Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEBUDAYAAN KEBUDAYAAN SEMESTER : 4

Nama Anggota : Shalini a/p Shanmugalingam (080100402) : Shamini a/p Shanmugalingam (080100398) Kuliah : B1

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2010

KONTEKS
PENGHARGAAN ISI KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

MUKA SURAT

4 5 9 9

Puji dan syukur senantiasa ke hadirat tuhan atas rahmat dan karuniaNya kepada saya karena makalah blok Hematologic and Immunologic System dapat disiapkan pada tempoh yang ditetapkan . Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi - tingginya kepada dosen kebudayaan karena telah banyak membimbing kami sewaktu tutorial dan semasa membuat makalah . Beliau juga telah membantu kami untuk lebih memahami tentangmata kuliah ini. Tanpa pertolongan beliau tidak mungkin saya boleh menyiapkan makalah ini . Beliau telah banyak memberi dorongan agar saya lebih semangat untuk menyiapkan makalah ini . Beliau juga menjadikan proses pembelajaran lebih senang bagi kami. Pada kesempatan ini juga , kami juga ingin mengucapkan jutaan terima kasih kepada ibu dan bapa kami karena telah menyokong saya dari segi kewangan yaitu membiayai segala perbelanjaan sewaktu membuat makalah ini . Mereka juga telah banyak memberi semangat kepada kami sewaktu membuat makalah ini . Kata kata semangat mereka telah menyebabkan kami membuat makalah ini bersungguh-sungguh . Tidak lupa juga kepada teman teman kami yang banyak menolong saya dalam memberi idea untuk membaiki makalah saya dan memberi sokongan agar makalah ini dapat disiapkan dapat tempoh yang ditetapkan.

Budaya Indonesia merupakan kebudayaan yang dapat di artikan sebagai kesatuan dari kebudayaan seluruh wilayah yang ada di Indonesia. Untuk Menumbuhkan rasa Cinta Indonesia dalam rangka Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia perlu di galakkan kembali karena sekarang ini Indonesia sedang mengalami nilai nilai pergeseran dari kebudayaan lokal yaitu kebudayaan asli Indonesia kepada mulainya kecintaan terhadap budaya asing. Perlunya Mengembalikan Jati Diri Bangsa ini dengan mencintai kebudayaan Indonesia nampaknya perlu di tanamkan kembali kepada setiap individu dari warga Indonesia. Dengan majunya teknologi di mana informasi apa saja bisa masuk dalam kehidupan masyarakat kita turut pula mempengaruhi tergesernya nilai nilai budaya Indonesia ini. Terutama para generasi muda bangsa ini. Banyak kita lihat disekeliling kita betapa muda mudi Indonesia kebanyakan lebih suka terhadap budaya asing ketimbang kebudayaan Indonesia sendiri. Di khawatirkan kebudayaan Indonesia hanya sebagai pelengkap di acara acara tertentu saja seperti ketika memperingati kemerdekaan Indonesia. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kebudayaan indonesia terbentuk juga karena di pengaruhi budaya asing, tapi itu dulu saat saat jaman kerajaan. Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tiong hoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Budha di negara Indonesia jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kuai , sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi. Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara( Sriwijaya) . Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi. Kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagangpedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok. Kedatangan penjelajah dari Eropa sejak abad ke-16 ke Nusantara, dan penjajahan yang berlangsung selanjutnya, membawa berbagai bentuk Kebudayaan Barat dan membentuk kebudayaan Indonesia modern sebagaimana yang dapat dijumpai sekarang. Teknologi, sistem organisasi dan politik, sistem sosial, berbagai elemen budaya seperti perekonomian, dan sebagainya, banyak mengadopsi kebudayaan Barat yang lambat-laun terintegrasi dalam masyarakat. Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang telah ada sebelum bentuknya nasional Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia.

Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi. Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi. Kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok. Kedatangan penjelajah dari Eropa sejak abad ke-16 ke Nusantara, dan penjajahan yang berlangsung selanjutnya, membawa berbagai bentuk kebudayaan Barat dan membentuk kebudayaan Indonesia modern sebagaimana yang dapat dijumpai sekarang. Teknologi, sistem organisasi dan politik, sistem sosial, berbagai elemen budaya seperti boga, busana, perekonomian, dan sebagainya, banyak mengadopsi kebudayaan Barat yang lambat-laun terintegrasi dalam masyarakat.

Aceh Sumatera Barat : Rumah Gadang Sumatera Selatan : Rumah Limas Jawa : Joglo Papua : Honai Sulawesi Selatan : Tongkonang (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone), Balla Lompoa (Makassar Gowa) Sulawesi Tenggara: Istana buton Sulawesi Utara: Rumah Panggung Kalimantan Barat: Tarian

Jawa: Bedaya, Kuda Lumping, Reog. Bali: Kecak, Barong/ Barongan, Pendet. Maluku: Cakalele, Orlapei, Katreji

Aceh: Saman, Seudati. Minangkabau: Tari Piring, Tari Payung, Tari Indang, Tari Randai, Tari Lilin Betawi: Yapong Sunda: Jaipong, Reog, Tari Topeng Batak Toba & Suku Simalungun: Tortor Sulawesi Selatan: Tari Pakkarena, Tarian Anging Mamiri, Tari Padduppa, Tari 4 Etnis Pesisir Sibolga/Tapteng: Tari Sapu Tangan , Tari Adok , Tari Anak , Tari Pahlawan , Tari Lagu Duo , Tari Perak , Tari Payung . Riau : ( Persembahan, Zapin, Rentak bulian, Serampang dua Belas ) lampung : ( bedana, sembah, tayuhan, sigegh, labu kayu ) Lagu

Jakarta: Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung. Maluku : Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama Melayu : Soleram, Tanjung Katung Minangkabau : Kampuang nan Jauh di Mato, Kambanglah Bungo, Indang Sungai Garinggiang Aceh : Bungong Jeumpa Ampar-Ampar Pisang (Kalimantan Selatan) Anak Kambing Saya (Nusa Tenggara Timur) Angin Mamiri (Sulawesi Selatan) Anju Ahu (Sumatera Utara) Apuse (Papua) Ayam Den Lapeh (Sumatera Barat) Barek Solok (Sumatera Barat) Batanghari (Jambi) Bolelebo (Nusa Tenggara Barat) Bubuy Bulan (Jawa Barat) Buka Pintu (Maluku) Bungo Bangso (Sumatera Utara)

Bungong Jeumpa (Aceh) Burung Tantina (Maluku) Butet (Sumatera Utara) Cik-Cik Periuk (Kalimantan Barat) Cikala Le Pongpong (Sumatera Utara) Cing Cangkeling (Jawa Barat) Cuk Mak Ilang (Sumatera Selatan) Dago Inang Sarge (Sumatera Utara) Dayung Palinggam (Sumatera Barat) Dayung Sampan (Banten) Dek Sangke (Sumatera Selatan) Desaku (Nusa Tenggara Timur) Esa Mokan (Sulawesi Utara) Es Lilin (Jawa Barat) Gambang Suling (Jawa Tengah) Gek Kepriye (Jawa Tengah) Goro-Gorone (Maluku) Gending Sriwijaya (Sumatera Selatan) Gundul Pacul (Jawa Tengah) Helele U Ala De Teang (Nusa Tenggara Barat) Huhatee (Maluku) Ilir-Ilir (Jawa Tengah) Indung-Indung (Kalimantan Timur) Injit-Injit Semut (Jambi) Jali-Jali (Jakarta) Jamuran (Jawa Tengah) Kabile-Bile (Sumatera Selatan) Kalayar (Kalimantan Tengah)

Kambanglah Bungo (Sumatera Barat) Kampuang Nan Jauh Di Mato (Sumatera Barat) Ka Parak Tingga (Sumatera Barat) Karatagan Pahlawan (Jawa Barat) Keraban Sape (Jawa Timur) Keroncong Kemayoran (Jakarta) Kicir-Kicir (Jakarta) Kole-Kole (Maluku) Lalan Belek (Bengkulu) Lembah Alas (Aceh) Lisoi (Sumatera Utara) Madekdek Magambiri (Sumatera Utara) Malam Baiko (Sumatera Barat) Mande-Mande (Maluku) Manuk Dadali (Jawa Barat) Ma Rencong (Sulawesi Selatan) Mejangeran (Bali) Mariam Tomong (Sumatera Utara) Moree (Nusa Tenggara Barat) Nasonang Dohita Nadua (Sumatera Utara) O Ina Ni Keke (Sulawesi Utara) Ole Sioh (Maluku) Orlen-Orlen (Nusa Tenggara Barat) O Ulate (Maluku) Pai Mura Rame (Nusa Tenggara Barat) Pakarena (Sulawesi Selatan) Panon Hideung (Jawa Barat) Paris Barantai (Kalimantan Selatan)

Peia Tawa-Tawa (Sulawesi Tenggara) Peuyeum Bandung (Jawa Barat) Pileuleuyan (Jawa Barat) Pinang Muda (Jambi) Piso Surit (Aceh) Pitik Tukung (Yogyakarta) Potong Bebek Angsa (Nusa Tenggara Timur) Rambadia (Sumatera Utara) Rang Talu (Sumatera Barat) Rasa Sayang-Sayange (Maluku) Ratu Anom (Bali) Saputangan Bapuncu Ampat (Kalimantan Selatan) Sarinande (Maluku) Selendang Mayang (Jambi) Sengko-Sengko (Sumatera Utara) Siboga Tacinto (Sumatera Utara) Sinanggar Tulo (Sumatera Utara) Sing Sing So (Sumatera Utara) Sinom (Yogyakarta) Si Patokaan (Sulawesi Utara) Sitara Tillo (Sulawesi Utara) Soleram (Riau) Surilang (Jakarta) Suwe Ora Jamu (Yogyakarta) Tanduk Majeng (Jawa Timur) Tanase (Maluku) Tapian Nauli (Sumatera Utara) Tari Tanggai (Sumatera Selatan)

Tebe Onana (Nusa Tenggara Barat) Te Kate Dipanah (Yogyakarta) Tokecang (Jawa Barat) Tondok Kadadingku (Sulawesi Tengah) Tope Gugu (Sulawesi Tengah) Tumpi Wayu (Kalimantan Tengah) Tutu Koda (Nusa Tenggara Barat) Terang Bulan (Jakarta) Yamko Rambe Yamko (Papua) Bapak Pucung (Jawa Tengah) Yen Ing Tawang Ono Lintang (Jawa Tengah) Stasiun Balapan, Didi Kempot (Jawa Tengah) Anging Mamiri, Sulawesi Parasanganta (Sulawesi Selatan) bulu londong, malluya, io-io, ma'pararuk (Sulawesi Barat)

Musik

Jakarta: Keroncong Tugu. Maluku : Melayu : Hadrah, Makyong, Ronggeng Minangkabau : Aceh : Makassar : Gandrang Bulo, Sinrilik Pesisir Sibolga/Tapteng : Sikambang

Alat musik

Jawa: Gamelan. Nusa Tenggara Timur: Sasando. Gendang Bali Gendang Karo Gendang Melayu

Gandang Tabuik Sasando Talempong Tifa Saluang Rebana Bende Kenong Keroncong Serunai Jidor Suling Lembang Suling Sunda Dermenan Saron Kecapi Bonang Kendang Jawa Angklung Calung Kulintang Gong Kemada Gong Lambus Rebab Tanggetong Gondang Batak Kecapi, kesok-Kesok Bugis-makassar, dan sebagainya

Gambar

Jawa: Wayang. Tortor: Batak

Patung

Jawa: Patung Buto, patung Budha. Bali: Garuda. Irian Jaya: Asmat. Pakaian

Jawa: Batik. Sumatra Utara: Ulos, Suri-suri, Gotong. Sumatra Utara, Sibolga: Anak Daro & Marapule. Sumatra Barat/ Melayu: sumatra selatanSongket Lampung : Tapis Sasiringan Tenun Ikat Bugis - MakassarBaju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu Suara

Jawa: Sinden. Sumatra: Tukang cerita. Talibun : (Sibolga, Sumatera Utara) Sastra/tulisan

Jawa: Babad Tanah Jawa, karya-karya Ronggowarsito. Bali: karya tulis di atas Lontar. Sumatra bagian timur (Melayu): Hang Tuah Sulawesi Selatan Naskah Tua Lontara

Kesimpulan

Kebudayaan Indonesia sangat bervariasi karena terdapat banyak ras. Kebudayaan Indonesia harus dihargai dan diperturunkan ke setiap generasi agar kebudayaan yang indah ini tidak pupus dari dunia. Daftar pustaka http//:www.wikipedia.com http//:www.ekebudayaan.com http//:www.kebudayaanindonesia.com

Anda mungkin juga menyukai