Anda di halaman 1dari 14

PERBEDAAN PENURUNAN KANDUNGAN ION NIKEL(II) PADA PROSES KOAGULASI MENGGUNAKAN FeSO4 DENGAN LIMBAH BESI PADA LIMBAH

ELEKTROPLATING

ARTIKEL

Oleh SITI KHOLIPUK 4350406519

JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

LEMBAR PENGESAHAN

Artikel Tugas Akhir II dengan judul Perbedaan Penurunan Kandungan Ion Nikel Pada Proses Koagulasi Menggunakan FeSO4 Dengan Limbah Besi Pada Limbah Elektroplating telah disetujui dan disahkan pada: Hari Tanggal : : Februari 2012

Semarang, 8 Februari 2012 Mengetahui Ketua Jurusan/Prodi

(Dra. Woro Sumarni., M. Si) NIP. 196507231993032001

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Sri Mantini Rahayu S., M.Si NIP. 19501017197603 2 001

Triastuti S., S.Si., M.Si NIP. 197704112005012014

12

PERBEDAAN PENURUNAN KANDUNGAN ION NIKEL(II) PADA PROSES KOAGULASI MENGGUNAKAN FeSO4 DENGAN LIMBAH BESI PADA LIMBAH ELEKTROPLATING
Email: skholipuk@yahoo.com Telp/Fax: 085727266253

Siti Kholipuk, Sri Mantini Rahayu Sedyawati, dan Triastuti Sulistyaningsih


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Kampus Sekaran Gunung Pati Telp. 08508112 Semarang 50229

Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang perbedaan penurunan kandungan ion nikel(II) pada proses koagulasi menggunakan FeSO4 dengan limbah besi pada limbah elektroplating. Limbah cair nikel dan limbah besi diambil dari salah satu industri rumah tangga pabrik pelapisan logam di Juwana, Pati, Jawa Tengah. Limbah besi berupa serbuk yang berasal dari proses pengamplasan yang sudah tidak terpakai lagi. Parameter yang diteliti adalah pH, massa, dan waktu kontak optimum. Pengukuran kadar ion nikel pada semua perlakuan ditentukan dengan metode spektroskopi serapan atom (SSA). Hasil penelitian diperoleh kondisi optimum pengendapan limbah Ni2+ dengan penambahan FeSO4 0,6 g terjadi pada pH 3, waktu 30 menit dengan penurunan ion nikel(II) sebesar 84,15%, sedangkan kondisi optimum pengendapan limbah Ni2+ dengan penambahan limbah besi 0,6 g terjadi pada pH 3, waktu 30 menit dengan penurunan ion nikel(II) sebesar 79,84%. Kata Kunci: Koagulasi, Ni(II), FeSO4, Limbah Besi. Ion Content Of The Differences Decrease Nickel(II) In The Coagulation Process Using FeSO4 With Iron Waste In Electroplating Waste Abstact The research on the differences of decreasing of nickel(II) ions content on the coagulation process using FeSO4 and iron waste in from the electroplating waste. Was done liquid waste of nickel and iron waste taken from the domestic industry of metal plating plant in Juwana, Pati, Central Java. Iron powder waste derived from the sanding process. Parameter studied were pH, mass, and the optimum contact time. Measurement of levels of nickel ions in all treatments was determined by atomic absorption spectroscopy (AAS). The results obtained that optimum conditions of Ni2+ deposition by addition of 0.6 g FeSO4 occurred at pH 3, for 30 minutes with a decrease in nickel(II) ion of 84.15%, while by addition of 0.6 g of iron waste occurred at pH 3, for 30 minutes with a decrease in nickel(II) ion of 79.84%. Key Words : Coagulation, Ni(II), FeSO4, Iron waste 1

PENDAHULUAN Industri lapis listrik (electroplating) merupakan industri yang menggunakan beberapa bahan-bahan kimia. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah larutan logam, sehingga limbah yang dihasilkan berbahaya bagi kesehatan manusia, baik yang terlibat langsung dengan kegiatan, maupun yang ada di sekitar industri. Salah satunya adalah limbah cair nikel. Dalam keadaan logam nikel tidak beracun namun dalam keadaan cairan menyebabkan kanker, korosif dan iritasi (Yudo S dan Nusa IS, 2005). Logam berat tidak dapat diuraikan atau dimusnahkan. Logam berat dapat masuk ke tubuh makhluk hidup melalui makanan, air minum dan udara. Logam berat berbahaya karena cenderung terakumulasi di dalam tubuh makhluk hidup. Laju akumulasi logam-logam berat di dalam tubuh lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk membuangnya. Akibatnya, keberadaanya di dalam tubuh semakin tinggi dan semakin lama memberi dampak merusak (Yudartomo, 2009). Berbagai macam usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi ion nikel(II) salah satunya dengan proses koagulasi. Pada prinsipnya koagulasi adalah menggumpalkan partikel-partikel koloid dan zat-zat organik yang tersuspensi. Tahapan proses ini yaitu destabilisasi sistem koloid, pembentukan mikroflok, dan aglomerasi. Keefektifan proses koagulasi dipengaruhi oleh jenis koagulan, konsentrasi, pH larutan dan kekuatan ion dari larutan. Koagulan yang digunakan dalam proses pengolahan limbah dapat berupa koagulan alami atau koagulan sintesis. Bahan koagulan kimia yang biasa digunakan sebagai koagulan misalnya tawas, ferosulfat, feri klorida, zeolit dan lain-lain. Cara ini diharapkan dapat mengurangi ion nikel(II) dalam limbah industri elektroplating (Hariani dkk, 2009). Untuk menurunkan ion nikel(II) dalam penelitian ini menggunakan koagulan FeSO 4 dan limbah besi. Limbah besi yang digunakan berbentuk serbuk yang berasal dari proses pengamplasan pada proses industri pelapisan logam. Limbah serbuk besi berfungsi sebagai sumber ion fero, Fe(II) yang dapat dimanfaatkan untuk menurunkan ion logam Ni(II). Limbah serbuk besi apabila dicelupkan dalam larutan asam kuat

misalnya H2SO4 dan HCl, maka limbah besi tersebut akan melepaskan elektron. Asam
12 2

kuat yang ditambahkan akan berfungsi ganda, yaitu pelepas elektron dan sebagai pengatur pH. Limbah besi diusahakan tidak terlalu keras teksturnya, sehingga pelepasan Fe(II) dapat berlangsung dengan mudah (Sedyawati dan Triastuti, 2009). Pada dasarnya besi dalam air dalam bentuk fero (Fe 2+) dan feri (fe3+), hal ini bergantung pada pH dan oksigen yang terlarut dalam air. Pada pH netral dan adanya oksigen terlarut yang cukup, maka ion fero yang terlarut dapat terionisasi menjadi feri dan selanjutnya terbentuk endapan ferihidroksida yang sukar larut, berupa hablur (presipitat) yang biasanya berwarna kuning kecoklatan, oleh karena pada kondisi asam dan aerobik bentuk ferolah yang larut dalam air (Joko, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2007) dengan menggunakan koagulan ferisulfat, hasil yang diperoleh untuk menurunkan limbah Cr pada limbah industri penyamakan kulit sebesar 99,88% pada pH optimum 6 dan massa ferisulfat 0,4 gram. Selanjutnya, penelitian Purwiyati (2005) juga menggunakan koagulan ferisulfat untuk menurunkan zat warna tekstil dengan hasil 300 ppm dengan pH optimum 2 dan waktu koagulasi 5 menit. Hariani dkk (2009) telah meneliti tentang penurunan konsentrasi Cr(VI) dalam air menggunakan koagulan FeSO4 dengan waktu 60 menit dapat menurunkan ion Cr(VI) 80%. Penelitian Dermatezis dkk (2011) tentang penghilangan Ni, Cu, Zn dan Cr sintetik maupun industri pengolahan air dengan proses

elektrokoagulasi dengan waktu optimum 60 menit dapat menurunkan konsentrasi ion nikel sebesar 75 %. Pengolahan limbah pada logam dengan serbuk besi telah dilakukan oleh Bramandita (2009) tentang pengendapan kromium heksavalen dengan serbuk besi menunjukkan penurunan konsentrasi Cr(IV) sebesar 0,14 ppm pada pH 3 dengan waktu pengendapan 10 menit dan jumlah serbuk besi yang digunakan sebanyak 5 gram. Penelitian yang dilakukan oleh Sedyawati dan Triastuti (2009) menunjukkan, bahwa penurunan konsentrasi Cr(IV) menjadi Cr(III) yang optimum pada pH 2 dengan waktu reduksi 30 menit mencapai 0,0406 ppm atau 99,89%. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin membandingkan penggunaan koagulan FeSO4 dan limbah besi untuk mengolah limbah cair industri elektroplating untuk menurunkan kandungan ion nikel(II). 13 3

METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia 100 ml, pipet volume 1 ml, 10 ml, labu takar 1000 ml, elenmeyer, pipet tetes, seker, neraca analitik, spektrofotometer serapan atom (SSA). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair nikel, FeSO4 p.a merck, limbah serbuk besi dari industri pelapisan logam di Juwana, NaOH p.a merck, NiSO4 p.a.merck, H2SO4 pekat, CaO, aquademineralisasi.

Prosedur Kerja Pembuatan Larutan Standar Nikel dan Kurva Kalibrasi Ni2+ Dilarutkan 2,637 gram NiSO4 ke dalam labu takar 1000 mL dan ditambahkan aquademin hingga tanda batas. Larutan induk NiSO4 1000 mg/L, diambil 10 mL, kemudian ditambahkan aquademin sampai volume 1000 mL. Konsentrasi divariasi yaitu 0; 1; 2; 3; 4; ppm dan selanjutnya dianalisis dengan SSA. Hasil pengukuran SSA dibuat kurva kalibrasi.

Preparasi dan Karakterisasi Awal Sampel Limbah Cair Nikel Sebanyak 100 ml limbah cair nikel dari industri elektroplating ditentukan konsentrasi nikel dengan menggunakan SSA dan diukur pH serta suhunya.

Penentuan pH Optimum Proses Koagulasi Menggunakan FeSO4 atau Limbah Besi Dimasukkan masing-masing 20 ml limbah cair nikel ke dalam 5 buah elenmeyer 100 mL. pH larutan diatur dengan penambahan NaOH 0,1 N atau H 2SO4 0,1 N sampai pH tertentu (pH 1, 2, 3, 4, dan 5). Masing- masing gelas piala tersebut ditambahkan 0,6 gram FeSO4 atau limbah besi dan 1 ml Ca(OH)2, kemudian diaduk selama 45 menit. Setelah selesai larutan diputar menggunakan sentrifuge dan filtratnya diukur absorbansinya menggunakan SSA pada panjang gelombang 232 nm.
12 4

Penentuan Waktu Kontak Optimum Proses Koagulasi Menggunakan FeSO4 atau Limbah Besi Ke dalam 5 elenmeyer 100 mL dimasukkan masing-masing 20 mL limbah cair nikel. pH larutan diatur dengan penambahan NaOH atau H 2SO4 sampai pH optimum. Masing-masing elenmeyer ditambahkan 0,6 gram FeSO4 atau limbah besi dan 1 ml Ca(OH)2, kemudian diaduk masing-masing selama 15, 30, 45, 60 dan 75 menit. Setelah selesai larutan diputar menggunakan sentrifuge dan filtratnya diukur absorbansinya menggunakan SSA pada panjang gelombang 232 nm.

Penentuan Massa Optimum Koagulan FeSO4 atau Limbah Besi Dimasukkan masing-masing 20 mL limbah cair nikel ke dalam 5 elenmeyer 100 mL. pH larutan diatur dengan penambahan NaOH atau H2SO4 sampai pH optimum. Masing-masing elenmeyer ditambahkan 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 gram FeSO 4 atau limbah besi dan 1 ml Ca(OH)2, selanjutnya diaduk dengan waktu optimum. Setelah selesai larutan diputar menggunakan sentrifuge dan filtratnya diukur absorbansinya menggunakan SSA pada panjang gelombang 232 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Nikel (Ni2+) Pembuatan kurva kalibrasi larutan standar dimaksudkan untuk mencari hubungan antara adsorbansi dengan konsentrasi larutan standar Nikel. Kurva kalibrasi dibuat dari pengukuran adsorbansi masing-masing seri larutan Ni2+ mulai dari 0; 1; 2; 3 dan 4 ppm, kemudian dibuat grafik hubungan antara konsentrasi dengan adsorbansi seperti terlihat pada Gambar 1.

13 5

0.2

Absorbansi

0.15 0.1 0.05 0 0

y = 0.0375x - 0.0012 R = 0.9996

Konsentrasi Ni (ppm) Gambar 1 Kurva Kalibrasi Larutan Nikel (Ni2+) Gambar 1 menunjukkan kurva kalibrasi larutan Ni2+ memiliki persamaan garis lurus y = 0,037x 0,001. Persamaan ini dipakai untuk mengkonversi harga adsorbansi hasil penelitian menjadi konsentrasi. Hasil Analisis Awal Limbah Cair Nikel dari Industri Elektroplating Tabel 1 Hasil analisi karakteristik limbah cair nikel No 1 2 3 Parameter Warna Bau Fase Hasil Hijau tua Tidak berbau Cairan encer tanpa endapan 250C 5 38,11 mg/L Alat Uji Visual Visual Visual

4 Suhu 5 pH 6 Kadar Nikel (mg/L) Sumber: Data Primer (2011)

Termometer pH meter AAS

Limbah cair nikel dari industri elektroplating ini berwarna hijau tua. Kadar nikel dalam limbah industri elektroplating adalah 38,11 mg/L(Tabel 1) dan ini masih jauh lebih tinggi dari baku mutu yang diizinkan pemerintah sesuai Peraturan Daerah Profinsi Jawa Tengah No 10 Tahun 2004 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri pelapisan logam untuk logam nikel, yaitu 1,0 mg/L. Industri pelapisan logam ini terletak di tengah-tengah lingkungan penduduk. Limbah cair nikel ini dibuang ke selokan tanpa proses pengolahan terlebih dahulu, sehingga akan menyebabkan pencemaran bagi masyarakat di sekit.
12 6

Penentuan pH Optimum Proses Koagulasi Menggunakan FeSO4 atau Limbah Besi Derajad keasaman atau pH larutan merupakan salah satu faktor yang penting yang menentukan kinerja koagulan dalam proses koagulasi. Nilai pH yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan membuat FeSO4 atau limbah besi tidak mampu bekerja optimum sebagai koagulan, karena pada pH rendah logam akan larut dan begitu juga sebaliknya. Gambar 2 menunjukkan Grafik hubungan antara pH dengan persen penurunan konsentrasi ion nikel(II) dengan penambahan FeSO4, dan Gambar 3 menunjukkan Grafik hubungan antara pH dengan persen penurunan konsentrasi ion nikel(II) dengan penambahan limbah besi.
88

persen penurunan konsentrasi nikel (%)

86 84 82 80 78 76 0 1 2 pH 3 77.25 79.37

86.46

78.45

77.48 5 6

Gambar 2 Grafik hubungan antara pH dengan persen penurunan konsentrasi ion nikel(II) dengan penambahan FeSO4
81 80 79 78 77 76 75 74 73 72 0 1

persen penurunan konsentrasi nikel (%)

79.92

74.73

75.36

74.96 73.23

pH

Gambar 3 Grafik hubungan antara pH dengan persen penurunan konsentrasi ion nikel(II) dengan penambahan limbah serbuk besi 13 7

pH pada proses koagulasi memberikan pengaruh terhadap penyerapan ion nikel(II). Dari hasil penelitian terhadap limbah cair nikel dengan penambahan FeSO 4, ion nikel(II) yang turun sebesar 86,46% sedangkan dengan penambahan limbah besi sebesar 79,92% dengan pH optimum 3. Hasil koagulasi Nikel dengan FeSO4 maupun limbah besi adalah flok Fe(OH)3, selanjutnya flok yang terbentuk akan mengikat ion Ni2+ yang ada dalam limbah, sehingga flok akan memiliki kecenderungan mengendap. Flok yang telah mengikat kontaminan Ni2+ tersebut akan mengedap dan kemudian dipisahkan dari larutanya. Bila ditinjau dari nilai konstanta hasil kali kelarutan (Ksp) Fe(OH)3 akan mengendap dengan sempurna pada pH 3 yang dapat dihitung dengan harga Ksp yaitu 3,8x10 -38 (Vogel, 1990), hal ini sesuai dengan pH optimum koagulasi penelitian di atas. FeSO4 hasil oksidasi akan bereaksi dengan ion hidroksida dan ion sulfat membentuk endapan Fe(OH)3. Endapan Fe(OH)3 akan semakin banyak apabila CaO ditambahkan. Dalam reaksi koagulasi, oksigen direduksi dan ion besi dioksidasi menjadi feri, dan akan mengendap sebagai Fe(OH)3. Reaksinya sebagai berikut: CaO+ H2O Ca(OH)2 2Fe(OH)3 +2 CaSO4 + 13H2O 2FeSO4. 7H2O + 2Ca(OH)2 + O2

Penentuan Waktu Kontak Optimum Proses Koagulasi Menggunakan FeSO4 atau Limbah Besi Waktu kontak merupakan faktor yang berpengaruh dalam proses koagulasi. Penelitian ini waktu divariasi yaitu mulai dari 15, 30 , 45, 60 dan 75 menit. Gambar 4 dan Gambar 5 menunjukkan grafik hubungan antara waktu kontak dengan persen penurunan konsentrasi ion nikel(II) oleh FeSO4 dan limbah besi.

8 12

persen penurunan konsentrasi nikel (%)

79 78 77 76 75.59 75 0 15 30

78.74 77.95

75.85 45 60 75

75.59 90

waktu (menit)

Gambar 4 Grafik hubungan antara waktu kontak dengan persen penurunan konsentrasi ion nikel(II) oleh FeSO4 persen penurunan konsentrasi nikel (%)
75.5 75 74.5 74 73.5 73 72.5 72 0 15 30 45 60 75 90 72.84 73.23 72.6 72.6 75.12

waktu (menit) Gambar 5 Grafik hubungan antara waktu kontak dengan persen penurunan konsentrasi ion nikel(II) oleh limbah besi Berdasarkan pada Gambar 4 dan 5 waktu kontak optimum diperoleh pada waktu kontak 30 menit dengan persen penurunan ion nikel(II) 78,74% pada penambahan FeSO4 dan 75,12% pada penambahan limbah besi. Waktu kontak kurang dari 30 menit tumbukan yang terjadi antara limbah besi atau FeSO4 dan ion nikel(II) belum banyak terjadi sehingga persen penurunan ion nikel(II) belum sempurna, selanjutnya pada waktu kontak di atas 30 menit tidak mempengaruhi persen penurunan ion nikel(II) karena tumbukan yang terjadi antara limbah besi dan ion nikel(II) sudah sempurna.

13 9

Penentuan Massa Optimum Koagulan FeSO4 atau Limbah Besi. Massa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses koagulasi. Variasi dalam penelitian ini adalah 0,2 ; 0,4 ; 0,6; 0,8; dan 1 g. Gambar 6 dan 7 menunjukkan Grafik hubungan antara massa dengan persen penurunan konsentrasi ion nikel(II) oleh FeSO4 dan limbah besi. persen penurunan konsentrasi nikel (%)
90 87.24 85 80 75 70 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 81.1 78.35 74.96 71.97 1.2

massa (g) Gambar 6 Grafik hubungan antara massa dengan persen penurunan konsentrasi ion nikel(II) oleh FeSO4
86 84 82 80 78 76 74 72 70 0 0.2 persen penurunan konsentrasi nikel (%) 84.49

75.99

74.96 73.02 0.4 0.6 massa (g) 0.8 1 72.13 1.2

Gambar 7 Grafik hubungan antara massa dengan persen penurunan konsentrasi ion nikel(II) dengan penambahan limbah besi Berdasarkan Gambar 6 dan 7 persen ion nikel(II) yang turun setelah penambahan FeSO4 sebesar 87,24% sadangkan pada penambahan limbah besi sebesar 84,49% terjadi pada penambahan 0,6 g. Penambahan 0,6 g limbah besi dalam penelitian ini dapat menurunkan ion nikel(II) dengan baik. Semakin besar massa limbah besi yang digunakan tidak akan efektif, karena konsentrasi larutan sudah jenuh sehingga penggumpalan semakin susah terjadi.

12 10

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat FeSO4 dan limbah besi dapat menurunkan ion nikel(II). Hasil nikel yang turun pada penambahan FeSO4 dan limbah besi tidak jauh beda. Berdasarkan penelitian yang didapat jumlah ion nikel(II) yang turun setelah penambahan FeSO4 sebesar 4,86 mg/L, sedangkan dengan penambahan limbah besi ion nikel(II) yang turun sebesar 5,91 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa metode koagulasi dengan limbah besi dapat dijadikan alternatif penanganan limbah cair yang mengandung ion nikel(II). Proses koagulasi ini memiliki berbagai kelebihan diantaranya prosesnya mudah dilakukan dan dilihat dari segi ekonomi murah karena menggunakan limbah yang sudah tidak terpakai lagi.

SIMPULAN 1. Kondisi optimum pengendapan limbah Ni2+ dengan penambahan FeSO4 0,6 g

terjadi pada pH 3, waktu 30 menit dengan penurunan ion nikel(II) sebesar 84,15%. 2. Kondisi optimum pengendapan limbah Ni2+ dengan penambahan limbah besi 0,6 g terjadi pada pH 3, waktu 30 menit dengan penurunan ion nikel(II) sebesar 79,84%. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA Bramandita, Andre. 2009. Pengendapan Kromium Heksavalen Dengan Serbuk Besi. Skripsi: FMIPA IPB. Hariani P. L., N. Hidayah, & M. Oktaria. 2009. Penurunan Konsentrasi Cr(VI) Dalam Air Dengan Koagulan FeSO4. Jurnal Penelitian Sains. Vol 12 (2). Jurusan Kimia FMIPA. Universitas Sriwijaya. Sumatra Selatan. Indonesia.

13 11

Joko, Tri. 2010. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Yogyakarta: Graha Ilmu. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomer 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah. Purwiyati, Evi. 2005. Pengaruh Penggunaan Feri Sulfat (Fe 2(SO4)3) Sebagai Koagulan Pada Adsobsi Zat Warna Tekstil Solophenyl Turauoise Blue oleh Biopolimer Kitosan. Skripsi. Semarang: FMIPA UNNES. Sedyowati, S. M. R., & Triastuti, S. 2009. Prototipe Unit Pengolahan Limbah Cair Sebagai Teknik Pengolahan Limbah Krom Heksavalen Menjadi Krom Trivalen Menggunakan Limbah Besi Pada Limbah Cair Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam. Laporan Penelitian Terapan. Semarang: FMIPA UNNES. Yudartomo. 2009. Logam Berat (Heavy Metal). Tersedia www.icempo.com/index.php?option=com_content&view=article&id=64:logamberat-heavy-metal&catid=37:teknologi&Itemid=65 [diakses 02-01-2010]. di

Yudo, S., & N. I. Said. 2005. Pengolahan Air Limbah Industri Kecil Pelapisan Logam. Jurnal Pengolahan Air Limbah. Volume 1 (1). Pusat pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan. BPPT.

12 12

Anda mungkin juga menyukai