Anda di halaman 1dari 6

FORM REFLEKSI KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA ___________________________________________________________________________ Nama Dokter Muda Stase : Robin Perdana

Saputra : Mata NIM: 08711054

Identitas Pasien Nama / Inisial Umur Diagnosis/ kasus : Ny. T : 32 tahun : Ecchymosis Jenis kelamin : Perempuan

Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya wajib) a. Ke-Islaman* b. Etika/ moral c. Medikolegal d. Sosial Ekonomi* e. Aspek lain

Form uraian 1. Resume kasus Pasien datang ke poli mata dengan keluhan mata sebelah kiri bengkak, terasa sakit dan pandangan kabur. Mata terasa susah dibukak. Pasien mengatakan keluhan ini sudah terjadi sejak tadi malam. Pasien merasakan tadi subuh matanya terasa senat senut dan mulai bengkak, kelopak mata susah dibuka sehingga menggangu penglihatan. Pagi tapi pasien menyadari bahwa mata kiri mulai menjadi merah dan sekelilingi mata tampak membiru. Pasien mengatakan sebelumnya terkana benda tumpul. Dari anamnesis yang didapat pasien mengemukakan bahwa semalam terjadi perselisihan dengan suami sehingga mata sebalh kiri terkena hantaman tangan sang suami secara langsung. Dari pemeriksaan fisik didapatkan palpebra sinistra tampak bengkak dan kulit berwarna biru kehitaman (bril hematom). Terdapat perdarahan subkonjungtiva sampai menutupi sebagian sclera. Kornea tampak dalam batas normal . palpebra superior bengkak sampai menutupi 1/5 bagian kornea. Dari palpasi tidak ditemukan krepitasi atau tanda adanya fraktur. Pasien mengatakan kebiruan mulai muncul

Page 1

secara cepat setelah terjadinya hantaman. Dari pemeriksaan visus pasien hasilnya OS 6/20. Terdapat hifema pada 1/8 bagaian kornea sebelah bawah. Reflek pupil tampak lambat.

2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus Trauma dapat menimbulkan berbagai gangguan pada jaringan mata. Gangguan tersebut dapat berupa lesi yang superfisial sampai gangguan yang dapat mengancam penglihatan. Ecchymosis merupakan perdarahan didalam palpebra. Perdarakan dapat menimbulkan edema palpebra yang dapat mengganggu penglihatan. Pembengkakan ini berakibat disekitar bola mata kulit tampak berwarna kebiru biruan, karena jaringan ikat palpebra halus perdarahan dapat menjalar ke jaringan lain dimuka dan hidung. Hifema sendiri bisa terjadi karena efek secara langsung dari trauma tumpul. Hifema merupakan terkumpulnya darah dibilik mata anterior (depan) yaitu daerah di antara kornea dan iris yang terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Darah yang terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang dan bercampur dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih. Hifema dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar (corpus ciliaris ). Pasien akan mengeluh sakit, disertai epifora dan blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis. Trauma pada bola dapat berakibat fatal seperti terjadi rupture kornea, hifema, iridoplegi,iridodialisis,subluksasio lentis, perdarahan segmen posterior, glaukom dan sampai kebutaan. 3. Refleksi dari aspek sosial budaya Ketegangan maupun konflik antara suami dan istri maupun orang tua dengan anak merupakan hal yang wajar dalam sebuah keluarga atau rumah tangga. Tidak ada rumah tangga yang berjalan tanpa konflik namun konflik dalam rumah tangga bukanlah sesuatu yang menakutkan. Hampir semua keluarga pernah mengalaminya. Yang mejadi berbeda adalah bagaimana cara mengatasi dan menyelesaikan hal tersebut. Hendaknya perdebatan itu kita runding dengan sebaik mungkin tidak sampai timbul kekerasan. Kekerasan dalam rumah tangga seperti yang diatur dalam No. 23 tahun 2004, adalah ;

Page 2

setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan, atau penderitaan secara fisik, seksual psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (vide, pasal 1 ayat 1 ). dapun bentuk KDRT seperti yang disebut di atas dapat dilakukan suami terhadap anggota keluarganya dalam bentuk : 1) Kekerasan fisik, yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat ; 2) Kekerasan psikis, yang mengakibatkan rasa ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dll. 3).Kekerasan seksual, yang berupa pemaksaan seksual dengan cara tidak wajar, baik untuk suami maupun untuk orang lain untuk tujuan komersial, atau tujuan tertentu ; dan 4). Penelantaran rumah tangga yang terjadi dalam lingkup rumah tangganya, yang mana menurut hukum diwajibkan atasnya. Selain itu penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah, sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut. Dan perlu diketahui juga, bahwa pada umumnya UU No.23 tahun 2004 tentang PKDRT, bukan hanya melulu ditujukan kepada seorang suami, tapi juga juga bisa ditujukan kepada seorang isteri yang melakukan kekerasan terhadap suaminya, anakanaknya, keluarganya atau pembantunya yang menetap tinggal dalam satu rumah tangga tersebut Berdasarkan statistik Direktorat Pekerja Migran dan Korban Tindak Kekerasan, sebanyak 70 persen disebabkan oleh himpitan ekonomi, 18 persen disebabkan oleh perselingkuhan dan 10 persennya karena lemahnya fungsi-fungsi keluarga. Sebenarnya KDRT dapat diatasi dengan baik bisa diselesaikan dengan sabar seperti perlunya keimanan yang kuat dan akhlaq yang baik dan berpegang teguh pada agama. Harus tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga. Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai

dan sebagainya antar anggota keluarga. S Seorang istri harus mampu mengkoordinir berapapun keuangan yang ada dalam keluarga, sehingga seorang istri dapat mengatasi apabila terjadi pendapatan yang minim, sehingga kekurangan ekonomi dalam keluarga dapat diatasi dengan

Page 3

4. Refleksi ke-Islaman Islam tidak pernah membenarkan seorang suami bertindak kejam terhadap istrinya baik secara lahir maupun secara batin. Karena Islam adalah agama yang mempunyai nilai-nilai prinsipil seperti nilai egalitarian, keadilan, dan kemanusiaan. Berikut ini ayat-ayat Alqur-an dan hadist nabi yang mengharuskan suami untuk berlaku sopan, penyayang dan lemah lembut kepada istrinya : Dalam Surat An-nisa:19 yang menyatakan "Wahai orang yang beriman, tiada dihalalkan bagimu mempusakai perempuan dengan paksaan dan janganlah bertindak kejam terhadap mereka, sebaliknya bergaullah dengan mereka secara baik-baik lagi adil. Hiduplah bersama mereka dalam kebajikan". Dalam surat Ar-rum:21 yang pada intinya menyuruh kepada suami istri untuk hidup saling sayang menyayangi dan cinta mencintai. Aisyah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda "Yang paling baik dikalangan kamu adalah mereka paling sopan terhadap istrinya" (HR. Tarmizi) Dalam hadistnya Rasulullah SAW "para suami yang memukul istrinya bukanlah termasuk orang-orang baik diantara kamu"(HR.Abu Daud, Nasai dan Ibnu Majah). Dalam hadistnya Rasulullah SAW "Janganlah kamu memukul hamba-hamba perempuan Allah swt"(HR. Abu Daud dengan isnad yang shahih ) Surah an nisa : 34

Artinya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri [289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) [290].
Page 4

Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya [291], maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya
[292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Dalam ayat ini ada dua kata kunci yang selalu ditafsirkan secara tekstual yaitu kata Nusyuz dan kata Dharaba. Hampir semua ulama baik konvensional maupun kotemporer mengartikan nusyuz sebagai durhaka istri terhadap suami atau tidak patuh terhadap suami. Sehingga Ayat ini sering disalah tafsirkan sebagai : Pertama: Bahwa seorang istri haruslah taat kepada suaminya; Kedua: Jika dia tidak taat kepada suaminya, maka si suami boleh memukulnya. Penafsiran ini tentunya sangat bias laki-laki, karena bila dilihat kembali dari teks ayat tersebut, pengertian nusyuz sebenarnya sudah ditafsirkan dalam ayat tersebut, yaitu : Tindakan yang tidak mencerminkan kesalehan, yang dalam ayat tersebut ditandai dengan dua ciri yaitu : taat kepada Allah dan menjaga dirinya dibalik pembelakangan suami (Ketika suami tidak ada). Selain itu alasan pengabsahan pemukulan istri ini seringkali dikukuhkan melalui kegiatan

penerjemahan kata kunci Wadhribuuhunna yang berasal dari kata dharaba. Masyarakat umum bahkan para mubaligh seringkali mengutip ayat ini dalam versi terjemahan yang lazim, dharaba selalu diartikan pukullah. Padahal kata tersebut mempunyai lebih dari satu arti, misalnya mendidik, mencangkul, memelihara bahkan menurut ar-ragib secara metaforis berarti melakukan hubungan seksual.
Baik

didalam al-quran maupun dalam hadist-hadist yang sahih tidak pernah ada

dalil yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW pernah berlaku kejam terhadap seorang istrinya, meskipun pada saat itu Rasul merasa kurang senang terhadap sesuatu. Rasul terkenal sebagai lelaki yang berbudi mulia dan selalu membantu istriistrinya dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Bahkan ketika terjadi konfrontasi antara rasulullah dengan beberapa istrinya beliau tidak hanya tidak memukul, tetapi memilih meninggalkan rumah dan hampir sebulan tidur disalah satu ruangan mesjid. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa baik dari pernyataan Rasul maupun dari perlakuannya pada dasarnya Rasul melarang praktek kekerasan terhadap istri.

Dengan demikian jelaslah bahwa pesan moral yang ingin disampaikan al-quran dalam surat An-nisa ayat 43 tersebut justru ingin mencegah praktek pemukulan (kekerasan) terhadap istri atau perempuan yang kerap terjadi pada masa
Page 5

diturunkannya ayat tersebut hingga saat ini, dan secara bertahap menghapuskannya. Hal ini sekaligus menolak pandangan bahwa islam melegitimasi budaya kekerasan yang terjadi didalam rumah tangga.

Umpan balik dari pembimbing

.,... TTD Dokter Pembimbing TTD Dokter Muda

-----------------------------------

-------------------------------

Page 6

Anda mungkin juga menyukai