Anda di halaman 1dari 19

( Jawaban Hal 1) 1.

Berbahsa yang bak merupakan Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan ragam pembicaraan). 2. a. Komunikasi b. bekerjasama c. alat integerasi dan adaptasi d. alat kontrol sosial e. alat berpikir 3. a. sesuai dengan lawan bicara b. tempat pembicaraan c. ragam pembicaraan - kita mau makan apa besok? - Ibu mau ke pasar? 4. Berbahasa yang benar merupakan Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indoensia (Seperti : sesuai dengan ejaan, pungtuasi, istilah dan tata bahasa) 5. Berbahsa dengan baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan (yakni sesuai dengan lawan bicara, tenpat pembicaraan, dan ragam pembicaraab ) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia (Seperti : sesuai denagn kaidah ejaan, pungtuasi, istilah dan tata bahasa) (Jawaban Hal 2) 1. Pembagian ragam bahasa : - Ragam bahasa pada bidang tertentu ( istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalis, dsb) - Ragam bahasa pada perorangan atau dialek ( Gaya bahasa mantan presiden Soehart, gaya berbahasa pengacara Ruhut Sitompul, Gaya berbicara presenter sekaligus penyanyi Soimah, dsb) - Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek (dialek bahasa Medan, dialek bahasa Manado, dialek bahasa Madura, dsb) - Ragam bahsan pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial - Ragam bahasa pada bentuk bahasa (lisan dan tulisan) - Ragam bahasa pada suatu situasi ( bahasa formal (baku) dan informasi (tidak baku)) Jenis Pemakaian Bahasa : a. Bahasa lisan (Nia sedang baca surat kabar) b. Bahasa tulisan (Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas) c. Bahasa isyarat 2. Setiap wilayah di dunia bahkan di Indonesia mempunyai bahasa masing-masing yang mereka mengerti dan digunakan sebagai bahasa sehari-hari meskipun mereka mempunyai satu bahasa baku (seperti bahasan Indonesia), dan biasanya bahasa yang mereka gunakan menjadi ciri khas wilayah atau suku mereka. Contohnya : Bahasa Medan (yang lebih condong pada tekanan nada saat berbicara), Bahasa Jawa (yang kedengarannya lebih lembut), dll 3. Saudara, Anda, Beliau

4. Yang harus diperhatikan : Latar belakang daerah penuntun Latar belakang pendidikan penuntun Situasi pemakaian pendidikan penuntun Ruang lingkup pemakaian atau pokok percobaan yang dibicarakan di lingkungan kelompok peuntun 5. Ragam bahasa menurut jenis pemakaian : a. Ragam dari sudut bidang atau pokok persoalan Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa. Contoh: Masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama Koroner, hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran Improvisasi, maestro, kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni Pengacara, duplik, terdakwa, digunakan dalam lingkungan hokum Pemanasan, peregangan, wasit digunakan dalam lingkungan olah raga. b. Ragam menurut sarananya Ragam bahasa menurut medium atau sarana dapat dibedakan atas ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Ragam bahasa lisan Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Contoh: -

i. Putri bilang kita harus pulang. ii. Ayah lagi baca Koran. iii. Saya tinggal di Bogor. Ragam bahasa tulis Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.Dalam ragam bahasa tulis bahasa yang kita gunakan perlu lebih terang, jelas, dan lebih eksplisit karena bahasa tulis tidak disertai oleh gerak isyarat, pandangan, atau anggukan. Itulah sebabnya bahasa tulis harus lebih cermat. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan pilihan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti fungsi gramatikal, bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide. Contoh: i. Putri mengatakan bahwa kita harus pulang. ii. Ayah sedang membaca koran. iii. Saya bertempat tinggal di Bogor. c. Ragam yang mengalami campuran Setiap penutur bahasa juga dapat memanfaatkan ragam lisan dan ragam tulisan secara bersamaan. Misalnya, dalam mempresentasikan sesuatu, seseorang selain menggunakan ragam tulis, biasanya didukung dengan ragam tulisan yang memuat fakta-fakta informasi secara detail. Penyajian informasi dalam bentuk tabel, bagan, grafik untuk memperjelas, merupakan salah satu bentuk ragam yang mengalami campuran. (Jawaban hal 3) 1. Sifat yang harus diperhatikan dalam ragam baku : a. Bersifat kecendikiaan. Sifat ini diwujudkan dalam paragraf, kalimat, dan satuan-satuan bahasa lain yang mengungkapkan penalaran dan pemikiran yang teratur, logis dan masuk akal. Contoh: Rumah aneh milik sang jutawan akan dijual atau rumah milik sang jutawan aneh akan dijual. b. Memiliki kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap.

Di sini, baku atau standar berarti tidak dapat berubah setiap saat. Contoh: Kata rasa dibubuhi awalah per- akan terbentuk kata perasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi perajin. Bukan pengrajin. Kata langganan mempunyai makna ganda yaitu orang yang berlangganan. Dalam hal ini, tokohnya disebut langganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.

c. -

Keseragaman. Di sini istilah baku dimaknai sebagai memiliki kaidah yang seragam. Proses penyeragam bertujuan menyeragamkan kaidah, bukan menyeragamkan ragam bahasa, laras bahasa, atau variasi bahasa. Contoh: Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramuniagara dan pramuniagari.

2. Contoh ragam baku - Ejaan Contoh : Menyimpulkan, bersama-sama - Kosa kata Contoh : sangat sulit - Tata bahasa : awalan o Semua peserta pertemuan itu sudah hadir. o Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran saudara. o Masalah ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas. o Sebelum mengarang, tentukan tema karangan. (Jawaban hal 4) 1. Sejarah Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia adalah bahasa kerja (working language). Dari sudut pandang linguistika, bahasa Indonesia adalah suatu varian bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19, namun mengalami perkembangan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja dan proses pembakuan di awal abad ke-20. Hingga saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun saat ini dipahami oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa Indonesia tidak menduduki posisi sebagai bahasa ibu bagi mayoritas penduduknya. Sebagian besar warga Indonesia berbahasa daerah sebagai bahasa ibu. Penutur bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Namun demikian, bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di surat kabar, media elektronika, perangkat lunak, surat-menyurat

resmi, dan berbagai forum publik lainnya sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia. Fonologi dan tata bahasa bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu. Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern. Kerajaan Sriwijaya (dari abad ke-7 Masehi) memakai bahasa Melayu (sebagai bahasa Melayu Kuno) sebagai bahasa kenegaraan. Hal ini diketahui dari empat prasasti berusia berdekatan yang ditemukan di Sumatera bagian selatan peninggalan kerajaan itu. Pada saat itu bahasa Melayu yang digunakan bertaburan kata-kata pinjaman dari bahasa Sanskerta. Sebagai penguasa perdagangan di kepulauan ini (Nusantara), para pedagangnya membuat orang-orang yang berniaga terpaksa menggunakan bahasa Melayu, walaupun secara kurang sempurna. Hal ini melahirkan berbagai varian lokal dan temporal, yang secara umum dinamakan bahasa Melayu Pasar oleh para peneliti. Penemuan prasasti berbahasa Melayu Kuno di Jawa Tengah (berangka tahun abad ke-9) dan di dekat Bogor (Prasasti Bogor) dari abad ke-10 menunjukkan adanya penyebaran penggunaan bahasa ini di Pulau Jawa. Keping Tembaga Laguna yang ditemukan di dekat Manila, Pulau Luzon, berangka tahun 900 Masehi juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya. Kajian linguistik terhadap sejumlah teks menunjukkan bahwa paling sedikit terdapat dua dialek bahasa Melayu Kuno yang digunakan pada masa yang berdekatan. Sayang sekali, bahasa Melayu Kuna tidak meninggalkan catatan dalam bentuk kesusasteraan meskipun laporanlaporan dari Tiongkok menyatakan bahwa Sriwijaya memiliki perguruan agama Buddha yang bermutu. Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Alfred Russel Wallace menuliskan di Malay Archipelago bahwa "penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia Belanda." Selanjutnya, Jan Huyghen van Linschoten, di dalam buku Itinerario ("Perjalanan") karyanya, menuliskan bahwa "Malaka adalah tempat berkumpulnya nelayan dari berbagai negara. Mereka lalu membuat sebuah kota dan mengembangkan bahasa mereka sendiri, dengan mengambil kata-kata yang terbaik dari segala bahasa di sekitar mereka. Kota Malaka, karena posisinya yang menguntungkan, menjadi bandar yang utama di kawasan tenggara Asia, bahasanya yang disebut dengan Melayu menjadi bahasa yang paling sopan dan paling pas di antara bahasa-bahasa di Timur Jauh." Kongres Bahasa Indonesia pertama telah menetapkan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Riau, begitu pula dengan negara serumpun lain seperti Malaysia mengakui bahwa bahasa Melayu standar adalah bahasa Melayu Riau-Johor. 2. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Huruf kapital dipakai juga sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Islam Kristen Hindu Allah Yang Mahakuasa Yang Maha Pengasih Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya. 3. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya: - Dia baru saja diangkat menjadi sultan. - Pada tahun ini dia pergi naik haji. - Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai. 4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu. Misalnya: - Wakil Presiden Adam Malik - Perdana Menteri Nehru - Profesor Supomo - Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara - Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian - Gubernur Jawa Tengah 5. Huruf miring atau cetak miring pada dasarnya digunakan untuk membedakan suatu unit bahasa. Pedoman EYD secara spesifik menyebutkan tiga penggunaan huruf miring: 1. Untuk nama atau judul terbitan (mis. buku, majalah, dan surat kabar) yang dikutip dalam tulisan, misalnya: Artikel itu dimuat dalam surat kabar KOMPAS. 2. Untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata, misalnya: Huruf pertama kata abad adalah a. 3. Untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia, misalnya: Ia mendownload pedoman EYD dari situs Badan Bahasa. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia (misalnya kudeta dan korps) tidak perlu ditulis dengan huruf miring. Fungsi huruf miring untuk membedakan ini mirip dengan fungsi tanda petik. Berikut perbedaan dan persamaannya: 1. Nama terbitan ditulis dengan huruf miring, tetapi judul bab di dalamnya ditulis dengan diapit tanda petik. Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan ditulis dengan diapit tanda petik. 2. Pengkhususan kata bisa dilakukan dengan huruf miring atau tanda petik, meskipun tampaknya tanda petik lebih ditujukan untuk mengkhususkan istilah yang kurang dikenal. Quran Alkitab Weda

(Jawaban Hal 5) 1. Hal yang harus diperhatikan : a. b. c. d. e. f. g. h. i. Membedakan dengan cermat kata-kata denotatif dan konotatif Mencermati kata-kata yang bersinonim Mencermati pemakaian kata-kata teknik dan populer Mencermati penggunaan kata-kata abstrak dan konkret Memperhatikan kata umum dan khusus Menggunakan kata dengan hemat Mewaspadai penggunaan kata-kata yang belum umum dipakai Berhati-hati menggunakan kata baku dan tidak baku Menggunakan majas dengan cermat

Pilihan kata yang "terbaik" adalah yang memenuhi syarat (1) tepat (mengungkapkan gagasan secara cermat), (2) benar (sesuai dengan kaidah kebahasaan), dan (3) lazim pemakaiannya. Berikut ini adalah contoh pemilihan kata yang tepat : Sidik tidak mau lagi mendengarkan kata-kata temannya yang sudah terbukti suka membual. Ia mengacuhkan janji-janji yang diobral temannya itu dan menganggapnya angin lalu. Pingkan sangat senang mendengar kabar itu dan ia berkilah kepada teman-temannya dengan bangga "Ternyata saya lulus".

Jika dilihat konteksnya, dalam kalimat (1) itu kata mengabaikan lebih tepat daripada mengacuhkan yang berarti 'memperhatikan' dan pada kalimat (2) kata berkata lebih tepat daripada berkilah yang maknanya 'berdalih'. Pilihan kata yang tidak benar dapat dicontohkan seperti yang berikut ini. Polisi telah berhasil menangkap pelaku pengrusakan gedung sekolah itu. Kedua remaja itu telah lama saling menyinta.

Kata pengrusakan dan menyinta bukanlah kata yang berbentuk secara benar. Bentuk yang benar adalah perusakan dan mencinta. Kata meninggal adalah kata yang baku di samping kata mati dan wafat. Akan tetapi, ketiganya memiliki kelaziman pemakaian masing-masing. Perhatikan pemakaiannya berikut ini. Petugas rumah sakit menyerahkan surat kematian yang menerangkan bahwa ayah saya telah meninggal setelah operasi yang gagal itu.

Dalam hal itu tentu tidak lazim digunakan istilah surat kemeninggalan atau surat kewafatan, padahal kalimat Ayah saya meninggal atau Ayah saya wafat lebih lazin dan takzim daripada Ayah saya mati. Contoh yang lain berkenaan dengan kata agung, akbar, dan raya yang semuanya bermakna 'besar'. Makna 'besar' pada kata agung tidak berkenaan dengan fisik, melainkan dengan harkat, misalnya jaksa agung. Kata akbar bermakna besar luar biasa (mahabesar). Kata raya yang juga bermakna besar, hanya dipakai dalam hal-hal tertentu saja. Ada istilah jalan raya dan hari raya di samping jalan besar dan hari besar, tetapi tidak lazim dikatakan jalan agung, jalan akbar, atau hari agung, hari akbar. Berkenan dengan kelaziman itu, pemakai bahasa memang perlu juga memperhatikan nilai rasa atau konotasi sebuah kata. Yang

dimaksud dengan konotasi ialah tautan pikiran yang menerbitkan nilai rasa. Konotasi itu dapat bersifat pribadi dan bergantung pada pengalaman orang-seorang sehubungan dengan kata atau dengan gagasan yang diacu oleh kata itu. Salah satu contoh telah disinggung di atas. Di samping kata mati, ada kata meninggal, gugur, wafat, mangkat, dan tewas. Kata mati digunakan dengan pengertian yang netral dan tidak bernilai rasa hormat. Kata meninggal bernilai rasa hormat. Oleh sebab itu, hanya digunkan untuk manusia. Untuk para pahlawan atau orang-orang yang berjasa bagi negara yang meninggal sewaktu menjalankan tugas digunakan kata gugur. Kata wafat digunakan untuk orang yang kita hormati. Kata mangkat dianggap lebih takzim daripada kata wafat. Kata tewas digunakan secara netral untuk orang yang meninggal dalam suatu musibah. Ada orang yang menggunakan kata yang tidak lazim, misalnya kata yang berasal dari daerah, untuk menggantikan kata yang justru sudah lazim dalam bahasa Indonesia. Sekalipun dimaksudkan untuk mengungkapkan rasa hormat, tindakan itu berlebihan dan tidaklah bijaksana. Marilah kita perhatikan kalimat pada paragraf penutup surat berikut ini. Atas segala bantuan itu, saya ucapkan terima kasih. Atas kemudahan yang telah saya terima, saya sampaikan terima kasih.

Pada dasarnya kedua kalimat di atas cukup takzim sehingga kita perlu menggunakan kata haturkan, misalnya untuk menggantikan ucapkan dan sampaikan. Selain ketiga hal di atas, keadaan kawan bicara juga perlu diperhatikan sehingga pesan yang akan disampaikan terpahami. Marilah kita perhatikan sebuah contoh pemilihan kata dalam sebuah sambutan pada suatu peresmian. Saudara-saudara, atas nama Pemerintah, saya menyampaikan salut setinggi-tingginya atas partisipasi aktif yang Anda berikan dengan penuh dedikasi dan penuh antusias dalam menyelesaikan proyek irigasi ini sebagai salah satu kegiatan dari pilot proyek modernisasi dalam semua aspek kehidupan kita, baik mental maupun spritual."

Sekalipun pemilihan katanya sudah memenuhi syarat seperti yang diuraikan di atas, jika khalayak pendengarnya bukan golongan terpelajar dan tidak biasa dengan kata-kata yang digunakan itu, ada kemungkinan pesan tidak terpahami dengan baik. Penggunaan kata yang digali dari khazanah bahasa Indonesia lebih memungkinkan pemahamannya. Jika hal itu akan dilakukan, berikut ini padanannya dalam bahasa Indonesia.
Salut : hormat, penghormatan Partisipasi : peran serta Dedikasi : pengabdian (pengorbanan tenaga dan waktu untuk keberhasilan suatu usaha

atau tujuan mulia) Antusias : bersemangat Irigasi : pengairan (cara pengaturan pembagian air untuk sawah) Pilot proyek : proyek perintis, percontohan. (Jawaban Hal 20) 1. Tujuan : 1. Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dari tema yang lain. Oleh sebab itu alinea hanya boleh mengan dung suatu tema, bila terdapat dua tema, maka dipecahkan menjadi dua alinea.

2. Memisahkan dan menegaskan perkataan secara wajar dan formal, untuk memungkinkan kita berhenti lebih lama daripada perhatian pada akhir kalimat. Dengan perhentian yang lrbih lama ini, konsentrasi terhadap tema alinea lebih terarah. 2. Dalam menyusun paragraf, kita perlu memperhatikan hal-hal berikut: a. Ketepatan Pemilihan Kata Pemilihan kata harus sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. Pemakaian kata dia, misalnya, tidak tepat digunakan untuk orang yang usianya lebih tua. Kata yang tepat adalah kata beliau. Demikian pula dengan menonton kata ini tidak tepat dalam paragraf yang menyatakan maksud melihat orang sakit. Dalam hal ini kata yang harus digunakan adalah mengunjungi, menjenguk, atau menengok. Untuk itulah diperlukan penguasaan perbendaharaan kata, terutama kata-kata yang bersinonim. Dengan banyaknya menguasai kata bersinonim mudahlah bagi kita dalam menggunakan kata-kata yang tepat. b. Kesatuan Tiap alenia hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi alenia adalah mengembangkan gagasan pokok atau topik tersebut. Oleh karena itu, dalam pengembangannya tidak boleh ada unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan tersebut. Alenia dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam alenia itu tidak telepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik. c. Koherensi Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alenia ialah koherensi atau kepaduan, yakni adanya hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah alenia. Alenia yang memiliki koherensi akan sangat memudahkan pembaca mengikuti alur pembahasan yang disuguhkan. Ketiadaan Koherensi dalam sebuah alenia akan menyulitkan pembaca untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya. Dalam koherensi, termasuk pula keteraturan (sistematika) urutan gagasan. Gagasan dituturkan pula secara teratur dari satu detail ke detail berikutnya, dari satu fakta ke fakta selanjutnya, dari satu soal ke soal yang lain, sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti uraian yang disajikan dengan seksama. Untuk menyatakan kepaduan atau koherensi dari sebuah alenia, ada bentuk lain yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frasa (kelompok kata) dalam bermacam-macam hubungan. 3. Cara menempatkan : a. Deduktif Pola alinea yang bersifat deduktif dimulai dari kalimat inti, kemuidian diikuti uraian, penjelasan, argumentasi dan sebagainya. Dimulai oleh pernyataan (yang tentunya bersifat umum). Kemuydian kalimat-kalimat berikutnya berusaha membuktikan pernyataan tadi dengan menyebutkan hal-hal khusus, atau detail-detail seperlunya. Itulah sebabnya alinea ini disebut bersifat deduktif. b. Induktif Pola alinea yang bersifat induktif adalah kebalikan dari pola alinea yang bersifat deduktif. Alinea ini dimulai dengan menyebutkan hal-hal khusus atau uraian yang merupakan anak tangga untuk mengantarkan pembaca pada gagasan pokok yang terdapat pada kalimat inti di akhir alinea. c. Deduktif dan Induktif Pola alinea ini adalah gabungan dua pola diatas, disini pada kalimat pertama (sebagai kalimat inti) gagasan pokok telah dinyatakan. Tapi, pada kalimat terakhir kembali diulang sekali lagi gagasan pokoknya. Pola alinea ini disebut pola campuran. Karena pada awal dan akhir aline agagasan pokoknya dinyatakan.

d. Deskriptif dan Naratif Pola ini sangat berlainan dari tiga pola diatas. Dalam pola ini, gagasan pokok tidak terbatas hanya dalam satu kalimat saja, inti persoalannya akan didapati hamper di semua kalimat dalam alinea tersebut. Maka, kita harus membaca seluruh kalimat dalam alinea itu, baru dapat memahami gagasan yang hendak disampaikan pengarangnya. Pola alinea semacam ini terdapat dalam karangan jenis diskripsi atau narasi. 4. a. Klimaks Dan Anti Klimaks Perkembanagn gagasan dalam sebuah alinea dapat disusun dengan mempergunakan dasar klimaks, yaitu gagasan utama yang mula-mula diperinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya. Berangsur-angsur dengan gagasan lain hingga ke gagasan yang paling tinggi kedudukannya. Dengan kata lain, gagasan-gagasan bawahan disusun dengan sekian macam sehingga tiap gagasan yang berikut lebih tinggi kepentingannya dari gagasan sebelumnya. Variasi dari klimaks adalah antiklimaks yaitu, penulis memulai dari gagasan yang dianggap paling tinggi kedudukannya kemudian perlahan-lahan menurun melalui gagasan yang lebih rendah dan semakin rendah. b. Sudut Pandangan Yang dimaksud sudut pandangan adalah tempat dimana seorang pengarang melihat sesuatu. Tapi, sudut pandang pandangan tidak diartikan sebagai penglihatan atas suatu barang dari atas atau dari bawah. Tetapi, bagaimana kita melihat barang itu dengan mengambil suatu posisi tertentu. Bagaimana seseorang menggambarkan isi sebuah ruang? Pertama-tama ia harus mengambil sebuah posisi tertentu, kemudian secara perlahan-lahan berurutan menggambarkan barang demi barang yang terdapat dalam ruangan tersebut, dimulai dari yang paling dekat berangsur-angsur kebelakang. Sebab itu, urutan ini juga disebut urutan ruang-ruang. Sudut pandangan atau point of view ini mempunya dua pengertian, 1. Sudut pandangan ini mencakup apakah sersoalan yang sedang dibahas dilihat dari sudut pandangan orang pertama (saya, kami, kita) atau orang ke dua (engkau, kamu, saudara) atau juga bentuk tak berorangbentuk sudut pandangan ini sama sekali tidak ada hubungan dengan dasar pengembangan sebuah alinea. Tetapi, mencangkup konsistensi sudut pandangan dari seluruh uraian. 2. Mencakup pengertian bagaimana pandangan atau anggapan penulis terhadap subjek yang telah digarapnya itu. Sudut pandang ini membuat pengarangnya memilih nada tertentu, katakata dan frase tertentu. Membentuk bahan mental menjadi suatu karangan, ia membantu merumuskan meksud penulis dan membatasi pokok yang akan digarapnya. c. Perbandingan Dan Pertentangan Yaitu suatu cara dimana pengarang menunjukkan kesamaan / perbedaan antara dua orang objek atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu. Kita dapat membandingkan misalnya dua tokoh pendidikan, bagaimana politik pendidikan yang dijalankannya dengan memperhatikan pola segi-segi lain untuk menerangkan gagasan sentral itu. Maksudnya untuk sampai kepada suatu penilain yang relatif mengenai ke dua tokoh tersebut. Segi-segi perbandingan dan pertentangan harus disusun sekian macam sehingga kita dapat sampai kepada gagasan sentralnya. d. Analogi Bila perbandingan dipertentangan memberi sejumlah ketidaksamaan dan perbedaan antar 2

hal, maka analogi merupakan perbandingan yang sistematis dari 2 hal yang berbeda tetapi dengan memperlihatkan kesamaan segi/ fungsi dari kedua hal tadi sebagai menunjukkan kesamaan-kesamaan antara 2 barang/ hal yang berlainan kelasnya. Bila seorang mengatakan: Awan dari ledakan bom atom itu, membentuk sebuah cendawan raksasa, maka perbandingan antara awan ledakan atom dan cendawan. Merupakan sebuah analogi sebab kedua hal itu sangat bebeda kelasnya, keduali kesamaan bentuknya. e. Contoh Sebuah gagasan yang terlalu umum sifatnya, atau generalisasi-generalisasi memerlukan ilustrasi-ilustrasi yang konkret sehingga daapt difahami oleh pmebaca. Untuk ilustrasi terhadap gagasan-gagasan atau pendapat yang umum itu maka sering dipergunakan contoh-contoh yang konkret, yang mengambil tempat dalam sbuah alinea, tetapi harus diingat bahwa sebuah contoh sama sekali tidak berfungsi untuk membuktikan pendapat seseorang. Tetapi dipakai sekedar untuk menjelaskan maksud penulis dan hal ini pengalaman-pengalaman pribadi merupakan bahan yang paling efektif untuk setiap pengarang. f. Proses Sebuah dasar lain yang dapat juga dipergunakan untuk menjaga agar perkembangan sebuah alinea dapat disusun secara teratur adalah proses. Proses merupakan suatu urutan dari suatu kejadian/ peristiwa. Dalam menyusun sebuah proses diperlukan hal-hal sebagai berikut: - Penulis harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh - Penulis harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya, bila tahap-tahap kejadian ini berlangsung dalam waktu-waktu yang berlainan, maka penulis harus memisahkan dan mengurutkannya secara kronologis - Penulis harus menjelaskan tiap tahap dalam detail yang cukup tegas sehingga pembacaan dapat melihat seluruh proses itu dengan jelas. Sehigga proses itu menyangkut jawaban atas pertanyaan-pertanyaan bagaimana mengerjakan hal itu? Bagaimana bekerjanya? Bagaimana barang itu disusun? Bagaimana hal itu terjadi?. g. Sebab-Akibat Perkembangan sebuah alinea dapat juga pula dinyatakan dengan mempergunakan sebabakibat sebagai dasar, dan hal ini sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Tetapi daapt juga dibalik akibat dijadikan gagasan utama sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciaanya. Persoalannya sebab akibat sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan proses, bila proses itu dipecah-pecahkan untuk mencari hubungan antara bagian-bagianya, maka proses itu dapat dinamakan proses kausal/ proses sebab akibat Sebuah variasi dari sebab akibat ini adalah pemecahan masalah, pemecahan maslah yang bertolak dari hubungan kausal, tetapi tidak berhenti disitu saja, ia masih berjalan lebih lanjut menunjukkan jalan-jalan keluar untuk menjauhkan sebab-sebab tersebut atau menjauhkan akibat yang dihasilkan oleh sebab-sebab. h. Umum-Khusus Dan Khusus-Umum Kedua cara ini, yaitu umum-khusus dan khusus-umum cara ini merupakan cara yang paling umum untuk mengembangkan gagasan-gagasan dalam sebuah alinea secara teratu. Dalam hal yang pertama gagasan utamanya di tempatkan pada awal alinwa, serta pengkhususan atau perincian-perincianya terdapat dalam kalimat berikutnya, sebaliknya dalam hal yang kedua mula-

muladikemukakan perincianya, kemudian pada akhir alinea generalisasinya. Jadi yang satu bersifat deduktif, sedangkan lainnya bersifat induktif. Sebuah variasi dalam kedua jenis alinea itu adalah semacam penggabungan. Yaitu pada awal alinea terdapat gagasan utamanya ( jadi bersifat umum-khusus). Tetapi pada akhir alinea gagasan utama tadi diulang sekali lagi ( jadi bersifat khusu-umum ). i. Klasifikasi Yang dimaksud dengna klasifikasi adalah sebuah proses untuk mengelompkkan barangbarang yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu. Sebab itu klasifikasi bekerja kedua arah yang berlawanan.yaitu pertama, mempersatukan satuan-satuan kedalam kelompok, dan kedua, memisahkan kesatuan tadi dari kelompok yang lain. Dengan demikian klasifikasi mempunyai persamaan-persamaan tertentu baik dengan pertentangan dan perbandingan maupun dengan umum-khusus dan khusus-umum j. Definisi luas Yang dimaksud definisi dalam pembentukan sebuah alinea adalah usaha pengarang untuk memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau hal. Disini kita tidak menghadapi hanya satu kalimat ( lihat definisi dalam baggian tentang kalimat), tetapi suatu rangkaian kalimat yag membentuk sebuah alinea. Malahan kadang-kadang untuk memberi pengertian yang bulat tentang pengertian itu, satu alinea dianggap belum cukup, sehingga diperlukan rangkaian dari pada alinea-alinea. Malahan dapat pulan dalam bentuk sebuah buku. Namun prinsip-prinsip definisi tetap sama. Di sini kita lebih sering menghadapi sebuah definisi luas daripada definisi formal biasa, atau definisi dengan menerapkan etimmologi kata atau istilah tersebut. Cara apapun yang dipergunakan untuk memperoloh kebulatan alinwa, prinsip kesatuan ide, perpaduan ( koherensi ) dan perkembangan yang baik tidak boleh dilanggar begitu saja. Pelanggaran atas prinsip-prinsip tersebut mengakibatkan tergangunya konsentrasi atas ide sentralnya. k. Perkembangan Dan Kepaduan Antar Alinea Kesatuan-kesatuan yang kita sebut alinea ini tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu unsur yang kecil dalam sebuah unit yang lebih besar, entah berupa bab maupun untu yang berupa sebuah karangan yang lengkap. Karena alinea merupakan unit yang lebih kecil, maka harus dijaga agar hubungan antara alinwa yang satu dengan alinea yang lain, yang bersama-sama membentuk unit yang lebih besar itu terjalin dengan baik. Tiap tulisan yang baik selalu akan berlolak dari sebuah tesis karya ilmiah. Tesis itulah yang dikembangkan dalam alinea-alinea yang mempunyai pertaliann yang jelas, baik pertalian dalam perkembangan gagasan maupun perpaduan alinea-alineanya. Karena hubungan yang jelas itulah pembaca dapat mengikuti uraian itu dengan jelas dan mudah. Seperti halnya dengan alinea, maka perpaduan antara alinea dapat juga dijamin dengan caracara seperti yang telah digunakan dalam sebuah alinea yaitu: repitisi yang dinamakan anafora. Anafora adalah perulangan kata yang sama pada kalimat yang berurutan atau dalam hal ini juga pada awal alinea yang berurutan. Disamping kata-kata kunci bisa dipergunakan kata ganti. Buatlah sebuah alinea deduktif dengan topik akibat AIDS ! Penyakit AIDS sudah menyebar hingga kalangan remaja. Hal ini terbukti dengan meningkatnya angka kematian remaja akibat AIDS dengan presentase sampai 68,78%. Dilihat dari meningkatnya kematian remaja di wilayah Eropa dan Amerika yang mencapai empat juta lebih per tahun. Di Indonesia sendiri kasus AIDS di tahun 2011 sudah naik tiga kali lipat, yang

dulunya hanya sekitar 1845 kasus, sekarang meroket ke angka 5893 kasus. (Jawaban Hal 16) a. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. b. Gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. c. Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah tinggi di atas normal dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 100mmHg. d. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (Protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. (Jawaban Hal 21) A . Kerangka Karangan 1. Tujuan : a. agar karangan tidak menyimpang dari tema yang di tentukan. b. agar pokok pikiran-pokok pikiran tersusun secara urut dan rapi. c. agar tidak ada pokok pikiran yang kontradiktif dalam karangan. 2. Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas, susunan sistematis dari pikiranpikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan, atau dapat juga didefinisikan sebagai satu metode dalam pembuatan karangan yang mana topiknya dipecah kedalam sub-sub topik dan mungkin dipecah lagi kedalam sub-sub topik yang lebih terperinci. Untuk itu kita bisa menyusun kerangan karangan saat kita akan membuat suatu karangan. Karena ide kita sudah dicurahkan dalam kerangka karangan, maka pembuatan suatu karangan akan lebih mudah. Unsur-unsur karangan ilmiah yang harus masuk dalam kerangka karangan: a. Tahap Prapenulisan : i. Penentuan Topik ii. Penentuan Judul iii. Pemilihan Bahan iv. Pembuatan Kerangka Karangan Tahap Penulisan i. Penyusunan Paragraf ii. Penyusunan Kalimat iii. Pemilihan Kata iv. Pemakaian Ejaan Tahap Revisi i. Pemeriksaan atau Penyuntingan (editing)

3.

b.

c.

ii. 4.

Pembacaan Ulang

5.

6.

Syarat : d. Asli e. Relevan f. Provokatif g. Singkat h. Harus bebentuk frasa i. Awal kata harus huruf kapital kecuali preposisi dan konjungsi, j. Tanpa tanda baca di akhir judul karangan, k. Menarik perhatian, l. Logis, m. Sesuai dengan isi. Pengantar bertindak sebagai tempat penulis dapat mengucapkan apa yang mereka ingin katakan semasa atau setelah penulisan tulisan seperti ucapan terima kasih, tujuan mereka menyusun tulisan tersebut dan semacamnya. Isi bagian pengantar : Alhamdulillah. Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas berkat rahmat serta karunianyalah sehingga saya selaku penulis dapat menyelesaikan penulisan tanpa halangan. Serta atas pertolongannyalah sehinggga dalam penulisan karya saya ini dapat dirangkumkan dalam bentuk tulisan karya ilmiah. Dalam penulisan ilmiah ini penulis sangatlah menyadari bahwa, dapat terwujutnya penulisan ini berkat dukungan dan motivasi dari berbangai pihak baik itu bersifat moril, maupun material,jadi sudah sepantasnya penulis sangat mengucapkan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah turut membantu dalam penulisan ilmiah ini. Dalam penulisan ilmiah ini penulis juga sangat menyadari masih banyaknya kekurangan yang terdapat didalam baik itu dari segi isi maupunlangsung dari materinya untuk itu selaku penulis meminta saran dan kritiknya yang sifatnya dapat membangun demi perbaikan di masa mendatang agar penyusunan karya ilmiah ini bisah lebih baik, serta mendapatkan tempat bagi para pembaca. Akhirnya hanya kepada alllah SWT jugalah penulis serahkan sepenuhnya, semoga segala budi baiknya, mendapat imbalan yang berlipat ganada, amin. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. PENULIS Bagian pendahuluan: Latar belakang Perumusan masalah Tujuan penelitian Manfaat penelitian Penentuan sumber data Inti bagian penyajian merupakan bagian yang paling besar dalam sebuah karangan ilmiah. Tergantung dari luasnya masalah yang di bahas atau dari jenis karangan ilmiah yang ditulis, bagian pembahasan ini dapat sangat panjang dan dapat pula sangat singkat. Skripsi, tesis, dan disertasi mungkin mencantumkan beberapa bab yang dapat dikelompokkan sebagai bagian inti, sedangkan artikel ilmiah mungkin mencamtumkan beberapa subtopik. Namun yang jelas

7.

8.

bagian inti atau pokok pembahasan ini memberi kesempatan kepada penulis untuk memaparkan proses kejadian /penelitian yang di lakukan atau hasil kajian yang akan diungkapkan. Penutup : Bagian penutup merupakan bagian akhir dari sebuah tulisan. Seperti halnya pada bagian pendahuluan dan bagian inti, bagian penutup sebuah karangan ilmiah juga mempunyai struktur kajian yang khas, yang berbeda dari bagian penutup jenis tulisan lain. Kesimpulan :

Kesimpulan berasal dari fakta-fakta atau hubungan yang logis. Pada umumnya kesimpulan terdiri atas kesimpulan utama dan kesimpulan tambahan. Kesimpulan utama adalah yang berhubungan langsung dengan permasalahan. Dengan demikian, kesimpulan utama harus bertalian dengan pokok permasalahan dan dilengkapi oleh bukti-bukti. Pada kesimpulan tambahan, penulis tidak mengaitkan pada kesimpulan utama, tetapi tetap menunjukkan fakta-fakta yang mendasarinya. 9. Lampiran merupakan dokumen tambahan yang ditambahkan (dilampirkan) ke dokumen utama yang dapat ditemukan dalam surat maupun dalam buku. Tujuan pencantuman lampiran adalah sebagai data penunjang pada suatu tulisan. 10. Sistematika/kerangka karangan ilmiah: a. Bagian Pembuka i. Cover ii. Halaman judul. iii. Halaman pengesahan. iv. Abstraksi v. Kata pengantar. vi. Daftar isi. vii. Ringkasan isi. b. Bagian Isi i. Pendahuluan 1. Latar belakang masalah. 2. Perumusan masalah. 3. Pembahasan/pembatasan masalah. 4. Tujuan penelitian. 5. Manfaat penelitian. ii. Kajian teori atau tinjauan kepustakaan 1. Pembahasan teori 2. Kerangka pemikiran dan argumentasi keilmuan 3. Pengajuan hipotesis iii. Metodologi penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian. 2. Metode dan rancangan penelitian 3. Populasi dan sampel. 4. Instrumen penelitian. 5. Pengumpulan data dan analisis data. iv. Hasil Penelitian 1. Jabaran varibel penelitian.

2. Hasil penelitian. 3. Pengajuan hipotesis. 4. Diskusi penelitian, mengungkapkan pandangan teoritis tentang hasil yang didapatnya. c. Bagian penunjang i. Daftar pustaka. ii. Lampiran- lampiran antara lain instrumen penelitian. iii. Daftar Tabel B. Tulis Karangan 1. Karangan ilmiah: a. Makalah b. Skripsi, Tesis, dan Disertasi c. Proposal Penelitian d. Artikel Ilmiah 2. Perbedaan paper dan skripsi: a. Paper, Yang dimaksud disini sebuah tulisan ilmiah yang seringkali erat kaitannya dengan dunia pendidikan atau penelitian. Bagi yang masih berkutat dengan dunia perkuliahan, seringkali kita mendapatkan tugas untuk membuat paper dari dosen kita (seperti yang saya alami sekarang,hehehe).Atau mungkin bagi yang akan maju ujian tugas akhir, thesis atau disertasi, kita perlu membuat paper sebagai resume (atau bahkan bagi yang akan membuat proposal tugas akhir, bisa digunakan untuk menuangkan ide kita). b. Skripsi : Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan/fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidahkaidah yang berlaku. 3. Beda skripsi dan tesis: a. SKRIPSI Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan/fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidahkaidah yang berlaku. b. TESIS : Tesis adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan Program Magister (S2). Tesis merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan dalam penelitian dan pengembangan ilmu pada salah satu bidang keilmuan dalam Ilmu Pendidikan. 4. Langkah-langkah menulis skripsi: a. Bagian awal, memuat : i. halaman judul : judul skripsi, jenis laporan, maksud laporan, ii. lambang Institusi Perguruan Tinggi, nama penulis dan nomor mahasiswa, nama jurusan, nama progrsm studi, nama peruruan tinggi dan tahun pengajuan iii. Halaman persetujuan, iv. Dosen pembimbing, v. Halaman pengesahan ujian skripsi,

vi. Halaman motto dan persembahan, vii. Halaman kata pengantar, viii. Halaman daftar isi, ix. Abstrak (latar belakang. Metode, hasil, kesimpulan) x. Halaman daftar tabel, xi. Gambar b. Bagian Inti Skripsi Hasil Penelitian Kualitatif i. BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah 2. Rumusan Masalah 3. Pertanyaan Penelitian 4. Tujuan Penelitian 5. Manfaat Penelitian 6. Batasan Masalah 7. Keaslian Penelitian ii. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Landasan Teori 2. Kerangka Teori iii. BAB III. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian 2. Populasi dan Sampel Penelitian 3. Lokasi dan Waktu Penelitian 4. Variabel Penelitian 5. Definisi Operasional 6. Teknik Pengumpulan Data 7. Instrumen Penelitian 8. Teknik Pengolahan Data 9. Metode Analisis Data 10. Keterbatasan Penelitian 11. Kerangka Konsep iv. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 2. Hasil Penelitian 3. Pembahasan v. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN c. Bagian Inti Skripsi Hasil Penelitian Kuantitatif d. Bagian akhir i. Daftar Pustaka ii. Lampiran 5. Survei/studi pustaka harus dilakukan terlebih dahulu karena sebelum suatu penulisan dilakukan, semua data-data yang diperlukan harus sudah ada dan lengkap. Setelah itu baru memulai teorinya dan apapun dalam suatu karya ilmiah. Suatu karya ilmiah tidak akan bias dibuat tanpa adanya data dari survey/studi pustaka yang lengkap terlebih dahulu. 6. Dengan menetapkan judul terlebih dahulu akan membuat kita lebih fokus dalam menulis. Tidak membuat arah tulisan melenceng dari tujuan yang hendak kita capai. Jadi kesimpulannya. Menentukan judul tulisan terlebih dahulu adalah penting. Karenanya dengan adanya judul akan membuat kita lebih berkomitmen menulis sesuai tujuan yang hendak

kita sampaikan. 7. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang harus diperhatikan dalam data yang diambil dari laboratorium karena faktor-faktor ini dapat mengakibatkan kesalahan hasil lab yaitu : 1. Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan 2. Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan ( analisa ) sampel 3. Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan 8. Book report mengenai jantung: 9. Pendahuluan: A. Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan masyarakat, yaitu perilaku yang disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Dalam penerapannya di masyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air, pengelolaan limbah, pengelolaan sampah, kontrol vektor, pencegahan dan pengontrolan pencemaran tanah, sanitasi makanan, serta pencemaran udara. Kesehatan lingkungan di Indonesia masih memprihatinkan. Belum optimalnya sanitasi di Indonesia ini ditandai dengan masih tingginya angka kejadian penyakit infeksi dan penyakit menular di masyarakat. Pada saat negara lain pola penyakit sudah bergeser menjadi penyakit degeneratif, Indonesia masih direpotkan oleh kasus demam berdarah, Diare, Kusta, serta Hepatitis A yang seakan tidak ada habisnya. Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negaranegara tetangga. Dengan Vietnam saja Indonesia hampir disalip, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen tinggi terhadap kesehatan lingkungan di negaranya. Jakarta hanya menduduki posisi nomor dua dari bawah setelah Vientianne (Laos) dalam pencapaian cakupan sanitasinya. Sanitasi sangat menentukan keberhasilan dari paradigma pembangunan kesehatan lingkungan lima tahun ke depan yang lebih menekankan pada aspek pencegahan (preventif) daripada aspek pengobatan (kuratif). Dengan adanya upaya preventif yang baik, angka kejadian penyakit yang terkait dengan kondisi lingkungan dapat dicegah. Selain itu anggaran yang diperlukan untuk preventif juga relatif lebih terjangkau dari pada melakukan upaya kuratif. Anggaran pemerintah untuk kesehatan masyarakat masih relatif minim. Dari anggaran yang masih minim tersebut, sanitasi tidak berada di urutan yang dijadikan prioritas utama. Besarnya investasi untuk pengembangan sanitasi diperkirakan hanya Rp20/orang/tahun, lebih rendah dari yang dibutuhkan sebesar Rp40,000/orang/tahun. Buruknya sanitasi ini menyebabkan kerugian terhadap ekonomi Indonesia sebesar 6,3 milyar dolar AS setiap tahun pada tahun 2006, ini setara dengan 2.3% Produk Domestik Bruto (PDB) kita. Pemerintah juga bekerjasama dengan beberapa negara berkembang untuk meningkatkan fasilitas sanitasi dan kondisi penyediaan air bersih, khususnya di daerah pedesaan. Sangat miris rasanya jika kita masih memerlukan dana negara lain untuk membangun sanitasi di negeri sendiri. B. Rumusan Masalah Kesehatan masyarakat sangatlah penting sebagai kehidupan saat ini. 1. Bagaimana kondisi sanitasi lingkungan di Indonesia

2. Bagaimana upaya penerapan ilmu Gizi berbasis makanan khas daerah 3. Bagaiamana cara menjaga kesehatan lingkungan ini 4. Seperti apa Upaya yang benar mengantisipasi saat gejala sakit datang C. Tujuan Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas daerah pada jenjang pendidikan formal dapat memutus mata rantai penyebab masalah gizi dan kesehatan. Masalah-masalah tersebut diantaranya gizi kurang, gizi buruk, gizi lebih dan masalah kesehatan yang bersifat degeneratif seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, kanker, hipertensi, dll

Anda mungkin juga menyukai