Anda di halaman 1dari 5

Nama : Narita Ayu Maharani Nim : 101810401003

Tugas Etnobotani PEMANFAATAN BAMBU APUS (Gigantochloa apus ) SEBAGAI BAHAN BANGUNAN Gedek merupakan salah satu kerajinan dari bambu yang berfungsi sebagai dinding pada rumah-rumah jaman dahulu sebelum penggunaan dinding dari semen. Penggunaan gedek sebagai dinding rumah sudah sulit di temukan hanya di sebagian kecil desa yang menggunakan gedek atau anyaman bambu sebagai dinding. Salah satunya didaerah kreongan, didaerah tersebut masih banyak dijumpai pedagang kaki lima yang lapaknya berdinding gedek atau anyaman bambu. Jenis bambu yang biasa dipergunakan sebagai bahan baku anyaman gedek adalah bambu tali atau bambu apus (Gigantochloa apus). Bambu apus ini merupakan jenis bambu yang banyak dipergunakan sebagai bahan baku berbagai kerajinan, bahan bangunan, serta peralatan rumah tangga. Pemilihan bambu apus didasarkan pada kelenturannya atau tidak mudah patah saat dipakai, ulet, kulit luarnya yang licin serta ketersediaan bambu apus yang mudah diperoleh. Serta beberapa kelebihan lain yang sama dengan jenis bambu lainnya yaitu tidak memerlukan proses pengolahan yang rumit bila dibandingkan dengan kayu. Karena berbagai alasan inilah banyak warga masyarakat yang melirik bambu sebagai bahan baku kerajinan, peralatan rumah tangga, serta bahan bangunan. Bambu apus yang dipergunakan sebagai bahan baku anyaman bambu atau gedek memiliki tingkatan taksonomi sebagai berikut ;
Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Angiospermae : Liliopsida : Poales : Poaceae : Gigantochloa : Gigantochloa apus (Kurz.)

Beberapa kelebihan yang di miliki oleh bambu apus (Gigantochloa apus) menyebabkan bambu apus banyak dilirik oleh wiraswasta yang menekuni usaha bambu.

Antara lain Pak Nor, merupakan seorang pembuat gedek yang menggunakan bambu apus sebagai bahan baku utama anyaman gedek. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Pak Nor, diketahui bahwa anyaman bambu atau yang biasa disebut gedek buatannya berbahan dasar bambu apus atau yang oleh suku madura disebut lampar. Pak Nor menekuni usaha sebagai seorang pembuat gedek sudah sejak lama, ketrampilan yang dimiliki oleh Pak Nor merupakan hasil warisan turun temurun dari orang tua beliau, sehingga ketrampilan yang beliau miliki patut dianggap sebagai kekayaan budaya lokal yang harus dilestarikan. Gedek buatan Pak Nor ini biasanya dipasarkan secara pribadi oleh beliau sendiri. Lokasi pemasaran gedek ini berada di pasar Kreongan yang jaraknya cukup jauh dari kediaman beliau di Klungkung. Adapun Produk yang dihasilkan oleh Pak Nor adalah gedek atau anyaman bambu akan tetapi bila diminta Pak Nor dapat membuat tangga serta pagar bambu. Harga yang dipatok untuk setiap ikat anyaman gedek ini lumayan murah yaitu Rp 70.000, setiap ikatnya berisi 5 buah anyaman bambu. Menurut Pak Nor beliau mendapatkan bahan baku anyaman gedek ini dengan cara membeli dari warga desa sebab bila membeli pada tengkulak bambu, harga yang di tawarkan untuk sebatang bambu cukup mahal yaitu sebesar Rp10.000. Ada beberapa kendala yang dialami oleh Pak Nor untuk kelenjutan usahanya yaitu proses pemasaran gedek ini yang relatif jauh dari kediaman beliau, serta harga bambu yang sewaktu-waktu dapat mengalami kenaikan harga. Dan yang lebih utama adalah masalah modal usaha dan penurunan ketrampilan yang dimiliki oleh Pak Nor Adapun peralatan yang dipergunakan oleh Pak Nor sangatlah sederhana antara lain parang yang dipergunakan untuk memotong-motong bambu, gergaji, serta pisau yang dipergunakan untuk menghaluskan potongan bambu. Pembuatan anyaman gedek ini tergolong cukup mudah dilakukan oleh pemula hanya saja kualitas anyaman gedek yang dihasilkan tidak begitu bagus. Untuk membuat anyaman gedek ini mula-mula bambu dipotong sesuai dengan kebutuhan menggunakan parang yaitu berukuran 1 cm lebarnya, setelah itu dibersihkan dan dihaluskan dengan pisau. Potonganpotongan bambu yang telah bersih kemudian dijemur sejenak supaya agak layu baru setelah itu dianyam. Motif anyaman gedek yang diproduksi oleh Pak Nor memiliki ciri khas tersendiri karena pada anyaman gedek produksi Pak Nor ini menggunakan semua bagian bambu serta ukuran potongan bambu yang dipakai. Sehingga motif yang dimiliki berbeda dengan motif yang ada di Dusun Karanganyar, Kabupaten Kediri. Didusun tersebut bagian

bambu yang dipakai sebagai bahan anyaman hanya bagian dalam bambu. Perbedaan tersebut tidak hanya berkutat pada pemanfaatan bagian bambu, ukuran potongan bambu yang dipakai akan tetapi masih ada perbedaan lain pada kedua motif anyaman tersebut yaitu tidak digunakannya kulit luar bambu yang licin sebagai bahan anyaman gedek. Dengan kata lain perbedaan motif ini menambah keragaman jenis anyaman bambu, sehingga ini merupakan suatu hal yang patut dilestarikan.

Gambar 1. Bambu apus (Gigantochloa apus) ( Sumber : dokumen pribadi )

Bagian dalam bambu

Bagian kulit bambu

Gambar 1. Merupakan proses penganyaman gedek ( Sumber : www.google.com )

Bagian dalam bambu,ukura n potongannya

Gambar 2. Motif khas daerah Jawa timur daerah barat ( Sumber : www.google.com )

Bagian dalam

Bagian kulit bambu atau bagian luar

Gambar 3. Motif khas jawa timur bagian timur (Jember) ( Sumber: dokumen pribadi)

Anda mungkin juga menyukai