Anda di halaman 1dari 117

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan salah satu subsistem pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat, yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, dan pelayanan keperawatan (Wandy, 2007). Pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh yang mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan pelayanan rumah sakit dan sekaligus merupakan tolak ukur bagi keberhasilan pencapaian tujuan rumah sakit. Perawat merupakan ujung tombak sebagai pemberi jasa dalam pelayanan keperawatan yang siaga 24 jam melayani pasien dan keluarga, sehingga diperlukan manajemen keperawatan yang efektif dan efisien untuk dapat memberikan pelayanan prima pada pasien dan keluarga (Carolus, 2000). Manajemen keperawatan adalah pengelolaan keperawatan dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengawasi sumber daya maupun sumber dana, sehingga dapat memberikan pelayanan

keperawatan yang efektif pada klien, keluarga, dan masyarakat (Gillies, 1994). Di samping itu, manajemen keperawatan juga berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf, kepemimpinan, dan pengendalian aktivitasaktivitas keperawatan pada unit atau departemen keperawatan.

Pengorganisasian pelayanan keperawatan secara optimal akan menentukan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan (Swansburg, 1999). Pelayanan keperawatan adalah pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, yang mencakup bio, psiko, sosio, dan spiritual yang komprehensif ditujukan pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit, meliputi peningkatan derajat kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Oleh karena itu, perawat harus mampu melakukan upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, serta pemeliharaan kesehatan (PPNI, 2006). Untuk dapat menjalankan peran dan fungsi tersebut, sesuai SK Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/ASK/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi

Rumah Sakit Umum, maka rumah sakit umum harus menjalankan beberapa fungsi, satu diantaranya adalah fugsi pelayanan manajemen keperawatan, sehingga untuk rumah sakit umum ditetapkan seorang wakil direktur pelayanan medis dan keperawatan yang mempunyai tugas melakukan bimbingan pelaksanaan asuhan/pelayanan keperawatan, profesi keperawatan, logistik keperawatan, serta etika dan mutu keperawatan (Sahar & Junati, 2000). Model praktik keperawatan profesional merupakan suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan (Russel, 2000). Salah satu bentuk dari penerapan manajemen profesional adalah manajemen asuhan keperawatan yang saat ini sudah mulai banyak diterapkan di Rumah Sakit, yaitu Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) yang merupakan model dari Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang tujuannya

memungkinkan perawat profesional dalam mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut. Pengembangan MPKP merupakan upaya dalam memberdayakan

keperawatan dalam pemberian pelayanan kesehatan, yang disesuaikan dengan visi dan misi yang diemban oleh masing-masing Rumah Sakit. Model pemberian asuhan keperawatan yang saat ini sedang menjadi trend dalam keperawatan Indonesia adalah Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan metode pemberian asuhan keperawatan primer. Dalam melaksanakan praktek profesi departemen manajemen, kelompok kami akan melakukan identifikasi dan menganalisa Model Asuhan Keperawatan Profesional yang ada dan lebih cocok untuk diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan di Ruang 24A RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. 1.2. TUJUAN 1.2.1. Tujuan Umum Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan,

mahasiswa mampu menerapkan Model Asuhan Keperawatan Profesional sesuai dengan prinsip manajemen keperawatan.

1.2.2. Tujuan Khusus 1. Mampu melakukan pengkajian terhadap pelayanan asuhan keperawatan yang dilaksanakan di Ruang 24A. 2. Mampu menganalisis permasalahan manajemen keperawatan di Ruang 24A. 3. Mampu menentukan prioritas masalah berdasarkan permasalahan yang teridentifikasi. 4. Mampu membuat rencana pemecahan masalah (Plan of Action) untuk mengatasi permasalahn yang diprioritaskan. 5. 6. 7. Mampu melaksanakan kegiatan yang direncanakan pada Plan of Action. Mampu mengevaluasi hasil kegiatan yang telah direncanakan. Melaksanakan seminar evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan manajemen keperawatan di Ruang 24A. 1.3. MANFAAT 1.3.1. Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat mengaplikasikan serta mengintegrasikan konsep manajemen keperawatan dalam tataran praktek klinik dan pengembangan wawasan pengetahuan atau teori manajemen melalui penerapan fungsi manajemen di ruangan perawatan. 1.3.2. Bagi Ruang 24A Dapat dijadikan sebagai sarana dukungan, masukan, atau

pengembangan fungsi manajemen ruangan guna mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di ruang 24A pada khususnya, serta kualitas pelayanan rumah sakit pada umumnya. 1.3.3. Bagi Institusi Rumah Sakit Penerapan model praktek asuhan keperawatan profesional diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, terutama pelayanan di bidang keperawatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Model Praktek Keperawatan Profesional/ Model Asuhan Keperawatan Profesional 2.1.1. Definisi Sistem Model Asuhan Keperawatan (MAKP) adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan keempat unsur: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip - prinsip nilai nilai yang diyakini dan menentukan kualitas produksi/ jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai nilai tersebut sebagai suatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/ keperawatan dalam memenuhi kepuasan klien tidak dapat terwujud. Unsur unsur dalam praktik keperawatan dibedakan menjadi 4, yaitu: 1. 2. 3. 4. Standar Proses keperawatan Pendidikan keperawatan Sistem model asuhan keperawatan Dalam menetapkan suatu model, maka keempat hal tesebut harus menjadi bahan pertimbangan karena merupakan sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. 2.1.2. Faktor Faktor Yang Berhubungan dalam Perubahan MAKP 1. Kualitas pelayanan keperawatan Setiap upaya dalam meningkatkan pelayanan keperawatan selalu berkaitan erat/ menyangkut dengan kualitas. Kualitas ini sangat diperlukan karena : a. Untuk meningkatkan asuhan keperawatan kepada konsumen/ pasien b. Untuk menghasilkan keuntungan c. Untuk mempertahankan eksistensi institusi d. Untuk meningkatkan kepuasan kerja e. Untuk meningkatkan kepercayaan konsumen f. Untuk menjalankan kegiatan sesuai aturan/ standar 2. Standar Praktik Keperawatan Standar praktik keperawatan di Indonesia disusun oelh Depkes

R.I. (1995) yang terdiri dari beberapa standar. Menurut JCHO (Joint Commision on American of Health Care Organisation, 1999), terdapat 8 standar tentang asuhan keperawatan yang meliputi : a. Mengenai hak hak pasien b. Penerimaan waktu pasien MRS c. Observasi keadaan pasien d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi e. Asuhan pada tindakan non-operatif dan administratif f. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasif g. Pendidikan kepada pasien dan keluarga h. Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkesinambungan 3. Metode Penegelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Dari beberapa metode yang ada, maka institusi pelayanan perlu mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk diterapkan. Sehingga perlu diantisipasi jangan merubah suatu sistem justru menambah permasalahan (Marquis & Husto, 1998 dalam Kurt Lewin, 1951). Dasar pertimbangan penerapan metode sistem pemberian asuhan keperawatan adalah: a. Filosofi (Visi Misi Institusi) b. Ekonomi (cost effective) c. Menambah kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat d. Menambah kepuasan kerja perawat karena dapat melaksanakan perannya dengan baik e. Dapat diterapkannya proses keperawatan f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya 4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan IPTEK, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien.

5.

Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan Melaughin, Thomas, dan Bartem (1995), mengidentifikasi 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di Rumah Sakit adalah Asuhan Keperawatan Total, Keperawatan Tim, Keperawatan Primer, tetapi setiap unit keperawatan mempunyai riwayat dalam menyeleksi model dalam pengelolaan asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metoda pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998).

2.1.3. Enam Unsur Utama dalam Pemilihan Metode Askep 1. Sesuai dengan visi dan misi institusi Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit. 2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan

keperawatan Proses keperawatan merupaan unsur penting terhadap

kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan 3. keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses

keperawatan. Efisiensi dan efektif penggunaan biaya Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana baiknya model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapatkan hasil yang sempurna. 4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oelh karena itu model yang baik, adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang terhadap kepuasan pelanggan. 5. Kepuasan kerja perawat Kelancaran pelaksanaan suatu model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat. Oleh karena itu model yang dipilih

harus dapat meningkatkan kepuasan perawat bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya. 6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan

interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

2.1.4. Jenis Model Praktek Keperawatan Profesional di Indonesia Pada awalnya direncanakan beberapa jenis model PKP di Indonesia, yaitu: a. Model Praktek Keperawatan Profesional III Melalui pengembangan model PKP III dapat diberikan asuhan keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan dokter dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. b. Model Praktek Keperawatan Profesional II Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada primer pada area spesialisasinya. Disamping melakukan riset, perawat spesialis juga membimbing para perawat melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis

direncanakan satu orang untuk sepuluh orang perawat primer (1:10). c. Model Praktek Keperawatan Profesional I Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional I dan untuk ini diperlukan penataan 3 komponen utama, yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Model ini merupakan model yang akan dikembangkan secara bertahap (developmental model), dan telah diuji coba di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan di RSUP Persahabatan.

d.

Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP), merupakan tahap awal untuk menuju model PKP. Pada model mampu diberikan asuhan keperawatan professional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen utama, yaitu: ketenagaan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Ketenagaan Jumlah tenaga keperawatan pada suatu ruangan/rumah sakit, ditetapkan berdasarkan derajat ketergantungan klien. Jumlah ini ditetapkan dengan mengidentifikasi jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan klien dalam satu bulan. Berdasarkan ini dapat diketahui rata-rata jumlah klien berdasarkan derajat

ketergantungan (minimal, intermediet, dan total). Kemudian jumlah perawat ditentukan dengan rumus Douglass (1985) atau Loverigde (1996). Metode Pemberian Asuhan Keperawatan Pada model ini digunakan metode modifikasi tim. Metode tim murni tidak digunakan karena pada metode ini, kontinuitas asuhan lebih sukar dilakukan karena klien yang dirawat tidak tetap. Tetapi pada metode modifikasi tim, suatu tim akan merawat sejumlah klien mulai masuk ke suatu ruangan sampai pulang, terutama untuk ketua tim, sehingga dapat meningkatkan kualitas hubungan perawat-klien dan akan meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat. Sebagai ketua tim, kemampuannya adalah D3 keperawatan dangan pengalaman minimal 3 tahun di lapangan. Sebagai anggota tim, kemampuannya D3 atau SPK. Disamping itu dibutuhkan perawatan dangan kemampuan sarjana keperawatan sebagai case manager. Case manager berperan sebagai pembimbing ketua tim dan memvalidasi rencana keperawatan serta mengevaluasi

pelaksanaan rencana tersebut. Dokumentasi Keperawatan Pada model ini ditetapkan standar rencana keperawatan, tetapi hanya meliputi masalah aktual. D3 keperawatan akan menganalisis masalah tersebut dengan bimbingan case manager.

2.1.5. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang profesional, digunakan beberapa metode pemberian asuhan keperawatan mulai dari metode fungsional, metode kasus, metode tim, metode keperawatan primer serta metode modifikasi tim. Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998), jenis model pemberian asuhan keperawatan dapat dijabarkan pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) Model Fungsional Deskripsi Penanggung jawab Berdasarkan orientasi tugas Perawat yang bertugas pada tindakan tertentu dari filosofi keperawatan Perawat melaksakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadawal kegiatan yang ada Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya, merawat luka) keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Berdasarkan pendekatan Manager Keperawatan holistik dari filosofi keperawatan Perawat bertangguang jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu Rasio: 1:1 pasien-perawat Setiap pasien dilimpahkan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat mereka dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yangn sama pada hari

Kasus

Tim

Primer

berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti: isolasi, intensive care. Berdasarkan pada kelompok Ketua Tim filosofi keperawatan Enam-tujuh orang perawat profesional dan perawat associate bekerja sebagai suatu tim, disupervisi oleh ketua tim Metode penugasan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Berdasarkan pada tindakan Perawat Primer (PP) yang komprehensif dari filisofi keperawatan Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan, dari hasil pengkajian kondisi pasien untuk mengkoordinasi asuhan keperawatan Rasio: 1:4/ 1:5 (perawat : pasien) dan penugasan metode kasus Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selam 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien, mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat

10

rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terusmenerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi Asuhan Keperawatan selama pasien dirawat Dibawah ini merupakan penjabaran secara rinci tentang metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada 5 metode dalam pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. 1. Keperawatan Fungsional Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya, merawat luka) keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Kelebihannya: Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekuarangan tenaga Perawat senior memyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/ atau belum berpengalaman. Kelemahanya: Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.

11

Kepala Ruang

Perawat: Pengobata n

Perawat: Merawat luka

Perawat: Pengobata n

Perawat: Merawat luka

Pasien/klien
Gambar 2.1 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatn Fungsional (Marquis & Huston, 1998, p. 138) 2. Keperawatan TIM Metode penugasan tim yang terdiri atas anggota yang berbedabeda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Kelebihannya: Memungkinkan pelayanan keperawatan menyeluruh Mendukung pelaksanaan proses keperawatan Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Kelemahannya: Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Konsep Metode Tim Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu

menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Pentingnya komunikasi yang efektif keperawatan terjamin. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim. Peran Kepala Ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang. agar kontinuitas rencana

12

Tanggung Jawab Anggota Tim Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung jawabnya. Kerjasama dengan anggota tim dan antartim. Memberikan laporan.

Tanggung Jawab Ketua Tim Membuat perencanaan Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien. Mengembangkan kemampuan anggota Menyelengarakan konferensi

Tanggung Jawab Kepala Ruang a. Perencanaan Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruang masingmasing Mengikuti serah terima pasien di shiff berikutnya Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat,

transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan

berdasarkan aktivitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan atau penjadwalan b. Pengorganisasian Merumuskan metode penugasan yang akan digunakan Merumuskan tujuan metode penugasan Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik Mendelegasikan tugas saat karu tidak ada di tempat kepada ketua tim.

13

c. d.

Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien Identifikasi masalah dan cara penanganan

Pengarahan Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim Memberikan pujian kepada ketua tim yang melaksanakan tugas dengan baik Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,

keterampilan dan sikap Melibatkan bawahan sejak awal sampai akhir kegiatan Meningkatkan kolaborasi dengan tim lain Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien Pengawasan Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi

langsung dengan ketua tim maupun perawat pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Melalui supervisi: - Pengawasan langsung melalui inspeksi, dewan

inspeksi mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau

mengawasi kelemahan yang ada pada saat itu juga - Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim - Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan

membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim - Audit keperawatan

14

Kepala Ruang

Ketua Tim

Ketua Tim

Ketua Tim

Staf Perawat

Staf Perawat

Staf Perawat

Pasien/ Klien

Pasien/ Klien

Pasien/ Klien

Gambar 2.2 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team Nursing (Marquis & Huston, 1998, p. 149)

3.

Keperawatan Primer Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selam 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien, mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi Asuhan Keperawatan selama pasien dirawat. Kelebihannya: Bersifat kontinuitas dan komprehensif Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri. Keuntungan yang dirasakan oleh pasien, perawat, dokter dan RS Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa

dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juaga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.

15

Kelemahannya: Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, menguasai kemampuan keperawatan mengambil klinis, keputusan akuntabel, yang serta tepat, mampu

berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu. Konsep dasar metode primer: Ada tanggung jawab dan tanggung gugat Ada otonomi Ketertiban pasien dan keluarga

Tugas perawat primer: Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif. Membuat tujuan dan rencana keperawatan. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai. Menerima dan menyesuaikan rencana. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang. Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga sosial di masyarakat. Membuat jadwal perjanjian klinis. Mengadakan kunjungan rumah.

Peran Kepala ruang dalam Metode Primer Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer. Orientasi dan merencanakan kerjawan baru. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten. Evaluasi kerja. Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi.

16

Tabel 2.2 Peran masing-masing komponen Kepala Ruangan; Perawat Primer; dan Perawat Associate Kepala Ruangan (KARU) Menerima paien baru Memimpin rapat Perawat Primer (PP) Membuat perencanaan ASKEP Perawat Associate (PA) Memberikan ASKEP Mengikuti timbang terima Melaksanakan tugas yang didelegasikan Mendokumentasikan tindakan keperawatan.

Mengevaluasi kinerja Mengadakan tindakan perawat Membuat daftar dinas Menyediakan material Perencanaan, pengawasan, pengarahan pengawasan dan kolaborasi Memimpin timbang terima Mendelegasikan tugas Memimpin ronde keperawatan Mengevaluasi pemberian ASKEP Bertanggung jawab terhadap pasien Memberi petunjuk jika pasien akan pulang Memimpin timbang terima Mengisi Resume keperawatan

Tim Medis

Kepala Ruangan

Sarana RS

PP1 PA1 PA2

PP1 PA1 PA2

Pasien

Pasien

Gambar 2.3 Bagan Pengembangan MAKP: Primer di ruang Bedah Mata kelas I & II; Bedah G; dan R. Jantung RSUD Dr. Soetomo Surabaya

17

Dokter

Sarana RS

Kepala Ruang

Perawat Primer

Pasien/ Klien

Perawat Pelaksana evening

Perawat Pelaksana night

Perawat Pelaksana jika diperlukan days

Gambar 2.4 Diagram Sistem Asuhan Keperawatan Primary Nursing (Marquis & Huston, 1998, p. 141)

4.

Keperawatan Kasus Setiap perawat yang melayani seluruh kebutuhan pasien pada saat mereka dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yangn sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti: isolasi, intensive care. Kelebihannya: Perawat lebih memahami kasus per kasus Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

Kekurangannya: Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab


Kepala Ruang

Staf Perawat

Staf Perawat

Staf Perawat

Pasien/ klien

Pasien/ klien

Pasien/ klien

Gambar 2.5 Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing (Marquis & Huston, 1998, p. 136)

18

5.

Modifikasi Tim Primer Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan: a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakan pendidikan S1 keperawatan atau setara. b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim. c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Di samping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ ketua tim tentang asuhan keperawatan. Contoh (dikutip dari Ratna S. Sudarsono, 2002 dalam Nursalam, 2008) : Untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, disamping seorang kepala ruang rawat, juga Ners. Perawat Associate (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3 keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan Tim pada setiap shift jaga terlihat pada gambar 2.6 dibawah ini.
Kepala Ruang

PP1 PA PA PA 7-8 pasien

PP2 PA PA PA 7-8 pasien

PP3 PA PA PA 7-8 pasien

PP4 PA PA PA 7-8 pasien

Gambar 2.6 Metode Primary Tim (Modifikasi)

19

2.1.6. Uraian Tugas 1. Kepala ruang rawat Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruang rawat adalah perawat dengan kemampuan DIII Keperawatan yang

berpengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah perawat dengan kemampuan Skep/Ners yang berpengalaman. Kepala ruang rawat bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi. Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat adalah sebagai berikut: Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas). Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan. Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah di ruangan Membimbing siswa/mahasiswa (bekerja sama dengan

pembimbing klinik) dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan, dengan mengikuti sistem MPKP yang sudah ada. Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat. Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran dan mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktek di ruangan (disepakati dengan clinical care manager/CCM) dengan menggunakan format orientasi. Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan klien/keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain kepala ruang rawat mengingatkan kembali klien/keluarga tentang

perawat/tim yang bertanggung jawab terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan. Memeriksa kelengkapan persedian status keperawatan minimal lima set setiap hari. Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal implementasi MPKP termasuk sikap dan tingkah laku profesional. Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP dapat dilegasikan kepada PA senior (wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap di bawah pengawasan kepala ruang rawat dan CCM. Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan di ruangan.

20

Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada di ruangan, membuat DP3, dan usulan kenaikan pangkat.

2.

Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk membahas kebutuhan di ruangan. Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan

keperawatan (bersama dengan CCM). Membuat peta risiko di ruang rawat.

Clinical care manager Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, clinical care manager (CCM) adalah Skep/Ners dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah seorang ners spesialis. Pada MPKP tingkat II, jumlah ners spesialis lebih dari satu orang tetapi disesuaikan dengan kekhususannya (Majoring) kasus yang ada. CCM bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi dan sebaiknya CCM sudah mempelajari pengalaman sebagai PP minimal 6 bulan. Tugas dan tanggung jawab CCM adalah sebagai berikut: Membimbing PP pada implementasi MPKP. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: Bersama dengan yang PP memvalidasi sudah setiap diagnosis CCM

keperawatan

ditetapkan

PP.

menganalisis data klien berdasarkan dokumentasi, bila perlu CCM melakukan pemerikasaan langsung kepada klien atau bertemu dengan keluarga klien. Beberapa pertangaan yang perlu dipikirkan: Apakah diagnosis sudah sesuai dengan kondisi klien? Apakah ada diagnosis yang belum diidentifikasi? Apakah tindakan keperawatan yang diidentifikasi PP sudah tepat? Baca setiap tindakan yang ada pada renpra terkait diagnosis tersebut? Apakah ada tindakan keperawatan tamabahan? Hasil penelitian? Berdasarkan validasi, berikan masukan kepada PP, termasuk pemberian penguatan misalnya, pujian.

21

Bila pada dokumentasi klien, belum ada renpra yang sudah dievaluasi PP, maka bersama-sama PP menetapkan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien, dengan menggunakan standar renpra yang telah

disepakati. Membahas dengan PP, tentang pembagian tugas dengan PA. Apakah penetapan sudah sesuai dengan panduan? Bial belum, berikan masukan! Mengobservasi dan memberikan masukan kepada PP terkait dengan bimbingan yang diberikan PP kepada PA. Apakah sudah baik? Bila belum, beri masukan. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA. Mempresentasikan keperawatan. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan dan melakukan penelitian. Menerapkan keperawatan. Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal: melakukan evaluasi tentang mutu asuhan keperawatan, mengkoordinasi, mengarahkan dan mengevaluasi mahasiswa praktik, serta hasil-hasil penelitian dalam memberi asuhan isu-isu baru terkait dengan asuhan

membahas dan mengevaluasi tentang implementasi MPKP. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan memberi masukan untuk perbaikan. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil

evaluasi/penelian tentang asuhan keperawatan. Mengevaluasi implementasi MPKP dengan menggunakan

instrumen evaluasi implementasi MPKP oleh CCM. 3. Perawat primer Pada ruang rawat MPKP pemula, perawat primer (PP) adalah perawat lulusan DIII Keparawatan dengan pengalaman minimal 4 tahun dan pada MPKP tingkat I adalah perawat Skep/Ners dengan pengalaman

22

minimal 1 tahun. PP dapat bertugas pada pagi, sore, atau malam hari, namun sebaiknya PP hanya bertugas pada pagi hari atau sore hari saja, karena bila bertugas pada malah hari, PP akan libur beberapa hari sehingga sulit menilai perkembangan klien. Bila PP bertugas pada sore hari PP harus didampingi oleh minimal 1 orang PA dari timnya. Hal ini bertujuan agar pada sore hari PP mempunyai waktu untuk menilai perkembangan semua kliennya. Di samping itu, bila PP bertugas sore hari, ia akan menjadi penanggung jawab pada shift tersebut. Tugas dan tanggung jawan PP adalah sebagai berikut: Melakukan kontrak dengan klien/keluarga pada awal masuk ruangan sehingga tercipta hubungan terapeutik. Hubungan ini dibina secara terus pada menerus pada saat Panduan melakukan orientasi

pengkajian/tindakan

klien/keluarga.

sebaiknya dilaminating dan digantung di kamar klien sehingga setiap saat klien/keluarga dapat membaca kembali. Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian yang sudah dilakuan PP pada sore, malam, atau hari libur. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar renpra sesuai dengan hasil pengkajian. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA di bawah tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat (preconference). Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien, setiap kali giliran jaga (shift). Pembagian klien didasarkan pada jumlah klien, tingkat ketergantungan klien, dan tempat tidur yang berdekatan. Bila pada satu tugas jaga (shift) PP didampingi oleh dua orang PA, maka semua klien dibagi pada kedua PA sebagai penanggungjawabnya. PP akan mem-bimbing dan membantu PA dalam memberikan asuhan keperatawan. Bila PP hanya

didampingi oleh satu orang PA pada satu tugas jaga maka jumlah klien yang menjadi tanggung jawab PP adalah sebanyak 20% dan klien tersebut termasuk klien dengan tingkat ketergantungan minimal serta klien lainnya menjadi tanggung jawab PA. Penetapan ini dimaksudkan agar PP memiliki waktu untuk

23

membimbing dan membantu PA di bwah tanggung jawabnya dalam memberika asuhan keperawatan. Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam melakukan tindakan keperawatan, apakah sesuai dengan SOP. Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA. Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA. Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi

keperawatan dan tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium. Melakukan kegiatan serah terima klien di bawah tanggung jawabnya bersama dengan PA. Mendampingi dokter visite klien di bawah tanggung jawabnya. Bila PP tidak ada, visite didampingi oleh PA sesuai timnya. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan perkembangan klien setiap hari. Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal setiap 2 hari untuk membahas kondisi keperawatan klien (bergantung pada kondisi klien) Bila PP cuti/libur, tugas-tgas PP didelegasikan pada PA yang telah ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala ruang rawat atau CCM. Memberikan pendidikan kesehatan pada klien/keluarga. Membuat perencanaan pulang. Bekerjasama dengan CCM dalam mengidentifikasi isu yang memerlukan pembuktian sehingga tercipta evidence based practice (EBP).

4.

Perawat asosiet Perawat asosiet (PA) pada MPKP pemula taau MPKP tingkat I, sebaiknya adalah perawat dengan kemampuan DIII Keperawatan. Namun, pada beberapa kondisi bila belum semua tenaga mendapatkan pendidikan tambahan, beberapa MPKP, PA adalah perawat dengan pendidikan SPK tetapi mempunyai pengalaman yang sudah cukup lama di rumah sakit tersebut.

24

Tugas dan tanggung jawan PA adalah sebagai berikut: Membaca renpra yang telah ditetapkan PP. Membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga, sebagai lanjutan kontrak yang sudah dilakukan PP. Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi berdasarkan format orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada di tempat. Melakukan tindakan keperawatan pada kliennya berdasarkan renpra. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan mendokumentasikannya pada format yang tersedia. Mengikuti visite dokter bila PP tidak ditempat. Memerikasa kerapian dan kelengkapan status keperawatan. Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf. Mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yang perlu diselesaikan. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium, pengobatan, dan tindakan. Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan pada klien/keluarga yang dilakukan oleh PP. Melakukakan inventaris fasilitas yang terkait dengan timnya. Membantu tim lain yang membutuhkan. Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP. 2.2. Dokumentasi Secara umum dokumentasi merupkan suatu catatan otentik atau semua warkat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim kesehata dalam memberikan pelayanan yang disusun secara sistematis dalam suatu format yg telah disetujui dan dapat dipertanggung jawabkan. Dokumentasi yang baik tidak hanya mencerminkan perawatan setiap yang berkualitas tim tetapi juga dalam membuktikan memberikan

pertanggunggugatan

anggota

perawatan

25

perawatan. Beberapa tipe pencacatan digunakan untuk mengkomunikasikan

informasi tentang klien. Meski setiap lembaga menggunakan format pencatatan yang berbeda, semua catatan secara mendasar mengandung informasi berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Identifikasi klien dan data demografi klien Surat ijin untuk pengobatan dan prosedur Riwayat keperawatan saat masuk Diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan Rencana asuhan keperawatan atau multidisiplin Catatan tantang tindakan asuhan keperawatan dan evaluasi keperawatan Riwayat medis Diagnose medis Pesanan terapeutik

10. Catatan perkembangan medis dan disiplin kesehatan 11. Laporan tentang pemeriksaan fisik 12. Laporan tentang pemeriksaan diagnostic 13. Ringkasan tentang prosedur operatif 14. Rencana pemulangan dan ringkasan pemulangan

2.2.1. Tujuan Pencatatan Catatan merupakan sumber data yang bermanfaat yang digunakan oleh semua anggota tim perawatan kesehatan. Tujuannya mencakup : 1. Komunikasi Pencatatan adalah cara melalui mana anggot tim kesehatan

mengkomunikasikan kontribusinya terhadap perawatan klien, termasuk terapi individual, edukasi klien, dan penggunaan rujukan untuk

perencanaan pemulangan. Rencana asuhan harus jelas bagi setiap orang yang membaca bagan. Bila anggota staf merawat klien, catatan harus menjelaskan 2. tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan

kontinuitas dan konsistensi tindakan keperawatan. Tagihan Finansial Catatan perawatan klien adalah suatu dokumen yang

memperlihatkan sampai sejauh mana lembaga perawatan kesehatan harus di-reimburse untuk pelayanan yang diberikan , hal tersebut adalah tagihan klien. Diagnosis-Related Group (DRG) menjadi dasar untuk

26

menetapkan

reimbursement

maksimal

bagi

lembaga

perawatan

kesehatan. Rincian pencatatan membantu dalam menetapkan diagnose codable yang digunakan untuk menentukan DRG. Kontribusi perawat terhadap dokumentasi dapat membantu mengintepretasikan tipe tindakan yang diterima klien. Jika waktu pemulangan klien melebihi lama rawat yang diperbolehkan untuk DRG tertentu, dokumentasi dapat

membenarkan tambahan waktu. 3. Edukasi Catatan klien mengandung berbagai informasi, termasuk diagnose medis dan keperawatan, tanda dan gejala penyakit, terapi yang berhasil dan tidak berhasil, temuan diagnosis, dan perilaku klien. Peserta didik keperawatan dan kedokteran, dan disiplin lain yang berkaitan dengan kesehatan menggunakan catatan ini sebagai sumber edukasi. Suatu cara efektif untuk mempelajari tentang sifat dari suatu penyakit dan responnya terhadap penyakit tersebut adalah dengan membaca catatan perawatan klien. Dengan informasi ini peserta didik belajar tentang pola yang harus ditemui dalam berbagai masalah kesehatan dan menjadi mampu lebih baik untuk mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan klien. 4. Pengkajian Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan mendukung diagnose keperawatan dan

merencanakan intervensi yang sesuai untuk asuhan. Informasi dari catatan memberikan tambahan pada hasil pengamatan dan pengkajian perawat. Riwayat pembedahan, sebagai contoh, terdapat dalam catatan klien. Dengan demikian perawat tidak perlu mengumpulkan informasi yang telah tersedia kecuali ada alasan yang diyakini bahwa informasi dalam catatan klien tidak akurat. Catatan kemajuan medis menjabarkan temuan pengkajian yang terbaru dan relevan. Perawat dapat memasuki ruangan klien, mengantisipasi status kesehatan klien, dan kemudian melakukan pengkajian individual klien. Catatan memberikan gambaran total mengenai status kesehatan klien. Data pengkajian yang dimasukkan oleh setiap anggota tim perawatan kesehatan tidak semata-mata menguraikan peristiwa terisolasi. Setiap pengamatan adalah bagian dari teka-teki besar, yang jika

27

terpecahkan mengandung

akan data

menunjukkan untuk

status

kesehatan dan

klien.

Catatan

menjelaskan

menginformasikan

pengamatan atau menyangkal interpretasi. Catatan keperawatan juga dapat memberikan informasi tambahan, termasuk segala pengamatan atau interpretasi yang dibuat oleh perawat dibandingkan dengan data dari catatan. Catatan membantu menjelaskan alasan dan implikasi tentang setiap temuan yang dikumpulkan perawat. 5. Riset Data statistic menunjukkan frekuensi gangguan klinik, komplikasi, penggunaan terapi keperawatan atau medis tertentu, kematian, dan pemulihan dari penyakit dapat dikumpulkan dari catatan klien. Catatan merupakan sumber berharga untuk menjabarkan karakteristik populasi klien dalam lembaga perawatan kesehatan. Perawat juga dapat meneliti catatan tentang pemulangan klien sebelumnya untuk mngidentifikasi masalah asuhan keperawatan. Sebagai studi untuk menentukan insidens infeksi pada klien dengan tipe kateter intravena tertentu dapat ditemukan dengan cara menelaah catatan klien. 6. Audit dan Pemantauan Tinjauan teratur tentang informasi pada catatan klien memberikan dasar untuk evaluasi tentang kualitas dan ketetapan perawatan yang diberikan dalam suatu institusi. Perawat memantau atau meninjau catatan selama tahun menentukan tingkat sampai sejauh mana standar perbaikan kualitas terpenuhi. Kekurangan yang teridentifikasi selama pemantauan diberitahukan kepada semua anggota staf keperawatan sehingga perbaikan dalam kebijakan atau praktik dapat dilakukan. Program

perbaikan kualitas membuat perawat terus mengetahui standar tentang praktik keperawatan untuk mempertahankan mutu yang baik dalam asuhan keperawatan. Catatan medis juga diaudit untuk meninjau biaya perawatan klien. Karier asuransi swasta dan auditor pemerintah maninjau catatan untuk menentukan reimbursement yang diterima klien atau lembaga kesehatan. Melalui dokumentasi tentang logistic dan peralatan yang telah digunakan memastikan bahwa biaya tertutupi dan klien menerima perawatan yang telah mereka butuhkan.

28

7.

Dokumentasi Legal Catatan medis harus akurat karena catatan tersebut merupakan dokumen legal. Menurut Mandell (Potter & Perry, 2005), dalam kasus tentang tuntutan hokum catatan medis yang digunakan untuk peradilan, bukan asuhan keperawatan. Akibatnya pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan diri terbaik terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan. Catatan berfungsi sebagai deskripsi tentang apa yang sebenarnya terjadi pada klien. Asuhan keperawatan bisa saja sangat baik, namun asuhan yang tidak didokumentasikan adalah asuhan yang tidak dilakukan dalam peradilan hukum. Selain itu, bahkan konsultasi dengan pemberi perawatan lainnya sangat baik bila didokumentasikan. Untuk melindungi diri sendiri akibat klien mengabaikan instruksi keperawatan, perawat harus menunjukkan setiap instruksi atau rujukan dalam catatan medis. Pencatatan tidak semata-mata menjadi rutin atau spesificial, tidak juga berarti perawat menunggu sampai akhir giliran jaga untuk mencatat asuhan keperawatan klien. Dokumentasi yang baik harus dilakukan tepat waktu dengan pemikiran yang cermat. Empat area masalah komunikasi yang umum dalam malpraktik disebabkan oleh tidak adekuatnya dokumentasi, yaitu : (1) Tidak mencatat waktu yang tepat ketika peristiwa terjadi; (2) Lalai untuk mencatat pesanan lisan atau lalai untuk mendapatkan tanda tangan dari instruksi lisan tersebut; (3) Mencatat tindakan sebelum dilakukan untuk menghemat waktu, dan; (4)

Mendokumentasikan data yang tidak tepat (Martin dalam Potter & Perry, 2005).

2.3. Pengkajian Keperawatan Asuhan keperawatan memerlukan data yang lengkap, akurat, kontinyu. Komponen pengkajian keperawatan meliputi: A) Pengumpulan Data Langkah pertama dari proses keperawatan adalah pengkajian. Pengkajian merupakan pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan keadaan kesehatan klien sekarang dan masa lalunya. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, menelaah catatan dan laporan diagnostik,

29

bekerja sama dengan teman sekerja (Carpenito,1998). Sumber data berasal dari klien, orang terdekat, catatan klien, riwayat penyakit, konsultasi, hasil pemeriksaan diagnostik, catatan medis, dan anggota tim kesehatan lainnya, perawat lain, dan kepustakaan (Nursalam, 2001). Ada 2 tipe data pengkajian: 1. Data subjektif Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk persepsi klien, perasaan, dan ide tentang status kesehatannya. 2. Data objektif Adalah data observasi dan dapat diukur. Informasi tersebut biasanya diperoleh dari hasil melihat, membau, mendengar dan menyentuh selama proses pemeriksaan fisik (Nursalam, 2001) Pengumpulan data klien memiliki karakteristik lengkap, akurat dan nyata, dan relevan. B) Pengelompokan Data Data difokuskan untuk mengidentifikasi: Status kesehatan masa lalu dan sekarang Pola koping sekarang dan masa lalu Status fungsional sekarang dan masa lalu Respon terhadap terapi Resiko masalah potensial Berkeinginan untuk meningkatkan tingkat kesehatan lebih tinggi (Carpenito, 1998). C) Perumusan Masalah Perumusan masalah memiliki kriteria: Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan Perumusan masalah ditunjang oleh data yang dikumpulkan (Depkes RI, 1997). D) Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan normal fungsi kehidupan pasien, dengan kriteria:

30

Dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien Dibuat sesuai dengan wewenang perawat Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala atau tanda atau terdiri dari masalah dan penyebab. Bersifat aktual apabila masalah kesehatanyya sudah nyata terjadi Bersifat potansial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar terjadi. Dapat ditanggulangi oleh perawat (Depkes RI, 1997)

Tipe Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah struktur dan proses. Struktur diagnosa keperawatan komponennya tergantung pada tipenya, antara lain: 1) Diagnosa keperawatan aktual (Actual Nursing Diagnoses) Diagnosa keperawatan aktual menyajikan keadaan yang secara klinis telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor yang dapat diidentifikasi. Tipe dari diagnosa keperawatan ini mempunyai empat komponen yaitu label, definisi, batasan karakteristik, dan faktor-faktor yang berhubungan (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997). 2) Diagnosa keperawatan risiko dan risiko tinggi (Risk and High-Risk Nursing Diagnoses) Adalah keputusan klinis bahwa individu, keluarga dan masyarakat sangat rentan untuk mengalami masalah bila tidak diantisipasi oleh tenaga keperawatan, dibanding yang lain pada situasi yang sama atau hampir sama (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997). 3) Diagnosa Diagnoses) Adalah pernyataan tentang masalah-masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan. Namun banyak perawatperawat telah diperkenalkan untuk menghindari sesuatu yang bersifat sementara dan NANDA tidak mengeluarkan diagnosa keperawatan kemungkinan (Possible Nursing

31

keperawatan untuk jenis ini (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997). 4) Diagnosa keperawatan sejahtera (Wellness Nursing Diagnoses) Adalah ketentuan klinis mengenai individu, keluarga dan masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ketingkat kesehatan yang lebih baik. Pernyataan diagnostik untuk diagnosa keperawatan sejahtera merupakan bagian dari pernyataan yang berisikan hanya sebuah label. Label ini dimulai dengan Potensial terhadap peningkatan., diikuti tingkat sejahtera yang lebih tinggi yang dikehendaki oleh individu atau keluarga, misal Potensial terhadap peningkatan proses keluarga (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997). 5) Diagnosa keperawatan sindroma (Syndrome Nursing Diagnoses) Terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau risiko tinggi yang diduga akan tampak karena suatu kejadian atau situasi tertentu. NANDA telah menyetujui dua diagnosa keperawatan sindrom yaitu Sindrom trauma perkosaan dan Risiko terhadap sindrom disuse (Carpenito, 1997). E) Perencanaan Untuk mengarahkan dan mengevaluasi asuhan keperawatan, rencana asuhan harus mencakup elemen sebagai berikut : 1. Pernyataan diagnostik (masalah kolaboratif, diagnosa

keperawatan) 2. 3. 4. Kriteria hasil (tujuan klien) atau tujuan keperawatan Tindakan keperawatan atau intervensi Evaluasi (status rencana)

Langkah-langkah dari perencanaan keperawatan adalah : 1. Menentukan prioritas masalah Masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas pertama Masalah yang mengancam kesehatan adalah prioritas kedua Masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga (Depkes RI, 1997).

32

2.

Menetapkan kriteria evaluasi Pedoman menuliskan kriteria hasil: berfokus pada klien, kriteria hasil harus ditujukan pada keadaan klien. Harus menunjukkan apa yang akan dilakukan pasien, kapan, dan sejauh mana tindakan bisa dilaksanakan singkat dan jelas, untuk memudahkan perawat

mengidentifikasi tujuan dan rencana tindakan. Dapat diobservasi dan diukur. Ada batasan waktu. Realistik, harus dapat dicapai sesuai dengan sarana dan prasarana yang tersedia meliputi biaya, peralatan, fasilitas, tingkat pengetahuan, afek emosi dan kondisi fisik. Ditentukan oleh perawat dan klien, selama pengkajian perawat mulai melibatkan klien dalam intervensi kemudian perawat dan klien mendiskusiakn kriteria hasil dan rencana tindakan untuk validasi (Nursalam, 2001) Penulisan kriteria hasil mencakup semua respon manusia yang meliputi kognitif, afektif, psikomotorik, dan perubahan fungsi tubuh. 3. Menyusun rencana intervensi keperawatan Karakteristik rencana tindakan keperawatan: Konsisten dengan rencana tindakan Berdasarkan pada prinsip ilmiah Berdasarkan situasi individu klien Digunakan untuk menciptakan situasi yang terapeutik Menciptakan suasana pengajaran Menggunakan sarana yang sesuai (Nursalam, 2001).

Komponen rencana tindakan keperawatan Waktu, untik mengidentifikasi waktu pelaksanaan Menggunakan kata kerja yang mudah Fikos pada pertanyaan 5w dan 1h Modifikasi pengobatan, tujuannya untuk membatasi

penulisan tindakan yang berulang

33

Tanda tangan, merupakan aspek hukum yang bisa dipertanggungjawabkan (Nursalam, 2001).

F) Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan

interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al., 1995). Dalam Implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa pertimbangan, antara lain: Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu implementasi keperawatan yang akan dilakukan. Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki, penyakitnya, hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-kultural,

pengertian terhadap penyakit dan intervensi. Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi. Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta upaya peningkatan kesehatan. Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannnya. Penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang dilakukan kepada klien.

34

Beberapa

pedoman

dalam

pelaksanaan

implementasi

keperawatan (Kozier et al,. 1995) adalah sebagai berikut: Berdasarkan respons klien. Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar pelayanan professional, hukum dan kode etik

keperawatan. Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia. Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi keperawatan. Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana intervensi keperawatan. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upaya meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (Self Care). Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi klien. Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan. Bersifat holistik. Kerjasama dengan profesi lain. Melakukan dokumentasi

G) Evaluasi Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis, dan berencana untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria: Setiap tindakan keperawatan dilakukan dokumentasi Evaluasi menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan Evaluasi melibatkan pasien, keluarga, tim kesehatan Evaluasi dilakukan sesuai standar (Depkes RI, 1997)

H) Catatan asuhan keperawatan Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual Kriteria:

35

Dilakukan selama dirawat inap dan rawat jalan Dapat dilakukan sebagai bahan informasi, komunikasi, laporan Dilakukan segera setelah tindakan dilakukan Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah baku Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan Setiap pencatatan mencantumkan inisial/ paraf/ nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktu pelaksanaan Menggunakan formulir yang baku Disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk

memperbaiki kelemahan yang telah diketahui untuk meningkatkan prestasi pada periode selanjutnya (Depkes RI, 1997).

2.4. Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit Menurut Donabedian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel, yaitu: 1. Input (struktur) Segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hbungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan pergerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan. 2. Proses Interaksi profesiaonal antara pemberi dan penerima pelayanan. Proses ini merupakan variabel penilaian mutu yang penting. 3. Output/ Outcome Hasil pelayanan kesehatan, 2merupakan perubahan yang terjadi pada penerima pelayanan (pasien / masyarakat), termasuk kepuasan dari penerima pelayanan.

2.4.1. Definisi dan Cara Pemakaian Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit Indikator adalah variable yang digunakan untuk menilai suatu penampilan dari suatu kegiatan dengan menggunakan instrumen. Indikator merupakan variable yang digunakan untuk menilai suatu perubahan.

36

Menurut WHO, indikator adalah variable untuk mengukur perubahan. Indikator sering digunakan terutama bila perubahan tersebut tidak dapat diukur. Indikator yang ideal harus memiliki 4 kriteria, yaitu: 1. Shahih (valid), yaitu benar benar dapat dipakai untuk mengukur aspek yang akan dinilai 2. Dapat dipercaya (realible), yaitu mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat yang berulangkali untuk waktu sekarang maupun akan datang 3. Sensitive, yaitu cukup peka untuk mengukur sehingga jumlahnya tidak perlu banyak 4. Spesifik, yaitu memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas, tidak bertumpang tindih Indikator mutu pelayanan rumah sakit akan mempunyai manfaat yang sangat banyak bagi penglola rumah sakit, terutama untuk mengukur kinerja rumah sakit itu sendiri (self assesment). Manfaat tersebut antara lain sebagai alat untuk melaksanakan management kontrol dan alat untuk mendukung

pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan kegiatan untuk masa yang akan datang. 2.4.2. Jenis Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit 1. Indikator pelayanan non-bedah, terdiri dari: a. b. c. d. e. 2. Angka pasien yang dekubitus Angka kejadian infeksi dengan jarum infus Angka kejadian penyulit / infeksi karena tranfusi darah Angka ketidaklengkapan pangisian catatan medik Angka keterlambatan pelayanan pertama gawat darurat

Indikator pelayanan bedah a. b. c. d. Angka infeksi luka operasi Angka komplikasi pasca bedah Waktu tunggu sebelum operasi elektif Angka appendik normal

2.5. Supervisi 2.5.1. Definisi Supervisi Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai dan mengevaluasi

37

secara terus-menerus dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik, terampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan

keterbatasan perawat (Kron, 1997). 2.5.2. Prinsip-Prinsip Supervisi Didasarkan atas hubungan professional dan bukan pribadi. Kegiatan direncanakan secara matang. Bersifat edukatif, supportif. Memberikan perasaan aman pada staf dan pelaksanaan keperawatan. Membentuk suatu kerjasama yang demokratis antara supervisor dengan staf dan pelaksana keperawatan. Objektif dan harus mampu melakukan self evaluation . Progressif, inovatif, fleksibel dan dapat mengembangkan kelebihan masing-masing staf dan pelaksana keperawatan. Konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan. Dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. 2.5.3. Kategori Supervisi Clinical Berfungsi untuk merefleksikan kasus kompleks, pendekatan terhadap penanganan dan perawatan, evaluasi dan perencanaan. Managerial Fokus pada menyeimbangkan beban kerja, prosedur administratif, pertemuan, perencanaan dan strategi, pengumpulan data, aktivitas audit, isu penerimaan dan pengurangan, komunikasi. Personal Berhubungan dengan isu interpersonal staf, tekanan pekerjaan, motivasi, kepuasan kerja, isu tim. Professional Memberikan kesempatan kepada praktisi untuk merefleksikan peran dan ketrampilan profesional dalam tim multidisipliner. Hal ini mungkin mendorong untuk identifikasi kebutuhan training/pengembangan yg spesifik.

38

2.5.4. Supervisi Klinis Supervisi klinis adalah proses formal dukungan dan pembelajaran profesional yang memungkinkan praktisi individu untuk mengembangkan pengetahuan dan kompetensi, mengasumsikan tanggungjawab untuk praktek mereka sendiri dan meningkatkan perlindungan dan keamanan perawatan konsumen pada situasi klinik yang kompleks (DH, 1993).

2.5.4.1. Tujuan Supervisi Klinis Memotivasi perawat Melakukan perawatan yang berpusat pada klien dan berfokus pada standar perlindungan klien. Memperbaiki pemberian pelayanan melalui penggunaan sistem evaluasi Peluang pembelajaran baru Memperbaiki penerimaan dan pengurangan staf Memperbaiki efektifitas dan efisiensi

2.5.4.2. Macam-macam Supervisi Klinis 1. Educative (formative) 2. Bagaimana mengembangkan pemahaman tentang kemampuan dan ketrampilan Bagaimana memahami pasien dengan lebih baik Bagaimana mengembangkan kesadaran tentang reaksi dan merefleksikan pada intervensi Bagaimana menyelidiki cara lain untuk bekerja Supportive (restorative) Mengeksplorasi reaksi emosional terhadap rasa sakit, konflik, dan perasaan lain yang dirasakan selama perawatan pasien sehingga dapat mengurangi perawat keluar dari pekerjaan. 3. Managerial (normative) Bagaimana menunjukkan isu kontrol yang berkualitas Bagaimana memastikan kerja perawat mencapai standar yang sesuai

39

2.5.5. Kompetensi Supervisor a. b. Mampu memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas Mampu memberikan saran, nasihat dan bantuan yang dibutuhkan oleh staf dan pelaksana keperawatan c. d. Mampu memberikan motivasi Mampu memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana keperawatan e. Mampu memberikan penilaian secara obyektif

2.5.6. Teknik Supervisi a. b. Supervisi langsung Supervisi tidak langsung

2.5.7. Teknik Supervisi dalam Keperawatan a. Proses supervisi dalam praktek keperawatan b. Standar praktek keperawatan sebagai acuan Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembimbing dalam pencapaian atau kesenjangan dan tindak lanjut Upaya mempertahankan maupun upaya memperbaiki kualitas

Area yang disupervisi dalam keperawatan mencakup : Pengetahuan dilaksanakan Ketrampilan yang dilakukan yang disesuaikan dengan standar Sikap serta penghargaan terhadap pekerjaan (misalnya : dan pengertian tentang tugas yang akan

kejujuran, empati)

One-to-one
supervision: Bisa dilakukan dengan supervisi dari disiplin yang sama atau yang berbeda

Group
Supervision:

Advantages Anda lebih mungkin utuk menghadiri sesi supervisi Membangun hubungan kepercayaan dengan supervisor Ada privasi untuk yang tidak nyaman berbicara didepan teman Anda akan bersiap untuk sesi lebih personal untuk kebutuhan dan praktek Mudah untuk diatur Terus menerus Advantages Mendapat manfaat dari

Disadvantages Kemungkinan ketidakcocokan dengan supervisor Tidak mendapat manfaat dari pandangan, opini, perspektif yang lain Menjadi terlalu bernafsu

Disadvantages Anggota kelompok dan

40

Direkomendas i-kan maksimal 4 orang per kelompok

bimbingan dan keahlian dari supervisor dan anggota kelompok Biaya lebih efektif Dapat menstimulus dinamika kelompok Dapat terdiri dari tingakt dan area klinik yang berbeda Dapat membangun hubungan suportif dan fasilitatif dengan anggota kelompok yang lain

supervisor harus menghadapi dinamika kelompok Untuk staf yang tidak berpengalaman mungkin merasa terancam Ketrampilan tingakat tinggi harus dimiliki oleh supervisor Mungkin membutuhkan waktu lama Disadvantages Mungkin sulit untuk diatur Kemungkinan bahwa menjadi insular hanya berfokus pada spesialitas mereka dan mengabaikan konteks yang lebih luas Berpotensi untuk bersifat personal atau close to home. Apabila isu yang dibahas tentang individu di area yang sama, menungkinkan untuk terjadi konflik yang dapat merusak rasa percaya diri individu yang bersangkutan. Disadvantages Kesulitan meisahkan antar peran manajer dan supervisi Supervise cenderung menjadi terlalu terbuka (disclosure)

Peer
Supervision: Kelompok yang praktisipraktisinya dari area klinik yang sama

Advantages Anggota kelompok lebih mungkin memahami isu tertentu karena mereka berhubungan dengan area praktek Dapat mendiskusikan pengembangan baru

Management
supervision: Individu disupervisi oleh manajer

Advantages Menunjukkan komitmen dan dukungan untuk supervisi dari manajer

2.6. Standar Peralatan Peralatan keperawatan yang dimaksud dalam standar ini terdiri dari: 1. 2. 4. 5. 6. alat tenun alat kesehatan alat rumah tangga alat pencatatan dan pelaporan keperawatan/ kebidanan pengelolaan peralatan keperawatan dan kebidanan yang meliputi: standar perencanaan, standar pengadaan, standar distribusi, stnadar

penggunaan, standar pemeliharaan, standar penggantian, standar penghapusan dan standar pengawasan dan pengendalian

41

2.6.1. Standar I : Alat Tenun Pernyataan: Penetapan kebutuhan alat tenun berdasarkan jumlah, jenis dan spesifikasi menjamin tersedianya alat tenun yang memadai untuj mencapai tujuan pelayanan keperawatan dan kebidanan. Rasional: Terpenuhinya kebutuhan alat tenun untuk mendukung pelayanan keperawatan dan kebidanan yang efektif dan efisien. Kriteria struktur: a. b. c. d. e. f. g. h. Adanya kebijakan Rumah Sakit tentang pengelolaan alat tenun Adanya mekanisme pengelolaan alat tenun di Rumah sakit Adanya SOP/ Protap penggunaan alat tenun Adanya SOP/ Protap pemeliharaan alat tenun Adanya standar alat tenun yang meliputi jumlah, jenis, dan spesifikasi Adanya pedoman menghitung alat tenun Adanya tempat penyimpanan alat tenun yang memadai Adanya pengelola alat tenun

Kriteria proses: a. Mengidentifikasi kebutuhan alat tenun sesuai jumlah, jenis, dan spesifikasi b. Menyusun rencana kebutuhan alat tenun sesuai beban kerja dan jenis pelayanan c. Melaksanakan pendistribusian, pemeliharaan, dan penyimpanan alat tenun sesuai SOP/ Protap d. Melaksanakan koordinasi antara bidang keperawatan dengan unit kerja terkait dalam pengelolaan alat tenun e. f. Mengoptimalkan alat tenun menurut fungsi dan masa pakai Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penggunaan alat tenun secara teratur dan berkala Kriteria Hasil: a. b. Tersedianya alat tenun sesuai standar Tersedianya dokumen meliputi jumlah, jenis, spesifikasi, kondisi dan masa pakai alat tenun

42

Ratio alat tenun No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Gurita Gordyn Kimono/ baju pasien Sprei besar Manset dewasa Manset anak Mitela/ topi Penutup sprei Piyama Selimut wool Selimut biasa Selimut anak Sprei kecil Sarungbantal Sarung guling Sarung kasur Sarung buli-buli panas Sarung eskap Sarung windring Sarung O2 Taplak meja pasien Taplak meja teras Vitrase Tutup alat Steek laken Handuk Waslap Banak short Gurita dewasa Handuk fontain Lap piring Lap kerja Nama barang 1 : 1 1/3 1:2 1:5 1:5 1: 1 : 1/3 1 : 1/3 1:5 1:5 1:1 1:5 1 : 6-8 1 : 6-8 1:6 1:3 1:1 1: 1: 1 : 1/10 1 : 1/3 1:3 1:3 1:2 1:2 1 : 6-8 1:3 1:5 1: 1: 1 : 1/5 1: 1: Ratio

43

33 34 35 36 37

Masker Popok bayi Baju bayi Duk Duk bolong

1: 1 : 15 1:8 1 : 1/3 1 : 1/3

2.6.2. Standar II : Alat keperawatan dan Kebidanan Pernyataan: Penetapan kebutuhan alat keperawatan dan kebidanan baik dari segi jumlah, jenis dan spesifikasi menjamin tersedianya alat keperawatan dan kebidanan yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan dan kebidanan Rasional: Terpenuhinya alat keperawatan dan kebidanan yang memadai untuk mendukung pelayanan keperawatan dan kebidanan yang efektif dan efisien Kriteria struktur: a. Adanya kebijakan rumah sakit tentang pengelolaan alat keperawatan dan kebidanan b. Adanya mekanisme pengelolaan alat keperawatan dan kebidanan di rumah sakit c. d. e. f. Adanya SOP/Protap penggunaan alat keperawatan dan kebidanan Adanya SOP/Protap pemeliharaan alat keperawatan dan kebidanan Adanya standar alat meliputi jumlah, jenis dan spesifikasi Adanya pedoman menghitung kebutuhan alat keperawatan dan kebidanan g. h. Adanya pengelola alat keperawatan dan kebidanan Adanya tempat penyimpanan alat keperawatan dan kebidanan yang memadai Kriteria proses: a. Mengidentifikasi kebutuhan alat keperawatan dan kebidanan sesuai jumlah, jenis, dan spesifikasi b. Menyusun rencana kebutuhan alat keperawatan dan kebidanan sesuai beban kerja dan jenis pelayanan c. Melaksanakan pendistribusian, pemeliharaan, dan penyimpanan alat keperawatan dan kebidanan sesuai SOP/ Protap

44

d.

Melaksanakan koordinasi antara bidang keperawatan dengan unit kerja terkait dalam pengelolaan alat keperawatan dan kebidanan

e. f.

Mengoptimalkan alat menurut fungsi dan masa pakai Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penggunaan alat

keperawatan dan kebidanan secara teratur dan berkala Kriteria hasil: a. b. Tersedianya alat keperawatan dan kebidanan sesuai standar Adanya dokumen meliputi frekuensi pengunaan alat tertentu, kondisi dan masa pakai alat keperawatan dan kebidanan c. Adanya daftar inventaris lat keperawatan dan kebidanan di tiap unit kerja secara teratur dan berkala No 1 2 3 Nama barang Tensimeter Stetoskop Timbangan badan 4 5 6 Irrigator set Sterilisator Tabung oksigen + flow meter 2/ruangan 1/ruangan 2/ruangan (ruang bedah: berat badan/ Ratio 2/ruangan 2/ruangan tinggi 1/ruangan

3/ruangan, ruang penyakit dalam: 6/ruangan) 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Slym zuiger VC set Gunting verband Korentang dan semptung Bak instrumen besar Bak instrumen sedang Bak instrumen kecil Blas spuit Gliserin spuit Bengkok Pispot Urinal Set angkat jahitan Set ganti balutan 2/ruangan 2/ruangan 2/ruangan 2/ruangan 2/ruangan 2/ruangan 2/ruangan 2/ruangan 2/ruangan 2/ruangan 1: 1: 1: 5/ruangan (ruang bedah 1 : 1/3)

45

21 22 23 24

Termometer Standar infus Eskap Masker O2

25

Nasal Kateter

26

Reflek Hanan

5/ruangan (ruang bedah 1 : 1) 1:1 1: 2/ruangan (ruang bedah : 3/ruangan, ruang penyakit dalam 6/ruangan) 2/ruangan (ruang bedah : 3/ruangan, ruang penyakit dalam 6/ruangan) 1/ruangan

2.6.3. Standar III : Alat Rumah Tangga Pernyataan: Penetapan kebutuhan alat rumah tangga baik dari segi jumlah, jenis dan spesifikasi, menjamin tersedianya alat rumah tangga yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan dan kebidanan. Rasional: Terpenuhinya kebutuhan alat rumah tangga yang memadai dalam upaya mendukung pelayanan keperawatan dan kebidanan yang efektif dan efisien. Kriteria Struktur: a. Adanya kebijakan Rumah Sakit tentang pengelolaan alat rumah tangga b. c. d. e. Adanya mekanisme pengelolaan alat rumah tangga di Rumah Sakit Adanya SOP/protap penggunaan alat rumah tangga Adanya SOP/protap pemeliharaan alat rumah tangga Adanya standar alat rumah tangga meliputi jumlah, jenis dan spesifikasi f. g. h. Adanya pedoman mendhitung kebutuhan alat rumah tangga Adanya tempat oenyimpanan alat rumah tangga yang memadai Adanya pengelola alat rumah tangga

Kriteria proses: a. Mengidentifikasi kebutuahan alat rumah tangga sesuai dengan jumlah, jenis dan spesifikasi b. Menyusun rencana kebutuahan alat rumah tangga meliputi jumlah, jenis dan spesifikasi

46

c.

Melaksanakan pendistribusian, pemeliharaan dan penyimpanan alat rumah tanggasesuai dengan SOP/Protap

d.

Melaksanakan koordinasi antara bidang keperawatan dengan unit kerja terkait dalam pengelolaan alat rumah tangga

e.

Mengoptimalkan alat menurut fungsi dan masa pakai sesuai dengan SOP/Protap

f.

Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penggunaan alat rumah tangga secara teratur dan berkala

Kriteria hasil a. b. Tersedianya alat rumah tangga sesuai dengan standar Adanya dokumen meliputi frekuensi penggunaan alat tertentu, kondisi dan masa pakai alat rumah tangga c. Adanya daftar inventaris alat rumah tangga di tiap unit kerja secara teratur dan berkala Standar Alat Rumah Tangga No Nama Barang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Kursi Roda Komot Lemari obat Emergency Light Cast Meja Pasien Over Bed Table Standard Infus Standar Waskom Double Waskom Mandi Lampu Sorot Lampu Senter Lampu kunci duplikat Nampan Tempat tidur fungsional Tempat tidur biasa Troli obat Troli balut Troli pispot Ratio 2 3/ruangan 1/ruangan 1/ruangan 1/ruangan 1:1 1:1 2-3/ruangan 4-6/ruangan 8-12/ruangan 1/ruangan 1-2/ruanngan 1/ruangan 2-3/ruangan 1:1 1 1/ruangan 1/ruangan 1/ruangan

47

19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

Troli suntik Timbangan BB/TB Timbangan Bayi Dorongan O2 Plato/piring makan Piring snack Gelas Tatakan dan tutup gelas Sendok Garpu Kran air Baki Tempat sampah pasien Tempat sampah besar tertutup Senter

1/ruangan 1/ruangan 1/ruangan 1/ruangan 1:1 1:1 1:2 1:2 1:2 1:2 1:1 5/ruangan 1:1 4/ruangan 2/ruangan

2.6.4. Standar IV : Alat Pencatatan dan Pelaporan Pernyataan : Penetapan kebutuhan alat pencatatam dan pelaporan baik dari segi jumlah dan jenisnya yang dapat menjamin pelaksanaan pencatatan dan pelaporan dalam menunjang tercapainya tujuan pelayanan keperawatan dan kebidanan. Rasional : Terpenuhinya alat pencatatan dan pelaporan yang diperlukan dalam upaya mendukung pelayanan keperawatan dan kebidanan yang efektif dan efisien. Kriteria Struktur : a. Adanya kebijakan Rumah Sakit tentang pengelolaan alat pencatatan dan pelaporan keperawatan dan kebidanan. b. Adanya mekanisme pengelolaan alat pencatatan dan pelaporan keperawatan dan kebidanan c. Adanya petunjuk teknis pengisian alat pencatatan dan pelaporan keperawatan dan kebidanan d. Adanya SOP/Protap penyimpanan alat pencatatan dan pelaporan keperawatan dan kebidanan

48

e.

Adanya standar alat alat pencatatan dan pelaporan meliputi jumlah, jenis dan spesifikasi

f.

Adanya pedoman menghitung kebutuhan alat-alat pencatatan dan pelaporan

g.

Adanya tepat penyimpanan alat pencatatan dan pelaporan yang memadai

h.

Adanya tenaga yang bertanggungjawab dalam pencatatan dan pelaporan

Kriteria Proses : a. Mengidentifikasi kebutuhan alat pencatatan dan pelaporan sesuai dengan jumlah, jenis dan spesifikasi b. Menyusun rencana kebutuhan alat pencatatan dan pelaporan meliputi jumlah, jenis dan spesifikasi c. Melaksanakan penyimpanan alat pencatatan dan pelaporan sesuai dengan SOP/Protap d. Melaksanakan koordinasi antara bidang keperawatan dengan unit kerja terkait dalam pengelolaan alat pencatatan dan pelaporan e. Mengoptimalkan penggunaan alat pencatatan dan pelaporan sesuai fungsi f. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan secara teratur dan berkala

Kriteria Hasil : a. b. Adanya alat pencatatan dan pelaporan sesuai dengan standar Adanya dokumen penggunaan alat pencatatan dan pelaporan keperawatan dan kebidanan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Nama Barang Formulir pengkajian awal Formulir rencana keperawatan Formulir catatan perkembangan pasien Formulir Observasi Formulir Resume Keperawatan Formulir catatan pengobatan Formulir Medik lengkap Formulir laboratorium lengkap Formulir Rontgen Ratio : Pasien 1:1 1:5 1 : 10 1 : 10 1:1 1 : 10 1:1 1:3 1:2

49

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

Formulir Permintaan darah Formulir Keterangan kematian Resep Formulir Konsul Formulir Permintaan Makanan Formulir Permintaan Obat Buku Ekspedisi Buku Register Pasien Buku Folio Whiteboard Perforator Steples Pensil Pensil merah/biru Spidol whiteboard

1:1 5 lembar/bulan 10 buku / bulan 1:5 1:1 1:1 10/ruangan/tahun 4/ruangan/tahun 4/ruangan/tahun 1/ruangan 1/ruangan 2/ruangan 5/ruangan 2/ruangan 6/ruangan

2.6.5. Standar V : Standar Penggunaan Alat Pernyataan : Penggunaan peralatan keperawatan dan kebidanan secara tepat dan benar sesuai dengan SOP/Protap untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan dan kebidanan. Rasional : Penggunaan alat keperawatan dan kebidanan sesuai SOP/Protap menjamin alat berfungsi dengan baik sesuai masa pakai/umur teknis dan aman bagi pasien dan petugas. Kriteria Struktur : a. Adanya kebijakan Rumah Sakit tentang penggunaan alat keperawatan dan kebidanan b. c. Adanya SOP/Protap penggunaan alat keperawatan dan kebidanan Adanya tenaga terlatih untuk menggunakan alat tertentu

Kriteria Proses : a. Menggunakan SOP/Protap b. Melaksanakan pencatatan frekuensi penggunaan alat tertentu secara teratur dan berkala c. Penggunaan alat tertentu oleh tenaga terlatih peralatan keperawatan dan kebidanan sesuai

50

Kriteria Hasil : a. b. Adanya dokumen pencatatan dan frekuensi penggunaan alat tertentu Alat berfungsi dengan baik sesuai masa pakai atau umur teknis

51

BAB 3 HASIL PENGKAJIAN RUANG 24A

Berdasarkan hasil interview dan observasi yang dilaksanakan tanggal selama 24 s/d 25 September 2012 terhadap penerapan manajemen keperawatan di ruang 24A, didapapatkan hasil sebagai berikut: 1. Man a. Ketersediaan Tenaga dan Kebutuhan Perawat Tenaga kesehatan yang tersedia di Ruang 24A selama 24 s/d 25 September 2012 adalah sebagai berikut : i. Tenaga S1 keperawatan : 2 orang

ii. Dalam masa studi S1 keperawatan : Tidak ada iii. D III Keperawatan iv. D III Keperawatan (Magang) : 11 orang : 1 orang

v. Didukung oleh tenaga medis/dokter (PPDS THT, bedah dan Mata), 1 orang administrasi, dan 5 orang pekarya vi. Mahasiswa praktek profesi (STIKES MAJAPAHIT 4 orang) vii. Mahasiswa praktek profesi (POLTEKES Prodi Blitar 4 orang) viii. Mahasiswa praktek profesi manajemen (PSIK A BRAWIJAYA 6 orang) Dengan komposisi tenaga yang tersedia tersebut menurut perhitungan dapat diketahui sebagai berikut : Tabel Analisa kebutuhan tenaga kerja di Ruang 24A Tgl 24-25 September 2012 Tgl 24/9/2012 25/9/2012 Klasifikasi tingkat ketergantungan M P T 0 1 16 15 12 12 Jumlah klien 28 28 Kebutuhan tenaga perawat Pagi Sore Malam 8 8 6 6 3 3

Keterangan : M : Mandiri P : Partial T : Total

Jumlah kebutuhan jam perawatan dan laju penggunaan tempat tidur: a) Tanggal 24 September 2012 Waktu perawatan langsung: Total care Partial care Minimal : 12 x 5 jam : 16 x 3 jam :0 x2 jam = 60 jam = 48 jam = 0 jam +

52

Total waktu perawatan langsung Waktu perawatan tidak langsung: 28 pasien x 1 jam Waktu pendidikan kesehatan: 28 pasien x 15 menit (1/4 jam) Total jam perawatan Rata-rata total jam perawatan

= 108 jam

= 28 jam

= 7 jam = 143 jam

= 143 : 28 = 5,11 jam

Jumlah kebutuhan tenaga perawat 1 hari = (28 x 5,11) : 8 = 17,875=18 orang BOR = 28/30 x 100% b) Tanggal 25 September 2012 Waktu perawatan langsung: Total care Partial care Minimal : 12 x 5 jam : 15 x 3 jam :1 x 2 jam = 60 jam = 45 jam = 2 jam = 107 jam + = 93,33%

Total waktu perawatan langsung Waktu perawatan tidak langsung: 28 pasien x 1 jam Waktu pendidikan kesehatan: 28 pasien x 15 menit (1/4 jam) Total jam perawatan Rata-rata total jam perawatan

= 28 jam

= 7 jam = 142 jam

= 142 : 28 = 5,071 jam

Jumlah kebutuhan tenaga perawat 1 hari = (28 x 5,071) : 8 = 17,75=18 orang BOR = 28/30 x 100% = 93,33%

20 15 10 5 0 0

16 12

15 8 1

24/09/2012 minimal parsial

25/09/2012 total

Tabel 1.1 Rata-Rata Tingkat Ketergantungan Pasien

53

Sumber: Hasil pendataan mahasiswa kelompok 3 pada tanggal 24 s/d 25 September 2012. Dari grafik diketahui, dari total jumlah pasien selama 2 hari sebanyak 56 orang jumlah total pasien tingkat ketergantungan minimal 1 orang,

ketergantungan partial 31 orang dan tingkat ketergantungan total 24 orang pasien. Jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah: (18+18):2=18 orang Jadi jumlah tenaga perawat yang di butuhkan perhari adalah 18 orang (berdasarkan rumus Gillies) Pembagian perawat shift : Shift pagi Shift sore Shift malam : 47% x 18 orang = 8,46=8 orang : 35% x 18 orang = 6,3=6 orang : 17% x 18 orang = 3,06=3 orang

Di ruang 24 A terdapat perawat shift pagi sebanyak 7 orang dibantu perawat magang 1, shift sore sebanyak 2 orang dan shift malam 3 orang. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah perawat di ruang 24 A pada shift pagi dan malam sudah memenuhi sedangkan pada shift sore masih kurang memenuhi. Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan tenaga perawat di ruang 24 A sudah terpenuhi. b. Program peningkatan mutu pegawai Audit mutu keperawatan merupakan proses peningkatan mutu

keperawatan dengan tujuan

meningkatkan pelayanan keperawatan kepada

pasien melalui kajian sistematis terhadap pelayanan keperawatan dan upaya perbaikannya. Dari hasil pengkajian pada tanggal 24 September 25 September 2012, sebelum pelaksanaan manajemen ruangan oleh praktikan, melalui

wawancara kepada Kepala Ruang dan Wakil Kepala Ruang, didapatkan data bahwa belum pernah dilaksanakan audit mutu kepada pasien terkait dengan pemberian asuhan keperawatan yang telah diberikan. Pelaksanaan audit tidak pernah dilakukan dikarenakan belum adanya format baku mengenai audit mutu keperawatan yang dapat dijadikan standar dalam menyusun asuhan

keperawatan yang berkualitas. Penilaian kinerja perawat dilakukan mingguan oleh kepala ruangan dengan DP3. Dari penilaian tersebut dikategorikan kinerja perawat baik, sedang atau kurang. Instrumen penilaian telah terstandar se-RSSA. Penilaian kerja

54

berdasarkan pada job description masing-masing pegawai yang telah ditetapkan. c. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Rotasi pegawai direncanakan secraa terpusat oleh KUPP. KUPP juga mempertimbangkan tentang pemerataan sumber daya manusia. Rotasi dilakukan atas pertimbangan: reward, pemerataan dan masalah perorangan. Secara umum, manajemen SDM dilakukan oleh KUPP dan dibantu dengan masukan oleh kepala ruangan.

d. Supervisi Supervisi merupakan kajian yang paling penting dalam manajemen serta keseluruhan tanggung jawab pemimpin dan merupakan satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan pelayanan rumah sakit khususnya pelayanan

keperawatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruang dan Wakil Kepala Ruang 24A pada tanggal 24 September 2012, tidak ada jadwal khusus untuk dilakukannya supervisi. Supervisi dapat dilakukan secara langsung pada saat pemberian asuhan keperawatan kepada pasien atau pada saat

preconference. Petugas yang melakukan supervisi (supervisor) adalah Kepala Ruang dan Clinical Care Manajer (CCM). Proses supervisi ini tidak

mempengaruhi proses utilization (promotion, demotion, rotation, transfer) dari Perawat Pelaksanaan yang bersangkutan. 2. Material dan Machine Dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang 24A, tentunya harus didukung dengan alat-alat medis maupun non medis. Adapun alat-alat yang dimiliki oleh ruang 24A ini baik alat medis maupun non medis adalah sebagai berikut:

2.1. Fasilitas untuk klien di Ruang 24A secara keseluruhan terdiri dari: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tempat Tidur klien Kasur Lemari klien Kursi klien Brancart KM : 30 : 30 : 30 : 30 :1 :8

55

7. 8. 9.

Standart infus

: 30

Papan nama pasien : 30 Troli linen :1

2.2. Fasilitas untuk Petugas Kesehatan 1. 2. Nurse station utama berada di bagian selatan kamar pasien. Kamar ganti perawat, dapur, kamar mandi dan toilet berada di belakang ruang perawat (nurse station). 3. Ruang Kepala Ruangan di sebelah timur nurse station.

2.3. Peralatan Penunjang Pelayanan Keperawatan 2.3.1. Alat Medik Tabel 4.7 Alat Medik di Ruang 24A RSU Dr. Saiful Anwar Malang JENIS Kursi roda Cateter suction Tromol besar/tanggung/kecil Bak instrument B/K/P/S Ambubag dewasa Tensi meter Stetoskop Senter Gliserin spuit/blass spuit Bak instrument Pispot stainless Urinal email Bengkok stainless besar/kecil Mangkok tutup stainless Thermometer suhu/rectal/oral Korentang+tempat korentang Tounge spatel Reflek hammer Pinset anatomis standard/biasa Gunting aj/perisan/runcing Pinset sirrugi Vena seksi set Manometer Standard infuse Matras WSD Irigtor+selang Kereta O2 Nebulizer Siringe pump STC 527 Stirilisator listrik Klem koker JUMLAH 2 1/1/1 1/1/1 1 1 1 1 1/1 1 4 2 1/3 7 9 2/2 2 1 4 1/1/3 4 1 set 8 2 1 2 1 1

56

Hanger urobag Arteri klem Canul O2 Lampu tindakan Thermometer digital Bak stainless

5 1 1 1 1

2.3.2. Inventaris alat rumah tangga Tabel 4.8 Inventaris Alat Rumah Tangga di Ruang 24A RSU Dr. Saiful Anwar Malang JENIS Bed penderita Almari penderita Almari linen Almari loker Almari kaca/obat Almari seng Aalmari buku bacaan Bangku panjang Trap Kursi besi busa/lipat Kaca penderita Meja troli Stel furniture Jam dinding pasien/kantor Rak handuk/rak sepatu Rak besi Kipas angin Meja tamu/kursi tamu Waskom stainless Waskom lurik Regestin Sketsel Semprotan Pesawat telfon Kulkas Pompa ban Computer+printer Tempat sampah kecil/besar Tempat pakaian kotor Papan penderita Bak bulat Meja tulis Meja kayu JUMLAH 30 30 1 1 2 30 1 4 3 14/1 13/8 1 1 24 2 1 1 1 1/1 30 2 -

57

2.3.3. Alat Dapur JENIS Ceret Rantang email/plastic Termos Pisau dapur Teko plastic Rak piring Piring/gelas Gelas pasien Tutup/tataan gelas Baki plastic Sendok/garpu pasien Keranjang belanja Panci B/S/K/lorek Serbet kotak Sekort plastic Panci stainless/lorek Timba plastic Kompor gas Magic com 2.3.4. Linen Tabel 4.9 Linen di Ruang 24A RSU Dr. Saiful Anwar Malang JENIS Laken Selimut wol M/B Sarung bntal Sarung guling Taplak Stik laken Handuk K/B Gorden kuning Waslap Sarung/baju/mitela Secort Kain pel Kain sketsel Kasur Bantal Guling JUMLAH 108 43 86 44 45 30 157 29 28 4/4/4 49 2 2 30 30 30 JUMLAH 1 2 2 1 6/6 6/6 6/6 1 6 1/2/2/1 2 1 2 1 1

3. Methode Metode yang digunakan ruang 24A ini adalah metode modifikasi yaitu campuran dari metode primer, tim, dan alokasi.

58

Struktur Organisasi a. Coordinator Pelayanan Selalu Kadangkadang Membuat perencanaan untuk kebutuhan perawatan yang dibutuhkan diruangan baik dari segi jumlah, jenis, maupun kualitas Membuat perencanaan untuk pemeliharaan sarana dan prasarana Membuat perencanaan kebutuhan tenaga di ruangan baik dari segi kualitas, maupun kuantitas. Membuat rencana untuk pengembangan untuk staff perawatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan di ruangan. Membuat rencana dan melaksanakan orientasi kepada tenaga baru dan praktikan Membuat perencanaan untuk jadwal pertemuan berkala dengan para staf di ruangan Merencanakan peningkatan kenyamanan kerja di ruangan Membuat perencanaan tentang metode pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan situasi di ruangan Menyusun daftar dinas Mengatur dan mengkoordinasikan kegiatan pelayanan di ruangan Member orientasi kepada pasien dan keluarga tentang peraturan dan tata tertib serta fasilitas yang disediakan di rumah sakit Melaksanakan pertemuan berkala atau sewaktu-waktu dengan staff dan tenaga lain diruangan Memberi kesempatan atau izin kepada staff ruangan untuk mengikuti kegiatan ilmiah atau pelatihan. Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai kebutuhan ruangan Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar selalu dalam keadaan siap pakai Job Description Tidak pernah

1.

2. 3.

4.

5.

6.

7. 8.

9. 10. 11.

12.

13.

14.

15.

59

16.

17.

Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya diruangan sesuai tingkat kegawatan, infeksi, non infeksi untuk kelancaran pemberian asuhan keperawatan Mengendalikan system pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan dan kegiatan lain secara tepat dan benar Memberi motifasi kepada petugas dalam memelihara kebersihan lingkungan ruangan Menyimpan status perawatan dalam masa perawatan diruangan Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan diruangan. Melakukan serah terima pada saat pergantian dinas Mengendalikan dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan Melakukan penilaian kinerja staff di ruangan Mengawasi, mengendalikan, dan menilai pendayagunaan tenaga keperawatan, peralatan dan obatobatan. Mengawasi dan menilai asuhan keperawatan sesuai prosedur ketat (SOP)

18.

19. 20.

21. 22.

23. 24.

25.

b.

Coordinator pendidikan Job Description 1. Merencanakan mahasiswa/orientasi 2. Mengecek kehadiran mahasiswa 3. Membimbing mahasiswa/responsi 4. Mendampingi mahasiswa dalam melakukan tindakan 5. Merencanakan pembimbing mahasiswa Selalu Kadangkadang bimbingan Tidak pernah

c.

Sie nosokomial Job Description 1. Memantau hal-hal yang Selalu Kadangkadang Tidak pernah

60

berhubungan dengan nosokomial 2. Laporan tentang pemasangan infuse, kateter, NGT d. Sie PKRS Job Description 1. Mengkoordinir PKRS 2. Membuat SAP 3. Membuat jadwal penyuluhan 4. Menyiapkan SOP tindakan yang dibacakan pada saat pre conference e. Sie Askep

Selalu

Kadangkadang

Tidak pernah

Job Description Selalu 1. Mengoordinir dokumen Askep 2. Mengecek kelengkapan dokumen Askep masing-masing pasien 3. Menyediakan format Askep dan discharge planning f.

Kadang-kadang

Tidak pernah

Sie inventaris alat-alat medis, bahan habis pakai, dan linen Selalu Kadangkadang 1. Menginventaris alat-alat medis setiap operan jadwal 2. Mengecek persediaaan bahan habis pakai 3. Inventaris alat medis setiap bulan sekali 4. Membuat rencana kebutuhan bahan habis pakai 5. Melaporkan pada koordinator 6. Menginventaris alat-alat linen setiap operan jadwal 7. Bila pasien pulang selimut segera diambil dan diletakkan di gudang 8. Menghitung inventaris linen kotor dan yang sudah dicuci (keluar/masuk) Job Description Tidak pernah

g.

Sie kebersihan, dan sarana/prasarana Job Description Selalu Kadangkadang Tidak pernah

61

Memelihara lingkungan/kebersihan, sarana keperawatan dan keindahan lingkungan (5K) sesuai dengan program Ka. IRNA 1. 5K terdiri dari: 1. Kebersihan 2. Ketertiban 3. Keselamatan 4. Keamanan 5. Kenyamanan. h. Sie administrasi

Selalu Kadangkadang 1. Merapikan, menyetorkan status, sensus harian, laporan kegiatan ruangan 2. Menulis atau menyalin sensus harian 3. Mengantar bahan laboratorium 4. Mengambil bon-bonan 5. Inventaris harian 6. Mengurus pembayaran pemeriksaan ke

Job Description

Tidak pernah

i.

Tugas pekarya Job Description Memelihara kerapian dan kebersihan ruangan antara lain : a. Menyapu, membongkar dan menata kembali ruangan atau kamar penderita, membersihkan kaca jendela/ pintu, tempat cuci tangan, meja dan lemari penderita b. Membersihkan, menyiapkan tempat tidur penderita c. Menjaga kebersihan kamar mandi/WC d. Memelihara kebersihan, menyimpan kembali alat-alat keperawatan seperti urinal, spatum pot, perlak, kateter, dll e. Memelihara kebersihan, keindahan lingkungan di sekitar ruang perawatan Terhadap penderita, antara lain a. Membantu perawat dan perawatan, kebersihan jasmani penderita yaitu : memandikan, menyisir rambut, menggosok gigi, menyuap, memotong kuku, mencukur, membantu membalut, membersihkan pispot Selalu Kadangkadang Tidak pernah

62

dan urinal b. Membantu mengubah posisi tidur penderita c. Menyiapkan keperluan huknah d. Mengganti baju penderita e. Menimbang BB dan mengukur temperature f. Mengantar penderita konsul dan keperluan lainnya g. Membantu menjaga tata tertib ruangan/ lingkungan Membantu pengurusan sarana perawatan, antara lain: a. Membantu pengurusan makan penderita b. Membantu pengurusan bon obat dan alatalat. Keterangan: Tugas dikerjakan dengan kurang baik 0-49%; baik : >49%-77%; sangat baik: > 77% Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa: coordinator pelayanan melakukan tugasnya 93% (sangat baik) coordinator pendidikan melakukan tugasnya 100% (sangat baik) sie nosokomial melakukan tugasnya 100% (sangat baik) sie PKRS melakukan tugasnya 100% (sangat baik) sie askep melakukan tugasnya 100% (sangat baik) sie inventaris alat melakukan tugasnya 79,2% (sangat baik) sie kebersihan melakukan tugasnya 80% (sangat baik) sie administrasi melakukan tugasnya 100% (sangat baik) pekarya melakukan tugasnya 71,4% (baik) Jadi dapat disimpulkan bahwa pegawai ruang 24A telah melaksanakan tugas sesuai tugasnya dengan sangat baik.

Berikut ini beberapa tindakan yang dilakukan di ruang 24 A: 1. Operan atau timbang terima Proses timbang terima dilakukan langsung pada kamar-kamar pasien. Timbang terima dari shift malam ke pagi No Pernyataan 1. kedua kelompok shift sudah siap Ya Tidak Keterangan

63

shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan mempersiapkan hal-hal apa yang harus disampaikan. Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab shift selanjutnya meliputi : a. keadaan umum klien, b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan selanjutnya c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan. Penyampaian operan diatas harus secara jelas dan tidak terburu-buru Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara langsung melihat keadaan klien.

4 5

Timbang terima dari shift pagi ke sore No Pernyataan 1. kedua kelompok shift sudah siap 2 shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang harus disampaikan. 3 Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab shift selanjutnya meliputi: a. keadaan umum klien b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan selanjutnya c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan. 4 Penyampaian operan diatas harus secara jelas dan tidak terburu-buru 5 Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara langsung melihat keadaan klien. Timbang terima dari shift sore ke malam No Pernyataan 1. kedua kelompok shift sudah siap 2 Ya Tidak Keterangan Tidak semua tim siap Ya Tidak Keterangan

shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang harus disampaikan. Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab shift selanjutnya meliputi : a. keadaan umum klien b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan selanjutnya c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan.

Tidak semua klien disampaikan tindak lanjut dan rencana kerja selanjutnya

64

4 5

Penyampaian operan diatas harus secara jelas dan tidak terburu-buru Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara langsung melihat keadaan klien. Keterangan: 0-50%; tidak baik; >50% : baik Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan:

Timbang terima dari dari shift malam ke pagi telah dilakukan 100% (baik) Timbang terima dari shift pagi ke sore telah dilakukan 100% (baik) Timbang terima dari shift sore ke malam telah dilakukan 60% (baik)

2. Pre dan post conference Pre conference dilaksanakan setiap pagi sebelum melaksanakan aktivtas keperawatan, diikuti oleh semua perawat dan mahasiswa yang dinas pagi. Post conference dilaksanakan sebelum pulang, tepatnya jam 1 siang. 3. Koordinasi antar perawat dengan tenaga kesehatan yang lain Proses koordinasi dengan tenaga kesehatan lain berjalan dengan baik, sebagai contoh bila ada masalah atau keluhan segera dilaporkan ke dokter dan ditindak lanjuti. Kolaborasi dengan tenaga farmasi adalah perawat memastikan bahwa resep obat yang telah diresepkan telah diterima oleh pasien, dan kolaborasi telah berjalan dengan baik. Perawat dan ahli gizi berkolaborasi dalam pemenuhan nutrisi pasien. Ruang 24A sebagai ruang perawatan penyakit dalam kelas I memiliki standar untuk beberapa tindakan antara lain:

1. Terdapat standar asuhan keperawatan 2. SK Direktur terkait keperawatan (Kabid Keperawatan) 3. Rencana tahunan, bulanan dan harian
Perencanaan tahunan masih belum ada, sedangkan perencanaan bulanan ada untuk kegiatan-kegiatan tertentu misalnya evaluasi dan

penyuluhan kesehatan. Perencanaan harian selalu dilaksanakan.

4. Penatalaksanaan obat
Pemberian obat di ruang 24A dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah terprogram. Terdapat obat peroral maupun injeksi. Dalam

65

penatalaksanaan obat injeksi, belum sesuai dengan 6 benar. Karena pada pelaksanaannya, injeksi tidak dilakukan oleh perawat yang bertanggung jawab terhadap pasiennya sendiri. Dalam mengorganisir pemberian obat injeksi, wadah obat belum memadai karena menggunakan plastik.

Penggunaan plastic memiliki beberapa kendala, yaitu plastik yang digunakan gampang rusak,tidak tahan lama dan gampang terselip/hilang. Sehingga beberapa plastic yang tidak lengkap menjadi penghambat dalam pemberian obat. Pada plastik obat juga belum terdapat label yang memberikan informasi nama pasien, nama obat, dosis obat, register pasien, dan rute obat. Sehingga dapat memperbesar kesalahan yang terjadi. Untuk memvalidasi data yang diperlukan, perawat ruangan hanya membawa buku laporan. Kesimpulannya, pemberian obat secara 6 benar di ruang 24A belum optimal.

5. Sistem pendokumentasian asuhan keperawatan


Terdapat pemisahan antara buku status pasien dengan lembar asuhan keperawatan (pengkajian-catatan perkembangan). Hal ini bertujuan agar penulisan asuhan keperawatan tetap berjalan bila sewaktu-waktu status pasien dikonsulkan ke bagian spesialis atau keluar dari ruangan. Pemisahan tersebut dengan cara menepatkan status pada rak tersendri dan menempatkan askep pada map plastic (barat: map plastic berwarna merah, timur: map plastic berwarna hijau) ditempatkan pada rak tersendiri. Baik status maupun map diberi penomoran yang jelas. Namun pengisian asuhan keperawatan terutama pada catatan

perkembangan masih ada poin-poin yang tidak lengkap seperti evaluasi pada lembar catatan perkembangan. Tabel 3.7 Hasil Evaluasi Dokumentasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan Kamar Nilai Kamar Nilai 1A 16 1B 15 2A 2B 3A 15 3B 14 4A 13 4B 7 5A 17 5B 6A 16 6B 7A 17 7B 21 8A 13 8B 19 9A 13 9B 10A 8 10B 21 11A 15 11B 19 12A 12 12B 13

66

13A 14A 15A

19

14
15

13B 14B 15B

17 17 14

Dari hasil evaluasi tentang pendokumentasian asuhan keperawatan di ruangan 24A, terdapat 15 dokumen (60%) sudah lengkap, sebanyak 9 dokumen (36%) cukup lengkap, dan sebanyak 1 dokumen (4%) masih kurang lengkap.

67

Tabel 3.8 Hasil Evaluasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang 24 A


N o 1 Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Pengkajian Pemeriksaa n fisik Psikososialspiritual Pola hidup Dilakukan PP Diagnosis Sesuai prioritas Psikosial Kurang pengetahua n PE/PES Dikembangk an PP Tujuan&krite ria hasil Tind obs Terapi kep Pendkes Kolaborasi Keterlibatan keluarga 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1

1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1

1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1

1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1

1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1

1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1

1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1

1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1

1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1

1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1

1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1

1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1

1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1

1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1

1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1

1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1

1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1

1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1

1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1

1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1

1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1

1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1

4 Tind obs Terapi kep pendkes Kolaborasi Respon klien Evaluasi SOAP Teratasi 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

68

Total Prosentase

Kategori

1 15 6 7 68 3 % % b ba a ik i k

1 3 5 9 % c u k u p

1 7 7 7 % b ai k

1 6 7 3 % b ai k

1 7 7 7 % b ai k

1 3 5 9 % c u k u p

1 3 5 9 % c u k u p

8 3 6 % c u k u p

15 68 % bai k

12 54 % cu ku p

19 86 % Ba ik

14 64 % cu ku p

15 68 % bai k

15 68 % bai k

14 64 % cu ku p

7 32 % kur an g

21 95 % bai k

19 86 % bai k

21 95 % Bai k

19 86 % bai k

13 59 % cu ku p

17 77 % bai k

17 77 % bai k

14 64 % cu ku p

69

6. Supervisi
Supervise adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, dan mengevaluasi secara terus-menerus dengan sabar, adil, serta bijaksana sehingga setiap perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik, terampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan perawat (Kron, 1997). Berdasarkan pengkajian pada tanggal 13 Desember 2010 menggunakan metode wawancara kepada manager ruangan 24A, diketahui bahwa metode supervise yang digunakan adalah dengan cara incidental dan tidak terjadwal/ secara informal karena alasan keterbatasan waktu. Teknik supervise yang dilakukan di ruangan tersebut adalah supervise langsung dengan pendekatan management supervision (supervisi dilakukan oleh manager ruangan)

7. Penjadwalan dinas antar shift


Penjadwalan dilakukan tiap bulan dengan mempertimbangkan perawat dinas sore dan malam masing-masing hanya satu di tiap blok Barat ataupun Timur.

8. Dokumentasi cairan, infeksi nosokomial, dan TTV


Dokumentasi cairan ditulis dalam buku cairan masing-masing tim. Penulisannya menggunakan system penulisan tally. Dokumentasi infeksi nosokomial diulis di buku infeksi nosokomial meliputi kateter, infuse, dan NGT. Penulisannya dengan menggunakan kode PSG adalah pasang, GT adalah ganti tempat, RL adalah rawat luka, dan AFF adalah melepasan alat. Buku dokumentasi TTV sudah ada namun kurang lengkap seperti jam dilakukannya TTV.

9. Metode penugasan ruangan


Menggunakan metode tim dengan pembagian tim barat (kamar 1A-8A) dan tim timur (kamar 8B-15A). Masing-masing perawat memiliki pasien kelolaan dan pada papan identitas pasien ditulis nama perawat yang mengelola dirinya. Perawat tersebut memiliki tanggung jawab penuh kepada pasien tersebut.

10. Panduan tindakan


Panduan tindakan keperawatan meliputi SOP dan SAK. SAK ditetapkan oleh KUPP RSSA.

11. Metode pengendalian Infeksi Nosokomial

70

Pengendalian infeksi nosokomial dilakukan dengan memprogram perawatan infus dan kateter setiap Senin dan Kamis. Pemasangan, penggantian dan pelepasan alat-alat invasive didokumentasikan menjadi satu dalam satu buku. Hal ini sesuai dengan kebijakan Rumah Sakit. Tabel 3.9 Data Pengendalian Infeksi Nosokomial melalui Alat-Alat Invasif No Pemasangan Lama Perawatan / Ganti >5 hari < 5 hari Ya Tidak 1 infus 20 8 8 20 2 cateter 5 5 3 NGT 3 3 Total 28 8 8 28 78% 22% 22% 78% Dari data di atas dapat dilihat bahwa program pengendalian inos yang telah ada belum dilaksanakan secara optimal. Karena sebanyak 78% dari tindakan invasive tidak dilakukan perawatan.

Program 5K Di ruangan 24 A terdapat program 5K dan telah ditempel di masing-masing ruangan. Ruangan 24A juga menetapkan dalam kegiatan harian tentang kebersihan lingkungan dalam kegiatan harian pagi hari. Ruangan 24A memiliki peraturan. Metode modifikasi Metode modifikasi merupakan gabungan dari metode primer, tim dan alokasi. a) Metode primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan, pelaksanaan, pengevaluasian satu atau beberapa pasien dari sejak pasien masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang. b) Metode tim adalah perawat bekerja sama memberikan askep untuk sekelompok pasien di bawah arahan / bimbingan seorang perawat profesional. Tim bertanggung jawab perawatan total yang diberikan kepada kelompok pasien. c) Metode alokasi adalah suatu metode membagi jumlah pasien dengan perawat yang dinas. Pengembangan model PRITA merupakan pengembangan dari primary nursing yang digunakan dalam keperawatan dengan melibatkan tenaga professional dan non professional. Model PRITA mirip dengan model

71

keperawatan tim, karena tenaga profesional dan non profesional bekerjasama dalam memberikan asuhan keperawatan kepada beberapa pasien dengan arahan kepemimpinan perawat profesional. Model ini mirip juga dengan model primer, karena tiap 2-3 perawat bertanggung jawab terhadap asuhan beberapa pasien sesuai dengan beban kasus, sejak pasien masuk, pulang dan setelah pulang serta asuhan lanjutan kembali ke rumah sakit. Agar model ini efektif maka Kepala Ruangan secara seksama menyusun tenaga profesional dan non profesionaln serta bertanggung jawab supaya kedua tenaga tersebut saling mengisi dalam kemampuan, kepribadian, terutama kepemimpinan. Dalam

menerapkan model ini, 2-3 tenaga keperawatan bisa bekerjasama dalam tim, serta diberi tanggung jawab penuh untuk mengelola 8-15 kasus. Seperti pada model primer, tugas tim keperawatan ini harus tersedia juga selama tugas gilir (shift) sore-malam dan pada hari-hari libur, namun tanggung jawab terbesar dipegang oleh perawat profesional. Perawat profesional bertanggung jawab untuk membimbing dan mendidik perawat non profesional dalam memberikan asuhan keperawatan. Konsekuensinya peran perawat profesional dalam model ini lebih sulit dibandingkan dengan perawat primer. Gambaran pelaksanaan metode PRITA di ruang 24 A adalah 1) Perawat dibagi tugas dalam dua tim yaitu tim barat dan timur. Tim Barat merawat pasien dari bed 1A hingga 8A (15 bed) dan Tim Timur merawat pasien dari bed 8B hingga 15B. Namun masing-masing tim tidak ada ketua tim / perawat primer 2) Masing-masing perawat dialokasikan untuk 3 pasien 3) masing-masing perawat bertanggung jawab atas pasien kelolaannya 4) terdapat perawat yang bertanggung jawab dalam perencanaan asuhan keperawatan Keuntungan dari metode modifikasi 1) 2) 3) 4) Beban perawat tidak terlalu banyak memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh terdapat tanggung jawab dan tanggung gugat model dapat dilakukan untuk formasi tenaga dengan keterbatasan tenaga profesional Kelemahan metode modifikasi a. tidak semua perawat adalah perawat profesional

72

b. kurangnya sumber daya manusia sehingga 1 perawat memiliki tanggung jawab sebagai perawat primer dan perawat asosiate.

Di samping konsep metode di atas, di ruang 24A masih terdapat ketimpangan pelaksanaan tugas karena perawat masih melaksanakan tugastugas secara fungsional. Terdapat beberapa tugas fungsional yang dilakukan oleh perawat yang sama untuk smeua pasien. Selain itu, masih sering terjadi pertukaran pasien antara perawat satu dengan yang lainnya sehingga perawat primer tidak sepenuhnya mengetahui kronologi perawatan pasien kelolaannya.

N o 1

Tabel 3.10 Pengkajian Fungsi Manajemen Uraian Selal Kadang Tidak u -kadang dilakuka n Tugas dan tanggung jawab kepala ruangan a) Mengatur pembagian tugas perawat (jadwal dinas) b) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan. c) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah di ruangan. d) Membimbing siswa/mahasiswa (bekerjasama dengan manager klinik) dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan, dengan mengikuti sistem MPKP yang sudah ada. e) Mengorientasikan pegawai baru, residen mahasiswa kedokteran. mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktik di ruangan (disepakati oleh manager klinik). f) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis daengan klien dan

Keteranga n

73

keluarga dan tim kesehatan lain, mengingatkan kembali klien dan keluarga tentang perawat yang bertanggung jawab terhadap mereka selama di RS. g) merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan di ruangan. h) melaksanakan pembinaan terhadap PP dalam hal Implementasi MPKP termasuk sikap dan tingkah laku yang professional menindaklanjuti supervise yang sudah dilaksanakan. i) memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada di ruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat. j) merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan bersama manajer klinik. i. melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat untuk membahas kebutuhan di ruangan Tugas dan tanggung jawab CCM a) Membimbing PP pada Implementasi MPKP, antara lain : i. Bersama dengan PP memvalidasi setiap diagnostik keperawatan yang sudah ditetapkan PP ii. Berdasarkan validasi, memberikan

74

masukan kepada PP tentang asuhan keperawatan yang sudah ditegakkan iii. Membahas dengan PP tentang pembagian tugas iv. Bila ada PP yang libur/cuti bersamasama dengan sie pendokumentasian asuhan keperawatan menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien. b) Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal melakukan evaluasi tentang mutu asuhan keperawatan, mengkoordinasi, mengarahkan dan mengevaluasi mahasiswa praktik, serta membahas dan mengevaluasi tentang implementasi MPKP. c) Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP d) Mengevaluasi implementasi MPKP diruangan.

Dilakukan dalam ronde

75

Tugas dan tanggung jawab PP a. Melakukan kontrak dengan klien dan keluarga pada awal masuk ruangan b. Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian yang sudah dilakukan PP pada sore, malam atau hari libur c. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisisi standar renpra sesuai dengan hasil pengkajian d. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan dibawah tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat (preconfrence) e. Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan tindakan keperawatan f. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium g. Melakukan kegiatan serah terima klien dibawah tanggung jawabnya. h. Mendampingi dokter visite klien dibawah tanggung jawabnya. i. Melakukan evaluasi askep dan membuat catatan perkembangan setiap hari. j. Melakukan pertemuan antara klien dan keluarga minimal setiap 2 hari untuk membahas kondisi keperawatan klien. k. Bila PP cuti atau libur tugas-tugas PP didelegasikan pada PA yang telah ditunjuk dengan bimbingan

76

kepala ruangan atau CCM l. Memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga m. Membuat perencanaan pulang n. Bekerja sama dengan CCM dalam mengidentifikasi issu yang memerlukan pembuktian sehingga tercipta EBP o. Memonitor dokumentasi yang dilakukan

Ronde Keperawatan

Ronde dilakukan secara informal

Preconference a. Ucapan salam pembuka b. Masing-masing perawat primer mempresentasikan keadaan pasien kelolaannya : identitas klien (nama, register) Diagnosa Medis Diagnosa keperawatan Tujuan dan tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan - Evaluasi dan

77

monitoring. - Terapi Keperawatan - Tindakan kolaborasi - Pendidikan kesehatan Evaluasi Masalah yang dihadapi c. Kepala ruang meminta tanggapan perawat primer lainnya. d. Kepala Ruang merangkum dan menyimpulkan e. Kepala Ruang mengumpulkan prosedur-prosedur yang harus dilakukan shift berikutnya f. Ucapan salam penutup Post confrence a. Ucapan salam pembuka b. Masing-masing perawat primer mempresentasikan keadaan pasien kelolaannya : identitas klien (nama, register) Diagnosa Medis Diagnosa keperawatan Tujuan dan tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan - Evaluasi dan monitoring. - Terapi Keperawatan - Tindakan kolaborasi - Pendidikan kesehatan Evaluasi Masalah yang dihadapi c. Kepala ruang meminta tanggapan perawat primer lainnya.

78

d. Kepala

Ruang merangkum dan menyimpulkan e. Kepala Ruang mengumpulkan prosedur-prosedur yang harus dilakukan shift berikutnya f. Ucapan salam penutup Pola Komunikasi Pola komunikasi yang digunakan di ruangan 24A adalah pola komunikasi menyeluruh dimana seluruh anggota memiliki kesempatan yang sama untuk menyampaikan pesan.

79

Pelaksanaan Program 5K Tabel 3.11 Tabulasi Pelanggaran Program 5k Di Ruang 24A 5K Kebersihan 1. Barang-barang seperti: bantal, selimut, tikar harus diletakkan di ruang tunggu 2. Membuang sampah di tempat sampah yang disediakan 3. Dilarang membuang sampah lewat jendela 4. Tidak menggelar tikar pada siang hari di dalam atau di luar kamar pasien 5. Keluarga atau penunggu pasien tidak diperbolehkan mencuci/mandi di kamar mandi pasien 6. Ikut menjaga kerapian dan kebersihan kamar/ruangan pasien Ketertiban 1. Mematuhi jam berkunjung: 16.00-18.00 WIB, kecuali hari minggu/libur jam 10.00-12.00 2. Penunggu cukup satu orang dengan membawa kartu tunggu 3. Dilarang merokok di area IRNA I (boleh merokok di ruang tunggu) 4. Tidak diperbolehkan ngecas HP, diruang/kamar pasien (boleh ngecas diruang tunggu) 5. Penunggu pasien harus menempati ruang tunggu yang sudah tersedia Keselamatan 1. Dilarang membawa anak-anak masuk dalam ruang/kamar pasien 2. Menggunakan APD, contoh masker, sarung tangan bila masuk ke ruangan menular 3. Wajib mencuci tangan setelah masuk ruang penyakit menular Keamanan 1. Membatasi barang bawaan (seperlunya), bila ada kehilangan tanggung jawab pasien/keluarga pasien 2. Dilarang menaruh barang-barang berharga di kamar pasien (uang, hp, perhiasan, dll) 3. Mohon lapor kepada petugas bila ada orang yang mencurigakan 4. Dilarang parker kendaraan di area IRNA I, parker kendaraan di tempat parker yang tersedia Kenyamanan 1. Ikut memelihara kebersihan, kerapian, dan keamanan di ruang tunggu 2. Ikut memelihara kebersihan taman dan lingkungan sekitar kamar pasien 3. Tidak diperbolehkan merusak tanaman 4. Tidak boleh menggelar tikar di rumput/taman Hari ke-1 12 Pelanggaran Hari Hari ke-2 ke-3 9 10

11

11

80

5. Tidak diperbolehkan menjemur pakaian, handuk, dll di area taman Dilihat dari hasil pengkajian di atas, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat banyak pelanggaran terhadap program 5K yang telah ada dan sudah ditempelkan di masing-masing ruangan pasien. Tabel 3.12 Evaluasi Kebersihan 4 5 6 7 8 8 9 7,5 5 7 Rata-rata

Nilai

1 2

2 9

3 7,5

9 7,5

10 6

Total 68,5 6,85

Dari hasil evaluasi tentang kebersihan lingkungan ruangan 24A oleh 10 responden diperoleh rata-rata 6,85, yang termasuk dalam kategori cukup.

4. MONEY (PEMBIAYAAN) 4.1. Sistem gaji dan remunerisasi SDM Sistem pemberian gaji pegawai di ruang 24 A seluruhnya berasal dari rumah sakit baik itu PNS maupun pegawai kontrak.

4.2. Insentif pegawai (di luar gaij pokok) Setiap bulannya pegawai di ruangan mendapatkan intensif di luar gaji pokok yang diperoleh. Insentif tersebut berupa : Dana tunjangan medis dari IRNA 1 yang besarnya bervariasi tergantung pada jabatan fungsional di ruangan dengan klasifikasi Kepala ruangan Wakil kepala ruangan Perawat Pelaksana Pekarya

4.3. Remunerisasi SDM Setiap pegawai juga mendapatkan remunerisasi yang besarnya tergantung dari besarnya poin yang diperoleh oleh masing-masing pegawai. Poinpoin yang dinilai biasanya meliputi kinerja indivudu dalam bekerja secara tim, tanggungjawab individu terhadap tugasnya masing-masing serta pelanggaran yang dilakukanpun masuk dalam perhitungan poin untuk memperoleh remunerisasi ini.

81

4.4. Sumber pendapatan ruangan Di ruangan 24 A tidak ada sumber pendapatan apapun sehingga tidak ada pemasukan dalam ruangan ini. 4.5. Anggaran pengadaan alat dan renovasi Alur pengajuan anggaran pengadaan alat, ruang 24 memberikan daftar alat-alat yang dibutuhkan kepada IRNA 1 satu tahun sekali. Kemudian IRNA 1 memberikan daftar tersebut bersama dengan daftar yang diajukan oleh ruangan lain kepada bagian sarana dan prasarana rumah sakit. Begitu juga jika ruang 24 memerlukan renovasi atau perbaikan ruangan. Sumber dana tersebut berasal dari APBD yang turun setiap tahunnya. Dari pengajuan yang diberikan oleh ruangan, peralatan, dan renovasi tidak secara langsung diwujudkan. Tetapi melihat mana yang lebih dibutuhkan oleh ruangan baik alat maupun perbaikan.

5. MARKET (PEMASARAN) 5.1. Jumlah Pasien Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 24 sampai 26

September 2012 didapatkan data jumlah pasien, yaitu tanggal 24 September terdapat 28 pasien, 25 September juga terdapat 28 pasien,. 5.2. Pembiayaan Pasien Pembiayaan pasien biasanya berasal askes, umum, dan jamsostek Pembiayaan pasien tanggal 24 September 2012. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama Pasien Ny. S Ny. H Ny. B Tn. Sr Tn. S Ny. A Ny. M Tn. S Ny.P Pembiayaan Askes Askes Biaya sendiri Askes Askes Askes Askes Askes Askes

82

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

Ny.SF Ny.S Tn.T Tn. K Ny.R Tn.H Tn.M Ny.L Ny. Z Tn.A Ny.Sa Ny.A Tn.Sr Tn.B Tn.A Nn.N Tn.K Tn.Ks Sdr.H

Askes Askes biaya sendiri Askes Biaya sendiri Askes Biaya sendiri Askes Biaya sendiri Askes Askes Askes askes Askes Jamsostek Askes Askes Jamsostek Biaya sendiri

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pada tanggal 24 September 2012 terdapat 71% pasien yang dirawat di ruang 24 A menggunakan askes, 21% yang menggunakan biaya sendiri, dan 8% yang menggunakan jamsostek dalam sistem pembiayaan perawatan selama di rumah sakit. Pembiayaan pasien tanggal 25 September 2012. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Nama Pasien Ny. S Ny. A Ny. M Ny.H Tn. S Ny. P Tn.S Ny. S Pembiayaan Askes Askes Askes Askes Askes Askes Askes Askes

83

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

Ny.S Tn.T Tn.K Ny.W Tn. H Tn.S Tn.SL Tn.M Tn.S Tn.D Sdr.A Tn.S Ny.Z Ny.L Tn.B Tn.A Tn.K Nn.N Tn.Ks Tn.S

Askes biaya sendiri Askes Askes Askes Askes Askes Biaya sendiri Askes Askes Askes biaya sendiri biaya sendiri askes Askes Askes Askes Askes Jamsostek Askes

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pada tanggal 24 September 2012 terdapat 79% pasien yang dirawat di ruang 24 A menggunakan askes, 14% yang menggunakan biaya sendiri, dan 7% yang menggunakan jamsostek dalam sistem pembiayaan perawatan selama di rumah sakit. 5.3. Asal daerah pasien Sebagian besar pasien di ruangan 24 A berasal dari daerah Malang dan sekitarnya, namun ada juga beberapa pasien yang berasal dari Pasuruan, Blitar, dan Kediri.

84

Input
Petugas Loket - Mencatat pasien - Mendaftar ke dokter koordinator Buku kunjungan Start Mendaftar ke TLI (Tempat Loket dan Informasi) Memberi info ke pasien tentang kamar yang harus dituju Mengantar pasien ke ruangan Rekam medik rawat inap Ada rincian terapi dari dokter T Melapor ke dokter yang merawat tentang keadaan pasien Melakukan perawatan medik dan tindakan Melakukan - Perawatan medik - Pemantauan tindakan terhadap pasien - Perlakuan teknis perawatan Entry rincian tindakan pada system Melaporkan secara rutin kondisi pasien ke dokter atau secara insiden bila pasien mengalami gawat Menentukan : - Pasien pulang - Pasien operasi - Pasien dirujuk - Pasien meninggal - Menentukan diagnosa kerja atau pasti - Memberikan tindakan dan advis - Jika perlu pemeriksaan penunjang , akan membuat surat pengantar - Jika perlu konsultasi, meminta perawat pelaksana menghubungi dokter konsulen Resep Perawat Pelaksana - Meregistrasi pasien - Mengantar pasien ke kamar Buku Register Dokter

Proses
Perawat Ruang Pasien pulang sembuh Memberikan penjelasan ke pasien/ keluarga Petugas Loket

Pasien Pasien IRD/OK, IRD, IRJ, IRNA lain dengan status MRS Surat permintaan MRS Mendaftar ke loket untuk mendapatkan kamar

Petugas Loket Pembayaran

Membuat rincian biaya pelayanan Rincian biaya pelayanan Buku ekspedisi Kepala LESS - Menerima pembayaran dari pasien/ keluarga - Memberikan bukti pembayaran/ kuitansi - Menstempel buku ekspedisi Bukti Pembayaran

Pasien pulang APS Memberikan penjelasan dan meminta pasien ttd surat pernyataan pulang APS

Memberikan rincian biaya dan buku pembayaran ke pasien/ keluarga untuk pembayaran di loket.

Menerima buku, bukti pembayaran dari pasien/ keluarga - Mengecek kuitansi - Membuat surat kontrol Surat kontrol

Pasien meninggal Surat keterangan kematian dari dokter

- Melakukan perawatan dan observasi - Memberitahu ke petugas IKF 85

Keterangan : - Untuk pasien MRS di luar jam kerja (dari IRD, hari libur, sore dan

NO 1 2 3

PERNYATAAN Perawat memperkenalkan diri kepada anda Dalam melayani pasien perawat bersikap sopan dan ramah Perawat menjelaskan peraturan atau tata tertib rumah sakit pertama kali anda masuk rumah sakit

YA 21 25 15

TIDAK 4 0 10

4 5

Perawat menjelaskan fasilitas yang tersedia di Rumah Sakit pada pasien Perawat menjelaskan dimana tempat-tempat yang penting untuk kelancaran perawatan (kamar mandi, ruang terawat, tata usaha, dan lain-lain)

13 11

12 14

6 7

Perawat menjelaskan tujuan perawatan pada pasien Ada perawat atau kepala ruang yang menunjukkan kepada pasien tentang perawat yang bertanggungjawab kepada pasien

19 19

6 6

8 9 10 11 12

Perawat memperhatikan keluhan pasien Perawat menanggapi keluhan pasien Perawat memberikan keterangan tentang masalah yang dihadapi oleh pasien Perawat memberikan penjelasan sebelum melakukan tindakan keperawatan Perawat meminta persetujuan kepada pasien atau keluarga sebelum melakukan tindakan

25 22 20 19 23

0 3 5 6 2

13

Perawat menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan sebelum melakukan tindakan

22

14

Perawat menjelaskan resiko atau bahaya suatu tindakan pada pasien sebelum melakukan tindakan

17

15 16 17 18 19

Perawat memberikan keterangan atau penjelasan dengan lengkap dan jelas Perawat memantau atau mengobservasi keadaan pasien secara rutin Perawat selalu menjaga kebersihan rumah sakit Perawat melakukan tindakan keperawatan dengan terampil dan percaya diri Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu menilai kembali keadaan anda

16 23 25 24 17

9 2 0 1 8

20

Perawat cepat tanggap dalam melakukan tindakan

21

86

Jumlah responden: 25 orang Kriteria penilaian= jawaban ya bernilaai 1, jawaban tidak bernilai 0 Kriteria peringkat: Baik Cukup Kurang : 68%-100% : 34%-67% : 0%-33%

Hasil kuisioner tingkat kepuasan pasien Baik Cukup Kurang : 18 orang : 7 orang :-

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pasien puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat. Dari hasil tabulasi data, diperoleh bahwa kegiatan yg paling jarang dilakukan oleh perawat adalah menjelaskan dimana tempat-tempat yg penting untuk kelancaran perawatan (kamar mandi, ruang perawat, tata usaha, dll)

87

BAB IV PRIORITAS MASALAH, ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH & POA PENYELESAIAN MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANGAN

A. PENENTUAN PRIORITAS MASALAH Teknik prioritas masalah yang digunakan disini adalah teknik kriteria matrik (criteria matrix technique) Yaitu teknik pemungutan suara dengan menggunakan kriteria tertentu. Adapun kriteria yang dapat digunakan banyak macamnya. Secara sederhana dapat dibedakan atas 5 yaitu : 1. Kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah (magnitude = Mg). 2. Besarnya kerugian yang ditimbulkan (severity = Sv). 3. Bisa dipecahkan (Manageability = Mn) 4. Perhatian perawat terhadap masalah (Nursing concern = Nc) 5. Ketersediaan sumber daya (Affordability = Af)

No 1.

Masalah Pelaksanaan injeksi tidak

Mg 5

Sv 5

Mn 5

Nc 2

Af 5

Total 1875

Ranking II

sesuai dengan standar 6 benar 2. Pendokumentasian asuhan 4 3 5 3 5 900 III

keperawatan kurang lengkap 3. Pelaksanaan pencegahan tindakan infeksi 5 5 5 4 5 2500 I

nosokomial kurang optimal 4. Belum pelaksanaan keperawatan 5. Kurang optimalnya orientasi pasien baru Keterangan : 5 : sangat sering/sangat besar kerugian/sangat mudah dipecahkan/sangat diperhatikan 4 : sering/besar kerugian/mudah dipecahkan/diperhatikan 3 : kadang-kadang/kerugian sedang/agak mudah dipecahkan/ jarang 5 4 5 2 3 600 IV efektifnya ronde 5 2 5 2 5 500 V

88

perhatikan 2 : jarang/sedikit kerugian/agak sulit dipecahkan/ kurang diperhatikan 1 : tidak terjadi/tidak ada kerugian/sulit dipecahkan/ tidak diperhatikan

Jadi, prioritas masalah berdasarkan perhitungan rumus: 1. Pelaksanaan pencegahan infeksi nosokomial kurang optimal 2. Pelaksanaan injeksi tidak sesuai dengan standar 6 benar 3. Pendokumentasian asuhan keperawatan kurang lengkap 4. Kurang optimalnya orientasi pasien baru 5. Belum efektifnya pelaksanaan ronde keperawatan B. TUJUAN DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH ALTERNATIF MASALAH PENYELESAIAN MASALAH Pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi nosokomial Mencantumkan tanggal pemasangan plester infuse, pada NGT, Mencegah mengurangi atau resiko TUJUAN

infeksi pada pasien terutama pemasangan Pemasangan pada infus,

kurang optimal

maupun kateter Memberikan himbauan kepada setiap perawat untuk melakukan

NGT, dan kateter infus

penddokumentasian setiap pemasangan Melakukan terhadap melakukan infuse,

sebagai salah satu akses terapi pemberian injeksi IV. akses adekuat

NGT, maupun kateter supervisi tindakan

Perawatan infuse dapat yg

menunjang

invasif yang dilakukan oleh perawat dan

keefektifan pemberian terapi IV

mahasiswa. Pelaksanaan injeksi Menyediakan keranjang Memastikan yg sudah diberi label safety nomer bed, nama meminimalisasi pasien dengan resiko

tidak sesuai dengan standar 6 benar

89

pasien, jenis obat

register

dan salah pemberian obat

Melakukan pendokumentasian setiap kali selesai

memberikan injeksi obat kepada pasien dengan menyertakan paraf/nama perawat

yang menginjeksi Kurang optimalnya Membuat buku orientasi Memberikan yang berisi denah, informasi klien dan kepada keluarga

orientasi pasien baru

SOP, nama pasien yag sudah diorientasikan

ketika MRS pertama kali Meningkatkan kepuasan pasien

serta nama perawat yg sudah mengorientasikan Melakukan pada setiap orientasi pasien

yang baru datang di ruangan Belum efektifnya Membuaat jadwal ronde Meningkatkan ronde setiap minimal 1 minggu pengetahuan sekali Melaksanakan perawat & tenaga medis lain ronde tentang penyakit pasien

pelaksanaan keperawatan

sesuai dengan jadwal yg sudah ditentukan Kurang lengkapnya Melakukan supervisi Sebagai tanggung

pendokumentasian asuhan keperawatan

secara tidak langsung terhadap dokumentasi

jawab dan tanggung gugat pendokumentasian keperawatan pasien Mengoptimalkan

asuhan keperawatan yg sudah dikerjakan oleh perawat Memberikan balik umpan terhadap

pendokumentasian asuhan keperawatan

90

dokumentasi

asuhan

keperawatan yg sudah dikerjakan oleh perawat

C. SELEKSI TERHADAP PENYELESAIAN MASALAH Prioritas cara penyelesaian masalah dilakukan dengan memperhatikan aspek: 1. Besarnya maslaah yg diselesaikan (Magnitude=M) 2. Pentingnya cara penyelesaian masalah (Importancy=I) 3. Sensitifitas penyelesaian masalah (Vulnerability=V) 4. Biaya (Cost=C) Nilai yg diberikan pada aspek 1-5 (nilai 1= sangat kurang penting, nilai 2= kurang penting, nilai 3= cukup penting, nilai 4= penting dan nilai 5= sangat penting)

NO. 1.

Alternatif penyelesaian masalah Pemberian label berisi nama pasien, nomor register, nomor bed, jenis obat dan dosis

Efektifitas M 5 I 5 V 5

Efisiensi Total C 4 MxIxV/C 31,25

Prioritas

pemberiannya 2. Seorang mengecek karu atau wakaru 4 3 3 1 36

kelengkapan

dokumentasi ASKEP 3. Pelaksanaan ronde 5 3 3 2 22,5

keperawatan sesuai jadwal 4. Setiap pasien baru 5 4 5 2 50

diorientasikan berdasarkan SOP 5. Pemberian label tanggal pada balutan insersi infuse 5 4 5 2 50

91

POACE

No 1

Prioritas Masalah Pelaksanaan pengendalian infeksi nosokomial belum optimal

Faktor Penyebab Kurang patuhnya perawat ruangan mahasiswa terhadap yang ada SOP dan

Why Mencegah atau

What

Where

When

Who

How POA 1. Sosialisasi masalah

How much 100%

Membuat label Ruang tanggal pemasangan infus Membuat tulisan berisi himbauan bagi perawat mahasiswa untuk mencantumkan tanggal pemasangan infuse yang dan yang 24A

1 27 Semua Oktober 2012 perawat ruang dan

mengurangi risiko infeksi pasien pada terutama

2. Membuat
kesepakatan dengan Kepala Ruangan dan Perawat mengenai pelaksanaan Ruangan teknis

mahasiswa

pada pemasangan infuse Pemasangan infuse sebagai

3. Pelaksanaan,
memberikan

yaitu label

salah satu akses pemberian injeksi Perawatan infuse adekuat menunjang keefektifan terapi IV. akses yang dapat

tnggal pada infuse & mencantumkan himbauan pencantuman tanggal pada box

perlengkapan infuse

nantinya akan

4. Monitoring

dan

92

pemberian IV.

terapi

diletakkan kotak set

di

evaluasi, melakukan

yaitu

infuse

pendokumentasian terhadap dan pelaksaan

perkembangan

pencegahan INOS 2 Pelaksanaan injeksi Kurangnya Memastikan patient Membuat tempat Ruang safety dengan obat dengan salah memberikan label berisi nomor nama, register, khusus 24 A 1-27 Oktober 2012 Semua perawat ruang dan

1. Sosialisasi masalah 2. Membuat


kesepakatan dengan Kepala Ruangan dan Perawat mengenai pelaksanaan Ruangan teknis

100%

belum kelengkapan

sesuai dengan fasilitas 6 benar

injeksi meminimalisasi

seperti label dan risiko tempat

mahasiswa

obat pemberian obat

serta kurangnya kesadaran perawat untuk

nomor bed, jenis obat & dosis

3. Pelaksanaan,
menempatkan yang

yaitu obat akan

menerapkan 6B

pemberian

diinjeksikan ke dalam wadah khusus yang telah diberi label berisi nama, nomor register,

93

nomor bed, jenis obat & dosis pemberian

4. Monitoring

dan

evaluasi pelaksanaan injeksi sesuai 6 benar 3 Kurang lengkapnya pendokumentas ian asuhan Kurangnya partisipasi perawat dalam pendokument asian asuhan keperawatan tidak Sebagai tanggung Supervisi jawab tanggung dan tidak gugat terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan secara Ruang langsung 24 A 01-27 Oktober 2012 Seluruh perawat ruang dan

1. Sosialisasi masalah 2. Membuat


kesepakatan dengan Kepala ruangan dan Perawat mengenai pelaksanaan ruangan teknis

100%

pendokumentasian keperawatan pasien

mahasiswa

keperawatan

adanya Mengoptimalkan pendokumentasian asuhan keperawatan

feedback terhadap pendokument asian telah dilakukan perawat 4 Kurang yang

3. Monitoring
evaluasi

dan

pendokumentasian SAK dan

perkembangannya

Tidak adanya Memberikan

Membuat

SOP Ruang

1 27 Semua

1. Sosialisasi masalah

100%

94

optimalnya orientasi pasien baru

SOP orientasi pasien baru Kurangnya partisipasi

informasi

kepada orientasi

pasien 24A

Oktober 2012

perawat ruang dan

2. Membuat
kesepakatan dengan Kepala Ruangan dan Perawat mengenai pelaksanaan Ruangan teknis

klien dan keluarga baru ketika pertama kali MRS

mahasiswa

perawat untuk Meningkatkan melakukan orientasi kepuasan pasien

3. Pelaksanaan,
memberikan penjelasan denah fasilitas digunakan peraturan yg

yaitu

tentang ruangan, dapat & yg

berkaitan dengan 5K

4. Monitoring
evaluasi, melakukan

dan yaitu

pendokumentasian terhadap dan pelaksaan

perkembangan

95

orientasi pasien baru 5 Belum efektifnya pelaksanaan ronde Ketidakstabilan kondisi ruangan karena perawat belum jumlah yang tetap

Meningkatkan
pengetahuan

Menetaapkan

Ruang

1 27 Semua Oktober 2012 perawat ruang dan

1. Sosialisasi masalah 2. Membuat


kesepakatan dengan Kepala Ruangan dan Perawat mengenai pelaksanaan Ruangan teknis

100%

jadwal ronde & 24A

perawat & tenaga melaksanakan medis lain tentang ronde penyakit pasien ditentukan sesuai jadwal yg telah

mahasiswa

berhubungan dengan adanya mutasi perawat ruangan

3. Pelaksanaan,
pembuatan ronde, tugas

yaitu jadwal

pembagian kepada

perawat primer untuk melaksanakan ronde, informed consent

kepada pasien yang akan dilibatkan dalam ronde, melaksanakan ronde ruangan di dalam terlebih

96

dahulu dilanjutkan validasi &

kemudian dengaan bedside

teaching ke pasien

4. Monitoring
evaluasi, melakukan

dan yaitu

pendokumentasian terhadap dan pelaksaan

perkembangan

pelaksanaan ronde

97

BAB V LAPORAN KEGIATAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

5.1

Implementasi

1.) INOS No. Kegiatan 1. Dokumentasi inos Tanggal Rencana 1-10-12 Tanggal Realisasi 1-10-12 s/d 27-1012 Keterangan Dokumentasi dilakukan oleh perawat asosiate dan perawat ruangan setelah menerima pasien baru,ketika pasang baru,dressing/perawatan kateter/NGT,pasien pindah ruangan dan keluar rumah sakit atau Pulang atas permintaan sendiri. Pemberian tanggal dilakukan saat pemasangan pertama,pasang baru dan dressing. Dressing infuse untuk 2 minggu pertama dilakukan secara acak/ hanya pada dressing yang rusak saja, dan pada 2 minggu terakhir, untuk meningkatkan keefektifan, dilakukan dressing secara berkala pada tiap hari senin dan kamis secara menyeluruh.

2. 3.

Pemberian tanggal pemasangan infuse, kateter dan NGT Melakukan dressing infuse, kateter dan NGT pada jadwal yang telah ditentukan

1-10-12 1-10-12

1-10-12 s/d 27-1012 1-10-12 s/d 27-1012

2.) Optimalisasi Pemberian Obat Sesuai 6 Benar No. Kegiatan Tanggal Rencana 1. Menyediakan tempat khusus untuk 1 Oktober 2012 injeksi tiap pasien yang berisi

Tanggal Realisasi Keterangan 1 Oktober 2012, 2 Pembuatan tempat injeksi dan kelengkapannya Oktober 2012, 10 dilakukan secara bertahap. Pada 1 Oktober 2012

98

nomor bed, nama pasien, register pasien, nama obat, dosis, dan rute pemberian

Oktober 2012

2.

3.

Menghimbau perawat dan mahasiswa di ruangan untuk memberikan obat sesuai prinsip 6 benar Evaluasi pelaksanaan pemberian obat sesuai prinsip 6 benar

1 oktober 2012

10 Oktober 2012

6 Oktober 2012- 3 November 2012

6 Oktober- 3 November 2012

telah disediakan keranjang sesuai jumlah pasien dan telah diberi nomor bed. Pada 2 Oktober 2012 dibuatkan lembar yang berisi nama pasien, register, nama obat, dan dosis lalu disertakan pada tempat injeksi. Pada 10 Oktober 2012 rute pemberian disertakan di tempat injeksi. Imbauan baru diberikan pada 10 Oktober karena terdapat beberapa kendala berhubungan dengan penyesuaian kelompok terhadap kegiatan ruangan dan role play Evaluasi pelaksanaan injeksi dilakukan oleh kepala ruangan. Perawat primer bertindak sebagai role player pendokumentasian nama perawat pada tabel pemberian obat pada laporan perawat. Keterangan SOP mengikuti SOP Rumah Sakit yang sudah ada & ditambahkan dengan beberapa poin mengenai hal yg harus diorientasikan Sosialisasi masalah dilakukan ketika pre conference, perawat ruangan menanggapi dengan baik & memberikan saran mengenai halhal yg perlu ditambahkan ketika orientasi, seperti nama dokter yang bertanggung jawab. Kegiatan orientasi pasien baru efektif dilakukan pada saat dinas pagi, namun pada saat dinas sore & malam kegiatan orientasi kurang efektif dikarenakan jumlah SDM yang terbatas

3.) Orientasi Pasien Baru No. Kegiatan 1.

Tanggal Rencana

2.

Menyusun SOP, membuat denah 27-29 Oktober 2012 ruangan & membuat buku khusus untuk orientasi pasien Mensosialisasikan kepada perawat 1-27 Oktober 2012 ruangan untuk selalu melakukan orientasi terhadap pasien baru

Tanggal Realisasi 29-9-2012

1-27 Oktober 2012

3.

Pelaksanaan, yaitu memberikan Sejak tanggal 1-9penjelasan tentang denah 2012 ruangan, fasilitas yg dapat digunakan & peraturan yg berkaitan dengan 5K kepada

99

4.

pasien baru Monitoring dan evaluasi, yaitu 29-31 Oktober 2012 melakukan pendokumentasian terhadap pelaksaan dan perkembangan orientasi pasien baru

29-30 2012

Oktober Evaluasi pelaksanaan orientasi dilakukan oleh kepala ruangan. Perawat primer bertugas mengorientasikan pasien baru.

4.) Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan No. Kegiatan Tanggal Rencana 1. Mengevaluasi kelengkapan 24-26 September pendokumentasian askep 2012 2. 3. Membuat format ceklist supervisi askep yang aplikatif Mensosialisasikan pada perawat untuk melengkapi pendokumentasian askep Melakukan supervisi tidak langsung terhadap kelengkapan askep Menindaklanjuti hasil supervisi yang telah dilakukan 26 september 2012 01 Oktober 2012

Tanggal Realisasi 24-26 September 2012 26 september 2012 02 Oktober 2012

Keterangan Evaluasi dilakukan secara tidak langsung pada pendokumentasian asuhan keperawatan di masingmasing tim telah dibuat ceklist supervise askep telah dilakukan sosialisasi pendokumentasian askep yang lengkap pada seluruh perawat yang bertugas ketika preconference supervisi dilakukan oleh kepala ruangan dengan cara mengevaluasi kelengkapan askep sesuai dengan checklist yang ada memberikan penilaian terhadap masing-masing PP mengenai kekurangan yang harus diperbaiki

4.

02-27 Oktober 2012 02-27 Oktober 2012

02-27 Oktober 2012

5.

02-27 Oktober 2012

5.) Pelaksanaan Ronde NO. KEGIATAN 1. TANGGAL RENCANA Membuat jadwal role play ronde 25 September 2012 keperawatan TANGGAL REALISASI 25 September 2012 KETERANGAN Seluruh kegiatan dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan.

100

2. 3.

4. 5.

6.

7.

Membuat format ronde keperawatan yang aplikatif Berkolaborasi dengan CCM dan kepala ruangan tentang pelaksanaan roleplay Melakukan role play keperawatan sesuai jadwal yang ditentukan Melakukan sosialisasi SAR (Satuan Acara Ronde) pada CCM di ruang 24A Berkolaborasi dengan CCM, kepala ruang, dan preceptor akademik tentang pelaksanaan ronde besar yang diikuti oleh tim medis, ahli gizi, farmasis. Membuat format supervise dan evaluasi Ronde keperawatan Evaluasi pelaksanaan keperawatan ronde

26 September 2012 27 September 2012

26 September 2012 27 Oktober 2012

1-27 Oktober 2012 Sehari sebelum jadwal ronde 20 Oktober 2012

1-27 Oktober 2012 Sehari sebelum jadwal ronde 20 Oktober 2012

2 Oktober 2012

2 Oktober 2012

8.

26 Oktober 2012

26 Oktober 2012

101

5.2 5.2.1

Evaluasi Pengendalian INOS Berdasarkan data hasil penelitian terhadap metode pengendalian Infeksi nosokomial (perawatan Infus, Kateter, dan NGT) di ruang 24 A RSUD Saiful Anwar Malang dapat disajikan dalam diagram berikut:
100 90 80 Persentase (%) 70 60 50 40 30 20 10 0 pre intra post infus kateter NGT

Gambar 5.1 Diagram Batang Pengendalian INOS Tabel 5.1 Pengendalian Infeksi Nosokomial melalui Alat-Alat Invasif Saat Pre Implementasi No Pemasangan Lama >5 hari 1 2 3 Infus Cateter NGT Total 6 5 1 12 50% 12 50% < 5 hari 10 2 Perawatan / Ganti Ya 5 3 1 9 37,5% 15 62,5% Tidak 11 4

Tabel 5.2 Pengendalian Infeksi Nosokomial melalui Alat-Alat Invasif Saat Intra Implementasi No Pemasangan Lama >5 hari 1 2 3 Infus Cateter NGT Total 29 26 5 60 < 5 hari 60 0 0 60 Perawatan / Ganti Ya 89 26 5 120 Tidak 0 0 0 0

102

50%

50%

100%

0%

Tabel 5.3 Pengendalian Infeksi Nosokomial melalui Alat-Alat Invasif Saat Post Implementasi No Pemasangan Lama >5 hari 1 2 3 Infus Cateter NGT Total 0 0 0 0 0% < 5 hari 17 3 1 21 100% Perawatan / Ganti Ya 17 3 1 21 100% Tidak 0 0 0 0 0%

Berdasarkan grafik dan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa program pengendalian inos saat pre implementasi sebanyak 62,5% dari tindakan invasive tidak dilakukan perawatan,sedangkan saat intra dan post implementasi sebanyak 100% dilakukan tindakan keperawatan.

5.2.2 Optimalisasi Pemberian Obat Sesuai 6 Benar


120

100

80 Presentase (%) pre 60 intra post 40

20

0 nama obat dosis waktu rute dokumentasi

Gambar 5.2 Diagram batang pelaksanaan injeksi sesuai 6 benar

Pada saat Pre-implementasi tidak terdapat nama pasien, nama obat, dosis obat, waktu pemberian obat, dan rute pemberian obat pada tempat obat yang digunakan untuk injeksi maupun yang dibawa perawat yang menginjeksi. Sedangkan pada dokumentasi, tidak tercantum nama perawat yang menginjeksi.

103

Pada intra-implementasi, nama pasien, nama obat, dosis obat, waktu pemberian obat, dan rute pemberian obat telah disertakan pada tempat injeksi masingmasing pasien (100%), sedangkan pada pendokumentasian pencantuman nama perawat telah terlaksana 71% dari total injeksi yang dilakukan. Pada postimplementasi, nama pasien, nama obat, dosis obat, waktu pemberian obat, dan rute pemberian obat disertakan pada 90% tempat injeksi, sedangkan pendokumentasian sebanyak 91%. nama perawat yang menginjeksi telah dilaksanakan

5.2.3 Tingkat Kepuasan Pasien


120% 100% 80% puas 60% 40% 20% 0% PRE INTRA POST Gambar 5.3 Diagram batang tingkat kepuasan pasien cukup puas kurang puas

Berdasarkan diagram di atas, dapat diketahui bahwa pada saat preimplementasi dari 25 pasien, 18 orang (72%) puas terhadap pelayanan dan 7 orang (28%) cukup puas. Pada saat implementasi, dari 10 pasien yang diberikan kuisioner, seluruh pasien yaitu sebanyak 10 orang (100%) puas terhadap pelayanan ruangan. Pada saat post-implementasi, dari 10 pasien, keseluruhan pasien (100%) puas terhadap pelayanan ruangan.

104

5.2.4 Supervisi Dokumentasi Asuhan Keperawatan


100% 88% 80% Prosentase 60% 40% 20% 0% PRE 60% 36% 4% 12% 0 INTRA Kategori Gambar 5.4 Evaluasi Supervisi Dokumentasi Asuhan Keperawatan lengkap cukup lengkap kurang lengkap 10% 0 POST 90%

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil kelengkapan dari pendokumentasian asuhan keperawatan. Pada hasil pengkajian awal/pre implementasi pendokumentasian asuhan keperawatan dari 25 dokumen asuhan keperawatan terdapat 15 dokumen (60%) sudah lengkap, sebanyak 9 dokumen (36%) dengan kategori cukup lengkap dan sebanyak 1 dokumen (4%) dengan kategori masih kurang lengkap (0-33%: Kurang, 34%-67%: Cukup, 68%-100%: Baik). Sedangkan dari hasil ketika intra implementasi terdapat peningkatan yang signifikan terhadap proses pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh masing-masing perawat primer yakni sebanyak 88% perawat primer melakukan dokumentasi asuhan keperawatan dengan lengkap dan sebanyak 12% dengan kategori cukup lengkap. Sedangkan pada hasil evaluasi diperoleh data sebanyak 90% dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan dengan lengkap dan 10% cukup lengkap.

105

5.2.5 Pelaksanaan Ronde


6 5 4 Jumlah 3 2 1 0 Minggu I Minggu II Minggu Minggu Minggu V Minggu III IV VI Gambar 5.5 Diagram Batang Pelaksanaan Ronde dan Penyajian Kasus Ronde Keperawatan (Mahasiswa) Penyajian Kasus (Perawat Ruangan)

Keterangan: - Minggu I -

: 24-29 September 2012

Minggu II : 1-6 Oktober 2012 Minggu III : 8-13 Oktober 2012 Minggu IV : 15-20 Oktober 2012 Minggu V :22-27 Oktober 2012 Minggu VI :29 Oktober-3 November 2012 : 24-29 September 2012 : 1-25 Oktober 2012 : 26-29 Oktober 2012

a. Pre-implementasi b. Implementasi c. Post-implementasi

Berdasarkan diagram diatas, dapat diketahui bahwa pada minggu I belum dilakukan ronde keperawatan dan penyajian kasus ruangan. Pada minggu II, ronde keperawatan dilakukan sebanyak 1 kali dan penyajian kasus sebanyak 1 kali. Minggu III ronde keperawatan dilakukan sebanyak 1 kali dan penyajian kasus sebanyak 3 kali. Pada minggu IV, ronde keperawatan dilakukan sebanyak 2 kali dan penyajian kasus sebanyak 5 kali. Minggu V ronde keperawatan dilakukan sebanyak 2 kali dan penyajian kasus sebanyak 2 kali. Sedangkan minggu VI tidak dilakukan ronde keperawatan maupun penyajian ruangan.

106

18

17 Skoring Evaluasi Pelaksanaan Ronde

16

15 Penyaji 1 Penyaji 2 Penyaji 3 Penyaji 4 Penyaji 5 Penyaji 6

Gambar 5.6 Diagram Batang Skoring evaluasi Pelaksanaan Ronde Keterangan: Baik (68-100%) Cukup (34-67%) Kurang (0-33%) diatas merupakan scoring evaluasi pelaksanaan ronde

Diagram

keperawatan. Berdasarkan diagram tersebut dapat diketahui bahwa penyaji I memiliki skor 16 (88,9%), penyaji II memiliki skor 17 (94,4%), penyaji III memiliki skor 16 (88,9%), penyaji IV memiliki skor 17 (94,4%), penyaji V memiliki skor 17 (94,4%), penyaji VI memiliki skor 17 (94,4%). Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan scoring, seluruh penyaji memiliki kategori evaluasi baik.

107

TABEL 5.4 PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN TANGGAL NO. PENYAJI TOPIK PELAKSANAAN 1. Laksita Barbara AMS, pressure ulcers, 5 Oktober 2012 exanthemathous pustulosis

PESERTA RONDE Perseptor akademik, Perawat ruang 24A, ahli gizi, mahasiswa kelompok 3 PSIK UB 2008, mahasiswa STIKES Majapahit

EVALUASI Pada ronde ini semua tim yang merawat pasien hadir sehingga pemaparan status kesehatan pasien dapat disajikan dari berbagai aspek. Perumusan masalah dan penyelesaian dapat disajikan lebih terperinci. Pasien dan keluarga sangat kooperatif selama pelaksanaan ronde. Bedside teaching dilakukan kurang maksimal karena keterbatasan waktu dalam pelaksanaan. Dalam proses pelaksanaan, antusiasme peserta ronde dalam diskusi kurang maksimal, hal ini diakibatkan oleh kondisi ruangan yang kurang kondusif dan aktifitas dari peserta ronde sehingga tidak focus dalam pelaksanaan ronde tersebut. Pada ronde ini semua tim yang merawat pasien hadir sehingga pemaparan status kesehatan pasien dapat disajikan dari berbagai aspek. Perumusan masalah dan penyelesaian dapat disajikan lebih terperinci. Pasien dan keluarga sangat kooperatif selama pelaksanaan ronde. Bedside teaching dilakukan kurang maksimal karena keterbatasan waktu dalam pelaksanaan. Namun dalam proses diskusi, antusiasme peserta ronde dalam diskusi kurang maksimal, hal ini diakibatkan oleh kondisi ruangan yang kurang kondusif dan aktifitas

2.

Uswatun C.

Febris, dysphagia, dyspepsia syndrome, anemia makroster, trombositopenia

11 Oktober 2012

Perseptor akademik, Perawat ruang 24A, mahasiswa kelompok 3 PSIK UB 2008, mahasiswa STIKES Majapahit

108

dari peserta ronde sehingga tidak focus dalam pelaksanaan ronde tersebut.

3.

Ratna R.

TB on treatment OAT, efusi pleura, ascites

16 Oktober 2012

Perseptor akademik, Perceptor akademik, mahasiswa kelompok 3 PSIK UB 2008

4.

Yashinta M.

CKD sg 4, DM nefropati, HT nefrosklerosis, hiponatremia, DM tipe 2, hipoalbumin

19 Oktober 2012

Perseptor akademik, Perceptor akademik, mahasiswa kelompok 3 PSIK UB 2008

Pada ronde ini hanya dihadiri oleh preceptor akademik, klinik dan mahasiswa kelompok 3 PSIK UB namun tidak dihadiri sebagian besar perawat ruangan. Pasien dan keluarga sangat kooperatif selama pelaksanaan ronde. Bedside teaching dilakukan kurang maksimal karena keterbatasan waktu dalam pelaksanaan. Dalam proses diskusi, antusiasme peserta ronde dalam diskusi cukup baik dan proses diskusi dapat berjalan dengan lancar. Pada ronde ini hanya dihadiri oleh preceptor akademik, klinik dan mahasiswa kelompok 3 PSIK UB namun tidak dihadiri sebagian besar perawat ruangan. Pasien dan keluarga sangat kooperatif selama pelaksanaan ronde. Bedside teaching dilakukan kurang maksimal karena keterbatasan waktu dalam pelaksanaan. Dalam proses diskusi, antusiasme peserta ronde dalam diskusi cukup baik dan proses diskusi dapat berjalan dengan lancar.

109

5.

Panji Arik Indraswara

Susp. Ca Bronkogenic, pneumonia, soft tissue mass temporalis & dinding dada anterior susp. Metastase process

23 Oktober 2012

Perseptor akademik, Perceptor akademik, tim medis, ahli gizi, farmasis, mahasiswa kelompok 3 PSIK UB 2008

6.

Siti Fatimah

Acute watery diarrhea, azotemia renal, CVA squale

25 Oktober 2012

Perseptor akademik, Perceptor akademik, mahasiswa kelompok 3 PSIK UB 2008

Pada ronde ini dihadiri oleh preceptor akademik, klinik, perawat ruangan, ahli gizi, farmasis dan mahasiswa kelompok 3 PSIK UB namun tidak dihadiri tim medis. Pasien dan keluarga sangat kooperatif selama pelaksanaan ronde. Bedside teaching dilakukan kurang maksimal karena keterbatasan waktu dalam pelaksanaan. Dalam proses diskusi, antusiasme peserta ronde dalam diskusi cukup baik dan proses diskusi dapat berjalan dengan lancar. Pada ronde ini hanya dihadiri oleh preceptor akademik, klinik dan mahasiswa kelompok 3 PSIK UB namun tidak dihadiri sebagian besar perawat ruangan. Pasien dan keluarga sangat kooperatif selama pelaksanaan ronde. Bedside teaching dilakukan kurang maksimal karena keterbatasan waktu dalam pelaksanaan. Dalam proses diskusi, antusiasme peserta ronde dalam diskusi cukup baik dan proses diskusi dapat berjalan dengan lancar.

110

TABEL 5.5 PELAKSANAAN PENYAJIAN KASUS KEPERAWATAN RUANG 24A TANGGAL PESERTA NO. PENYAJI TOPIK PELAKSANAAN PENYAJIAN KASUS 1. Dewi CVA thrombosis 5 Oktober 2012 Perawat ruang 24A, mahasiswa kelompok 3 PSIK UB 2008, mahasiswa STIKES Majapahit 2. Fenty HF, DM tipe 2 9 Oktober 2012 Perawat ruang 24A, mahasiswa kelompok 3 PSIK UB 2008, mahasiswa STIKES Majapahit Perawat ruang 24A, mahasiswa kelompok 3 PSIK UB 2008, mahasiswa STIKES Majapahit Perawat ruang 24A, mahasiswa kelompok 3 PSIK UB 2008, mahasiswa STIKES Majapahit

EVALUASI Penyajian kasus dihadiri oleh banyak peserta namun antusiasme dari peserta kurang maksimal, peserta kurang aktif dalam diskusi. Hal ini diakibatkan aktifitas dari masing-masing peserta yang padat. Penyajian kasus dihadiri oleh banyak peserta namun antusiasme dari peserta kurang maksimal, peserta kurang aktif dalam diskusi. Hal ini diakibatkan aktifitas dari masing-masing peserta yang padat. Penyajian kasus dihadiri oleh banyak peserta namun antusiasme dari peserta kurang maksimal, peserta kurang aktif dalam diskusi. Hal ini diakibatkan aktifitas dari masing-masing peserta yang padat. Penyajian kasus dihadiri oleh banyak peserta namun antusiasme dari peserta kurang maksimal, peserta kurang aktif dalam diskusi. Hal ini diakibatkan aktifitas dari masing-masing peserta yang padat.

3.

Elly

Lung TB

11 Oktober 2012

4.

Riska

HF, efusi pleura, DM tipe 2, ascites

12 Oktober 2012

111

5.

Anjar

CVA, susp. SOP supratentorial

15 Oktober 2012

Perawat ruang 24A, mahasiswa kelompok 3 PSIK UB 2008, mahasiswa STIKES Majapahit

6.

Ita

CVA

16 Oktober 2012

Perawat ruang 24A, mahasiswa kelompok 3 PSIK UB 2008, mahasiswa STIKES Majapahit Perawat ruang 24A, mahasiswa kelompok 3 PSIK UB 2008, mahasiswa STIKES Majapahit Perawat ruang 24A, mahasiswa kelompok 3 PSIK UB 2008, mahasiswa STIKES Majapahit

Pada penyajian kasus ini, dihadiri oleh banyak peserta dan dilakukan setelah postconference namun antusiasme peserta kurang maksimal, hal iini ditunjukkan dengan proses diskusi yang tidak berjalan, kurang aktifnya peserta dalam proses diskusi. Penyajian kasus dihadiri oleh banyak peserta namun antusiasme dari peserta kurang maksimal, peserta kurang aktif dalam diskusi. Hal ini diakibatkan aktifitas dari masing-masing peserta yang padat. Penyajian kasus dihadiri oleh banyak peserta namun antusiasme dari peserta kurang maksimal, peserta kurang aktif dalam diskusi. Hal ini diakibatkan aktifitas dari masing-masing peserta yang padat. Pada penyajian kasus ini, dihadiri oleh banyak peserta dan dilakukan setelah postconference namun antusiasme peserta kurang maksimal, hal iini ditunjukkan dengan proses diskusi yang tidak berjalan, kurang aktifnya peserta dalam proses diskusi.

7.

Resmiati

Hipoglikemia, DM tipe 2, CKD

17 Oktober 2012

8.

Imam

DM tipe 2

18 Oktober 2012

112

9.

Rusmiati

DVT (Deep Vein Trombosis)

19 Oktober 2012

Perawat ruang 24A, mahasiswa kelompok 3 PSIK UB 2008, mahasiswa STIKES Majapahit Perawat ruang 24A, mahasiswa kelompok 3 PSIK UB 2008, mahasiswa STIKES Majapahit

Penyajian kasus dihadiri oleh banyak peserta namun antusiasme dari peserta kurang maksimal, peserta kurang aktif dalam diskusi. Hal ini diakibatkan aktifitas dari masing-masing peserta yang padat. Pada penyajian kasus ini, dihadiri oleh banyak peserta dan dilakukan setelah postconference namun antusiasme peserta kurang maksimal, hal iini ditunjukkan dengan proses diskusi yang tidak berjalan, kurang aktifnya peserta dalam proses diskusi. Penyajian kasus dihadiri oleh banyak peserta namun antusiasme dari peserta kurang maksimal, peserta kurang aktif dalam diskusi, dan proses tanya jawab yang tidak berjalan. Hal ini diakibatkan aktifitas dari masing-masing peserta yang padat.

10.

Atimah

HF+pneumonia

22 Oktober 2012

11.

Mathana Yosi

HF+pneumonia

24 Oktober 2012

Perawat ruang 24A, mahasiswa kelompok 3 PSIK UB 2008, mahasiswa STIKES Majapahit, dan mahasiswa Poltekes Negeri Malang

113

BAB VI PEMBAHASAN

6.1

Metode Pengendalian Infeksi Nosokomial Berdasarkan hasil Pre, Intra dan post implementasi manajemen di ruang 24

A RSUD Saiful Anwar Malang mulai tanggal 24 september-29 oktober 2012 menunjukkan bahwa saat pre implementasi sebanyak 62,5% dari tindakan invasive tidak dilakukan perawatan, sedangkan saat intra dan post implementasi sebanyak 100% dilakukan tindakan keperawatan. Menurut penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa saat intra dan post implementasi pemberian perawatan infus, kateter dan NGT mengalami peningkatan yang sangat drastis sampai 100%. Peningkatan tersebut

disebabkan penjadwalan perawatan infus, kateter dan NGT setiap hari senin dan kamis. Selain penjadwalan perawatan dilakukan pengecekan infus, kateter dan NGT saat pemberian injeksi , operan di pasien, penggantian cairan dan laporan dari keluarga pasien jika cairan infus tidak menetes. Serta pendokumentasian pemasangan, perawatan dan pelepasan infus, kateter dan NGT. Seiring berjalannya program pengendalian infeksi nosokomial tersebut meningkatkan tindakan perawatan infus, kateter dan NGT pada pasien. Sehingga kejadian infeksi nosokomial di R24 A tidak menimbulkan gejala klinis seperti Flebitis, Infeksi saluran kemih dan Gastroenteritis Dari penjelasan diatas dengan adanya peningkatan perawatan infus, kateter dan NGT yang drastis rencana tindak lanjut untuk pengendalian infeksi nosokomial dengan mempertahankan penjadwalan perawatan, pengecekan dan pendokumentasian program pengendalian Infeksi nosokomial secara teratur untuk mencegah terjadinya komplikasi dari infeksi nosokomial tindakan invasif 6.2 Optimalisasi Pemberian Obat Sesuai 6 Benar Sebelum implementasi dilakukan, nama pasien, nama obat, dosis obat, waktu pemberian obat, dan rute pemberian obat hanya terdapat pada buku laporan sehingga perawat atau mahasiswa yang menginjeksi tidak dapat memeriksa kembali enam benar sebelum menginjeksi. Pada laporan perawat telah didokumentasikan nama pasien, nama obat, dosis obat, waktu pemberian obat, dan rute pemberian obat namun, tidak terdapat nama perawat yang

menginjeksi. Pada minggu ke-dua dilakukan implementasi berupa penyediaan

115

tempat injeksi masing-masing pasien dimana terdapat keterangan nama pasien, nama obat, dosis obat, waktu pemberian obat, dan rute pemberian obat. Pencapaian ini didukung oleh tersedianya cukup tenaga dimana masing-masing perawat pelaksana pada saat role play bertanggung jawab pada saat pembagian obat dan lembar keterangan pada masing-masing tempat injeksi pasien kelolaan. Selain itu, dilakukan pula pencatatan nama perawat pada laporan perawat. Namun pada post implementasi sebagian tempat injeksi pasien (10%) tidak terdapat keterangan nama pasien, nama obat, dosis obat, waktu pemberian obat, dan rute pemberian obat. Hal ini dikarenakan minimnya tenaga pada saat pembagian obat injeksi beserta lembar keterangan pada masing-masing tempat injeksi dimana hanya terdapat satu penanggung jawab. Sedangkan

pendokumentasian nama perawat yang menginjeksi mengalami peningkatan (91%). Dengan adanya penjeasan diatas, maka diperlukan lebih banyak tenaga pada saat pembagian obat injeksi dan pemberian keterangan pada masingmasing tempat injeksi mengingat pentingnya keterangan tersebut untuk menghindari kesalahan pada saat injeksi dengan cara memastikan enam benar. Paling tidak terdapat dua orang yang bertanggung jawab terhadap pembagian obat injeksi dan keternagannya (tim timur dan tim barat). Selain itu, perlu ditekankan pendokumentasian nama perawat yang menginjeksi mengingat besarnya kemungkinan terjadi kondisi dimana diperlukan klarifikasi kepada perawat yang memasukkan obat. 6.3 Tingkat Kepuasan Pasien Tingkat kepuasan pasien mengalami kenaikan dari sebelum implementasi sampai pada saat implementasi, namun mengalami penurunan ketika postimplementasi. Sedangkan dari poin orientasi pasien, ketika pre implementasi sebanyak 44% sudah diorientasikan, ketika implementasi 80% pasien sudah diorientasikan dan pada saat post implementasi 90% pasien sudah

diorientasikan. Jumlah pasien baru yang diorientasikan ketika pre, intra dan post implementasi mengalami kenaikan, namun demikian tidak semua pasien baru diorientasikan. Hal ini disebabkan pasien baru tidak hanya datang ketika shift pagi, sedangkan jumlah perawat yang dinas pada shift sore dan malam jumlahnya terbatas sehingga tidak mempunyai cukup waktu untuk melakukan orientasi terhadap pasien baru.

116

Dari hasil kesenjangan diatas, rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah mempertahankan program orientasi pasien baru karena dengan adanya program orientasi pasien baru, tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan ruangan meningkat dan meminimalisir adanya complain dari pasien. 6.4 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Sebelum implementasi dilakukan, pendokumentasian askep sudah cukup baik yaitu terdapat 60% pendokumentasian askep yang sudah lengkap. Hal ini dikarenakan adanya mobilitas perawat ruangan yang tinggi dan intensitas tindakan yang cukup banyak. Sedangkan saat intra dan post implementasi, terjadi peningkatan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan yang signifikan yaitu sebanyak 88% lengkap saat intra dan 90% ketika post implementasi sudah lengkap. Pencapaian ini didukung oleh adanya tanggung jawab dari masing-masing perawat primer serta dengan adanya ronde keperawatan yang dilaksanakan di ruangan memacu inisiatif dari masing-masing perawat untuk melengkapi pendokumentasian askepnya yang sudah menjadi tanggung jawabnya masing-masing. Dari evaluasi dokumentasi asuhan keperawatan yang sudah dijelaskan diatas, rencana tindak lanjut yang akan dilakukan oleh ruangan adalah meningkatkan supervisi dokumentasi asuhan keperawatan sesuai dengan buku bantu supervise dokumentasi askep yang dilakukan oleh Critical Care Meneger (CCM) terhadap masing-masing perawat primer setiap harinya. Selain hal diatas setiap perawat primer akan melakukan pengkajian yang komprehensif sesuai SAK data focus yang sudah dibuat sehingga penentuan perencanaan tindakan keperawatan yang dibuat juga sesuai dengan SAK yang sudah ada di ruangan.

6.5

Pelaksanaan Ronde Berdasarkan diagram-diagram yang telah dijelaskan sebelumnya dapat

diketahui kuantitas serta kualitas dari pelaksanaan ronde keperawatan dan penyajian kasus selama pre-implementasi (24-29 September 2012),

implementasi (1-25 Oktober 2012), dan post-implementasi (26-29 Oktober 2012). Kuantitas dari pelaksanaan ronde keperawatan dan penyajian kasus ditunjukkan oleh diagram frekuensi sedangkan kualitas ronde keperawatan yang telah

dilakukan ditunjukkan pada diagram scoring evaluasi pelaksanaan ronde. Pada saat pre-implementasi, ronde keperawatan dan penyajian kasus

117

ruangan tidak pernah dilakukan bahkan selama 3 bulan terakhir, hal ini diakibatkan beberapa factor antara lain libur hari raya, dll.. Sedangkan pada saat implementasi dilakukan, ronde keperawatan oleh mahasiswa sebanyak 6 kali dan penyajian kasus oleh perawat ruangan sebanyak 11 kali. Pada postimplementasi, ronde keperawatan dan penyajian kasus tidak pernah dilakukan. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan selama proses implementasi, pelaksanaan ronde keperawatan dan penyajian kasus dapat dilaksanakan dengan baik dari segi kuantitas. Kualitas dari pelaksanaan ronde keperawatan ditunjukkan pada diagram scoring evaluasi pelaksanaan ronde. Sedangkan evaluasi pelaksanaan penyajian kasus ruangan tidak dinilai secara khusus. Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan ronde telah dilakukan dengan baik, hal tersebut dapat dibuktikan dengan 100% pelaksanaan ronde dikategorikan baik berdasarkan scoring. Namun, dalam pelaksanaan ronde keperawatan dan penyajian kasus ruangan, antusiasme dari peserta kurang maksimal, ditunjukkan dengan kurang aktifnya peserta dalam proses diskusi dan kurang maksimalnya proses tanya jawab selama ronde dan penyajian kasus ruangan. Hal tersebut diakibatkan beberapa factor antara lain kurang kondusifnya kondisi ruangan dimana aktifitas dari peserta mempengaruhi konsentrasi peserta dalam mengikuti ronde dan penyajian kasus ruangan. Dalam pelaksanaan ronde keperawatan yang melibatkan tim kesehatan lainseperti tim medis, ahli gizi, farmasis sulit dilaksanakan, hal ini diakibatkan oleh kesibukan dari masing-masing tim kesehatan sehingga jarang mengikuti proses pelaksanaan ronde keperawatan dan proses diskusi dalam pelaksanaannya kurang maksimal. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat diketahui beberapa hambatan dalam proses pelaksanaan ronde keperawatan dan penyajian kasus oleh perawat ruangan antara lain kurangnya kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya serta kurang antusisnya peserta dalam mengikuti pelaksanaan ronde dan penyajian kasus ruangan tersebut. Untuk menindak lanjuti hal tersebut, perlu ditingkatkan kembali kolaborasi dengan tim kesehatan lain sehingga proses diskusi dapat dibahas dari berbagai aspek profesi sehingga lebih kompleks dan diskusi dapat dilakukan dengan baik. Selain itu perlu juga peningkatan antusias peserta dalam mengikuti ronde keperawatan dan penyajian kasus ruangan tersebut.

118

Anda mungkin juga menyukai