil keuntungan yang sewajarnya tanpa merugikan kedua belah pihak. Maka hal inilah yang menjadi sebuah nilai ibadah dalam menjalankan kegiatan ekonomi.
c. Landasan aplikatif Landasan aplikatif merupakan bangunan sistem ekonomi Islam yang positif ditekankan pada teori-teori disiplin ilmu ekonomi dan tatanan perilaku ekonomi modern yang sesuai dengan Islam. Landasan ini tidak lagi menyebutkan dalil-dalil al-Quran, Hadits, atau fiqh, tetapi sistem ekonomi Islam ini sudah masuk dalam praktek kehidupan nyata. Praktek itu berupa nilai-nilai akhlak, moral, atau etika Islam dalam disiplin ilmu yang positif. Contoh study kasus sederhana mengenai landasan ini misalnya, seorang pedagang buah yang menjual dagangannya tentunya akan berlaku jujur mengenai kualitas buah yang dijualnya. Apakah buah itu masih segar atau tidak. Melihat kasus itu, maka muncullah disini nilai akhlak yang ditonjolkan oleh pedagang itu. Namun dalam kenyataannya, belum tentu pedagang bisa mempraktekkan hal seperti itu, karena sebagian mereka masih ada yang mengutamakan keuntungan yang sebesar-besarnya. Melihat dari penjelasan yang panjang di atas, kita dapat mengambil beberapa pelajaran yang sangat penting dan perlu diperhatikan secara komprehensif. Pertama, sistem ekonomi Islam lebih mengedepankan kemaslahatan bersama yang didasarkan pada dalil al-Quran dan Hadits. Kedua, kerangka fikir ekonomi Islam yang tidak hanya mencakup tentang kegiatan perekonomian konvensional tetapi di dalamnya terdapat ajaran pokok agama mengenai aqidah, syariah, dan akhlak yang memperkokoh bangunan sistem ekonomi Islam. Ketiga, jika sistem ini dijalankan dengan sebenar-benarnya sesuai kaidah sistem ekonomi Islam, bukan tidak mungkin akan menjadi suatu sistem ekonomi yang tangguh dalam menghadapi perekonomian global yang semakin berkembang dan berubah-ubah tanpa bisa diduga. Wallahualam bissowab. Referensi : Dahlan, Ahmad.2010. Pengantar Ekonomi Islam. Purwokerto: Fajar Media Press.