BAD 23 KESEHATAN I. PENDAHULUAN Sebagaimana ditetapkan di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara untuk (GBHN), memperbaiki maka dalam Repelita rakyat IV akan makin dalam ditingkatkan pelayanan kesehatan sebagai salah satu usaha kesejahteraan sekaligus rangka usaha pembinaan, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya manusia. Arah berikut: 1. Dalam kecerdasan perbaikan mengembangkan masyarakat, masyarakat terpencil, dan yang rangka mutu mempertinggi gizi suatu perlu taraf kesehatan dan dan kebijaksanaan selanjutnya dari pembangunan
rakyat,
kesehatan
Peningkatan kesehatan dilakukan dengan partisipasi aktif diarahkan terutama berpenghasilan pemukiman rendah, baru
maupun di kota. Perhatian khusus diberikan kepada daerah daerah termasuk daerah transmigrasi dan daerah perbatasan. 2. Perbaikan kesehatan rakyat dilakukan melalui upaya
pencegahan dan penyembuhan dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada rakyat. Pembangunan kesehatan ditujukan kepada peningkatan penyakit rakyat, pemberantasan penyakit peningkatan keadaan menular dan rakyat, gizi
peningkatan pengadaan air minum, peningkatan kebersihan dan kesehatan lingkungan, perlindungan rakyat terhadap
bahaya
narkotika syarat,
dan
obat hidup
yang sehat
tidak yang
serta
kesehatan
masyarakat
memasyarakatkan
sedini mungkin sejak anak-anak, dan sebagainya. 3. Dalam kepada rangka rakyat dan lebih akan serta mendekatkan dilanjutkan sakit, kemampuan pelayanan dan kesehatan kesehatan tenaga-
ditingkatkan
pembangunan masyarakat
pusat-pusat
rumahrumah
penyediaan
tenaga medis dan paramedis dan penyediaan obat-obatan yang makin merata dan terjangkau oleh rakyat banyak. Sesuai dengan arah dan kebijaksanaan yang ditetapkan dalam GBHN tersebut, pengembangan Sistem Kesehatan Nasional akan dilaksanakan secara bertahap dan akan disesuaikan dengan perkembangan upaya penyempurnaan perangkat peraturan perun dang-undangan, kemampuan tenaga data organisasi serta kemampuan teknologi yang ada. Tujuan umum dari pengembangan Sistem Kesehatan Nasional ialah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang memadai (optimal) sebagai salah satu unsur kesejahteraan rakyat, serta sekaligus sebagai sumber daya manusia yang sangat penting dalam kegiatan pembangunan. Dalam Repelita IV pengembangan sistem kesehatan
nasional akan lebih diarahkan untuk memberikan penunjangan pada bidang-bidang lain seperti pendidikan di dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, keluarga berencana, serta bidangbidang lain, agar secara bersama dan serasi menunjang terciptanya kerangka landasan yang makin kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang terus pada tahaptahap pembangunan berikutnya, sebagaimana diamanatkan oleh
GBHN.
II. KEADAAN DAN MASALAH Dalam mengalami mengukur Repelita perbaikan. derajat III derajat kesehatan lain rakyat penting adalah telah untuk angka
Petunjuk
(indikator) antara
kesehatan
kematian kasar, angka kematian bayi dan anak balita, umur harapan hidup waktu lahir, status gizi dan angka kesakitan sesaat. Angka kematian umum atau kematian kasar pada periode 1971-1980 adalah 12,5 per 1.000 penduduk. Angka tersebut se-lama pada suatu Repelita 1983. III telah menurun dari 13,5 per 1.000 antar dari penduduk pada tahun 1978 menjadi 11,7 per 1.000 penduduk tahun Angka kematian ini berbeda-beda separuh daerah dengan daerah lain. Hampir
kematian terjadi pada bayi dan anak di bawah lima tahun (balita). Hal ini menandakan bahwa derajat kesehatan bayi dan anak besar. Angka kematian bayi pada periode 1971-1980 adalah 100 per 1.000 kelahiran hidup. Angka tersebut diperkirakan telah dapat ditekan dari 103,8 pada tahun 1978 menjadi 90,3 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1983. Angka kematian balita (1 - 4 tahun) pada tahun 1980 adalah 19,6 per 1.000 anak balita. Angka kematian tadi diperkirakan telah menurun dari 20,9 pada tahun 1978 menjadi 17,8 per 1.000 anak balita pada tahun 1983. Penyakit utama penyebab kematian umum adalah radang saluran nafas bagian bawah, diare, penyakit yang berkaitan dengan jantung dan peredaran darah (kardiovaskuler) dan tuberkulosa paru (TBC). Lebih dari 70% sebab kematian bayi yang utama adalah diare, radang saluran nafas bagian bawah balita pada umumnya memerlukan perhatian lebih
dan kejang tetanus pada bayi (tetanus neonatorum). Lebih dari 80%
dari sebab-sebab kematian bayi tersebut sebenarnya dapat dihindarkan efektif. Menurunnya angka kematian telah meningkatkan umur dengan usaha-usaha pencegahan yang lebih
harapan hidup. Dalam Repelita III umur harapan hidup waktu lahir untuk laki-laki adalah 54,5 tahun sedang untuk wanita 57,2 tahun. Angka-angka ini lebih tinggi pada penduduk kota daripada harapan penduduk hidup desa. Bila dibandingkan sebelumnya, dengan umur pada periode dalam periode
Repelita III telah terjadi peningkatan umur harapan hidup waktu lahir, yaitu dari 52 tahun pada akhir Repelita II menjadi 56 tahun pada akhir Repelita III. Tingginya kaitannya persediaan kekurangan Dalam berbagai angka kematian keadaan kalori bayi dan dan status protein masih anak balita erat telah
dengan
atau
gizi.
Meskipun
penduduk cukup
melampaui kebutuhan, jumlah anak-anak balita yang menderita protein (KKP) 30% tinggi. dan 3% Repelita III sekitar anak dan balita protein menderita
kurang
kalori
diantaranya tingkat berat. Inpres 4.353 buah buah Bantuan pada Pembangunan Repelita Dengan Sarana II Kesehatan 5.353 pada dalam buah akhir
Repelita III telah mampu meningkatkan jumlah Puskesmas dari akhir menjadi Puskesmas dan 13.636 buah Puskesmas Pembantu serta 2.479 Puskesmas Keliling. demikian Repelita III telah tersedia satu Puskesmas untuk sekitar 30.000 penduduk dan satu Puskesmas Pembantu untuk sekitar 11.800 penduduk. Dalam Repelita III sejumlah 128 Puskesmas telah ditingkatkan fungsinya dengan menambah tempat perawatan untuk
pertolongan kesehatan
pertama.
Peningkatan
jangkauan sarana
pelayanan komunikasi,
telah
dilaksanakan
melalui
seperti radio-
team
medis
keliling,
penggunaan medis
ter-bang di beberapa daerah, dan lain-lain. Sistem rujukan ditingkatkan antara khususnya rujukan Rumah timbal-balik Puskesmas dan Sakit
horizontal maupun vertikal, terutama di kota-kota besar. Dalam usaha peningkatan status gizi masyarakat telah dilakukan kegiatan-kegiatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK), pencegahan dan dan penanggulangan anemia gondok endemik, Sampai pencegahan penanggulangan gizi besi.
akhir Repelita III UPGK telah mencakup sekitar 36.500 desa di 2.186 kecamatan pada 240 kabupaten di 27 propinsi. Dalam Repelita II UPGK baru mencakup 688 kecamatan, 176 kabupaten dan 25 propinsi. Pencegahan penggunaan telah dan penanggulangan beryodium pada sekitar dalam 5,1 gondok endemik III dengan telah Dalam
garam
Repelita juta
dilakukan di 25 propinsi dan penyuntikan larutan zat yodium diberikan penduduk. Repelita II jumlah garam beryodium masih terbatas dan baru dilakukan di beberapa propinsi yang angka kesakitan gondok endemiknya tinggi, sedang untuk lipiodol baru mencapai 1 juta penduduk. Untuk penanggulangan dan pencegahan kekurangan vitamin A pada anak-anak diberikan balita, kepada kapsul umur vitamin 1 5 A dosis tahun tinggi melalui telah anak
Puskesmas, paket UPGK dan distribusi khusus sebanyak 10,3 juta. Dalam Repelita II, jumlah anak balita yang memperoleh vitamin A dosis tinggi baru mencapai 2 juta. Bila dalam Repelita II penanggulangan anemia gizi besi belum diambil dapat perhatian, maka yang dalam lebih Repelita nyata. III telah ini langkah-langkah Untuk hal
telah diberi-
kan tablet zat besi kepada sekitar 1,7 juta ibu hamil. Di samping itu untuk mencegah timbulnya krisis pangan, selama Repelita III telah mulai dikembangkan sistem kewaspa-daan pangan dan gizi di daerah-daerah panduan di Nusa Tenggara Barat dan Jawa Tengah. Pada buah. akhir Repelita III rasio terdapat tempat 1.246 tidur rumah dan sakit
pemerintah dan swasta dengan jumlah tempat tidur 103.505 Dengan demikian, penduduk mencapai 1 per 1.500. Bila dibandingkan dengan keadaan pada akhir Repelita II, jumlah rumah sakit pemerintah dan swasta telah bertambah sebanyak 70 buah. Jumlah tempat tidur rumah sakit umum yang dikelola oleh swasta adalah 23% dan pemerintah 77%. Dari jumlah ini yang dikelola Departemen Kesehatan dan pemerintah Daerah adalah sebesar 49%. Dengan Puskesmas pelayanan makin dan Rumah kesehatan meningkatnya Sakit, telah dalam jumlah Repelita baik maupun III bila fungsi
jangkauan dibanding
bertambah
dengan keadaan se-lama Repelita II. Jumlah Repelita tenaga III telah kesehatan, meningkat. khususnya Setiap dokter tahunnya dalam telah
dihasilkan sekitar 1.500 dokter dan 5.500 tenaga paramedis, sedangkan dalam Repelita II rata-rata setiap tahunnya baru dihasilkan sekitar 850 dokter dan 11.200 tenaga paramedis. Menurunnya angka produksi tenaga paramedis pada Repelita III disebabkan adanya penyederhanaan kategori tenaga dan peningkatan mutu lulusan. Dari jumlah dokter dan paramedis yang dihasilkan tersebut dalam Repelita III, rata-rata 950 dokter dan 2.070 paramedis setiap tahunnya telah ditempatkan ke Puskesmas di daerah-
daerah. pada
Dengan
demikian
jumlah III
dokter pada
yang
di
akhir
telah
meningkat akhir
keadaan
Repelita telah
demikian
seluruh
Puskesmas
dipimpin
Untuk lebih meningkatkan jangkauan pelayanan Puskesmas telah dibina peranserta masyarakat melalui pendekatan pembangunan 27 1.360 kesehatan masyarakat 88 desa (PKMD) 323 yang merupakan dan desa kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) di propinsi, desa. meliputi yaitu kabupaten, PKMD kecamatan dilatih kesehatan Dengan pendekatan telah tenaga
sukarela kader
20.400
promotor
(prokesa) dan 172.000 kader gizi. Di samping itu sejumlah menunjang misalnya guru pengembangan usaha pelaksanaan sekolah kesehatan, seperti kesehatan
(UKS) sebanyak 96.000 dan dukun bayi sebanyak 70.000 telah dilatih pula melalui program kesejahteraan ibu dan anak. Meningkatnya dinilai per hari jangkauan pelayanan antara lain dapat
dari meningkatnya kunjungan rata-rata per hari ke baru mencapai lebih dari 50 orang pada akhir
Puskesmas. Bila pada akhir Repelita II kunjungan rata-rata Repelita III meningkat menjadi 75 - 90 orang. Pelayanan kesejahteraan ibu dan anak melalui Puskesmas telah menjangkau bayi sekitar 42%, ibu hamil sekitar 49% dan anak balita 10,8%. Sedang pada akhir Repelita II jangkauan tersebut masing-masing baru mencapai 17 - 21%, 19 - 21% dan 5 - 6%. Pelayanan kesehatan melalui Puskesmas termasuk sebagai juga bagian pe ningkatan pelayanan program keluarga berencana dan integral dari kependudukan
keluarga berencana. Pada akhir Repelita III telah dibangun 20 Rumah Sakit
ba-
ru di Daerah Tingkat II. Di samping itu di Timor Timur dibangun 2 RS di Daerah Tingkat II dan 1 buah RS di Daerah Tingkat I. Begitu pula dilaksanakan pengembangan sebanyak 227 RSU dan III pembangunan sakit terdapat 13 Rumah Dengan Rumah Sakit Sakit baru sebagai akhir dan pengganti Repelita rumah lama. 1.246 demikian pada
pemerintah
swasta dengan kapasitas tempat tidur Rumah Sakit meningkat sebanyak 31.461 buah atau meningkat sebesar 43,7% selama lima tahun terakhir. Di samping itu telah ditingkatkan pula fungsi rumah sakit antara lain dengan menempatkan 178 dokter ahli di 133 Rumah Sakit kelas C, yaitu rumah sakit dengan 4 tenaga dokter ahli sesuai dengan yang direncanakan. Upaya pemberantasan penyakit menular dalam Repelita III mencakup kegiatan imunisasi (terhadap difteri, tetanus, pertusis, poliomyelitis, campak dan tuberkulosa), pemberantasan penyakit-penyakit malaria, diare, demam berdarah, tuberkulosa, patek, penyakit kelamin, kusta, kaki gajah (filariasis), gila anjing, demam keong (sistosomiasis) kegiatan-kegiatan pengamanan kesehatan perpindahan penduduk dan jemaah haji, serta isolasi penderita penyakit menular. Terhadap penyakit malaria, dalam Repelita III telah dilakukan pemeriksaan 32,4 juta sediaan darah, pengobatan 32,5 juta penderita tersangka, penyemprotan dengan DDT 12,9 juta rumah dan tindakan anti larva 8.148 hektar. Sampai akhir Repelita II upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria baru terbatas pada penyemprotan 20.400 buah rumah. Dengan kegiatan dalam Repelita III tersebut maka penderita malaria Repelita telah II menurun 1 dari per 2 per 1.000 penduduk untuk dalam daerah menjadi 1.000 penduduk
Bali, sedangkan untuk daerah prioritas luar Jawa dan Bali te lah terjadi penurunan dari 7 per 1.000 penduduk dalam Repelita II menjadi 4-6 per 1.000 penduduk dalam Repelita III. Seperti halnya pada Repelita II, dalam Repelita III penyakit patek (framboesia) sudah tidak berarti lagi kecuali di beberapa daerah tertentu di luar Jawa dan Bali. Mengenai tersangka penanggulangan penyakit penderita. penyakit diare/kolera, Di diare samping pada telah itu 513 dilakukan
pemeriksaan dan pengobatan sejumlah 2,1 juta penderita dan ditingkatkan kecamatan dan
pengembangan 329 Puskesmas menjadi Pusat Rehidrasi. Dalam Repelita II upaya pencegahan dan pengobatan baru dilakukan terhadap penderita kolera. Dengan kegiatan dalam Repelita tersebut maka angka kematian kolera menurun dari 5,14% pada Repelita II menjadi 2,8% pada Repelita III. Sedang terhadap 850.000 untuk TBC orang Dalam paru dan telah II dilakukan upaya pengobatan pada baru
91.000 orang.
pemeriksaan
bakteriologi pengobatan
Repelita
menjangkau 57.000 penderita. Dengan kegiatan dalam Repelita III tersebut maka angka penyakit TBC paru telah menurun dari 3 per 1.000 penduduk dalam Repelita II menjadi 2,5 per 1.000 penduduk dalam Repelita III. Upaya pemberantasan penyakit demam berdarah, dilakukan melalui pembersihan sarang nyamuk pada 329.000 rumah, pemberian obat pembunuh jentik nyamuk (abatisasi) pada 4,3 juta rumah, penanggulangan focus sejumlah 2.708 dan penyelidikan epidemiologi pada sejumlah 1.440 lokasi. Dengan upaya tersebut angka kematian penyakit demam berdarah dapat diturunkan
dari 4,8% pada Repelita II menjadi kurang lebih 4% pada Repelita III. Untuk menular, meningkatkan telah dilakukan usaha pemberantasan pemberian penyakit kekebalan
kegiatan
(imunisasi) untuk mencegah penyakit tuberkulosa, difteri, batuk rejan (pertusis), kejang tetanus pada bayi, campak dan poliomyelitis. Dalam Repelita III, telah di imunisasi 3,6 juta anak dengan DPT (difteri, pertusis, tetanus), dan sebanyak 2,7 juta ibu hamil dengan suntikan anti tetanus (TFT). Dalam Repelita II kegiatan imunisasi baru mulai dilaksanakan. Dalam rangka peningkatan kesehatan lingkungan telah ditingkatkan penyediaan sarana air bersih baik di pedesaan maupun perkotaan. Kapasitas produksi air bersih di kotakota seluruh Indonesia pedesaan sampai telah dengan akhir Repelita Inpres III dan diperkirakan sebesar 75 liter per detik di 173 kota. Untuk daerah-daerah dibangun melalui non Inpres sebanyak 300.776 sumur pompa, 26.943 penampungan air hujan, 2.629 perlindungan mata air, 749 perpipaan, 303 sumur artisis dan 18.515 sumur gali. Dengan demikian dalam Repelita III diperkirakan 32% penduduk pedesaan telah terjangkau penyediaan air bersih, dibandingkan dengan hanya 12% dalam Repelita II. Pada akhir Repelita yang III 25% penduduk syarat pedesaan kesehatan
menggunakan
jamban
memenuhi
(saniter). Prosentase penduduk kota yang menggunakan jamban saniter adalah lebih besar daripada penduduk desa. Sebagai upaya untuk mendorong penggunaan jamban saniter, melalui Inpres Sarana Kesehatan dalam Repelita III telah dibangun 900.000 jamban keluarga.
Di samping itu dalam Repelita III telah ditingkatkan pula usaha-usaha pembuangan sampah di kota-kota, pengawasan keber-
sihan
di
umum, serangga
pembuangan dan
air
makanan
minuman,
pengawasan
(pestisida)
Repelita obat
III, telah
dan
ditingkatkan. Pemerintah
seluruh
(98%) yang
telah
kemampuan yang
memproduksi
esensial
diperlukan
obat
berkisar 5% dari nilai seluruh obat yang beredar. Disamping produksi Obat dapat obat esensial, Nasional dengan pada efisiensi Puskesmas rasionalisasi penggunaan obat dilaksanakan penerapan Daftar Esensial Sakit. Agar distribusi obat ke Puskesmas dan Rumah Sakit dilakukan teratur, telah dilakukan pemantapan sistem distribusi dan membangun gudang farmasi di beberapa Kabupaten. Dalam mulai penting alam Repelita seperti dapat III, industri bahan bahan baku baku obat obat yang telah cukup
dikembangkan.
Beberapa
paracetamol, diproduksi di
etambutol, dalam
salicylamid, Meskipun
kanamisin, trimetroprim dan bahan-bahan yang berasal dari telah negeri. demikian 95% kebutuhan bahan baku obat masih diimpor. Dengan adanya peningkatan produksi dan peredaran obat (termasuk obat tradisional), alat kesehatan dan kosmetika serta makanan dan minuman, maka dalam Repelita III dan ditingkatkan memenuhi kegiatan pembinaan, pengendalian pula
pengawasan agar produk-produk yang beredar bermutu baik dan persyaratan standar. Demikian pengawasan terhadap produksi, peredar-
119
an dan penggunaan narkotika, psikotropika dan minuman keras telah semakin diperketat. Dalam se-lama rangka Repelita menunjang III program pembangunan 224 kesehatan penelitian
telah
dilakukan
meliputi 31 buah di bidang pelayanan kesehatan, 101 buah di bidang penyakit, 30 buah di bidang gizi, 30 buah di bidang farmasi, 20 buah di bidang lingkungan hidup dan 12 buah di bidang manajemen kesehatan. Dibandingkan dengan Repelita II jumlah yang penelitian telah telah meningkat hampir 2 kali lipat. seperti Dalam Repelita III telah diselesaikan berbagai penelitian digunakan Sistem untuk menunjang kegiatan penyusunan penyusunan Kesehatan program Nasional, Puskesmas, perencanaan, imunisasi,
kebijaksanaan
gizi, kesehatan lingkungan, diare dan lain-lain. Dalam rangka meningkatkan jumlah, jenis dan mutu tenaga kesehatan dalam Repelita III, telah dilakukan peningkatan pembangunan dan rehabilitasi sarana pendidikan di beberapa daerah meliputi sekolah tenaga paramedis, termasuk 10 buah sekolah tenaga sanitasi dan 3 buah sekolah tenaga gizi. Dalam hubungan ini telah dihasilkan sebanyak 13.532 tenaga Perawat tenaga ahli, Kesehatan gizi dan dari (PK), 1.237 tenaga sanitasi Dalam dan 188 III berbagai tenaga tingkatan. Repelita
telah dihasilkan 6.494 tenaga dokter diantaranya 750 dokter 20.102 paramedis, serta telah diangkat sekitar 5.100 dokter dan sekitar 15.000 paramedis. Di bidang penyempurnaan efisiensi aparatur pemerintahan dalam Repelita III telah lebih ditingkatkan kegiatan pengawasan dan pengendalian secara menyeluruh baik intern maupun ekstern. Koordinasi antara perangkat yang ada ditingkatkan melalui Ditingpenetapan tata cara pengawasan yang seragam.
katkan pula penyempurnaan organisasi dan ketatalaksanaan, peningkatan daerah. kemampuan pula perencanaan dihasilkan dan penilaian jangka serta panjang peningkatan prasarana fisik lainnya baik di pusat maupun di Telah rencana kesehatan sampai tahun 2.000. Masalah-masalah pokok di bidang kesehatan dalam
Repelita III, yang diperkirakan masih akan dihadapi dalam Repelita IV, dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Masalah Kependudukan, Lingkungan Sosial Budaya dan Peranserta Masyarakat. Besarnya distribusinya masyarakat. jumlah sangat Pada penduduk Indonesia pada III serta jumlah susunan kesehatan penduduk
berpengaruh Repelita
derajat
akhir
diperkirakan sebesar 159.000.000. Penduduk berusia kurang dari 1 tahun adalah 2,5 persen, jumlah anak usia 1 - 4 tahun adalah 12 persen, sedang usia muda di bawah 15 tahun merupakan 40,82% penduduk. Dengan demikian susunan penduduk Indonesia sebagian besar merupakan penduduk berusia muda. Susunan penduduk yang demikian ini berpengaruh terhadap berbagai permasalahan dari upaya kesehatan. Di samping itu derajat kesehatan dipengaruhi pula oleh kepadatan penduduk yang sangat bervariasi bagi berbagai daerah di Indonesia. Hal ini erat pula kaitannya dengan masalah urbanisasi. Kecenderungan pada urbanisasi berakibat lingkungan, meningkatnya kepadatan kejiwaan pada
penduduk di beberapa wilayah perkotaan, yang berpengaruh kesehatan gangguan masyarakat (psikososial) dan memudahkan penularan penyakit. Tingkat yang ketat pendidikan serta yang masih nilai rendah, dan adat istiadat akan
sistem
kepercayaan
masih rendah,
merupakan faktor yang menghambat upaya menggerakkan potensi masyarakat untuk berperanserta dalam pembangunan kesehatan. Terbatasnya tingkat pendidikan dan kurangnya ketrampilan dasar yang dimiliki kaum wanita, terutama di pedesaan, berpengaruh terhadap kurangnya kesadaran akan manfaat pemeliharaan kesehatan, khususnya yang menyangkut kesehatan ibu dan anak. Di samping itu dengan meningkatnya pembangunan, makin banyak wanita dan ibu yang mencari nafkah di luar rumah. Bagi golongan wanita atau ibu yang tidak mampu dan kurang pendidikan, keadaan ini dapat menimbulkan masalah kesehatan ibu, anak dan keluarga. Masalah lingkungan sosial lainnya yang dirasakan masih merupakan hambatan bagi peningkatan pembangunan kesehatan adalah masih kurangnya peranserta masyarakat mengenai kewajiban dan tanggung jawabnya dalam bidang kesehatan. Di samping dalam itu kerjasama antara kesehatan Pemerintah masih dan perlu sektor swasta pelayanan ditingkatkan
keserasiannya. 2. Masalah Lingkungan Fisik dan Biologik. Masih tingginya angka kesakitan penyakit-penyakit
menular di Indonesia, antara lain sangat dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan lingkungan biologik. Misalnya penyakit infeksi karena air bakteri, bersih, virus, saran parasit, umumnya air tumbuh limbah, lain tidak subur pada iklim tropik yang lembab dan kotor. Terbatasnya penyediaan kurangnya tersebut. pembuangan perumahan kebersihan Di samping lingkungan itu perilaku dan
sebagainya merupakan pendorong timbulnya berbagai penyakit membuang sampah pada tempatnya, minum air yang tidak
dimasak, kebiasaan makan yang tidak memenuhi persyaratan gizi dan lain-lain, mempermudah terjadinya penularan penyakit. Makin dalam dapat buangan berbahaya banyaknya bahan-bahan pupuk pencemaran yang dapat kimia dan yang dipergunakan hama, di terutama
pertanian,
seperti
obat
pembunuh
pedesaan. Demikian pula pencemaran lingkungan oleh bahan bahan-bahan dan meningkatkan keracunan
kerugian kesehatan lainnya. 3. Masalah Gangguan Terhadap Status Kesehatan. Mengingat keadaan lingkungan seperti yang telah
dikemukakan, berbagai gangguan kesehatan dalam masyarakat masih banyak dijumpai seperti penyakit menular, gangguan gizi dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang merupakan sebab kematian umum adalah infeksi saluran nafas, diare, gangguan jantung saluran dan pembuluh darah serta tuberkulosa. dan Penyakitakibat penyakit utama yang menghinggapi bayi adalah diare, infeksi nafas, kejang tetanus penyakit kelahiran. Berbagai penyakit menular masih terdapat di Indonesia seperti infeksi saluran nafas, kolera, diare, malaria dan tuberkulosa. Penyakit-penyakit lain yang masih cukup tinggi angka kesakitannya adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti demam berdarah dan kaki gajah (filariasis). Begitu pula penyakit-penyakit kejang tetanus, batuk rejan, polio dan campak masih banyak terdapat di Indonesia. Berbagai gangguan gizi terdapat di Indonesia, antara lain kurang kalori protein (KKP), kekurangan vitamin A, anemia gizi dan penyakit gondok endemik. Dalam Repelita III diperkirakan 30% anak balita menderita berbagai tingkat KKP dan 3% diantaranya KKP berat. Kekurangan vitamin A terdapat pada 16,4
per 1.000 anak balita. Anemia gizi terdapat masing-masing pada 70% wanita hamil, 40% anak balita, 70% anak berumur 6 14 tahun di dan 40% pekerja kasar. Gondok mencapai zat endemik 50%. yodium yang dan terdapat daerah-daerah upaya tertentu Dengan
meningkatnya endemik
penyuntikan relatif
larutan mulai
yodisasi garam selama Repelita III, jumlah penderita gondok diperkirakan berkurang dibanding dengan keadaan dalam Repelita II. Penyakit-penyakit penyakit kelainan yang cenderung meningkat dan adalah neurosa,
jiwa
seperti
psikosa
demikian pula penyakit gigi dan mulut serta penyakit yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah. 4.Masalah Pelayanan Kesehatan. Cakupan pelayanan kesehatan terutama di bidang upaya kesehatan ibu dan anak serta imunisasi masih perlu ditingkatkan. Sarana kesehatan perlu lebih dimanfaatkan dan berbagai kegiatan pokok pelayanan kesehatan Puskesmas perlu diselenggarakan dan belum secara lebih terpadu. oleh Upaya kesehatan baik Puskesmas pada umumnya masih berorientasi pada pengobatan didukung medis kecil terhadap sepenuhnya tenaga dan upaya rujukan, rujukan kesehatan industri konsekuensi maupun ru-jukan kerja industri yang tinggi kesehatan. di bidang rumah masih jenis Pelayanan pertanian, belum diyang
tangga
dikembangkan. Perkembangan teknologi pelayanan medis dengan pembiayaan cenderung pelayanan terapkan oleh banyak rumah sakit. Hal ini perlu diatur agar menghindarkan sama meningkat. 5.Masalah Tenaga Kesehatan. terjadinya duplikasi di suatu wilayah yang mengakibatkan biaya cenderung
Masalah mema-
pokok
dalam
bidang
ketenagaan
adalah
kurang
dainya jumlah dan mutu tenaga kesehatan dibandingkan dengan luas, yang kompleks perlu serta diatasi beraneka dan ragamnya masalah kesehatan semakin meningkatnya
tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan. Dalam bidang pendidikan dan latihan, hambatan pokok yang dihadapi terutama adalah belum mantapnya pola pendidikan dan latihan yang terarah, menyeluruh dan terperinci serta kurang jelasnya sistem nilai peserta didik. Di samping itu sistem informasi tenaga kesehatan belum memadai, kerjasama antar pendidikan dan latihan serta pengelola tenaga belum serasi. Hal ini sering mengakibatkan keterlambatan pengangkatan dan penempatan lulusan. 6.Masalah Penyediaan Obat. Obat sebagai salah satu unsur penting dalam pelaksanaan upaya kesehatan belum sepenuhnya terjangkau oleh masyarakat luas. harus Meskipun di impor. perlu pula dan dengan hampir seluruh obat obat agar dan jadi masih dan perlu telah belum obat dapat mantap dapat diproduksi di dalam negeri, sebagian besar bahan baku masih Pengelolaan lebih sehingga dilakukan Demikian distribusi ditingkatkan pengendalian penggunaan penyediaan pengawasan
dengan prasarana maupun sarana yang lebih memadai. Sebagian besar obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat, pada umumnya ilmiah. 7. Masalah Efisiensi, Ketatalaksanaan dan Sarana Penunjang lainnya. Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan dirasakan bahwa kepastian khasiatnya belum dibuktikan secara
berbagai program penunjang masih dapat lebih ditingkatkan, khususnya perencanaan Masalah usaha-usaha terutama penilaian, dan dan peningkatan sistem pengawasan penilaian efisiensi dan dan ketatalaksanaan informasi kesehatan,
sarana hukum serta penelitian dan pengembangan kesehatan. perencanaan dari terutama tatalaksana sistem manajemen kesehatan, metode
prosedur perencanaan dan penilaian terutama program yang bersifat lintas sektoral dan antar daerah. Di bidang pengawasan dan pengendalian, masalah utama adalah koordinasi dan kerjasama pengawasan, di samping pengembangan tolok ukur program dan pemanfaatan umpan balik pengawasan. Kemampuan mengelola data dan informasi masih perlu ditingkatkan disamping jenis data dan informasi perlu lebih disesuaikan dengan kebutuhan. Di produk upaya perlu bidang hukum lebih hukum, yang masih banyak upaya kesehatan yang
masih memerlukan landasan hukum di samping masih terdapat perlu disesuaikan dan atas dasar dengan perkembangan kesehatan program, kesehatan. Penelitian pengembangan kebutuhan
dilaksanakan
sedangkan hasil penelitian perlu lebih dimanfaatkan secara optimal. III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH Pembangunan ditujukan berikut: 1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan mengatasi sendiri masalah kesehatan sederhana terutama melalui upaya peningkatan pencegahan dan penyembuhan. kearah kesehatan dalam Repelita IV pokok terutama sebagai
tercapainya
tujuan-tujuan
Kemampuan ini didukung oleh peningkatan upaya kesehatan terutama untuk ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita. 2. Peningkatan sanitasi dikembangkan kesehatan yang oleh lingkungan terutama rangka penyediaan dan perbaikan
dasar
dimanfaatkan, dalam
dipelihara
masyarakat
mutu lingkungan hidup. 3. Peningkatan status gizi masyarakat dengan cara mencegah dan menanggulangi masalah gizi terutama bagi ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita. 4. Pengurangan kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit yang banyak di derita rakyat terutama penyakit menular, diare, infeksi akut saluran nafas, penyakit yang dapat dicegah serta dari dengan penyakit bahan imunisasi, yang berbahaya frambusia malaria dan tuberkulosa, pengaruh sehingga lagi. Peningkatan Untuk diakibatkan bagi dan demam karena keong
buruk tidak
masalah
kegiatan pengadaan
peningkatan
terjangkau oleh masyarakat. Penurunan ber tingkat makna, kesuburan (fertilitas) penduduk secara
melalui
peningkatan
pelayanan
keluarga
berencana. Peningkatan pendidikan dan latihan serta pengelolaan tenaga kesehatan dan masyarakat pekarya agar dapat tersedia dan dan didayayang gunakannya tenaga paramedis, terutama perawat kesehatan tenaga disamping bidan dokter, dapat menunjang peningkatan upaya kesehatan.
Untuk tercapainya tujuan-tujuan pokok Repelita IV, pembangunan kesehatan akan diselenggarakan melalui lima karya kesehatan Husada dengan yang disebut karya Panca yang Karya saling Husada. berkait Panca antara Karya satu karyasebagai merupakan
karya dari pembangunan nasional lainnya dalam suatu sistem kesehatan berikut : 1.Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan; Pengembangan tenaga kesehatan; 2.Pengendalian, pengadaan dan pengawasan obat, makanan dan bahan berbahaya bagi kesehatan; 3.Perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan lingkungan; Peningkatan dan pemantapan manajemen dan hukum. Panca Karya Husada diselenggarakan atas pola kebijaksanaan pelaksanaan sebagai berikut : 1. Peningkatan dan Pemantapan Upaya Kesehatan. Upaya berdasarkan masyarakat, kesehatan. a. Upaya kesehatan upaya masyarakat menyeluruh dimantapkan dan melalui yang kesehatan suatu peranserta dilaksanakan atau pola dan masyarakat dan dikembangkan kesehatan upaya rujukan Karya
bentuk
upaya
terpadu
pemulihan. Fungsi Puskesmas akan semakin ditingkatkan sebagai pusat pembangunan kesehatan yang mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada rakyat. b. Dalam melaksanakan dan mengembangkan upaya kesehatan ma-
syarakat diutamakan peningkatan kesejahteraan ibu dan anak serta penanggulangan penyakit dan gangguan kesehatan yang banyak di derita rakyat. Dalam upaya ini peranserta masyarakat khususnya para ibu dan generasi muda adalah sangat penting. c. Masyarakat dalam termasuk swasta mempunyai peranan penting
penyelenggaraan
upaya
kesehatan.
Pembinaan
diutamakan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri dan berpartisipasi serta berswasembada di bidang kesehatan masyarakat. Pembinaan yang merupakan kegiatan penyuluhan kesehatan ini dilakukan melalui pendekatan pembangunan kesehatan
masyarakat desa (PKMD) yang pada hakekatnya merupakan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi yang dikenal sebagai pendekatan edukatif dan diselenggarakan terutama melalui Puskesmas. d. Rujukan upaya kesehatan yang dapat bersifat vertikal atau horizontal serta timbal balik akan ditingkatkan melalui: 1) Rujukan kesehatan sebagai rujukan yang terutama berkaitan dengan upaya peningkatan dan pencegahan mencakup bantuan sarana dan bantuan operasional. Rujukan medis sebagai rujukan pelayanan yang terutama
meliputi upaya penyembuhan dan pemulihan serta memberikan pada rumah sakit suatu fungsi utama untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi penderita. e. Kesehatan kerja ditingkatkan secara bertahap melalui
2. Pengembangan Tenaga Kesehatan. a. Pengembangan tenaga kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat seluruh paramedis termasuk penyediaan pemanfaatan akan upaya dan diarahkan kesehatan penyediaan tenaga tenaga dan agar lebih menunjang medis dan serta tenaga perawat pembantu meningkatkan kesehatan paramedis). tenaga
Khusus bagi daerah transmigrasi akan diperhatikan tenaga dokter maupun kesehatan lainnya. Pendidikan dan latihan tenaga kesehatan akan ditingkatkan dengan berpedoman pada konsep yang lebih terarah dan menyeluruh pelayanan latihan untuk bagi sejauh untuk mungkin dapat yang memenuhi kebutuhan dan masyarakat. Kegiatan pendidikan
diarahkan
menjamin menunjang
periakal, perirasa dan perilaku tenaga-tenaga kesehatan berdasarkan berlanjut tenaga nilai-nilai bagi tenaga kesehatan. Pendidikan dan latihan secara berjenjang dan kesehatan pendidikan agar dikembangkan. Penyebarluasan ditingkatkan
kesehatan
sepenuhnya
menunjang pemerataan upaya kesehatan. b. Pembinaan kesehatan tenaga berdasarkan dan sistem karier dan serta
prestasi kerja ditingkatkan, terutama bagi tenaga masyarakat tenaga paramedis tenaga klinik spesialis. Kemampuan aparat pengelola tenaga kesehatan di berbagai tingkat satuan kerja akan lebih ditingkatkan.
3.
Pengendalian, Pengadaan dan Pengawasan Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya bagi Kesehatan. a. Pengendalian, pengadaan dan pengawasan obat serta alat kesehatan, makanan dan bahan berbahaya bagi manusia akan lebih ditingkatkan untuk kesehatan
mendukung peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan secara berhasilguna dan berdayaguna. Di samping itu ditingkatkan pula upaya untuk melindungi masyarakat dari penggunaan obat, alat kesehatan, makanan dan kosmetika yang tidak memenuhi persyaratan mutu. Pengendalian dan pengawasan terhadap narkotika,
psikotropika dan minuman keras serta bahan berbahaya bagi kesehatan dilaksanakan secara ketat dan tepat demi kesehatan, keselamatan dan keamanan rakyat. b. Untuk mencukupi kebutuhan obat dan alat kesehatan dilakukan dengan pembinaan dan pengendalian masyarakat. pengelolaan terjangkau yang Produksi yang oleh tepat dan makin untuk mengarahkan agar jenis dan jumlahnya sesuai kebutuhan obat, dengan sehingga nyata distribusi ditingkatkan berhasilguna khususnya obat esensial masyarakat
luas. Untuk itu produksi bahan baku obat esensial akan ditingkatkan. 4. Perbaikan Gizi dan Kesehatan Lingkungan. a. gondok pangan oleh Perbaikan endemik yang daya gizi diharapkan gizi untuk dan mengatasi
masalah gizi utama yaitu KKP, kekurangan vitamin A, dan anemia secara dilaksanakan terjangkau upaya secara bertahap, diserasikan dengan upaya pengadaan bergizi beli merata Dalam dan masyarakat. rangka
kemampuan
manajemen,
pengembangan
dan
perluasan
jangkauan program gizi perlu ditingkatkan. b. Dalam peningkatan kesehatan lingkungan, diutamakan upaya untuk meningkatkan dan Untuk kemampuan hal ini manajemen, program dilakukan mengembangkan kesehatan lingkungan, serta meluaskan jangkauan
lingkungan. pengawasan
pembangunan fisik sarana air bersih dan penyehatan kualitas dan pengendalian dan swadaya pencemaran lingkungan. Pembagian tugas dan wewenang kerjasama lintas sektoral masyarakat akan lebih ditingkatkan. 5. Peningkatan dan Pemantapan Manajemen dan Hukum. a. Dalam peningkatan manajemen kesehatan, akan diteruskan kemampuan pengawasan, Kemampuan atau langkah-langkah perencanaan, pengendalian, perencanaan perlu untuk meningkatkan pelaksanaan, serta penggerakan
penilaian lebih
pengelolaan administrasi keuangan dan perlengkapan. ditingkatkan, yang melekat, terutama yang berkaitan dengan perencanaan wilayah daerah. Pengawasan dan fungsional lebih penting sekali akan dikembangkan.
Kedudukan, tugas dan pengaturan masingmasing unit organisasi dari tingkat kecamatan sampai ke tingkat pusat perlu jelas dan mantap. Integrasi dan keserasian berbagai kegiatan pokok Puskesmas perlu berjalan lancar. Koordinasi lintas sektoral akan lebih dikembangkan sedangkan koordinasi dari berbagai upaya kesehatan diharapkan pada akhir Repelita IV telah berjalan dengan lancar. Di samping itu pengaturan hukum di
bidang ke-
sehatan diarahkan untuk memantapkan kepastian hukum sehingga memberikan kejelasan dan kepastian tentang peran, hak, wewenang, Dalam kewajiban ini dan tanggungjawab upaya peraturan berbagai kesehatan. pihak dalam hubungan yang menyelenggarakan berbagai menyangkut
perundangundangan
penyelenggaraan
upaya kesehatan perlu disempurnakan. b. Sistem informasi kesehatan pusat dan daerah dalam Repelita menunjang diutamakan manajemen IV perlu tenaga dikembangkan, kesehatan. pola seluruh bagi terutama itu yang perlu peningkatan upaya kesehatan masyarakat dan Disamping sistem jajaran pengembangan kesehatan informasi aparatur
pengembangan
bidang kesehatan yang dilaksanakan secara bertahap. Penelitian dan pengembangan kesehatan dalam Repelita IV berorientasi pada kebutuhan program. Diutamakan kepada penelitian dan pengembangan yang mendukung peningkatan upaya kesehatan Puskesmas dan rujukannya, pengembangan tenaga kesehatan dan manajemen upaya kesehatan. Kemampuan penelitian dan pengembangan kesehatan di wilayah/daerah perlu ditingkatkan secara bertahap dengan memanfaatkan potensi yang ada di wilayah/daerah tersebut. Sasaran-sasaran pokok Repelita IV di bidang kesehatan (antara lain termuat pada Tabel 23 - 1) pada dasarnya merupakan suatu pentahapan dari tujuan dan sasaran rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan. Sasaran-sasaran utama tersebut adalah sebagai berikut :
TABEL 23 1 TINGKAT KEMATIAN DAN HARAPAN HIDUP PADA AKHIR REPELITA II, REPELITA III DAN REPELITA IV Akhir Repelita II (1978) (1) 1. Tingkat Kematian Kasar 2. Tingkat Kematian Bayi 3. Tingkat Kematian Anak Balita 4. Harapan Hidup Ratarata Akhir Repelita III (1983) (2) Akhir Repelita IV (3)
13,5
11,7
10,1
103,0
90,3
70,0
20,9
17,8
14,0
52
56
59
GRAFIK 23 - 1 TINGKAT KEMATIAN DAN HARAPAN HIDUP PADA AKHIR REPELITA II, REPELITA III DAN REPELITA IV
1. Angka
kematian
kasar per
yang
pada
akhir
II
diperkirakan 1.000
13,5 dan
1.000
penduduk, menjadi
akhir 1000
Repelita III diperkirakan telah turun menjadi 11,7 per penduduk diharapkan 10,1 penduduk pada akhir Repelita IV. 2. Umur tahun, 56 harapan dan hidup waktu lahir yang III pada akhir 1983) akan 59
Repelita II (tahun 1978) diperkirakan baru sekitar 53 pada pada akhir akhir lagi Repelita IV (tahun diperkirakan telah meningkat sekurang-kurangnya menjadi tahun; Repelita menjadi diperkirakan dapat tahun. 3. Angka kematian bayi yang pada tahun 1978 diperkirakan 103,0 per 1.000 kelahiran hidup dan diperkirakan menurun menjadi sekitar 90,3 per 1.000 kelahiran hidup pada akhir Repelita III akan menjadi setinggi-tingginya 70 per 1.000 kelahiran hidup. Kematian anak balita (1 4 tahun) yang pada tahun 1978 diperkirakan sebesar 20,9 per 1.000 anak balita diperkirakan telah turun menjadi 17,8 per 1.000 anak balita pada akhir Repelita III dan diharapkan menja-di 14,0 per 1.000 anak balita pada akhir Repelita IV. Bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2.500 gram yang pada akhir Repelita III masih sekitar 14% diperkirakan akan menurun setinggi-tingginya menjadi 12% pada akhir Repelita IV. Penderita kurang kalori dan protein A (KKP) pada anak balita berkurang turun dari dari 30% 1,6% darah menjadi 22%. Angka kesakitan karena kekurangan vitamin (xerophthalmia) pada anak balita 1,2%; menjadi setinggi-tingginya kekurangan meningkat sekurang-kurangnya
(anemi gizi) pada ibu hamil turun dari 70% menjadi 40%, dan penderita gon-
dok di daerah endemik berkurang dengan 50% dari keadaan aural Repelita IV. 5. Menurunnya angka kesakitan dan angka kematian berbagai penyakit menular diperkirakan sebagai berikut : angka kesakitan penduduk diare pada menurun akhir dari sekitar III 400 per 1.000 Repelita menjadi setinggi-
tingginya 350 per 1.000 penduduk pada akhir Repelita IV. Daerah dengan kejadian malaria yang tinggi di Jawa dan Bali akan berkurang dari 82 kecamatan pada akhir Repelita III menjadi 37 kecamatan pada akhir Repelita IV. Di daerah prioritas luar Jawa dan Bali angka kesakitan malaria menurun dari sekitar 10% pada tahun 1980 menjadi 5% pada akhir Repelita IV. Sedangkan untuk daerah luar Jawa dan Bali lainnya menurun sekitar 20% menjadi sekitar 17% pada akhir Repelita IV. Angka kesakitan tuberkulosa paru (TBC) pada akhir Repelita III sekitar 2,5 per 2 1.000 per penduduk, akan diturunkan pada akhir menjadi sekitar 1.000 penduduk
Repelita IV. Angka kematian karena kejang tetanus pada bayi (tetanus
neonatorum) yang pada akhir Repelita III sekitar 11 per 1.000 kelahiran hidup menurun menjadi di bawah 5 per 1.000 kelahiran hidup pada akhir Repelita IV. Angka penderita kelainan jiwa (psikosa) dapat dicegah peningkatannya dan tetap 1 - 3 per 1.000 penduduk. Angka penderita (neurosa) dengan dan gangguan gangguan jiwa yang relatif dapat ringan dicegah perilaku
peningkatannya sehingga tetap 20-80 per 1.000 penduduk. 6. Angka umur pencakupan imunisasi untuk anak-anak di bawah
14 bulan yang pada akhir Repelita III sekitar 40% meningkat menjadi sekitar 65% pada akhir Repelita IV. 10. Angka pencakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih yang pada akhir Repelita III sekitar 40% akan ditingkatkan menjadi sekurang-kurangnya 55% pada akhir Repelita IV. 11. Angka pencakupan penyediaan air bersih yang pada akhir Repelita III sekitar 32% penduduk pedesaan dan sekitar 60% penduduk perkotaan, meningkat menjadi 55% penduduk daerah pedesaan dan 65% penduduk perkotaan. Pada akhir Repelita III, 30% penduduk kota mempunyai sarana penyehatan akan dalam lingkungan. meningkat air tahap 42% Sedangkan pada jamban keluarga IV. untuk Adapun baru akan IV penduduk pedesaan pada akhir Repelita III mencakup 25% akhir pada Repelita pengelolaan limbah yang dalam akhir Repelita Repelita III
perintisan,
mencakup 21% penduduk pedesaan. 12. Produksi obat esensial oleh Pemerintah pada akhir Repelita III baru sekitar 5% dari nilai yang beredar, menjadi sekitar 15%. pada Produksi akhir bahan Repelita baku IV obat meningkat dipenuhi 15%. Jangkauan pelayanan rumah sakit dalam rujukan medis dan kesehatan yang pada akhir Repelita III mencapai sekitar 10% dari jumlah Puskesmas, pada akhir Repelita IV mencapai paling sedikit 25% dari jumlah Puskesmas. IV. PROGRAM-PROGRAM Keseluruhan kebijaksanaan dan langkah-langkah serta
esensial di dalam negeri pada akhir Repelita III dapat 5%, menjadi
pro-
gram pembangunan di bidang kesehatan dalam Repelita IV akan lebih pem diserasikan bangunan dan diseimbangkan agar dengan bidangbidang dan lainnya juga dapat menunjang di antara sendiri, pula
tercapainya sasaran pada bidang-bidang tersebut. Keserasian keseimbangan antara terse-but diwujudkan program-program seperti dan kegiatankegiatan dan kesehatan
pencegahan
pengobatan,
demikian
antara upaya yang dilaksanakan oleh Pemerintah dan Swasta. 1. Program Pelayanan Kesehatan. a. Peningkatan Upaya Kesehatan Masyarakat Upaya melalui peningkatan meningkatkan kesehatan peningkatan kesehatan fungsi masyarakat pelayanan kerja. terutama Upaya terutama akan ini mutu dilakukan dan upaya bertujuan pelayanan
Puskesmas
Puskesmas
kesehatan, pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan dan peningkatan peranserta masyarakat dalam rangka tercapainya kemampuan untuk hidup sehat guna mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai unsur kesejahteraan umum. Untuk itu jumlah, fungsi dan mutu pelayanan Puskesmas akan ditingkatkan. Dalam rangka mengatasi permasalahan proses perpindahan penduduk ke kota-kota yang lebih merata dan seimbang maka dalam pusat Repelita upaya IV diberikan di daerah perhatian kota-kota khusus yang dan kepada peningkatan kesehatan merupakan kota-kota
pembangunan
transmigrasi
sedang/kecil lainnya. (1). Peningkatan Pelayanan Puskesmas. Pada kepada akhir golongan Repelita ibu, IV, bayi, upaya anak, kesehatan tenaga Puskesmas kerja dan
berpenghasilan
rendah,
baik
di
pedesaan
maupun
di
perkotaan. Kebijaksanaan dalam Repelita III dimana setiap Puskesmas akan melayani sekitar 30.000 penduduk, sedangkan kecamatan yang wilayahnya cukup luas dapat mempunyai lebih dari satu Puskesmas akan tetap dipertahankan. Kebijaksanaan tersebut ditempuh mengingat antara lain keterbatasan sumber daya dan tingkat pertumbuhan penduduk, disamping kebutuhan masyarakat. daerah Direncanakan akan daerah dibangun sekitar dan 500 buah Puskesmas baru, terutama di daerah pemukiman baru, termasuk transmigrasi, terpencil daerah perbatasan. Setiap Puskesmas akan ditunjang oleh 3 sampai 5 Puskesmas Pembantu dan sekitar 5% dari seluruh Puskesmas yang ada akan dilengkapi dengan 10 tempat tidur. Dengan demikian Keliling jumlah dan Puskesmas, Puskesmas pada Pembantu, akhir Puskesmas IV Puskesmas Perawatan Repelita
berturut-turut akan menjadi sekitar 5.850, 19.630, 4.000 dan 290 buah. Bila dibandingkan dengan keadaan pada akhir Repelita 2). Puskesmas akan dikembangkan menjadi pusat pembangunan II (1978), jumlah tersebut telah meningkat berturut-turut dengan 9, 44, 61 dan 131 persen (Tabel 23 -
kesehatan di wilayah kerjanya. Pemerataan upaya kesehatan Puskesmas akan diusahakan, baik melalui peningkatan fungsi Puskesmas maupun peranserta masyarakat dengan pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD). Peningkatan fungsi Puskesmas dilakukan melalui berbagai kegiatan pokok yang meliputi kesejahteraan ibu dan anak; keluarga berencana; perbaikan gizi; kesehatan lingkungan; pencegahan imunisasi; dan pemberantasan penyakit khususnya melalui penyuluhan kesehatan masyarakat; pengobatan
perawatan ke-
TABEL 23 - 2
1 . 2 . 3 . 4 . 5 . 6 .
Puskesmas Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Puskesmas Perawatan Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Jumlah tempat tidur RS dan Puskesmas Perawatan
1.246
1.329
103.505
119.385
sehatan
masyarakat;
kesehatan
gigi
dan
mulut;
kesehatan
jiwa;
laboratorium
sederhana; pokok
pencatatan
dan
Puskesmas pokok
kepentingan kesehatan keluarga sebagai unit terkecil dari Kegiatankegiatan secara bertahap keluarga sesuai kebutuhan.
terpadu
berencana,
kesejahteraan
ibu dan anak, imunisasi dan pencegahan Rehidrasi pada bayi dan anak akan dilanjutkan dan lebih ditingkatkan lagi. (a) Kesejahteraan Ibu dan Anak Tujuan kegiatan peningkatan kesejahteraan ibu dan anak dalam Repelita IV ialah : 1) Meningkatkan imunisasi kunjungan kehamilan; Meningkatkan pencakupan perawatan bayi termasuk imunisasi menjadi 60% dan anak pra sekolah menjadi 30% pada akhir Repelita IV, dengan rata-rata kunjungan bayi dan balita masing-masing 4 kali dan 3 kali dalam satu tahun; 2) Meningkatkan pencakupan pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih menjadi 60% pada akhir Repelita IV. pencakupan 65% ibu perawatan dan ibu hamil ibu termasuk menyusui masa
menjadi perawatan
perawatan 4 kali
menjadi 60% pada akhir Repelita IV, dengan rata-rata hamil selama
Dalam Repelita IV, pelayanan dan monitoring ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu menyusui ditingkatkan melalui pemeriksaan kehamilan, imunisasi, identifikasi risiko tinggi kehamilan dan tindak lanjutnya, pelayanan ibu menyusui dan pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih. Pelayanan bayi dan dan anak pra sekolah secara termasuk berkala, murid Taman Kanak-kanak identifikasi dilakukanmelalui penelitian dan pengamatan dari pertumbuhan perkembangan imunisasi, risiko tinggi dengan tindak lanjut dan pencegahan Rehidrasi. Peranserta masyarakat ditingkatkan melalui penyuluhan, yang terutama ditujukan kepada ibu dan dukun beranak serta guru Taman Kanak-kanak. Penyuluhan juga dilakukan melalui PKK. Peningkatan pembinaan manajemen melalui pembinaan sistem rujukan secara vertikal dan horizontal. b)Keluarga Berencana Dalam Repelita IV kegiatan Keluarga Berencana diarahkan pada pengembangan keluarga sehat sejahtera, yaitu dengan makin diterimanya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS) melalui kegiatan penyuluhan dan motivasi pada pasangan usia subur, generasi muda serta pelayanan medis keluarga berencana. Pada akhir Repelita IV, melalui upaya kesehatan Puskesmas akan dilayani 16.000.000 akseptor baru. c)Perbaikan Gizi Dalam rangka peningkatan status gizi masyarakat melalui Puskesmas akan dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai ber ikut: 1) Kegiatan UPGK untuk menurunkan penyakit kurang kalori dan protein (KKP) di 25.000 desa baru dan 40.000 desa lama. Penanggulangan gondok endemik dengan pemberian larutan
yodium terhadap 10 juta penduduk. Penurunan angka anemia gizi pada anak pra sekolah, anak sekolah dasar, ibu hamil, ibu menyusui dan pekerja berpenghasilan rendah. 2) Penanggulangan KKP pada ibu hamil dan KKP berat serta ke-
butaan akibat kekurangan vitamin A pada anak balita. 5) Melaksanakan dan gizi sebagian dalam dari sistem kewaspadaan dan pangan
(SKG)
pencegahan
penanggulangan
kekurangan gizi terutama di daerah rawan pangan. d)Kesehatan Lingkungan Dalam lingkungan pendekatan Repelita di IV direncanakan desa yang kesehatan peningkatan telah dibina masyarakat kualitas dengan desa.
setiap
pembangunan
Direncanakan pula bahwa 55% penduduk pedesaan mendapatkan air bersih, 42% penduduk telah menggunakan sarana jamban keluarga, dan 21% telah mengelola air limbah. Di samping itu dilakukan pula pengawasan dan kualitas lingkungan, tempat penyehatan makanan. e)Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Tujuan kegiatan pokok pencegahan dan pemberantasan penyakit adalah untuk mencegah dan mengurangi penyakit yang pa-ling banyak di derita rakyat, dengan memberikan prioritas penanggulangan terhadap penyakit-penyakit dengan angka kematian, angka kesakitan dan angka kecacatan yang tinggi, sehingga angka kesakitan beberapa penyakit menular dapat diturunkan sebesar rata-rata 40% dibanding Repelita III dan dengan demikian angka kematian karena penyakit dapat ditekan pula. Dalam kejadian Repelita penyakit IV dilaksanakan (surveilans penyakit kegiatan diare, pengamatan dan akut perumahan lingkungan, penyehatan
epidemiologi) infeksi
penanggulangan
terhadap
kelamin dan penyakit yang menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa. Kegiatan serupa
dilakukan juga terhadap penyakit tidak menular. Untuk penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteria, dan pertusis, tuberkulosa polio, dilakukan campak, imunisasi tetanus terutama neonatorum,
kepada bayi, anak sekolah, ibu hasil dan wanita usia subur. Terhadap penyakit demam berdarah dan arbovirosis lainnya dilakukan abatisasi dan pengasapan (fogging). f)Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Pada telah akhir Repelita IV setiap Puskesmas masyarakat diharapkan melalui
mengembangkan
peranserta
pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa pada 40% dari wilayah kerja Puskesmas. Peranserta masyarakat sebagai hasil penyuluhan kesehatan terutama ditekankan untuk mengembangkan perilaku hidup sehat seperti penggunaan dan pemanfaatan sarana air bersih, jamban keluarga dan sarana kebersihan lingkungan lainnya. Disamping itu dikembangkan pula perilaku hidup sehat dalam perbaikan gizi, pencegahan penyakit dengan imunisasi, penanggulangan diare, keluarga berencana dan lain sebagainya. Kegiatan ini terutama akan dilakukan melalui pendekatan pembangunan kerja sama memanfaatkan kesehatan lintas teknologi masyarakat program dan tepat-guna desa dengan peningkatan serta mini. lintas seperti sektoral lokakarya
Dalam hal ini semua Puskesmas akan telah mempunyai tenaga terlatih dalam penerapan teknologi penyuluhan. g)Pelayanan Pengobatan Pelayanan pengobatan diharapkan dapat ditingkatkan dari 40% menjadi 50% dari penderita yang membutuhkan pengobatan. Hal ini akan dicapai melalui : 145
1)
Peningkatan
kegiatan
diagnostik,
pengobatan
dasar
dengan teknologi tepat-guna, pertolongan gawat darurat, tindak lanjut dan rujukan; 2) Pemeriksaan kesehatan bagi calon jemaah haji dan calon transmigran secara serta merintis khususnya pelayanan tenaga kesehatan kerja bertahap pengrajin, petani,
nelayan serta tindak lanjutnya; 3) 4) Merintis pembinaan pengobatan tradisional; Pelayanan meliputi kesehatan diagnosa mata dan pencegahan dini, kebutaan
pertama gawat mata, tindak lanjut dan rujukannya pada 1.000 Puskesmas. h)Perawatan Kesehatan Masyarakat Pencakupan pelayanan perawatan paripurna kepada keluarga dengan prioritas sasaran pada ibu dan anak melalui kegiatan penemuan kasus-kasus dini, seperti ibu hamil dengan risiko tinggi, anak bergizi buruk, penyakit menular ataupun kronis di berbagai daerah binaan. Bagi kelompok usia lanjut dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan akan dilakukan perawatan kesehatan paripurna yang mencakup dan perawatan penemuan tindak kasus lanjut, dini di rehabilitasi, penyuluhan
berbagai panti panduan. i)Kesehatan Sekolah Pada akhir Repelita IV melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) diharapkan dapat ditingkatkan derajat kesehatan dan kemampuan untuk hidup sehat dari anak sekolah pada tingkat
Sekolah Dasar dan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB); SMTP dan
SMTA termasuk pondok Pesantren melalui upaya peningkatan, pencegahan, dampak menjadi pengobatan dari dan 2%. pemulihan angka sehingga mempunyai sakit akan yang terhadap kurang penurunan absensi karena
Kegiatan-kegiatan
dilaksanakan adalah : 1) Penjaringan/skrining kesehatan anak kelas I SD, kelas I SMTP dan kelas I SMTA serta tindak lanjutnya; Imunisasi difteri, tetanus pada murid kelas I SD dan tetanus toxoid pada murid kelas VI SD; Pembinaan oleh petugas kesehatan dengan kunjungan ke setiap sekolah sekurang-kurangnya 8 kali setahun. (j) Kesehatan Gigi dan Mulut Dalam memperluas jangkauan, pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan kegiatankegiatan: 1) Pelayanan kesehatan gigi pada unit keluarga terutama ibu hamil, ibu menyusui dan anak pra sekolah minimal di dua desa di 45% Puskesmas; Pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara paripurna di 5% Sekolah Dasar. Kegiatan peningkatan promotif dan preventif dijalankan di 20% Sekolah Dasar; 2) Pelayanan medis dasar kedokteran gigi dilakukan pada 33% Puskesmas; (k) Kesehatan Jiwa Tujuan pokok kegiatan ini adalah mencegah meningkatnya angka penderita berbagai gangguan jiwa, seperti psikonerotik,
retardasi lainnya.
mental,
kelainan
perilaku jiwa
dan di
penyalahgunaan/ketergantungan berbahaya
narkotik,
obat dan
Puskesmas dilakukan berdasarkan pendekatan yang menyeluruh mendalam dari berbagai yang berkaitan. dapat Pembinaan melalui RS Jiwa/RSU dilakukan terhadap 10% dari jumlah Puskesmas belum dibina, sehingga memberikan pelayanan kesehatan jiwa, terutama untuk dapat mendeteksi secara dini berbagai gangguan kesehatan jiwa. 1)Laboratorium Sederhana Dalam Repelita IV sasaran pokok kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan pemeriksaan sediaan, sehingga dalam satu hari mampu memeriksa rata-rata 20 25 sediaan untuk tiap Puskesmas. Untuk mencapai ini dilaksanakan penataran tenaga laboratorium. Kegiatannya adalah melaksanakan pelayanan rutin, penyuluhan dan pengiriman sediaan penyakit menular dalam rangka pengamatan kejadian penyakit. 2)Upaya Peningkatan Kesehatan Kerja Upaya ini meliputi kegiatan pelayanan kesehatan kerja, keselamatan kerja dan kesehatan lingkungan kerja. Tujuan upaya kerja lain : a) Pelayanan menyeluruh kesehatan makin dalam kerja bagi tenaga secara kerja beserta dan ini adalah meningkatkan derajat kesehatan yang tenaga dalam mencapai produktivitas kerja optimal.
keluarganya
terpadu
kesehatan
Puskesmas
ditingkatkan
agar mampu menyelenggarakan upaya kesehatan kerja; (c) Peranserta masyarakat termasuk swasta ditingkatkan agar mampu menyelenggarakan upaya kesehatan kerja. b. Peningkatan Upaya Kesehatan Rujukan Upaya kesehatan rujukan pada dasarnya meliputi pokok kegiatan rujukan medis, yaitu rujukan untuk keperluan pengobatan dan rehabilitasi serta rujukan kesehatan, yaitu rujukan untuk peningkatan kesehatan dan pencegahan. Sifat rujukan dapat vertikal atau horizontal serta timbal balik, yaitu ru-jukan antara berbagai tingkat sarana pelayanan kesehatan. Tujuan Upaya Kesehatan Rujukan adalah mewujudkan peningkatan fungsi jaringan pelayanan kesehatan melalui rujukan medis dan rujukan kesehatan di semua tingkat untuk mendukung upaya pelayanan Puskesmas. Tujuan tersebut akan dicapai melalui : (1) Pengadaan dan penerapan petunjuk pelaksanaan dan tatalaksana yang jelas di berbagai tingkat pelayanan serta meningkatkan manajemen rujukan medis dan rujukan kesehatan; (2) Penyediaan tenaga dalam kualitas dan kuantitas yang cukup; (3) Peningkatan motivasi penyelenggara rujukan di semua tingkat;(4) Pengadaan sarana komunikasi dan transportasi yang cepat dan lengkap serta sarana ambulans yang memadai; (5) Peningkatan pembiayaan operasional rujukan. (6) Pembinaan peranan swasta dalam jaringan rujukan medis maupun rujukan kesehatan tanpa mengabaikan fungsi sosialnya; (7) Peningkatan kerjasama antara semua unit pelayanan kesehatan guna mengurangi beban RSU kelas A dan B di daerah perkotaan. Sesuai dengan kebijaksanaan di atas, selama Repelita IV 149
akan dibangun Rumah Sakit Umum dan khusus, baik Pemerintah maupun Swasta, di samping peningkatan Rumah Sakit kelas D ke C, C ke B dan D ke D plus dan C ke C plus serta peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas perawatan, sehingga jumlah tempat tidur akan bertambah sekitar 15.880 buah. (1). Rujukan Medis Kegiatan rujukan medis bertujuan untuk terwujudnya peningkatan dan pemantapan fungsi rujukan yang bersifat pengobatan dan rehabilitasi baik di rumah sakit pemerintah maupun swasta guna menunjang upaya pelayanan Puskesmas. Kegiatan dan sasaran upaya peningkatan fungsi rujukan medis adalah : a) Pengadaan dan penerapan petunjuk pelaksanaan dan tatalaksana pelayanan rujukan untuk berbagai tingkat pelayanan; b) Peningkatan kemampuan manajemen rujukan medis disemua tingkat, baik secara horizontal maupun vertikal; Penyuluhan kepada penyelenggara rujukan medis dalam rangka peningkatan motivasi para penyelenggara tersebut; Pengadaan ambulans dan sarana komunikasi sesuai dengan
kebutuhan pelayanan; c) Pemantapan menangani pelayanan rujukan evaluasi dalam pasien sehingga luar dapat biasa,
medis
kejadian
malapetaka dan penyakit akut darurat; d) Penyediaan tenaga medik, paramedis perawatan dan
pengemudi yang mencukupi, baik mutu maupun jumlahnya; Peningkatan fungsi 30% rumah sakit kelas D menjadi kelas C;
h)
i)
fungsi
medik
dengan yang
operasional kelancaran
evakuasi
penderita diperlukan
komunikasi
penyelenggaraan upaya tersebut; Peningkatan medik peranserta termasuk rumah sakit swasta kemampuan dalam agar rujukan dapat
meningkatkan
melakukan fungsi sosialnya; j) Peningkatan fungsi 30% rumah sakit kelas C yang telah ada pada Repelita III yaitu : 1) Melengkapi ahli dengan dokter ahli penunjang dan ahli seperti patologi
radiologi,
ahli
anestesi
klinik dalam rangka lebih meningkatkan RS kelas C; Menempatkan dokter ahli lain di luar 4 (empat) ahli yang telah diprogramkan, didasarkan atas kebutuhan serta proyeksi lulusan yang ada. (l) Peningkatan rehabilitasi fungsi seluruh RS kelas C dengan rujukan mengadakan pelayanan spesialistik kedokteran gigi dan prostetik. Mengembangkan spesialistik kedokteran gigi di lima kota; (m) Peningkatan kemampuan 25% Puskesmas dalam
menyelenggarakan pelayanan dasar kesehatan gigi melalui pembinaan oleh rumah sakit; (n) Peningkatan fungsi semua rumah sakit dengan
menempatkan dokter dan perawat gigi bagi rumah sakit yang belum mempunyai;
o)
Peningkatan upaya kesehatan jiwa dengan pengembangan rumah sakit jiwa sebagai pusat pengembangan kesehatan jiwa di propinsi dan mengembangkan rumah sakit Dati II sehingga sekurang-kurangnya dapat memberikan pelayanan rawat jalan kesehatan jiwa. Selain itu ditingkatkannya kemampuan narkotika rumah dan sakit obat jiwa dan rumah sakit korban obat, ketergantungan untuk menanggulangi
penyalahgunaan/ketergantungan
disamping menambah jenis pelayanan; p) Peningkatan fungsi dan efisiensi rujukan medis subspesialistik dengan mengadakan dan menetapkan pusat-pusat rujukan yang disesuaikan dengan masalah kesehatan dan kebutuhan dibangun pelayanan RS kesehatan. di Ujung Selain Pandang itu dan akan Medan pendidikan
serta beberapa rumah sakit lainnya sesuai kebutuhan. Pengembangan di unit kesehatan propinsi. bersifat masyarakat Selain itu di rumah sakit pula
secara bertahap yang dirintis melalui proyek pemanduan beberapa diperluas pelayanan sakit sakit. Pelayanan rehabilitasi medis dilanjutkan baik di rumah dan yang terpadu seperti pelayanan di rumah
keluarga berencana rumah sakit, pelayanan gizi rumah penyuluhan kesehatan masyarakat
sakit kelas C maupun di rumah sakit yang lebih tinggi kelasnya. (2). Rujukan Kesehatan Kegiatan rujukan kesehatan bertujuan untuk terwujudnya peningkatan dan pemantapan fungsi rujukan yang bersifat peningkatan menun(promotif) dan pencegahan (preventif), dalam
jang
upaya
pelayanan
Puskesmas
baik
di
sarana
kesehatan
kesehatan adalah : a) Peningkatan teknis tanaman cakupan sehingga meliputi pula bantuan
sarana, baik di sektor kesehatan maupun sektor-sektor lainnya, berupa obat, peralatan, biaya, bibit dan ternak, pangan untuk usaha-usaha padat
karya, bahan bangunan dan tenaga; b) Pengembangan petunjuk pelaksanaan dan tatalaksana yang jelas secara horizontal maupun vertikal termasuk laboratorium Rumah Sakit Dati untuk II untuk menyelenggarakan kesehatan guna pemeriksaan masyarakat yang terutama berhubungan survai dengan
epidemiologi
mengatasi wabah dan kejadian luar biasa; c) Peningkatan kemampuan Balai Laboratorium Kesehatan dan laboratorium rumah sakit kelas C untuk melakukan pemeriksaan di lapangan dengan cara mendatangi tempat kejadian untuk mengambil sediaan; Peningkatan kemampuan laboratorium di semua Puskesmas
melalui pembinaan yang diselenggarakan oleh semua balai laboratorium kesehatan dan laboratorium rumah sakit; Pembinaan mutu pemeriksaan laboratorium swasta di bidang kimia klinik dengan penambahan 50% jumlah parameter dan mulai melaksanakan peningkatan mutu pemeriksaan untuk bidang lainnya; d) Peningkatan minum dan teknik kekemampuan pencemaran dan jangkauan pengawasan 3 air balai
lingkungan,
mendirikan
sehatan lingkungan (BTKL) serta memantapkan jaringan pengawasan air minum dan pencemaran lingkungan di seluruh propinsi; g) Peningkatan perbaikan proteksi Surabaya, kemampuan kemampuan dan Ujung pelayanan kesehatan, kalibrasi Pandang, instalasi pemeliharaan pelayanan (BP3K) juga dan di dan medis Medan, rumah
ditingkatkan sarana
pemeliharaan
sakit kelas A, B, dan C; h) Pengadaan laboratorium pusat laboratorium kesehatan kesehatan, lingkungan, pusat pusat
teknik
pemeliharaan peralatan kesehatan dan proteksi radiasi dan kalibrasi yang kesemuanya sebagai tempat rujukan di tingkat pusat; (i) Peningkatan kemampuan Balai Pemeriksaan Obat dan
Makanan di Pusat dan Daerah. (j) Peningkatan pembinaan upaya rujukan kesehatan di Puskes-mas. 2. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
bertujuan mencegah dan menurunkan kesakitan, kematian dan akibat buruk dari penyakit yang menular maupun yang tidak menular, gigi. Sasaran nyakit program pencegahan 25 dan pemberantasan 50%. Di penyakit itu dan gangguan kesehatan jiwa dan gangguan kesehatan
adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian berbagai pemenular sebanyak dan samping meningkatkan cakupan intensitas pencegahan
pemberantasan beberapa penyakit menular yang diperkirakan angka kesakitannya belum dapat diturunkan.
Untuk mencegah dan menanggulangi penyakit yang tidak menular, seperti penyakit jantung dan kanker paru-paru, kesadaran masyarakat tentang masalah dan bahaya penyakitpenyakit tersebut akan ditingkatkan. Di samping itu akan mulai digalakkan cara-cara pencegahan merokok, primer seperti misalnya mengurangi kebiasaan mengembangkan
kebiasaan hidup sehat dan lain sebagainya. Sehubungan dengan upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit gangguan jiwa, akan ditingkatkan pelayanan kesehatan jiwa pada 200 Puskesmas dan dikembangkan Badan Pembina Kesehatan Jiwa Masyarakat di semua propinsi. Selain itu akan dikembangkan beberapa rumah sakit jiwa propinsi dan unit kesehatan jiwa pada beberapa RS Jiwa kelas C dan D. Untuk kesadaran tindakan mencegah yang terjadinya dengan penyakit agar memberikan gigi mampu dan mulut, dasar
masyarakat tepat
ditingkatkan
mengambil
pelayanan
kesehatan gigi disertai dengan penyuluhan. Kebijaksanaan program pencegahan dan pemberantasan penyakit dalam Repelita IV adalah sebagai berikut: a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit secara terpadu di laksanakan melalui Puskesmas dan rujukan serta upaya lain. b. Peranan dalam dengan dan tanggungjawab penyakit masyarakat tertentu yang termasuk dan swasta cepat;
pengamatan
akan tepat
ditingkatkan
mengutamakan
pelaporan
demikian pula dalam hal pencegahan dan pemberantasan penyakit secara sederhana. c. Penentuan prioritas penyakit mana yang diberantas ber-
kematian dan kecacatan yang tinggi; b) yang dapat menimbulkan produktif wabah; c) menyerang di daerah bayi, anak dan usia terutama pembangunan sosial
ekonomi; d) adanya metode dan teknologi yang efektif; dan e) adanya kerjasama internasional. d. Pelayanan kesehatan tertentu di bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit diberikan dengan cuma-cuma. Tercakup disini adalah semua pelayanan di luar prasarana kesehatan terhadap penyakit wabah dan penyakit yang pemberantasannya memerlukan cakupan massal, di samping pelayanan pada daerah terpencil dan transmigrasi. e. Partisipasi masyarakat untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit, khususnya penanggulangan wabah dimana diperlukan tindakan pembatasan seseorang atau sebagian masyarakat bagi kepentingan umum. Pembangunan di sektor lain diusahakan agar memenuhi sya-rat kesehatan untuk mencegah dampak yang merugikan masyarakat. Pencegahan dan pemberantasan penyakit sejauh mungkin berlandaskan pada kemampuan nasional. Namun demikian dalam pelaksanaannya kerjasama regional dan internasional diperhatikan. f. Upaya pencegahan penyakit tak menular terutama penyakit jantung, pertumbuhan ganas (kanker), penyakit jiwa dan penyakit gigi/mulut akan ditingkatkan dan dikembangkan. g. Pengembangan diting-katkan epidemiologi penelitian untuk dan penyakit tak menular juga serta
mengetahui
besarnya
masalah,
metodologi
penanggulangan
mengembangkan cara-
cara pencegahan dan pemberantasannya. Pokok-pokok kegiatan dalam program ini adalah
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, pencegahan dan pemberan tasan penyakit tak menular, kesehatan jiwa dan kesehatan gigi dan mulut. (1) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular. Tujuan timbulnya dan akibat pokok penyakit, buruk kegiatan dari ini adalah untuk mencegah kematian dari
menurunkan
angka
kesakitan,
penyakit
menular.
Sasaran
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular adalah : a) Menurunkan dengan angka kematian diare menjadi dan dibawah 2%
mengutamakan
pemakaian
oralit
menurunkan
angka kesakitan dibawah 350 per 1.000 penduduk. Apabila dalam Repelita III jangkauan upaya penanggulangan diare dan kolera masih kolera terbatas daripada dan diare lebih sehingga banyak baru memperhatikan
mencapai 1,1 juta penderita, maka dalam Repelita IV upaya tersebut akan lebih ditingkatkan lagi. Untuk itu akan dilakukan usaha untuk mencari dan mengobati penderita diare dan kolera sebanyak kurang lebih 27,7 juta penderita (Tabel 23 -3). Menurunkan angka kesakitan malaria di Jawa dari 1 per 1.000 penduduk, menjadi kurang dari 1 per 1.000 penduduk. Jumlah kecamatan yang tinggi angka malarianya (API) menurun dari 82 menjadi 37 kecamatan. Sedang di daerah prioritas dari lain 4-6% akan di luar Jawa-Bali 3-5% dan angka di kesakitan non menurun menjadi daerah prioritas 21,0 juta
menurun dari 20-25% menjadi 15-20%. Untuk itu antara dilakukan penyemprotan terhadap rumah dan pe-
Jenis Kegiatan IV
Repelita III
Repelita
1. Pemberantasan Penyakit Malaria: a. Penyemprotan Rumah (buah) b. Pengobatan Penderita (orang) 2. Pemberantasan TBC Paru: Pengobatan jangka panjang dan jangka pendek (orang/penderita) 120,0 ribu 3. Pemberantasan Penyakit Diare/ Kolera: Mencari dan mengobati penderita (orang) 27,7 juta 1,1 juta*) 120,0 ribu 16,5 juta 40,0 juta 23,0 juta 50,0 juta
16,5 juta
23,8 juta
36.000
*) Jangkauan upaya masih sangat terbatas dan masih lebih banyak mencakup kolera daripada diare.
ngobatan penderita sebanyak 50,0 juta orang (Tabel 233). c) Penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi: Melalui kegiatan vaksinasi ECG, DPT, Polio dan campak pada bayi dibawah 14 bulan, vaksinasi TT pada ibu hamil dan wanita usia subur, dan pemberian vaksinasi DT pada anakanak SD kelas I dan vaksinasi TT pada anak SD kelas VI, maka akan tercapai penurunan angka kesakitan dari penyakit sebagai berikut: 1) Angka kesakitan difteria akan menurun 50% dan angka kematiannya turun sebesar lebih dari 50%. Angka kesakitan pertusis akan turun sebesar 50% dan angka kematiannya sebesar 40%. Angka kesakitan dan kematian campak akan menurun sebesar 2550%. 2) Angka kesakitan poliomyelitis akan menurun 25 50%. Dalam Repelita IV diharapkan dapat dilakukan imunisasi BCG terhadap sekitar 23,8 juta anak (Tabel 23 -3). d) Menurunkan angka kesakitan tuberkulosa paru dari 2,5% menjadi 2% dengan kegiatan imunisasi dan pengobatan. e) Angka kesakitan demam keong akan diturunkan dari 1020% menjadi 2-5% di dua lokasi di Sulawesi Tengah. f) Angka kesakitan framboesia menurun hingga mencapai 1 per 100.000 penduduk. g) Angka kesakitan demam berdarah akan diturunkan dari 4-5 per 100.000 menjadi 3-4 per 100.000 dan menurunkan angka kematian dari 3-4% menjadi 2-3%. h) kaki Penyakit lainnya seperti gila anjing (rabies), gajah (filariasis), kusta, penyakit kelamin, penyakit cacing 159
yang ditularkan lewat tanah, anthrax dan lain-lain diturunkan angka kesakitannya. Sedang penyakit pes dipertahankan tetap nol. Pengamatan dan penyelidikan serangga menular penyakit diteruskan. Untuk mencapai sasaran tersebut akan diambil langkahlangkah untuk meningkatkan: 1) Pengamatan penyakit menular, termasuk pula di
pelabuhan- pelabuhan; 2) Kualitas dan kuantitas tenaga di bidang epidemiologi, entomologi, ekologi, sanitasi dan laboratorium; 3) Kemampuan dengan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri cara
dalam hal pencegahan dan pemberantasan penyakit menular menggunakan teknologi tepatguna dan sederhana yang berhasilguna dan berdayaguna; Peraturan perundang-undangan yang mencakup aspek pelaporan, pengamatan dan penanggulangan penyakit menular, khususnya yang dapat menimbulkan wabah atau penyakit baru yang mengancam; 4) Penggunaan alat, serum dan vaksin dalam negeri guna pemberantasan penyakit; Pengamanan kesehatan perpindahan penduduk (transmigrasi)
Pengamatan vector penyakit. (2). Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Tak Menular. Pencegahan bertudan pemberantasan penyakit tak menular
juan menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, kecelakaan dan penyakit tidak menular lainnya. Kebijaksanaan masyarakat dalam dari usaha pencegahan pencegahan dan dan pemberantasan yang
penyakit tak menular terutama didasarkan kepada peranserta peningkatan ditujukan terutama pada golongan yang rentan atau penduduk dengan resiko tinggi. Kegiatan pelayanan penyembuhan dan pemulihan diutamakan pada pengobatan jalan melalui Puskesmas dan rujukannya. Sebagai langkah pertama diadakan kegiatan pengumpulan data dan penelitian tentang masalah penyakit tak menular, antara lain dengan mengadakan kegiatan panduan atau penjaringan selektif pada Puskesmas di daerah tertentu. (3). Kesehatan Jiwa Kegiatan kesehatan jiwa bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan individu dan masyarakat sehingga memberi kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang selaras dengan perkembangan peningkatan masyarakat pencegahan, melalui pengobatan upaya dan yang bersifat Dengan pemulihan.
kegiatan tersebut akan dicegah kenaikan angka gangguan jiwa berat (psikosa) tetap pada 1 - 3 per 1.000 penduduk dan gangguan jiwa ringan tetap pada 20 - 80 per 1.000 penduduk. Untuk itu direncanakan pengembangan RS Jiwa di tingkat propinsi. Di setiap RSU kelas A dan B akan dikembangkan unit psikiatri lengkap. Di setiap RSU Dati II direncanakan sudah dapat memberikan pelayanan pelayanan jalan, kesehatan kesehatan serta secara jiwa melalui dan 10% di fasilitas pelayanan rawat ditingkatkan terpadu
diperluasnya
Demikian pula akan ditingkatkan kerjasama lintas sektor dan partisipasi masyarakat, khususnya melalui badan pembina kesehatan jiwa masyarakat/badan pelaksana kesehatan jiwa masyarakat di 27 propinsi dan beberapa Daerah Tingkat II. Penyuluhan kesehatan jiwa dilakukan di 27 propinsi dengan pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa. Lebih lanjut akan dikembangkan berbagai jenis fasilitas pelayanan anak kesehatan dewasa jiwa dan khusus usia misalnya lanjut, kesehatan kesehatan jiwa jiwa remaja,
organik/biologik, kesehatan jiwa masyarakat, ketergantungan narkotika dan penyalahgunaan obat dan alkohol, percobaan bunuh diri dan lain sebagainya, baik di rumah sakit jiwa yang berdiri sendiri sebagai unit pelaksana teknis maupun yang merupakan bagian dari Rumah Sakit Umum sebagai unit pelaksana fungsional. (4). Kesehatan Gigi dan Mulut Pelayanan kesehatan gigi dan mulut terutama ditujukan ke pada golongan rawan (ibu hamil, ibu menyusui, anak pra sekolah dan anak sekolah dasar), keluarga dan masyarakat berpenghasilan rendah di pedesaan dan perkotaan. Kegiatan ini akan memperluas jangkauan, pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan dilaksanakan melalui upaya kesehatan Puskesmas dan rujukannya. Sasaran pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah: a) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara lengkap
ataupun secara peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) di sekolah dasar; Pelayanan kesehatan gigi diberikan kepada keluarga, terutama terhadap ibu hamil, ibu menyusui dan anak prasekolah, minimal di 2 desa melalui 45% Puskesmas;
(c)
Pelayanan
medis dasar
mulut. Di samping itu dilakukan pengobatan paripurna bagi anak sekolah dasar dengan pendekatan usaha kesehatan gigi sekolah selektif. Pelayanan medis dasar kedokteran gigi akan diberikan kepada ibu menyusui dan anak dibawah lima tahun (balita) melalui kegiatan kesejahteraan ibu dan anak di Puskesmas. 3. Program Penyuluhan Kesehatan. Penyuluhan kesehatan masyarakat bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dengan melaksanakan hidup sehat dan dapat berperanserta aktif dalam upaya kesehatan, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Untuk penyu luhan mencapai tujuan tersebut, kegiatan-kegiatan dengan
kesehatan
masyarakat
dilaksanakan
integral dan katalisator dari setiap program kesehatan; Puskesmas dimanfaatkan sebagai pusat pengembangan dan pembinaan kesadaran dan peranserta masyarakat di bidang kesehatan di wilayahnya, dengan pendekatan edukatif melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa; b. Pendayagunaan jalur dan media komunikasi seluas-luasnya baik yang modern maupun tradisional; c. Integrasi seluruh penyuluhan kesehatan masyarakat kedalam
sistem pendidikan dan latihan tenaga kesehatan dan pendidikan umum; e. Meningkatkan kemampuan aparat Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat (PKM) di pusat dan daerah; f. Pembinaan wanita kelompok sasaran muda diutamakan dalam bagi golongan
dan
generasi
rangka
peningkatan
peranserta masyarakat. Kelompok adalah yang menjadi umum sasaran di penyuluhan kesehatan maupun
masyarakat
baik
daerah
pedesaan
daerah perkotaan, yaitu mulai usia sekolah yang memiliki kemampuan memahami informasi, dan diutamakan pada pemuka masyarakat, golongan wanita dan generasi muda dan tenaga kesehatan. Secara khusus kelompok sasaran adalah : a. Masyarakat yang terkena masalah kesehatan, antara lain kejadian luar biasa, diare dan malaria; Masyarakat yang rentan terhadap masalah kesehatan tertentu antara lain Ibu hamil dan golongan remaja; Masyarakat swasta; b. Masyarakat proses yang mempunyai pengaruh menentukan seperti dalam pemuka yang berada pada instansi pemerintah maupun
pengambilan
keputusan,
masyarakat, baik formal maupun non formal; Penyuluhan dilaksanakan guna kesehatan menunjang masyarakat pencapaian pada sasaran dasarnya program-
program pem bangunan kesehatan dalam Repelita IV terutama untuk menunjang: a.Kesehatan ibu dan anak. b.Pengembangan keluarga sehat dengan makin diterima
c.Peningkatan status gizi masyarakat. d.Peningkatan kesehatan lingkungan. e.Pencegahan dan penanggulangan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat. Penggunaan obat, alat kesehatan, makanan dan kosmetika secara tepat serta pencegahan penyalahgunaan bahan berbahaya dan narkotika. Keselamatan dan kesehatan kerja. Pemanfaatan sarana kesehatan secara tepat. i. Pembinaan sikap dan perilaku masyarakat dalam kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan hukum dan bidang kesehatan. Pokok-pokok kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut : a. Menyelenggarakan mengembangkan individu, 1) kelompok penyuluhan pengetahuan, dan masyarakat kesehatan kesadaran dalam dan guna minat
melaksanakan
cara hidup sehat, dengan jalan: Meningkatkan dan membina kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam bidang komunikasi dan informasi. Meningkatkan kemampuan serta membina motivasi petugas dan masyarakat agar mampu melaksanakan komunikasi dan informasi dalam bidang kesehatan secara berhasilguna dan berdayaguna. 2) Melengkapi sarana penyuluhan aparat PKM untuk semua tingkat secara bertahap. b. Menggali dan mengembangkan potensi masyarakat, sehingga mampu mengenal masalahnya sendiri, dan berperan secara
aktif
dalam
memecahkan
masalah-masalah
kesehatan,
membina peranserta masyarakat di wilayah kerjanya, dengan pendekatan PKMD. 2) Meningkatkan prodesa atau koordinasi melibatkan dan keterpaduan yang desa antara di secara gram-program kesehatan beroperasi
masyarakat
keseluruhan. Mengadakan pendekatan dan kerjasama dengan sektor yang berkaitan dengan pembinaan peranserta masya- rakat disemua tingkat. 3) Memanfaatkan teknologi tepatguna sehubungan dengan pengembangan dan pembinaan peranserta masyarakat. c. Pembinaan positif kesehatan penyelenggaraan serta dan penyuluhan di kesehatan agar
para petugas kesehatan mempunyai pengetahuan dan sikap ketrampilan meningkatkan bidang penyuluhan program kemampuan aparat
penyuluhan kesehatan dengan jalan: 1) Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan aparat PKM di 2) Pusat dan Daerah, baik dalam bidang teknis maupun pengelolaan program PKM. Secara bertahap memenuhi dan membina tenaga aparat PKM terutama di tingkat kabupaten. Menyempurnakan kurikulum penyuluhan kesehatan di sekolah kesehatan, terutama bagi pendidikan perawatan kesehatan masyarakat, akademi teknologi sanitasi dan akademi gizi. 3) Melaksanakan koordinasi dan keterpaduan dengan sektor-sektor yang berkaitan, dalam rangka integrasi
materi kesehatan dalam kurikulum semua jenis pendidikan. 4. Program Pendidikan, Latihan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan. a. Pendidikan dan Latihan Tenaga Kesehatan. Tujuan tenaga dari kegiatan utama pendidikan dan latihan
kesehatan yang trampil dan bermutu, dalam jumlah yang cukup memenuhi kebutuhan jenis, macam dan sifat pekerjaan yang sesuai sehingga mampu mengemban dan tugas untuk dalam mewujudkan pembangunan perubahan, pertumbuhan pembaharuan
kesehatan bagi seluruh masyarakat. Sasaran peningkatan pendidikan dan latihan tenaga kesehatan diarahkan kepada tenaga dokter, tenaga perawat kesehatan termasuk bidan, serta tenaga pembantu tugas-tugas paramedis yang diperlukan guna dapat menunjang peningkatan upaya jumlah kesehatan tenaga Puskesmas dari yang didukung orang oleh pada upaya akhir kesehatan rujukan. Kegiatan tersebut meliputi peningkatan kesehatan 162.129 Repelita III menjadi 283.897 orang pada akhir Repelita IV, termasuk di dalamnya penambahan 691 dokter ahli dan 6.085 dokter 4). umum Untuk serta lebih dari 31.000 dan tenaga perawat tersebut kesehatan dan 20.988 tenaga pembantu para medis (Tabel 23 mencapai tujuan sasaran kebijaksanaan yang digariskan adalah : (1) Pendidikan lebih dan latihan dan tenaga kesehatan atau ditingkatkan konsep yang kebutuhan
berlandaskan
pada
pemikiran mantap
dasar untuk
terarah
memenuhi
TABEL 23 - 4 KEADAAN BEBERAPA JENIS TENAGA KESEHATAN UNTUK PELAYANAN KESEHATAN PADA AKHIR REPELITA III DAN AKHIR REPELITA IV
Jenis Kategori
Jumlah Tenaga Akhir Repelita III 2.733 7.529 1.292 1.219 44.651 12.011 29.473 63.221
1. Dokter ahli 2. Dokter umum 3. Dokter Gigi 4. Sarjana Kesehatan lain 5. Perawat Kesehatan 6. Paramedis Non Perawat 7. Pembantu Paramedis/Pekarya 8. Non Medis
Jumlah :
162.129
283.897
KEADAAN BEBERAPA JENIS TENAGA KESEHATAN UNTUK PELAYANAN KESEHATAN PADA AKHIR REPELITA III DAN AKHIR REPELITA IV
2)
dan
latihan
periakal,
berdasarkan
pembangunan kesehatan. 3) Pendidikan secara setiap dan latihan dan kesehatan tenaga berlanjut kesehatan yang dilakukan dan
berjenjang tenaga
memungkinkan
memperoleh
pendidikan
latihan lebih tinggi sesuai dengan kebutuhan program pembangunan kesehatan dan kemampuan perorangan. Peranan institusi pendidikan dan latihan tenaga diarahkan sesuai sumber dengan perkembangan masyarakat serta sebagai dan informasi, perubahan, pertumbuhan
pembaharuan bagi pembangunan kesehatan. Pendidikan dan latihan diselenggarakan secara serasi dengan peningkatan kesehatan perencanaan dengan dan pendayagunaan antar tenaga dan serta kerjasama program
sektor pembangunan yang berkaitan. 4) Peranserta ditingkatkan. Langkah-langkah yang akan dilakukan berdasarkan masyarakat termasuk dan swasta latihan dalam akan
penyelenggaraan
pendidikan
kebijaksanaan diatas meliputi usaha-usaha untuk : 1) Memantapkan dan mengembangkan konsep pendidikan dan la tihan tenaga kesehatan yang lebih terarah dan menyeluruh. 2) Meningkatkan dan mengembangkan pendidikan dan latihan untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang sesuai bagi bidang tugas tenaga kesehatan yang bersangkutan terutama untuk menunjang pembangunan kesehatan serta sejauh mungkin dapat memantapkan
pengembangan karir.
3)
dan
kesehatan tenaga
mampu
sepenuhnya
menunjang pemerataan upaya kesehatan. 4) Meningkatkan jumlah mutu dan tenaga pengajar sesuai
dengan kebutuhan pendidikan dan latihan. Meningkatkan kelengkapan perangkat lunak dan perangkat
keras pendidikan dan latihan. Meningkatkan perencanaan, pengawasan dan penilaian pe-
ngembangan tenaga kesehatan. 5) Mengikutsertakan tenaga kesehatan masyarakat yang termasuk swasta lain dalam turut
pengadaan tenaga kesehatan untuk meningkatkan jumlah diperlukan, antara mendirikan sekolah perawat kesehatan. Sesuai dengan kebijaksanaan dan langkah-langkah di atas, ditetapkan pokok kegiatan pendidikan dan latihan sebagai berikut : 1) Meningkatkan kemampuan perencanaan, pengawasan dan
penilaian pengembangan tenaga kesehatan. 2) Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan, dengan jalan penyusunan peningkatan konsep pendidikan yang terarah dan mantap, pemantapan kurikulum, peningkatan tenaga pendidik, pembinaan, dan pengembangan pengembangan dan informasi dan pendidikan, penelitian
pendidikan dan latihan, pengembangan sistem penelaahan penilaian, pengembangan institusi perangkatnya, peningkatan keserasian kerjasama dengan perencanaan dan
pengelolaan
tenaga
kesehatan
dan
peningkatan
peranserta masyarakat termasuk swasta. 3) Meningkatkan penyelenggaraan latihan tenaga kesehatan, dengan jalan menyusun pola latihan yang terarah dan menyeluruh, latihan, peningkatan pengembangan dari pemantapan pelatih, sistem kurikulum, penyebarluasan latihan, latihan, penilaian, pembinaan, dan sektor pemantapan persyaratan pengembangan penelaahan peserta informasi dan
peningkatan keserasian kerjasama dengan unsur lainnya pengembangan tenaga, antar peningkatan pro-gram peningkatan balai latihan termasuk perangkatnya, dan memantapkan kerjasama lainnya yang berkaitan. Pelaksanaan dengan dan pendidikan lebih dan latihan dilaksanakan kelembagaan pemberian dan terutama dan tata pada lebih
laksana serta pemenuhan tenaga bagi upaya pendidikan latihan. motivasi akan masyarakat dan peningkatan kerjasama serta koordinasi penyelenggaraan ditingkatkan. Pengawasan, pengendalian dan penilaian penyelenggaraan latihan
pendidikan dan latihan akan ditingkatkan secara teratur dan terus menerus. b. Pendayagunaan Tenaga Kesehatan. Tujuan kegiatan utama dari pendayagunaan tenaga
kesehatan dalam Repelita IV ialah terciptanya pengelolaan yang berhasilguna dan berdayaguna terhadap tenaga kesehatan pada berbagai tingkat jabatan dalam program pembangunan kesehatan.
Pokok-pokok kegiatan dalam rangka mencapai tujuan terse-but adalah (1) peningkatan pendayagunaan tenaga kesehatan,
dan (2) penyempurnaan sistem informasi tenaga kesehatan. Sasaran program ini ialah tercapainya pengisian formasi, pengembangan karir dan peningkatan administrasi tenaga kesehatan. Kebijaksanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran terse-but dilakukan sebagai berikut : 1) Penyempurnaan konsep pengelolaan tenaga dalam bidang kesehatan secara menyeluruh termasuk usaha pendayagunaannya. 2) Penerimaan, pengangkatan, penyebaran dan penempatan tenaga dengan memperhatikan segi perimbangan kebutuhan pemerintah dan unsur masyarakat yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah. 3) Pemberian izin melaksanakan profesi yang merupakan persyaratan wajib bagi setiap tenaga profesi. 4) Pemberian penghargaan kepada setiap tenaga kesehatan
yang berjasa dalam pembangunan kesehatan sesuai dengan pengabdiannya. Peningkatan pelayanan administrasi dan peningkatan kemampuan pelaksana pengelola administrasi kepegawaian dengan memanfaatkan sistem informasi ketenagaan serta memperhatikan kerjasama lintas program dan lintas sektoral. 5. Program Pengendalian, Pengadaan dan Pengawasan Obat, Makanan, Kosmetika, Alat Kesehatan dan Bahan Berbahaya. a. Pengendalian, Pengadaan dan Pengawasan Obat,
Makanan, Kosmetika dan Alat Kesehatan. Dalam Repelita IV kegiatan ini bertujuan untuk : 1) Mencukupi jenis dan jumlah obat serta alat kesehatan
173
sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat dengan pe nyebaran yang semakin merata sehingga terjangkau oleh masyarakat luas. 2) Menjamin kebenaran mutu, keamanan, khasiat/kemanfaatan dan keabsahan yang beredar obat, di narkotika, masyarakat obat serta tradisional, alat kesehatan, makanan, minuman dan kosmetika meningkatkan ketepatan penggunaannya. Mencegah penyalahgunaan dan kesalahgunaan serta melindungi masyarakat dari bahaya obat, narkotika dan minuman keras yang dapat merugikan dan membahayakan kesehatan, keselamatan dan keamanan rakyat. Sasaran program ini meliputi : 1) Terpenuhinya kapasitasnya kebutuhan esensial kebutuhan sehingga 30 obat mampu esensial unit pelayanan 15% baku dari obat
kesehatan. Unit produksi obat Pemerintah ditingkatkan memproduksi bahan pengadaan obat minimal nasional. macam Produksi dan
"cadangan"
sekitar 80 macam bahan baku obat esensial. Produksi simplisia dalam negeri meningkat menjadi 400 macam. Tercapainya gunaan efisiensi obat dan dan alat ketepatan pengadaan di dan pengunit
kesehatan
seluruh
pelayanan kesehatan. 2) Tercapainya secara sistem pengadaan dengan dan distribusi obat
berhasilguna Gudang
meningkatkan di
dan pengelolaan Gudang Farmasi yang meliputi 10 Gudang Regional, Farmasi dan sarana Kabupaten/Kotamadya penyimpanan
(4) Semua obat, bahan baku obat, narkotika, simplisia dan obat tradisional, alat kesehatan, makanan, minuman dan kosmetika yang beredar sudah terdaftar sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah diadakan penilaian dan pengujian yang saksama. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut ditetapkan lang-kah- langkah sebagai berikut : 1) Mencukupi persediaan obat dan alat kesehatan secara me-rata, mutunya terjamin dan terjangkau oleh masyarakat luas. Pengadaan dan pengelolaan obat nasional akan ditingkatkan
untuk lebih berhasilguna dan diarahkan sehingga Indonesia dapat mandiri secara bertahap, khususnya dalam produksi obat esensial dan bahan baku obat esensial. Usaha dan kegiatan di bidang obat dan alat kesehatan yang dilakukan swasta oleh Pemerintah, dan swasta badan asing usaha milik negara, disenasional diarahkan dan
laraskan agar saling mengisi. Pemerintah bertanggungjawab atas pengendalian dan pengawasan obat, narkotika, obat tradisional, alat kesehatan, makanan dan kosmetika. Pengendalian dan pengawasan terhadap obat, narkotika, psikotropika dan minuman keras dilaksanakan secara ketat dan tepat. Pokok-pokok kegiatan terdiri dari : 1) Peningkatan pengadaan dan pengelolaan obat dan
alat kesehatan. Peningkatan pengendalian dan pengawasan obat, narkotika, obat tradisional, alat kesehatan, makanan dan
obat, narkotika, obat tradisional, alat kesehatan, makanan dan kosmetika. Pokok-pokok kegiatan tersebut dilakukan melalui
kegiatankegiatan sebagai berikut: 1) Pembinaan dan peningkatan kemampuan pengadaan dan produksi untuk mencukupi kebutuhan obat dan alat kesehatan sehingga jenis dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat. 2) Pengendalian, pembinaan dan pengembangan kerjasama yang serasi dan saling mengisi antara Pemerintah, badan usaha milik negara, dan swasta dalam mencukupi kebutuhan obat nasional. Pemantapan sistem pengadaan bahan baku obat obat dengan dan
mengadakan cadangan bahan baku obat esensial untuk mendukung kelancaran produksi esensial stabilitas harga. 3) Pemantapan kesehatan. Peningkatan prasarana dan sarana pengendalian dan pengawasan obat, narkotika, obat tradisional, alat kesehatan, makanan dan kosmetika, serta obat hewan berupa peraturan perundang-undangan dan pedoman pengawasan, dan pengembangan pusat pemeriksaan obat dan makanan dan balai pemeriksaan obat dan makanan di daerah. sistem distribusi obat dan alat
6)
Peningkatan penilaian dan pendaftaran obat, bahan baku obat, narkotika, simplisia dan obat tradisional, alat kesehatan, untuk makanan dan minuman serta kosmetika mendapatkan kepastian tentang
keamanan, khasiat atau nilai gizi, kegunaan serta mutu dan atau persyaratan lain yang ditetapkan. 7) Peningkatan upaya pencegahan penyalahgunaan psikotropika dan dan
obat,
narkotika,
Pengawasan
Bahan
Berbahaya
bagi Kesehatan. Dalam Repelita IV, kegiatan ini bertujuan untuk : 1) Melindungi bahan masyarakat serta dan lingkungan salah terhadap penggunaan
berbahaya
mencegah
dan penyalahgunaannya. Mencegah salah penanganan dan meningkatkan pengamanan pada proses pelaksanaan impor, produksi, distribusi, penyimpanan, penggunaan, pembuangan, pemusnahan atau pemulihan limbah bahan berbahaya. Sasaran kelompok kegiatan ini meliputi : 1) Terlaksananya bahan upaya pengendalian yang dan pengawasan bahayanya
berbahaya
terutama
tingkat
tinggi dan digunakan secara luas oleh masyarakat. 2) Terkendalinya pencemaran bahan berbahaya terhadap lingkungan. Timbulnya kesadaran masyarakat luas akan ancaman bahan berbahaya dan meningkatnya kesadaran dan tang-
gungjawab
para
pelaksana
teknis,
pengelola
dan
ditetapkan kebijaksanaan sebagai berikut : 1) Janis dan jumlah dan bahan berbahaya sepadan perlu dengan
dikendalikan
diawasi
agar
kebutuhan dan tujuan penggunaan yang sebenarnya. 2) Pembinaan pembuangan, secara menyeluruh sampai atau mulai dari proses dan limbah
penggunaan pemuliaan
pemusnahan
Pokok-pokok kegiatan terdiri dari : 1)Peningkatan pengelolaan Bahan Berbahaya. 2)Peningkatan Berbahaya. Peningkatan prasarana dan sarana pengendalian serta pengawasan bahan berbahaya. Pokok-pokok kegiatan tersebut dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1) Melaksanakan pro-duksi, penggunaan, pembinaan, impor, pembuangan, pengendalian distribusi, pemusnahan dan atau pengawasan pemuliaan kemampuan Aparatur Pengelolaan Bahan
penyimpanan,
limbah bahan berbahaya. Melaksanakan penilaian dan pendaftaran bahan berbahaya terutama yang tingkat bahayanya tinggi dan penggunaannya luas. Meningkatkan prasarana dan sarana pengendalian dan pengawasan bahan berbahaya berupa peraturan perundang-unda-
ngan dan pedoman persyaratan teknis. (4) Melaksanakan penyuluhan dan penyebaran informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian masyarakat tentang ancaman bahan berbahaya. 6. Program Perbaikan Gizi Program ini bertujuan untuk menunjang upaya penurunan angka kematian anak balita, status samping dan meningkatkan terutama program bagi kemampuan golongan gizi masyarakat guna mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, melalui maupun peningkatan di kota. Di gizi, itu rawan dan ma syarakat berpenghasilan rendah baik di desa perbaikan menunjang upaya penggalakan dan pemasyarakatan pemanfaatan aneka sumber pangan dalam rangka penganekaragaman konsumsi pangan. Untuk mencapai tujuan program ini, digariskan
kebijaksanaan sebagai berikut : a. Upaya gizi tanpa perbaikan utama yaitu gizi Kurang diarahkan Kalori dan terutama Protein untuk (KKP), gizi
melanjutkan dan meningkatkan penanggulangan 4 masalah Kurang Vitamin A, Gondok Endemik dan Anemia Gizi Besi, mengabaikan kemungkinan timbulnya masalah lainnya. Upaya perbaikan gizi dilaksanakan secara bertahap dan serasi dengan program kesehatan dan sektor lain yang berkaitan. Upaya perbaikan gizi dilaksanakan melalui upaya kesehatan Puskesmas, peranserta masyarakat dan rujukan upaya kesehatan. b. Upaya perbaikan gizi melalui Puskesmas ditekankan pada kegiatan pembinaan, pengembangan dan pelayanan gizi ma-
anak-anak
Balita.
Di
rumah
sakit,
selain
dititik
beratkan kepada pelayanan gizi bagi penderita dilakukan juga penyuluhan gizi bagi keluarga penderita. d. Peranserta masyarakat di galang melalui pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa dengan wadah Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa. Usaha perbaikan dan gizi keluarga (UPGK) mutu akan terus dikemuntuk
bangkan
ditingkatkan
kegiatannya
mewujudkan meningkatnya status gizi anak balita, wanita hamil dan ibu menyusui, terutama golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Untuk meningkatkan pelayanan gizi bagi konsumen di institusi-institusi latihan teknis. Upaya menggalakkan pangan akan dan memasyarakatkan rangka dengan pemanfaatan di aneka pangan bidang olah (rumah raga, sakit, panti sosial, dan pusat perusahaan lain-lain)
dalam
didukung
pangan,
pemasaran,
ekspor/impor,
teknologi paska panen. Untuk meningkatkan terus kemampuan perencanaan dan dan pengelolaan ditingkatkan
program gizi, sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) akan dikembangkan pengetrapannya. Pengembangan SKPG juga menunjang upaya mencegah timbulnya masalah gizi di daerah-daerah rawan pangan. e. Upaya perbaikan gizi anak sekolah dilaksanakan melalui kurikulum TK, SD, SMTP, intervensi gizi, dan
di sekolah, akan diutamakan penggunaan bahan makanan setempat dan peranserta masyarakat. Pokok perbaikan (UPGK); anemi masalah kegiatan gizi yang : dan akan dilaksanakan Perbaikan dalam Gizi program Keluarga gangguan dan
adalah
Usaha
penyakit anak
gizi terutama KKP, Kekurangan Vitamin A, Gondok endemik dan peningkatan rawan, sekolah pelayanan gizi institusi. daerah Dalam rangka penanggulangan sistem
dikembangkan
kewaspadaan pangan dan gizi yang mencakup sistem isyarat dini dan intervensi. Sasaran-sasaran dari program ini ialah : a. Setiap desa sudah melaksanakan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Sekitar 17 juta anak balita akan memperoleh kapsul vita-min A dosis tinggi. Di samping itu semua keluarga, terutama di daerah yang banyak penderita kekurangan vitamin A (daerah rawan vitamin A) telah terjangkau oleh penyuluhan gizi yang mendorong kebiasaan keluarga mengkonsumsi pa-ngan sumber vitamin A. b. Satu atau lebih bahan pangan telah diperkarya (fortifikasi) dengan zat besi atau vitamin A dan di konsumsi oleh semua keluarga, terutama di daerah rawan vitamin A dan banyak penderita anemi gizi besi. c. Garam beryodium mencapai seluruh daerah dan semua
keluarga di daerah gondok endemik telah mengkonsumsi garam beryodium. d. Sekitar 10 juta penduduk di daerah endemik akan
f.
Sekitar 5 juta ibu hamil, 3,4 juta anak sekolah, dan 2,5 juta pekerja berpenghasilan rendah akan memperoleh preparat zat besi untuk mencegah anemia gizi besi.
g.
Semua TK, SD dan SMTP akan tercakup dalam upaya peningkatan gizi anak sekolah, dan pada sejumlah SD, terutama di daerah-daerah yang penduduknya berpenghasilan rendah, akan dilakukan intervensi gizi sekolah.
h.
gizi
institusi serta
terutama Puskesmas
diarahkan dengan
kepada tempat
sakit
Semua keluarga, terutama di daerah-daerah rawan gizi, telah terjangkau oleh penyuluhan gizi. i. Beberapa daerah rawan pangan dan gizi, di 12 Propinsi tertentu, telah melaksanakan sistem kewaspadaan pangan dan gizi. 7. Program Penyediaan Air Bersih. Program ini bertujuan untuk meningkatkan penyediaan air bersih di daerah pedesaan secara merata dengan jumlah dan mutu yang memenuhi syarat kesehatan. Pelaksanaannya dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat dan melalui
kerjasama an-tar instansi pemerintah yang berkaitan dalam tanggungjawab upaya penyediaan air bersih. Kebijaksanaan program penyediaan air bersih selama Repelita IV adalah sebagai berikut : a. Upaya penyediaan di air bersih pedesaan, ditujukan terutama untuk yang penduduk daerah
berpenghasilan rendah. b. Upaya penyediaan air bersih diutamakan pada daerahdaerah yang rawan air dan daerah yang tinggi angka
kejadian penyakit yang bersumber dari air. c. d. Pembangunan sarana air bersih harus dapat mendorong peranserta dan tanggungjawab masyarakat. Pengurusan adalah pengadaan dan dana pemeliharaan maupun sarana air baik bersih dalam tanggungjawab masyarakat, pengaturan
penggunaannya
dengan bimbingan Pemerintah. Dalam melaksanakan upaya penyediaan air bersih, kerjasama e. lintas sektor dan antar instansi akan ditingkatkan. Penggunaan sumber daya alam khususnya air yang terbatas Teknologi penyediaannya, yang ada direncanakan dengan saksama air dan perlu di hemat dan dijaga kelestariannya. tentang pembangunan sarana bersih perlu dimanfaatkan, dan akan dipilih yang sesuai untuk penyediaan air bersih di pedesaan. Pada pedesaan bersih. Pokok-pokok kegiatan dari program ini adalah sebagai berikut : a. Pembangunan fisik sarana penyediaan air bersih: Dalam Repelita IV akan dibangun 700 penampungan mata air dengan perpipaan, air hujan, 340 1.400 sumur artisis, 40.000 air, penampungan perlindungan mata akhir telah Repelita mendapat IV direncanakan dalam 55% penduduk air
kemudahan
memperoleh
325.000 sumur pompa tangan (dangkal dan dalam), 22.500 sumur gali, 570 sumur rembesan (infiltration gallery), 870 saringan pasir lambat, dan dari sejumlah saringan serta sederhana untuk penyuluhan percobaan
b.
Survai, yang bertujuan untuk mengumpulkan data dasar keadaan potensi air bersih yang ada.
c.
Peningkatan
pengetahuan
dan
ketrampilan
tenaga,
termasuk tenaga masyarakat di daerah pedesaan. 8. Program Peningkatan Kesehatan Lingkungan. Program dapat masyarakat mewujudkan dalam ini yang bertujuan optimal. mencapai menuju mutu lingkungan dilakukan yang
menjamin
kesehatan dan
derajat
Pelaksanaannya kesadaran
keikutsertaan upaya
masyarakat dan
melalui kerjasama antar instansi pemerintah yang berkaitan tanggungjawab peningkatan pelestarian kesehatan lingkungan. Adapun kebijaksanaan peningkatan kesehatan lingkungan selama Repelita IV adalah sebagai berikut : a. Upaya peningkatan kesehatan lingkungan ditujukan untuk semua penduduk dan diutamakan bagi penduduk yang berpenghasilan rendah b. Penyuluhan c. serta baik di kota maupun ditujukan di desa bagi termasuk daerah pemukiman baru. pembinaan terutama wanita dan generasi muda. Dalam melaksanakan upaya kesehatan lingkungan kerjasama lintas sektor ditingkatkan.
d. Penggerakan dan pemanfaatan sumberdaya yang ada terutama dari masyarakat termasuk swasta ditingkatkan. e. Penggunaan sumberdaya alam yang terbatas persediaannya, khususnya air dan energi tertentu, direncanakan dengan saksama dan perlu di hemat serta dijaga kelestariannya. f. Ilmu pengetahuan dan teknologi tentang kesehatan
lingkungan yang dimiliki dan diketahui, dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Sasaran program kesehatan lingkungan adalah : 1) Sekitar 42% penduduk pedesaan telah menggunakan sarana pembuangan kotoran manusia dan 21% telah mengelola air limbah dengan cara yang memenuhi syarat kesehatan. Sekitar 25% tempat-tempat pembuatan, penjualan dan penyajian makanan telah dapat diawasi. Di samping itu 50% tempat-tempat umum yang telah terdaftar telah memenuhi syarat-syarat kesehatan. Pokok-pokok berikut : a. Penyehatan Perumahan dan Lingkungan. Pokok kegiatan ini terdiri dari kegiatan peningkatan kegiatan dari program ini adalah sebagai
penyehatan perumahan, pembuangan kotoran manusia dan air limbah serta penyehatan pengelolaan sampah. Kegiatan penyehatan perumahan bertujuan untuk mencapai peningkatan kesehatan perumahan dan terpenuhinya syarat kesehatan bagi perumahan yang akan dan sedang dibangun oleh masyarakat termasuk swasta. Perbaikan yang dilakukan dalam meningkatkan termasuk 14.750 rumah kesehatan penderita perumahan meliputi paru dan TBC bersifat penyuluhan sekitar melalui percontohan yang penyehatan penyuluhan
sekitar 615.000 perumahan di pedesaan yang akan atau sedang dibangun oleh masyarakat. Untuk mencapai sasaran tersebut di atas dan menja min kesinambungan kegiatan perlu peningkatan pengetahuan dan 185
ketrampilan kader pembangunan desa dan teknisi perumahan di pedesaan. Kegiatan pembuangan kotoran manusia dan air limbah bertujuan limbah. penyakit daerah karena untuk meniadakan gangguan atau bahaya kesehatan manusia sarana pada penyakit limbah atas di masyarakat dan lingkungan karena kotoran manusia dan air Pengembangan pada dan limbah dan di cacing air endemik cacing sarana daerah demam rumah pembangunan endemik keong. tangga kotoran diprioritaskan pengelolaan gastroenteritis,
Pembangunan
gastro-enteritis, kegiatan
daerah-daerah
masalah. dengan
diusahakan untuk mendukung proses daur ulang secara optimal pemberantasan penyakit-penyakit tersebut di atas. Kegiatan penyehatan pengelolaan sampah bertujuan agar sampah dikelola sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan gangguan atau bahaya Pada kesehatan akhir bagi masyarakat IV ini dan lingkungannya. ibu kota Repelita Kegiatan pengawasan sifatnya
pengelolaan sampah dari segi kesehatan dilaksanakan di 100 kabupaten/ kotamadya. membantu instansi pengelola sampah dalam perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan sampah. Untuk itu akan dibuat dan disebarluaskan contoh/instalasi daur ulang dan penampungan serta alat angkut sampah. Demikian juga akan dilaksanakan survai sampah. b. Pengawasan Kualitas Lingkungan. Pokok-pokok kegiatan ini terdiri dari pengawasan guna mengetahui kemajuan dan tingkat pengelolaan
higiene
dan
sanitasi
makanan;
pengawasan
higiene
dan
sanitasi tempat-
umum; dan
pengawasan pencemaran
kualitas
air
minum; pelayanan
kualitas air untuk berbagai kegunaan yang berhubungan dengan lingkungan; radiasi; pengawasan sanitasi tempat penyimpanan, penggunaan edaran pestisida; pengawasan vector, pengawasan sanitasi industri. Kegiatan bertujuan pengawasan higiene dan sanitasi makanan
dan sanitasi tempat-tempat pembuatan dan penjualan/penyajian makanan yang baik. Pengawasan diutamakan pada daerah yang padat penduduknya, daerah pariwisata serta endemik penyakit diare dan keracunan. Kegiatan pengawasan higiene dan sanitasi tempat-tempat umum (TTU) bertujuan untuk mewujudkan kondisi TTU yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit pada serta TTU tidak di yang para menyebabkan sekitarnya. berlokasi instansi kegiatan di lain gangguan Pengawasan daerah yang terhadap kesehatan Dalam Untuk masyarakat pembinaan
diprioritaskan pariwisata.
bersangkutan.
diusahakan menerbitkan peraturan pelaksanaan dari Undangundang No. 19 Tahun 1962, yaitu Undangundang tentang higiene untuk usaha bagi di umum, daerah. termasuk Kegiatan peraturan-peraturan pelayanan proteksi pelaksanaannya
radiasi bertujuan untuk perlindungan manusia dan lingkungan termasuk peralatan dari bahaya radiasi secara menyeluruh dan terpadu. Pada akhir Repelita IV fasilitas yang menggunakan bahan yang menimbulkan radiasi diusahakan akan mendapatkan proteksi radiasi. Untuk itu akan disusun pedoman
proteksi
radiasi
dan
peningkatan
sarana
serta
prasarana
yang diperlukan. Kegiatan pengawasan sanitasi tempat penyimpanan, penggunaan dan peredaran pestisida (TP3) bertujuan untuk mewujudkan kondisi lingkungan sehat, bebas dari pengaruh buruk atas peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida. Pada akhir Repelita IV direncanakan sekitar 6.000 unit TP3 pestisida telah dapat mengelola pestisida secara tepat dan aman, kasus keracunan pestisida telah dapat dikendalikan dan sekitar 100 lokasi sumber pencemaran pestisida dapat dikendalikan. Untuk kegiatan ini diusahakan terbinanya hubungan kerja lintas pro-gram dan lintas sektor. Kegiatan pengawasan vector bertujuan untuk mewujudkan
perlindungan penduduk terhadap penularan penyakit oleh vector. Pada akhir Repelita IV, direncanakan telah dapat dilaksanakan pengendalian vector pada 10 kota besar dengan metode terpadu dan tepat guna. Kegiatan pengawasan sanitasi industri bertujuan untuk
mewujudkan kondisi industri yang memenuhi syarat kesehatan, agar masyarakat terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan produk dan bahan buangan industri. Untuk itu 9% dari jumlah industri rumah tangga dan 50% dari jumlah industri besar dapat terjangkau dilakukan oleh sistem tujuan pengawasan pengawasan kepada sanitasi sanitasi dan industri. industri, Dalam akan mencapai
pembinaan
pengelola
pemilik industri. c. Pengembangan Kegiatan Instalasi Pemeriksaan Spesimen Kesehatan Lingkungan. Kegiatan ini bertujuan untuk mencapai terselenggaranya
pemeriksaan secara laboratorium terhadap spesimen kesehatan lingkungan. Kegiatan tersebut akan dilakukan melalui balai teknik kesehatan lingkungan dan pos-pos pemeriksaannya, balai laboratorium kesehatan serta laboratorium rumah sakit kabupaten. 9. Program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Kesehatan. Program mengembangkan rangka kesehatan, ini bertujuan hasilguna didukung untuk dan meningkatkan dan
peningkatan dengan
undangan yang diperlukan. Sasaran program ini adalah : a. Peningkatan pelaksanaan, termasuk kesehatan, fungsi pengawasan, pendayagunaan perencanaan, pengendalian dan aparatur dan penggerakan penilaian aparatur serta
pengorganisasian
tatalaksana
kesehatan
pengelolaan administrasi keuangan dan perlengkapan pada semua tingkat administrasi. b. Penyempurnaan berbagai produk hukum terutama Undang-undang nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan, di samping penyusunan berbagai peraturan dan perundangundangan yang diperlukan untuk menunjang pembangunan kesehatan dan jaminan perlindungan hukum bagi aparat kesehatan maupun masyarakat. Kebijaksanaan program ini adalah sebagai berikut: a. Perencanaan, pengendalian pengelolaan penggerakan dan pelaksanaan, pengawasan, dan
penilaian, dan
pengorganisasian di
kesehatan, dilaksanakan
secara
berkesinambungan
dan
terpadu
untuk
mencapai
hasilguna dan dayaguna yang optimal. b. Pengkajian ditingkatkan serta pengembangan dengan produk kebutuhan hukum perlu
sesuai
pembangunan
kesehatan dan yang dapat menjamin perlindungan hukum terhadap aparat kesehatan serta masyarakat. Meningkatkan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan khususnya yang dikelola oleh swasta agar dapat didayagunakan untuk membantu upaya kesehatan kepada masyarakat. Pokok-pokok kegiatan dalam program ini adalah : a. Peningkatan fungsi perencanaan, penggerakan pelaksanaan dan penilaian. Langkah-langkah dari pokok kegiatan ini adalah : (1) Meningkatkan motivasi bagi tenaga-tenaga kesehatan yang bertugas di bidang perencanaan, penggerakan pelaksanaan dan penilaian. 2) Meningkatkan rencana dinamika dan proses penyusunan tenaga
terutama
perencanaan
pengembangan
kesehatan dan perencanaan sektoral/daerah. Pengembangan prosedur dan metode penggerakan pelaksanaan dan penilaian sesuai keperluan. 3) 4) Mengusahakan sumberdaya yang memadai.
Mengadakan bimbingan di dalam perencanaan, penggerakan pelaksanaan dan penilaian secara terus menerus.
b.
Peningkatan pengendalian.
fungsi
pengawasan dari
dan pokok
Langkah-langkah
1)
Meningkatkan ketertiban di segala bidang baik di pusat maupun daerah berdasarkan bukti-bukti atau gejala penyimpangan yang ditemukan dalam pengawasan.
2)
Mengadakan pengendalian terhadap pelaksanaan program, baik yang bersifat rutin maupun pembangunan.
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas pengawasan dan pengendalian agar mutunya dapat lebih memadai. 3) Meningkatkan usaha milik pengawasan negara terhadap di bidang badan-badan kesehatan
meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) Meningkatkan pelaksana pelembagaan yang unit organik dan unit
teknis
disesuaikan
dengan
volume
dan beban kerja di bidang upaya kesehatan. Meningkatkan dan membina ketatalaksanaan administrasi kesehatan pada setiap tingkatan. d. Peningkatan pengelolaan administrasi keuangan dan perlengkapan meliputi kegiatan-kegiatan: 1)Mengembangkan prosedur dan metode pembiayaan,
terma- suk penyusunan biaya satuan, agar kegiatan penyusun- an dan peningkatan administrasi keuangan dapat ber- dayaguna. 2) Meningkatkan an dan dan menyempurnakan administrasi menunjang
keuang
perlengkapan
untuk
penyelenggaraan 191
semua daerah.
kegiatan
baik
di
tingkat
pusat
maupun
e. Peningkatan pembinaan dan pengembangan hukum mencakup kegiatan: 1) Mengadakan penelaahan yang terhadap peraturan Undanguntuk
berlaku,
terutama lainnya
undang nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok Kesehatan Perundang-undangan disesuaikan dengan perkembangan upaya kesehatan. Memberikan dan mengusahakan bantuan hukum untuk menyelesaikan kasus-kasus yang ada kaitannya dengan kesehatan melalui kerjasama lintas sektoral. Melaksanakan penyuluhan hukum baik di bidang kesehatan maupun di luar kesehatan yang ada kaitannya dengan kesehatan, bagi petugas-petugas kesehatan dan masyarakat. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan dalam bidang hukum. 10. Program Penyempurnaan Prasarana Fisik Kesehatan. Program ini mempunyai tujuan untuk membakukan prasarana kesehatan prasarana serta dan menyediakan, sarana fisik, menambah, peralatan meningkatkan kerja, serta
perumahan, sesuai kebutuhan pada berbagai jenis dan tingkat unit kerja untuk meningkatkan produktivitas dan prestasi kerja serta membantu kelancaran pembangunan kesehatan. Sasaran dari program ini adalah dapat dibakukannya semua prasarana dan sarana kantor dan unit pelayanan kesehatan, dapat dilengkapinya unit kerja dengan peralatan kantor, serta tersedianya sarana-sarana lain nya untuk menunjang pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Kebijaksanaan program ini adalah sebagai berikut : a. Peningkatan inventarisasi kekayaan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, agar hasilhasil pembangunan kesehatan dapat lebih berhasilguna dan berdayaguna. Perluasan dan penambahan unit kerja sesuai dengan tugas pokok, fungsi, beban kerja, tata kerja, serta jumlah sumber daya ketenagaan yang harus selalu diikuti dengan penyediaan prasarana fisik yang diperlukan. Kebutuhan prasarana secara fisik disesuaikan dan dengan kebutuhan dapat
organisasi
menyeluruh
sinkron
sehingga
dihindari terjadinya tumpang tindih diantara program. Pembakuan prasarana, sarana dan peralatan/perlengkapan fisik pada berbagai jenis dan tingkat unit kerja perlu dilakukan dengan memadai. Pemerintah Daerah bertanggungjawab atas pemeliharaan re-
habilitasi dan pengembangan prasarana dan sarana yang telah dilimpahkan. Pokok-pokok kegiatan dari program ini adalah : a. Peningkatan prasarana dan sarana kerja untuk pelayanan kesehatan. b. Peningkatan sarana dan fasilitas pembinaan karyawan. 11. Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Program ini ditujukan untuk memberikan sarana cipta ilmi ah dan teknologi untuk menunjang pembangunan kesehatan dengan memanfaatkan kemampuan nasional di bidang penelitian dan pengembangan kesehatan. Disamping itu, program ini bertujuan 193
untuk memantapkan dan mengembangkan sistem informasi yang mampu berfungsi dalam memberikan informasi yang akurat, tepat waktu dan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan seluruh aparatur kesehatan di pusat dan di daerah dalam rangka pengambilan untuk keputusan. meningkatkan Bagi masyarakat, informasi upaya diberikan peranserta dalam
kesehatan dan menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan. Sasaran program ini adalah: (1) tersedianya berbagai angka rakyat indikator kesehatan untuk mengukur derajat kesehatan serta tersedianya informasi untuk menunjang kemampuan dan dampak pembangunan kesehatan terhadap derajat kesehatan pembangunan kesehatan, melalui peningkatan
nasional di bidang penelitian pengembangan kesehatan. (2) Terwujudnya suatu kerangka sistem informasi kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan manajemen kesehatan di semua tingkat dan kebutuhan masyarakat serta kebutuhan informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pembangunan kesehatan. Kebijaksanaan program ini adalah sebagai berikut : 1) Penelitian dan pengembangan kesehatan diorientasikan
kepada kebutuhan pembangunan kesehatan dan masyarakat. 2) Identifikasi dan perumusan masalah dilakukan secara ak tif dengan kerjasama antara pengambilan keputusan di berbagai tingkat administrasi, penyelenggara upaya kesehatan dan masyarakat. 3) Kegiatan galang penelitian dan pengembangan untuk kesehatan yang
dilakukan di berbagai unit, lembaga dan departemen di dan diserasikan meningkatkan kemampuan nasional dengan kerjasama lintas sektoral.
4)
Penelitian
dan
pengembangan
kesehatan
diperlukan
untuk penerapan, penyesuaian dan penciptaan teknologi tepat guna yang dilaksanakan secara lintas sektor dan multi disiplin dengan mengikutsertakan organisasiorganisasi profesi serta dengan dukungan peranserta
masyarakat untuk memperoleh dampak yang optimal dalam peningkatan derajat kesehatan rakyat. 5) Penyusunan formasi teknis kerangka sistem informasi sistem kesehatan informasi kesehatan akan upaya untuk
diwujudkan sebagai dasar untuk pengembangan sistem inmanajemen kesehatan, kesehatan, sistem informasi
masyarakat dan sistem informasi ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. Untuk pengembangan pola sistem informasi manajemen kesehatan, analisa pengumpulan dan data secara data terpadu dan dilaksanakan mulai oleh masing-masing satuan kerja, sedangkan pengolahan, penyajian informasi dikembangkan secara terpusat pada unit pengolahan data baik di pusat maupun di propinsi dengan memperhatikan perkembangan teknologi untuk keperluan tersebut. Pengembangan yang sistem informasi upaya diutamakan kesehatan untuk informasi dan
menunjang
Puskesmas
pengembangan tenaga kesehatan. Pokok-pokok kegiatan program ini adalah: 1)Penelitian dan pengembangan kesehatan. 2)Pengembangan institusional penelitian dan pengembangan kesehatan. 3)Pengembangan sistem informasi manajemen kesehatan.
4)Pengembangan sistem informasi upaya teknis kesehatan. 5)Pengembangan sistem informasi kesehatan untuk masyarakat. Pengembangan sistem informasi ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. 12. Program Generasi Muda Program Generasi Muda bertujuan untuk membentuk generasi muda yang sehat dan berperanserta aktif dalam pembangunan dalam rangka menjamin kelangsungan dan kesinambungan mencapai cita-cita bangsa. Dalam mencapai generasi muda yang sehat serta berperanserta aktif dalam pembangunan, dilakukan dengan pendekatan edukatif, mendayagunakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral serta memanfaatkan jalur dan wadah pelayanan kesehatan dan organisasi kepemudaan yang telah ada. Untuk mencapai tujuan dan pelaksanaan kebijaksanaan tersebut, akan dilakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut . a. Peningkatan Kesehatan dan Status Gizi Generasi Muda. Dalam rangka peningkatan kesehatan dan status gizi generasi muda akan dilanjutkan berbagai kegiatan yang telah dirintis dalam Repelita III serta perluasan pelayanan konsultasi kesehatan remaja, peningkatan kesegaran jasmani dan kesehatan kesehatan perbaikan olahraga, anak gizi usia dan perintisan muda dalam kesehatan ibu pelayanan kerjasama dan anak, paripurna upaya pelayanan dengan
kesehatan pada anak berusia lebih tua khususnya di bidang mental dan sosial,
pengembangan
pelayanan
gizi
institusi
dan
kesehatan
generasi muda angkatan kerja. b. Peningkatan Perlindungan Remaja Terhadap Kelainan dan
Gangguan Mental. Kegiatan perlindungan ini remaja merupakan terhadap perluasan bahaya dari dan upaya obat
narkotika
atau bahan berbahaya lainnya, berupa kegiatan : a)Upaya preventif narkotika resuatu maja jadalam melalui dan ringan penanggulangan penataran preventif para bagi petugas kesehatan,
penemuan dini korban. Upaya peningkatan kesehatan mental remaja dilakukan pula dengan pelayanan dan penyebaran informasi ten-tang kesehatan mental generasi muda. c. Peningkatan Partisipasi Generasi Muda dalam Upaya Kesehatan. Peningkatan peranserta generasi muda dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat ditingkatkan dengan pendekatan edukatif melalui pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa serta menggunakan jalur sekolah dan luar sekolah seperti pramuka, PMI Remaja dan sebagainya. 13. Program Peranan Wanita. Program Peranan Wanita bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan wanita mengenai peningkatan dan pemeliharaan masyarakat kesehatan diri untuk sendiri, keluarga cara dan hidup lingkungan, memasyarakatkan
Kelompok sasaran program ini adalah golongan wanita pada umumnya, ibu-ibu, remaja dan pemuda putri serta keluarga persekutuan hidup terkecil. Kebijaksanaan dan langkah-langkah program ini adalah sebagai berikut : 1) Puskesmas kesehatan kepada dengan sebagai Pusat di pembinaan wanita, segi untuk pelayanan wilayahnya, dan remaja dan dan pembinaan kesehatan putri, integrasi daya-guna
masyarakat
kegiatan-kegiatan golongan
pelayanan
memperhatikan
koordinasi hasil-guna
pelaksanaan
program
P2WPK/P2W-KSS
dengan sistem organisasi dan administrasi yang lebih mantap, serta pengaturan-pengaturan lainnya, yang memungkinkan kelancaran pelaksanaan program. Dalam rangka ini diperhatikan kepentingan koordinasi dan integrasi program-program sektor lainnya. Pembinaan konsepsual dengan dan operasional program ini dilakintra sektor kesehatan dan antara kesehatan dengan sektor-sektor pembangunan
sanakan
menggunakan
saluran-saluran
komunikasi
secara individual, kelompok dan massal. 2) Menjadikan program kesehatan sebagai salah satu
program kerja organisasi. 3) Memasyarakatkan sehari-hari cara hidup sehat sebagai pola hidup dalam
melalui
pembinaan
tokoh-tokoh
katan
ketahanan
terhadap
bahaya
narkotika,
minuman
keras, obat-obat terlarang dan lain sebagainya. Penggerakan masyarakat wanita dalam wilayah-wilayah
binaan disalurkan melalui upaya peningkatan pembinaan kegiatan PKK, kunjungan rumah dan pelayanan medis.
TABEL 23 - 5 PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT, 1984/85 - 1988/89 (dalam jutaan rupiah) K E S E H A T A N 1984/85 (Anggaran Pembangunan) 1984/851988/89 (Anggaran Pembangunan)
No. kode
SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM
10
SEKTOR KESEHATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL, PERANAN WANITA KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA Sub Sektor Kesehatan -------------------Program Penyuluhan Kesehatan Program Pelayanan Kesehatan Program Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyakit Rakyat Program Pengawasan Obat, Makanan dan Sebagainya
10.1