Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PENCEGAHAN PENCEMARAN

PENCEMARAN PADA INDUSTRI SAWIT

oleh
Arbhy Indera Ikhwansyah 1007113576 Kalas A

JURUSAN SARJANA TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan segala rahmat dan hidayah-Nya serta kesehatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan tugas makalah Pencegahan Pencemaran tentang Pencemaran Pada Industri Sawit ini tepat pada waktunya. Penulis Mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing

Pencegahan Pencemaran serta semua pihak yang telah memberikan saran dan arahan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan,mengingat refrensi yang didapat tidak terlalu banyak. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.

Pekanbaru, Oktober 2011

Arbhy Indera I

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. DAFTAR ISI ........................................................................................ BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1.1.Latar Belakang .................................................................... 1.2.Rumusan Masalah ............................................................... 1.3.Tujuan Penulisan ................................................................. BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 2.1.Proses Pengolahan CPO dan Limbahnya ........................... 2.1.1.Stasiun Penerimaan TBS ........................................... 2.1.2.Stasiun Rebusan (Sterilizer Station) ........................... 2.1.3.Stasiun Penebahan (Thresing Station) ....................... 2.1.4.Stasiun Pembakaran Janjangan Kosong (Incenerator Station) ..................................... 2.1.5.Stasiun Pengempaan (Pressing Station) .................... 2.1.6.Stasiun Pemurnian (Clarification Station) ................... 2.1.7.Stasiun Pengolahan Biji (Karnel Station) .................... 2.2.Jenis dan Potensi Limbah Industri Sawit ............................. 2.3.Karakteristik Limbah Industri Sawit ...................................... BAB III KESIMPULAN .......................................................................... DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

i ii 1 1 2 2 3 3 3 4 5

6 6 7 10 14 17 20 21

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Minyak sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO) merupakan komoditas

andalan penghasil devisa bagi Indonesia dari sektor industri agro. Indonesia memagang peranan penting dalam penguasaan pasar CPO dunia dimana sekitar 80% minyak kelapa sawit yang beredar dipasaran dunia dihasilkan oleh Indonesia dan Malaysia. Selain itu dinyatakan juga bahwa kontribusi minyak sawit terhadap ekspor nasional mencapai 6%, sehingga menbuat komoditas ini menjadi nomor dari produksi Indonesia. Sejak tahun 2005 minyak sawit telah minjadi minyak makan terbesar di dunia. Konsumsi minyak sawit dunia mencapai 26% dari total konsumsi minyak makan dunia. Pasokan CPO untuk produksi dalam negeri juga meningkat menjadi 12,8 juta ton pada tahun 2005, bila dibandingkan dengan tahun 2004 yang hanya mencapai 12,5 juta ton. Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel telah mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari Crude Palm Oil (CPO). Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensi menghasilkan minyak sekitar 7 ton / hektar bila dibandingkan dengan kedelai yang hanya 3 ton / hektar. Indonesia memiliki potensi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang sangat besar karena memiliki cadangan lahan yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja, dan kesesuaian agroklimat. Luas perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2007 sekitar 6,8 juta hektar (Ditjen Perkebunan, 2008 dalam Hariyadi, 2009) yang terdiri dari sekitar 60% diusahakan oleh perkebunan besar dan sisanya sekitar 40% diusahakan oleh perkebunan rakyat (Soetrisno, 2008). Luas perkebunan kelapa sawit diprediksi akan meningkat menjadi 10 juta hektar pada 5 tahun mendatang. Mengingat pengembangan kelapa sawit tidak hanya dikembangkan di wilayah Indonesia bagian barat saja, tetapi telah menjangkau wilayah Indonesia bagian timur. Dengan bertambahnya produksi CPO berarti akan bertambah pula jumlah limbah yang dihasilkan. Baik limbah cair, limbah padat, maupun gas.

Limbah yang dihasilkan PKS termasuk kategori limbah berat dengan kuantitas yang tinggi dan kandungan kontamina mencapai hingga 20.000-60.000 mg/l untuk BOD (biochemical oxygen demand) dan 40.000-120.000 mg/l untik COD (chemocal oxygen demand). Kadar air 95%, padatan terlarut/tersuspensi 4,5%, serta sisa minyak dan lemak emulsi 0,5-1% (Buku panduaan Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Kelapa Sawit Di Indonesia). 1.2. Rumusan Masalah Pengembangan perkebunan kelapa sawit memiliki dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yang ditimbulkan antara lain adalah meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan penerimaan devisa negara, memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan produktivitas, dan daya saing, serta memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri. Selain dampak positif ternyata juga memberikan dampak negatif. Secara ekologis sistem monokultur pada perkebunan kelapa sawit telah merubah ekosistem hutan, hilangnya keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan hujan tropis, serta plsama nutfah, sejumlah spesies tumbuhan dan hewan. Selain itu juga mengakibatkan hilangnya sejumlah sumber air, sehingga memicu kekeringan, peningkatan suhu, dan gas rumah kaca yang mendorong terjadinya bencana alam. Secara sosial juga sering menimbulkan terjadinya konflik antara perusahaan dengan masyarakat sekitar baik yang disebabkan oleh konflik kepemilikan lahan atau karena limbah yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit. Limbah yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit merupakan salah satu bencana yang mengintip, jika pengelolaan limbah tidak dilakukan secara baik dan profesional, mengingat industri kelapa sawit merupakan industri yang sarat dengan residu hasil pengolahan. Namun dalam makalah ini akan dititik beratkan mengenai limbah-limbah apa saja yang berasal dari industri CPO dan berasal dari proses apa limbah tersebut serta jumlah kandungannya. 1.3. Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah pencegahan Pencemaran tentang limbah yang berasal dari industri CPO dan besaral dari proses apa limbah tersebut.

BAB II PEMBAHASAN

2.1.

Proses Pegnolahan CPO dan Limbahnya Bahan baku yang digunakan dalam proses ini adalah tandan buah segas

(TBS). Minyak kelapa sawit (Palm Oil) berasal dari serabut kelapa sawit, sedangkan minyak inti sawit (Palm Kernet Oil) berasal dari inti buah kelapa sawit. CPO atau minyak sawit mentah didapat dari hasil pengepresan serabut (fiber) kelapa sawit.Untuk mendapatkan minyak kelapa sawit yang berkualitas baik, diperlukan proses panjang dan kontrol yang cermat. Mulai dari pengangkutan tandan buah segar (TBS) dari kebun ke pabrik sampai dihasilkan minyak sawit dan hasil sampingan lain. Secara garis besar, Proses Pengolahan Kelapa sawit melalui tahap tahap: 1. Stasiun Penerimaan TBS (fruit Reception Station) 2. Stasiun Perebusan (Sterilizer Station) 3. Stasiun Penebahan (Threshing Station) 4. Stasiun Pembakaran Jajangan Kosong (Incenerator Station) 5. Stasiun Pengepressan (Pressing Station) 6. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station) 7. Stasiun Pengolahan Biji (Kernel Station)

2.1.1. Stasiun Penerimaan TBS Sebelum TBS sampai ke stasiun penerimaan buah. Buah terlebih dahulu dipanen di kebun sawit. Dari proses pemanenan, limbah yang ada berupa pelepah pohon sawit yang ikut dipotong sebelum mengambil buah. Pelepah ini biasanya disusun disuatu tempat dan kemudian dibiarkan membusuk. Ini merupakan limbah padat yang berasal dari perkebunan. Namun karena dibiarkan membusuk, hal ini berpotensi menimbulkan emisi gas CO2 yang berasal dari proses pembusukan. Sedangkan stasiun penerimaan buah berfungsi sebagai tempat

penerimaan TBS dari kebun. Kualitas minyak kelapa sawit yang baik adalah dihasilkan dari kualitas yang baik. Stasiun penerimaan buah adalah stasiun

pertama yang paling menentukan hasil pabrik. Bila operasi di stasiun penerimaan buah sudah tidak baik, maka tujuan dan tugas pabrik dapat dinyatakan gagal. Pada stasiun ini terdapat beberapa peralatan, yaitu: 1. Jembatan Timbang (Weight Bridge) Jembatan Timbang (Weight Bridge) berfungsi untuk menimbang berapa banyak TBS yang masuk ke dalam pabrik. Selain itu, jembatan timbang juga berfungsi untuk Menimbang minyak kelapa sawit dan kernel yang dipasarkan. 2. Loading Ramp Loading ramp adalah tempat penerimaan buah di dalam pabrik yang salah satu fungsingnya adalah untuk mengurangi kadar kotoran TBS, seperti pasir, batu, kelopak buah, dan lain-lain. Kesemuanya itu merupakan limbah padat yang dihasilkan pada tahap loading ramp ini.. 3. Alat Penarik (Capstan) Fungsi capstan adalah untuk menarik lori keluar dan masuk sterilizer. 4. Lori Buah (Fruit Cages) Dari loading ramp, TBS diisikan kedalam lori lori yang terbuat dari besi plat dan mempunyai lubang lubang kecil yang berfungsi untuk meratakan distribusi steam dan pengeluaran air kondensat. 5. Jaringan Rail (Rail Track) Rail Track adalah sebagai fasilitator untuk pergerakan lori dari dank e loading ramp, transfer carriage dan rebusan. Lori berisi TBS ditarik kedalam sterilizer untuk diteruskan kepengolahan berikutnya. 6. Transfer Carriage System Fungsi transfer carriage system adalah : a. Memindahkan lori berisi TBS ke jalur rebusan b. Memindahkan lori kosong ke jalur loading ramp

2.1.2. Stasiun Rebusan (Sterilizer Station) Lori yang telah berisi TBS dimasukkan kedalam sterilizer untuk proses perebusan. Sterilizer merupakan bejana tekan yang menggunakan uap dengan tekanan sekitar 3.5 kg/cm2 dan dilengkapi dengan pintu (depan dan belakang).

Proses perebusan adalah menggunakan panas uap untuk merebus TBS dengan cara perpindahan panas, yaitu : 1. Perpindahan secara konveksi, yaitu dari uap ke fruitlet 2. Perpindahan secara konduksi, yaitu panas masuk ke dalam kernel dan lapisan dalam buah Pada stasiun ini, buah serta lorinya direbus dalam tempat rebusan dengan mengalirkan / menekankan uap panas selama 60 menit ke dalam tempat rebusan. Suhu uap yang digunakan adalah 125 0C dan tekanan dalam ruang sterilisasi 2,5 atmosfir. Adapun tujuan perebusan TBS : Menonaktifkan enzym-enzym (lipase) yang dapat menyebabkan

kenaikan ALB (asam lemak bebas), karena enzym lipase non aktif pada suhu 45 derajat celcius Memudahkan proses pelepasan fruitlet (brondolan) dari janjang Mengkondisikan daging buah, sehingga sel minyak dapat terlepas untuk diekstraksi di stasiun press dan dimurnikan di stasiun klarifikasi. Mengurangi kadar air pada biji, sehingga memudahkan pemecahan dan menaikkan efisiensi pemecahan Untuk memudahkan terlepasnya inti dari cangkangnya. Untuk mengkoagulasikan protein sehingga proses pemurnian minyak lebih mudah. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses perebusan ini adalah sebaiknya perebusan jangan terlalu lama dan jangan terlalu cepat. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan minyak. Sebaliknya, perebusan yang terlalu cepat menyebabkan semakin banyak buah yang tidak lepas dari tandannya.

2.1.3.

Stasiun Penebahan (Threshing Station)

Stasiun penebahan merupakan stasiun setelah proses perebusan. Stasiun ini berfungsi untuk melepaskan/ mengeluarkan/ memisahkan buah dari tandan atau janjangan. Lori yang berisikan TBS masak dituangkan ke dalam automatic feeder. Automatic feeder (pengumpan otomatis) adalah alat yang berfungsi untuk mengatur pemasukan buah yang akan ditebahkan ke dalam thresher. Di

thresher terjadi pemisahan brondolan dengan janjangan kosong. Janjangan kosong akan masuk pada horizontal Empty Bunch Conveyor, sedangkan brondolan jatuh melalui kisi kisi thresher dan masuk ke Conveyor janjangan. Below Thresher, yang kemudian diteruskan ke fruit elevator untuk dinaikkan ke Top Cross Conveyor dan kemudian masuk ke Disgester. Janjangan kosong pada proses ini merupakan limbah padat, namun dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler untuk menghasilkan uap atau sebagai pupuk.

2.1.4.

Station Pembakaran Janjangan Kosong (Incenerator Station)

Tandan buah kosong yang sudah tidak mengandung buah diangkut oleh horizontal Empty Bunch Conveyor ke tempat pembakaran (incinerator) sampai menjadi abu yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap yang digunakan dalam proses sterilisasi. Sisa pembakaran berupa abu yang mengandung 30% K2O, yang digunakan untuk pemupukan Kalium di kebun. Sebagian tandan kosong digunakan sebagai bahan mulsa. Incenerator dilengkapi dengan : Pintu masuk janjangan kosong Cerobong asap Celah celah pada bagian bawahnya Pintu tempat pengeluaran abu, tempat masuknya udara untuk

memperlancar pembakaran.

2.1.5 Stasiun Pengempaan (Pressing Station) Berondolan yang terpisah dari janjangan (tandan) selanjutnya akan di proses pada stasiun pengempaan (Press Station). Tujuan utama proses pengempaan adalah untuk mengeluarkan minyak dari buah. Press station terdiri dari beberapa unit peralatan, yaitu: 1. Fruit Elevator dan Distributing Conveyor Alat ini berfungsi untuk membawa buah yang telah dipipil atau ditebas menuju ketel aduk atau digester guna mempersiapkan proses pelumatan buah.

2. Digester (Ketel Aduk) Fungsi Digester : Melepaskan sel - sel minyak dari daging buah dengan cara mencabik dan mengaduknya Memisahkan daging buah dengan nut dan brondolan/fruitlet sebelum diumpan ke press. Mempertahankan temperatur massa campuran fruitlet agar tetap pada suhu 90 - 95 derajat celcius , untuk dapat menghasilkan pengutipan minyak yang efektif pada proses pengepresan. Hal hal yang perlu diperhatikan pada digester : Pelumatan (peremasan) buah harus baik, maksudnya daging buah dengan sempurna terlepas dari bijinya Temperatur digester harus tetap dijaga yaitu antara 90 100oC Pisau pisau pengaduk harus pada kondisi baik, jika aus segera diganti. 3. Screw Press Fungsi alat pengempa (Screw Press) adalah untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah (mesocarp) dan biji (nut). Proses pengempaan bertujuan untuk membantu mengeluarkan minyak dan melarutkan sisa-sisa minyak yang terdapat di dalam ampas. Proses pengempaan Menghomogenkan massa

dilakukan dengan melakukan penekanan dan pemerasan pulp yang dicampur dengan air yang bersuhu 95o C. Prinsip kerja screw press adalah menekan bahan lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar sehingga minyak akan keluar lewat lubang lubang tabung. Minyak dari screw press ditampung oil gutter dan dialirkan ke sand trap tank sedangkan ampas press di umpan ke Cake Breaker Conveyor (CBC) untuk diproses lebih lanjut. Pada proses ini terdapat limbah padat berupa ampas atau serat dan biji dari berondolan sawit. Ampas nantinya akan digunakan sebagai bahan bakar boiler guna menghasilkan uap panas dan biji akan diproses lebih lanjut lagi.

2.1.6 Stasiun Pemurnian (Clarification Station) Cairan yang dihasilkan dari stasiun pengempaan pada awalnya ditampung pada crude oil gutter (talang minyak). Selanjutnya minyak akan dikirim ke

stasiun pemurnian. Stasiun ini merupakan stasiun terpenting di dalam usaha memperkecil kehilangan minyak (oil losses). Peralatan utama yang digunakan : 1. Sand Trap Tank Minyak yang berasal dari screw press ditampung dalam oil gutter. Selanjutnya minyak tersebut dialirkan ke sand trap tank untuk mengendapkan pasir pasir yang terikut secara gravitasi. Minyak yang telah terpisah dengan pasir selanjutnya akan dialirkan ke ayakan getar (vibration screen). Pasir-pasir yang terikut merupakan pengotor minyak atau limbah padat yang terdapat pada proses ini. 2. Vibrating Screen Minyak kasar dari sand trap tank dipompakan ke vibrating screen untuk memisahkan kotoran yang bukan padatan/non oil solid (NOS) yang masih terbawa oleh minyak dimana kotoran dikembalikan ke digester sedangkan minyak ditampung pada crude oil tank. Fraksi yang dipisahkan dalam ayakan getar ini dan juga merupakan limbah atau pengotor dari CPO adalah : 3. Pasir dan tanah yang berasal dari panenan Serat atau ampas yang terikut dalam minyak Crude Oil Tank Alat ini berfungsi untuk mengendapkan partikel partikel yang tidak larut dan lolos dari ayakan getar (vibrating screen). Di dalamnya terjadi proses pemanasan dengan menggunakan coil pemanas yang bertujuan untuk memprtahankan suhu pada 90o C. 4. Clarifier Tank Minyak yang berada di lapisan atas crude oil tank dipompakan ke clarifier tank setelah melalui distributing tank untuk proses sentrifusi. Prinsip dari proses pemurnian minyak di tangki pemisah (clarifier tank) adalah melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak kasar dapat terpisah dari air. Tangki ini berupa dua ruangan bersekat untuk memisahkan minyak pada bagian atas tangki dan sludge di bagian bawah tangki. Minyak yang mengalir dari atas dipompakan oleh skimmer menuju wet oil tank sedangkan bagian bawah dipompakan menuju sludge tank.

5.

Wet Oil Tank WO Tank merupakan tempat penampungan minyak yang berasal dari

clarifier tank yang untuk selanjutnya akan dipompakan pada oil purifier. 6. Sludge Tank Sludge tank berfungsi sebagai penampung sludge dari clarifier yang masih mengandung minyak sekitar 7 9 %. 7. Sand Cyclone Alat ini berfungsi untuk mengurangi jumlah pasir dan padatan yang mungkin masih terdapat pada minyak yang berasal dari sludge tank. Alat ini terbuat dari logam yang dapat memisahkan lumpur/ pasir secara grafitasi dan ditempatkan pada pipa aliran antara sludge tank dengan sand tank yang kemudian dialirkan menuju buffer tank. 8. Buffer Tank Buffer tank berfungsi untuk menampung minyak yang berasal dari sludge tank untuk diteruskan ke decanter. Letaknya disamping Hot Water Tank yaitu wadah yang berisikan air panas yang diperlukan untuk menambah kebutuhan air pengenceran disamping air kondensat, dan untuk pencucian decanter dan purifier. 9. Decanter Decanter merupakan peralatan untuk menjernihkan minyak dari buffer tank, dimana crude oil dipisah menjadi solid, light phase (oil), dan heavy phase (sludge). Solid akan jatuh pada decanter solid conveyer dan diangkut keluar pabrik untuk dijadikan pupuk. Minyak yang terdapat pada sludge dipompakan ke crude oil tank melalui oil recovery tank. Light phase (oil) dialirkan ke wet oil tank menuju oil purifier untuk dimurnikan dari Lumpur yang masih ada. 10. Oil Purifier Berfungsi untuk memisahkan minyak dengan air dan kotoran kotoran halus yang masih ada di dalam minyak. 11. Vacuum Dryer Minyak yang terpisah oleh tekanan dari oil purifier akan naik ke vacuum dryer untuk dikeringkan kandungan airnya dengan system pengapan hampa.

Pemisahan air dari minyak dalam vacuum dryer dipengaruhi oleh suhu minyak, kehampaan udara dan interaksi suhu minyak dengan kehampaan. 12. Strorage Tank Storage tank merupakan tangki penimbunan minyak sementara sebelum dikirim ke konsumen. Tangki ini dilengkapi dengan alat pemanas dimana agar kondisi minyak tetap berkualitas baik. 13. Collecting Tank Colleting tank berfungsi untuk menampung minyak yang over flow dari semua tangki. Alat ini terletak di lantai bawah sehingga mudah menampung minyak yang berlebih tersebut. 14. Fat Pit Di dalam fat pit ini dilakukan pengutipan minyak untuk mengurangi banyaknya minyak yang hilang pada buangan akhir. Minyak hasil kutipan ini dikumpulkan di recovery tank.

2.1.7. Station Pengolahan Biji (Kernel Station) Pada stasiun ini biji yang tidak dipakai untuk mendapatkan minyak akan diolah sehingga dapat menjadi barang produksi. Peralatan yang digunakan dalam stasiun pengolahan biji ini : 1. Cake Breaker Conveyor (CBC) CBC berfungsi sebagai pemecah cake yang bergumpal dari pressan, sehingga serat dan biji dapat dipisahkan. 2. Depericarper Depericarper berfungsi untuk memisahkan ampas dan biji yang telah terurai pada CBC, dimana terjadi pemisahan fraksi ringan dan fraksi berat. Fraksi ringan akan keluar melalui bagian atas menuju shell hopper untuk dijadikan bahan bakar boiler. Fraksi berat diolah dengan Polishing Drum. Pada depericarper ampas buah yang masih mengandung serabut dan biji diaduk dan dipanaskan sampai keduanya terpisah. Selanjutnya dilakukan pemisahan

secara pneumatis. Serabut selanjutnya dibawa ke boiler, sedangkan biji disalurkan ke dalam nut cleaning atau polishing drum. Tujuannya adalah agar biji bersih dan seragam.

3. Polishing Drum Polishing Drum berfungsi menghilangkan serat serat yang asih melekat pada biji yang dapat mengganggu jalannya proses pemecahan biji pada Nut Creaker. 4. Secondary Depericarper Serat yang telah dipisahkan dari biji pada polishing drum akan diteruskan ke secondary depericarter, sehingga biji akan jatuh ke ripple mill. 5. Ripple Mill Ripple Mill berfungsi untuk memecahkan biji. Pada Ripple Mill, biji akan dipecah menjadi kernel (inti) dan cangkang (shell). 6. Shell Winower Shell Winower berfungsi untuk memisahkan cangkang dari kernel. 7. Hydrocyclone Hydrocyclone berfungsi untuk mengutip kernel dari cracked mixture terutama broken kernel. 8. Kernel Drying (pengering inti) Kernel drying berfungsi untuk menurunkan kandungan air dengan menghembuskan udara panas dan keluar dari lubang lubang yang sudah ada, sehingga pengeringan inti setiap lapisan terjadi dengan baik. 9. Bunker Kernel Bunker kernel berfungsi untuk penyimpanan kernel produksi sebelum dipasarkan atau dikirim pada proses lebih lanjut.

Untuk melihat limbah padat ataupun cairan pada proses industri CPO secara lengkap dengan menggunakan bagan aliran proses adalah dibawah ini :

Perkebunan

Fresh Fruit Bunches

Weight Bridge Loading Ramp

Limbah padat berupa pelepah

Limbah gas berupa CO2 dari pembusukan pelepah

Sterilizer Thresher Digester


Janjangan Kosong

Bak Penampungan

Biji - Ampas

Screw Press

Crude Oil Sand Trap Tank Pasir Pasir yang masih terbawa

Serabut

Depericarper
Nut Polishing Drum

Vibrating Screen Serat yang terikut

Ripple Mill LTDS


Minyak + Sludge Kernel Separating Drum

CO Tank Clarifier Tank


Minyak

Pertikel kecil yang masih lolos

Sludge Tank Sand Cyclone

Oil Tank Oil Purifier Float Tank Vacuum Dryer Strorage Tank
Air dan limbah cair lainnya Air dan kotoran halus dalam minyak Pasir, lumpur atau padatan lain

Hidrocyclone Kernel Dryer Buffer Tank Bunker Kernel Decanter

Boiler
Solid Bak Penampung Oil

CPO Despat

Recycle Tank Sludge Pit


Efluent Treatment

Gambar 1: Proses Industri Sawit dan Jenis Limbahnya Berdasarkan Tahapan Proses.

2.2 Jenis dan Potensi Limbah Industri Sawit Jenis limbah industri sawit pada generasi pertama adalah limbah limbah padat yang terdiri dari tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair terjadi pada in house keeping. Limbah padat dan limbah cair pada generasi berikutnya dapat di lihat pada Gambar 3. Pada gambar tersebut terlihat bahwa limbah yang terjadi pada generasi pertama dapat dimanfaatkan dan terjadi limbah berikutnya. Pada Gambar 4 dan Tabel 1 terlihat potensi limbah yang dapet dimanfaatkan sehingga memiliki nilai ekonomi yang tidak sedikit. Salah satunya adalah potensi limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara yang mampu menggantikan pupuk sentesis.

Limbah padat tandan kosong merupakan limbah padat yang jumlahnya cukup besar yaitu sekitar 6 juta ton yang tercatat pada tahun 2004, namun pemanfaatanya masih terbatas. Limbah tersebut selama ini dibakar dan sebagian ditebarkan dolapangan sebagai mulsa. Presentase tankos terhadap TBS sekitar 20% dan setiap ton tankos menganding unsur hara N, P, K dan Mg yang berturut-turut setara dengan 3 Kg Urea; 0,6 Kg CIRP; 12 Kg MOP; dan 2 Kg Kieserit. Dengan demikian dari satu unit PKS kapasitas 30 ton TBS/jam atau 600 ton TBS/hari akan menghasilkan pupuk N, P, K, dan Mg berturut-turut adalah 360 Kg Urea; 72 Kg CIRP; 1.440 Kg MOP; dan 240 Kg Kieserit (Lubis dan Tobing, 1989). Potensi dan pemanfaatan limbah PKS sebagai hara dalam suatu areal tertentu dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini :

Sedangkan limbah padat seperti cangkang dan serat sebesar 1,73 juta ton dan 3,74 jut ton. Dari hasil perhitungan untuk setiap hektar tanaman memberikan gambaran dan informasi untuk menentukan kelayakan daur ulang limbah sawit sebagai pupuk tanaman. Pada Tabel 3 dibawah ini disajikan potensi limbah padat sawit sebagai hara.

Satu hektar sawit menghasilkan pelepah daun dengan bobot kering 14,47 ton sekali dalam 30 tahun (peremajaan) dan sekitar 10,40 ton pangkasan setahun. Produksi TBS setahun sekitar 20,08 ton dengan bobot kering 10,59 ton dan tandan kosong 22% dari jumlah TBS yaitu 4,42 ton dengan bobot kering 1,55 ton.

2.3 Karakteristik Limbah Industri Sawit Hampir seluruh air buangan PKS mengandung bahan organik yang dapat mengalami degradasi. Oleh karenanya dalam pengolahan limbh perlu diketahui karakteristik limbah tersebut, antara lain yaitu : Dari Balance Sheet ekstraksi minyak kelapa sawit diketahui bahwa jumlah air limbah yang dihasilkan dari 1 ton CPO yang diproduksi adalah 2,50 ton, disajikan pada Tabel 4

Efisiensi pabrik sawit dapat ditingkatkan dengan pemakaian Decanter yang hanya menghasilkan limbah cair sekitar 0,3-0,4 ton untuk setiap 1 ton TBS yang diolah, sehungga limbah cair yang dihasilkan dapt ditekan hanya 24 ton/jam atau 1,667 m3 per 1 ton CPO yang dihasilkan. Limbah cair yang dihasilkan dari seluruh proses pruduksi minyak sawit diperkirakan maksimal sekitar 60% dari seluruh tandan buah segar yang diolah. Berdasrkan hasil penelitian terhadap beberapa PKS milik PTP (dianggap mewakili PKS pada umumnya) oleh Bank Dunia diketahui bahwa kualitas limbah cair (inlet) yang dihasilkan berpotensi mencemari badan air penerima limbah adalah seperti yang disajikan pada Tabel 5

Kandungan hara spesifik dari limbah sawit scara keseluruhan dpat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini

Kandungan hara dalam abu pembakaran tandan kosong dan serat serta cangkang dapat dilihat pada Tabel 7 dibawah ini

BAB III KESIMPULAN

Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel telah mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari Crude Palm Oil (CPO). Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensi menghasilkan minyak sekitar 7 ton / hektar bila dibandingkan dengan kedelai yang hanya 3 ton / hektar. Dengan bertambahnya produksi CPO berarti akan bertambah pula jumlah limbah yang dihasilkan. Baik limbah cair, limbah padat, maupun gas. Limbah yang dihasilkan PKS termasuk kategori limbah berat dengan kuantitas yang tinggi dan kandungan kontamina mencapai hingga 20.000-60.000 mg/l untuk BOD (biochemical oxygen demand) dan 40.000-120.000 mg/l untik COD (chemocal oxygen demand). Kadar air 95%, padatan terlarut/tersuspensi 4,5%, serta sisa minyak dan lemak emulsi 0,5-1% (Buku panduaan Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Kelapa Sawit Di Indonesia). Secara ekologis sistem monokultur pada perkebunan kelapa sawit telah merubah ekosistem hutan, hilangnya keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan hujan tropis, serta plsama nutfah, sejumlah spesies tumbuhan dan hewan. Selain itu juga mengakibatkan hilangnya sejumlah sumber air, sehingga memicu kekeringan, peningkatan suhu, dan gas rumah kaca yang mendorong terjadinya bencana alam. Secara sosial juga sering menimbulkan terjadinya konflik antara perusahaan dengan masyarakat sekitar baik yang disebabkan oleh konflik kepemilikan lahan atau karena limbah yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit. Limbah yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit merupakan salah satu bencana yang mengintip, jika pengelolaan limbah tidak dilakukan secara baik dan profesional, mengingat industri kelapa sawit merupakan industri yang sarat dengan residu hasil pengolahan.

DAFTAR PUSTAKA

Bapedal. 1995. Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No. 51/KepMenLH/-10/1995. Jakarta. Lampiran B.IV Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Statistik Kelapa Sawit 2005.

Departemen Pertanian Subdit Pengolahan Lingkungan Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP, Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Pengolahan Limbah Industri Kelapa Sawit. Jakarta:Departemen Pertanian Indriyati. 2008. Potensi Limbah Industri Kelapa Sawit Di Indonesia. Jakarta : M.Tek.Ling Vol. 4, ISSN : 016.7735

Anda mungkin juga menyukai