Anda di halaman 1dari 23

BAB I STATUS PASIEN

I.

Identitas Pasien a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. R / Perempuan / 66 tahun b. Pekerjaan c. Alamat : IRT : RT 02 Telanai Pura

II.

Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga a. Status Perkawinan b. Jumlah anak/saudara c. Status ekonomi keluarga 1) Mampu 2) Miskin d. KB e. Kondisi Rumah : + : : : baik : baik : Menikah : 4 orang

f. Kondisi Lingkungan Keluarga

III. Aspek Psikologis di Keluarga : baik IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga : Riwayat dengan keluhan yang sama disangkal Riwayat alergi terhadap bahan sepatu/sandal tidak ada Riwayat alergi terhadap detergen atau sabun cuci tidak ada

Riwayat penyakit kencing manis disangkal

V.

Keluhan Utama

Timbul sisik-sisik putih di sela jari kaki kanan

VI. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Pukesmas dengan keluhan timbul sisik-sisik putih di sela jari kaki kanan yaitu diantara ibu jari dan jari telunjuk yang terasa pedih bila terkena air sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya kisaran 1 bulan yang lalu, pasien mengeluhkan timbul bercak kemerahan di sela jari kaki kanan yaitu ibu jari dan jari telunjuk, bercak tersebut kering dan sedikit gatal. Karena gatal pasien mengaku sering menggaruk bercak tersebut. Lama kelamaan bercak kemerahan tersebut berwarna putih dan bersisik. Sejak 2 minggu yang lalu pasien mengeluh setiap kali terkena air bercak keputihan yang bersisik tersebut terasa pedih, tetapi tidak gatal lagi. Pasien sehari hari bekerja sebagai ibu rumah tangga, semua pekerjaan di rumah yaitu mencuci pakaian ataupun piring dll pasien yang mengerjakan sendiri. Pasien menyangkal adanya alergi terhadapa detergen ataupun sabun. Pasien mengaku keluhan seperti ini baru kali ini terjadi. Pasien mengaku sudah menggunakan salep yang dibelinya di apotek (nama obat lupa) tetapi pasien mengaku tidak ada perubahan dan akhirnya pasien memutuskan untuk berobat ke Puskesmas Simp. IV Sipin.

Riwayat Higiene dan kebiasaan : Pasien mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun dan air PDAM Pasien menggunakan sendal terbuka tanpa tali Pasien tidak dibiasakan untuk mencuci kaki sebelum tidur

VII. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum 1. Keadaan umum 2. Kesadaran 3. Suhu 4. Tekanan darah 5. Nadi 6. Pernafasan - Frekuensi - Irama - Tipe 7. Kulit - Turgor - Lembab / kering - Lapisan lemak 8. Berat Badan 9. Tinggi Badan

: Baik : compos mentis : 36,5C : 120/90 mmHg : 88 x/menit

: 20 x/menit : reguler : thorakoabdominal

: baik : lembab : ada : 66 kg : 160 cm

10. Body Mass Index

: ( BB) / (TB)2 (66) / (1,60)2 = 20,6 (Normal)

Patokan BMI : BMI < 18.5 = berat badan kurang (underweight) BMI 18.5 - 24 = normal BMI 25 - 29 = kelebihan berat badan (overweight) BMI >30 = obesitas

Pemeriksaan Organ 1. Kepala Bentuk Simetri 2. Mata : normocephal : simetris

Exopthalmus/enophtal: (-) Kelopak Conjungtiva Sklera Kornea Pupil Lensa Gerakan bola mata : normal : anemis (-) : ikterik (-) : normal : Isokor, reflex cahaya +/+ : normal, keruh (-) : baik

3. Hidung 4. Telinga 5. Mulut

: tak ada kelainan : tak ada kelainan Bibir Bau pernafasan : lembab : normal

6. Leher

KGB Kel.tiroid

: tak ada pembengkakan : tak ada pembesaran

Pulmo Pemeriksaan Inspeksi Palpasi Perkusi Kanan Kiri Simetris Stem fremitus normal Sonor Batas paru-hepar :ICS VI kanan Auskultasi Wheezing (-), rhonki Wheezing (-), rhonki (-) Jantung Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri Perkusi Batas-batas jantung : Atas : ICS II kiri Kanan : linea sternalis kanan Kiri : ICS VI linea midclavicula kiri Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-) (-) Stem fremitus normal Sonor

Abdomen Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-) Nyeri tekan regio epigastrium (+), defans musculer (-), , hepatomegali (-), splenomegali (), nyeri ketok costovertebra (-/-) Timpani Bising usus (+) normal

Inspeksi Palpasi

Perkusi Auskultasi

Ekstremitas Atas Edema (-), akral hangat, kekuatan otot 5 - 5 Ekstremitas bawah Edema (-), akral hangat., kekuatan otot 5 - 5

VIII. Status dermatologis Regio interdigitalis I,II pedis Skuama psoriasiformis multipel warna putih diatas kulit yang eritem.

IX. Diagnosis

Tinea Interdigitalis Pedis dextra

X.

Pemeriksaan Anjuran Pemeriksaan Kerokan Kulit KOH

XI. Manajemen a. Preventif : Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakitnya dan pengobatannya. Menyarankan kepada pasien untuk mengkonsumsi obat secara teratur dan tidak menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter.

b. Promotif : Menganjurkan pada pasien untuk menghindari pemakaian

sandal/sepatu yang tertutup dan tidak bertelanjang kaki ketika menginjak daerah yang basah.

c. Kuratif : Non Medikamentosa Menjelaskan kepada penderita kalau penyakitnya ini dapat sembuh namun butuh waktu yang cukup lama 4 minggu. Menjalani pengobatan sampai tuntas Mencuci kaki dan sela jari setiap hari Setelah mencuci kaki, keringkan kaki dengan menggunakan handuk kering dan bersih sampai kaki dan sela jari kering. Tidak menggunakan handuk bersama dan sering mencuci handuk yang digunakan oleh pasien Menggunakan kaos kaki dan sepatu yang terbuat dari bahan yang tidak menyebabkan keringat berlebih Medikamentosa

Mikonazol salep 3 x sehari Griseovulfin tablet 4 x 125mg

d. Rehabilitatif Meningkatkan daya tahan tubuh Menjaga higinitas pasien.

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas : Simp. IV Sipin Dokter Tanggal : Weny Mayrenda : 14 Mei 2012

R/ Mikonazol zalf s 3 d d 1 sue R/ Griseovulfin mg 125 s 4 dd 1 tab p.c

no. I

no. XIV

Pro Alamat

: Ny. R : RT.02 Telanai Pura

Umur : 66 tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1

Pendahuluan Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat

tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan golongan jamur dermatofita. Dermatofita dibagi menjadi genera Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton (Madani, 2000). Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Hingga kini dikenal sekitar 40 spesies dermatofita, masing-masing dua spesies Epidermophyton, 17 spesies Microsporum dan 21 spesies Trichophyton Angka insidensi dermatofitosis pada tahun 1998 yang tercatat melalui Rumah Sakit Pendidikan Kedokteran di Indonesia sangat bervariasi, dimulai dari prosentase terendah sebesar 4,8 % (Surabaya) hingga prosentase tertinggi sebesar 82,6 % (Surakarta) dari seluruh kasus dermatomikosis

II.2

Definisi Tinea pedis merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh

jamur pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki.

II.3

Etiologi Tiga genus utama yang menjadi penyebabnya adalah Trichophyton,

Epidermophyton dan Microsporum, sedangkan spesies yang paling sering menyebabkan tinea pedis adalah Trichophyton rubrum dan Trichophyton

10

mentagrophytes. Penyakit ini dapat menyerang segala usia, tanpa membedakan jenis kelamin. Tinea pedis dapat ditransmisikan melalui kontak langsung, person to person; di kolam renang, penularan terjadi melalui kontak fisik dengan permukaan, seperti lantai kamar mandi umum, ruang ganti dan sebagainya yang terkontaminasi oleh fragmen kulit yang terinfeksi. Gejala yang ditimbulkan antara lain kulit pecah bersisik serta rasa gatal. Spora dari jamur tersebut dapat bertahan beberapa bulan sampai beberapa tahun. Faktor predisposisi yang dapat mengakibatkan tinea pedis antara lain,

1. Penggunaan kaos kaki dan sepatu dalam waktu lama 2. Keringat berlebihan 3. Orang dengan imunitas yang rendah 4. Produksi asam lemak oleh kulit yang rendah

II.4

Epidemiologi Di Amerika Serikat, tinea pedis diperkirakan menjadi penyakit kulit kedua

terbanyak setelah jerawat. Di Eropa dan Asia Timur, prevalensi tinea pedis diperkirakan sebesar 20%. Sementara di Spanyol, prevalensi tinea pedis adalah sebesar 2,9% (4,2% untuk laki-laki dan 1,7% untuk perempuan). Prevalensi lebih tinggi pada ras yang tinggal di daerah tropis. Udara yang panas, kelembapan tinggi, penggunaan sepatu yang sempit serta bekerja di tempat yang basah seperti ibu rumah tangga dan petani mempermudah terjadinya infeksi. Dilaporkan 70 % dari populasi terinfeksi tinea pedis. Kasus pertama yang dilaporkan di AS tercatat di Birmingham, Alabama pada tahun 1920 saat perang

11

dunia I pada tentara telah menyebarkan T.rubrum ke AS. T. rubrum yang merupakan suatu dermatofita yang banyak pada daerah Asia Tenggara, Africa dan Australia. Banyak terjadi pada tentara, dan pada individu yang sering memakai sepatu yang tertutup. Lebih sering menyerang laki-laki daripada wanita. Dan prevalensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, jarang tinea pedis menyerang pada anak-anak.

II.5

Patofisiologi Dengan menggunakan enzim keratinase, jamur dermatofita menginvasi

keratin padadaerah superficial kulit. Pada dinding dermatofita juga mengandung mannan, yang membuat tubuh lambat dalam respon imun selain itu jugaa mengurangi proliferasi dari keratinosit, yang menyebabkan penyakit ini dapat berkembang menjadi kronik. Faktor serum dan suhu misalnya beta globulins dan ferritin mempunyai peranan dalam menghambat dari dermatofita; namun patofisiologi ini sepenuhnya masih belum bisa dipahami. Sebum juga menghambat, hal ini dapat menjelaskan kenapa dermatofita menyerang pada kaki yang tidak ada kelenjar sebaseus. Adanya faktor host sendiri misalnya kulit pecah-pecah, adanya maserasi pada kulit dapat memberikan keterangan akan adanya invasi dari dermatofita. Dalam menginvasi manusia juga dipengaruhi oleh sistem imun tubuh. Infeksi dermatofita ringan disebut dermatofitosis simpleks, dapat timbul pada sela jari karena lingkungan yang tertutup. Infeksi jamur akan menyebabkan kerusakan stratum korneum sehingga memungkinkan untuk tumbuhnya bakteri

12

residen dan terjadinya maserasi, rasa gatal dan bau busuk pada daerah tersebut. Infeksi campuran antara dermatofita dan bakteri disebut dermatofitosis kompleks. Tinea pedis banyak terlihat pada orang yang dalam kehidupan sehari-hari banyak bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk dan para pekerja dengan kaki yang selalu atau sering basah.

II.6

Gejala Klinis Umumnya pasien mengeluh adanya gatal. Telapak kaki bersisik, disertai

nyeri diantara ibu jari kaki. Jarang pada pasien dijumpai lesi vesicular atau ulseratif. Pada pasien dengan usia lanjut dapat ditemui adanya kaki yang berkrusta/pengerasan pada kaki yang kering. Pada pasien tinea pedis terdapat 4 gambaran klinik yang dapat dijumpai :

1. Interdigital : Pada area interdigital ini merupakan tempat infeksi yang khas bagi tinea pedis, eritema, maserasi, dan krusta sering terlihat pada jari kaki keempat dan kelima. Pasien sering mengeluhkan gatal yang sangat dan tercium bau yang tidak enak. Pada daerah dorsal kaki biasanya bersih, tetapi pada daerah permukaan plantar infeksi mungkin dapat terjadi. Pada daerah interdigital ini dapat diikuti oleh infeksi bakteri dan Candida albicans sehingga menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. Pada tipe interdigital sering disebabkan oleh T. rubrum.

2. Hiperkeratotik kronik Type hiperkeratotik dari tinea pedis memiliki ciri dengan eritema kronik pada bagian plantar pedis dengan sedikit pengerasan. Type ini disebut juga moccasin tinea pedis, maksudnya adalah adanya lesi yang bergabung sehingga mengenai seluruh telapak kaki dan sering simetris. Pada dorsal pedis biasanya bersih dari infeksi , tapi jika parah pada bagian
13

dorsal juga terkena. Disebabkan oleh T. rubrum. Penyebab organisme lainnya adalah T. Mentagrophyte ver interdigitale, E.floccosum dan non dermatophyte Scytalidium hyalinum dan Scytalidium dimidiatum.

3. Inflamasi/vesicular Nyeri, gatal atau bulla sering terjadi pada permukaan plantar pedis. Lesi mengandung cairan purulent, jika sudah pecah timbul plakat dengan eritema. Komplikasi dari type ini biasanya celulitis, limfangitis dan adenopathy. Pada tipe ini jika disertai dengan adanya erupsi disebut dengan reaksi dermatofita, yang biasanya terjadi pada. daerah permukaan palmar pada satu atau dua tangan atau juga pada sisi samping jari jari. Papula, vesicular dan bullae atau pustule bisa juga terjadi, sering terjadi secara simetris, dan juga terjadi dyshidrosis. Reaksi ini merupakan respon allergi atau hipersensitivitas terhadap adanya infeksi pada kaki, yang mengandung infeksi dari jamur.

4. Ulseratif Khas dari tipe ini adalah terjadi penyebaran lesi vesicopustular, ulcer, dan erosi secara cepat juga disertai adanya infeksi

sekunder.Selulitis, limfangitis, pireksia dan malaise dapat sebagai infeksi penyerta.Menyerang berbagai area tubuh, walaupun utamanya pada telapak kaki. Tipe ini sering terjadi pada pasien yang immunocompromised dan pasien yang menderita diabetes militus. Tipe inflammatory/vesicular dan tipe ulseratif sering disebabkan oleh jamur zoofilic T. mentagrophyte var mentagrophyte. Lokasi kelainan kulit yang timbul biasanya berdasarkan pada 3 bentuk: 1. Bentuk interdigitalis, diantara jari IV dan V. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain.

14

2. Bentuk moccasin foot, pada seluruh kaki , dan telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik. 3. Bentuk subakut, terlihat vesikel, vesiko-pustul, dan kadang-kadang bula. Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki.

II.7

Diagnosis Selain dengan anamnesa yang lengkap, diagnosis dapat ditegakkan dengan

pemeriksaan klinis dengan melihat gambaran klinik dan lokasinya, dan dapat juga dilakukan pemeriksaan laboratorium antara lain : 1. Pemeriksaaan dengan KOH 10 20 2. Kultur, dengan menggunakan media Sabourouds Dextrose Agar + chloramfenicol + Cyclohexamide, akan tumbuh Mycobiotik - Mycosel dalam waktu 10 - 14 hari.3. 3. Pemeriksaan lampu Woods, tidak memberikan gambaran effloresensi yang khas Diagnosis Tinea Pedis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Penyakit ini umumnya tidak menyebabkan kematian, prognosis bergantung pada tindakan dan perawatan secara dini.

II.8

Terapi Tinea pedis dapat diobati secara oral maupun topical, atau kombinasi dari

keduanya. Pemakaian topical digunakan selama 1-6 minggu, tergantung dari anjuran dan tingkat keparahannya. Untuk tipe interdigital tinea pedis, meskipun gejala sudah hilang pasien tetap dianjurkan pemakaian obat pada ruang

15

interdigital dan telapak kaki, juga pada area permukaan plantar. Tipe moccasin tinea pedis sering dipakai hanya pengobatan topical antijamur. Penggunaan topical dan keratolitic dapat meningkatkan efek. Namun pada pasien dengan kronik hiperkeratotik atau inflammatory/vesicular tinea pedis biasanya

membutuhkan pengobatan oral, demikian juga bila pada pasien dengan onychomicosis, diabetes militus, penyakit vascular atau keadaan

immunokompromise. Infeksi berulang terjadi pada pasien yang melakukan pengobatan tidak secara teratur, jika hal ini terjadi maka terjadi pemakaian obat yang lebih banyak dan suruh pasien memakai obat hingga habis. Non medikamentosa dengan memberikan edukasi kepada pasien, antara lain : 1. Mencuci kaki dan sela jari setiap hari 2. Setelah mencuci kaki, keringkan kaki dengan menggunakan handuk kering dan bersih sampai kaki dan sela jari kering. 3. Tidak menggunakan handuk bersama dan sering mencuci handuk yang digunakan oleh pasien 4. Menggunakan kaos kaki dan sepatu yang terbuat dari bahan yang tidak menyebabkan keringat berlebih 5. Tidak menggunakan kaos kaki dalam keadaan kaki basah karena kulit yang lembab data mengakibatkan jamur tumbuh dengan baik 6. Mencuci kaos kaki setiap hari

Medikamentosa : 1. Sistemik

16

a. Griseofulvin bersifat fungistik dan bekerja hanya terhadap dermatofit. Dosis 0,5-1 gram untuk orang dewasa dan 0,25-0,5 gram untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/kgBB, dosis tunggal atau terbagi dan absorbsi meningkat bila diberikan bersama makanan berlemak. b. Golongan azol Ketokonazol efektif untuk dermatofitosis. Pada kasus-kasus yang

resisten terhadap griseovulfin, obat tersebut dapat diberikan 200 mg per hari selama 3-4 minggupada pagi hari setelah makan. Kontraindikasi untuk gangguan hati Itrakonazol merupakan derivat tiazol yang berspektrum aktivitas in vitro luas dan bersifat fungistatik. Dosis 100 mg per hari selama 2 minggu. c. Derivat alilamin terbinafin digunakan per oral, efektif untuk dermatofitosis, dan bersifat fungisidal tetapi tidak efektif untuk kandida. mg/hari. 2. Topikal Bahan keratolitik Yaitu bahan yang meningkatkan eksfoliasi stratum korneum. Misalnya salep Whitefield mengandung asam salisilat 3 %, asam benzoat 6 % dalam petrolatum, dikatakan efektif bagi tinea pedis dan asam undesilenat krim dan bedak 3 %. Asam salisilat pada konsentrasi rendah (1 2 %) berefek keratoplastik, konsentrasi tinggi (3 20 %) berefek keratolitik dan dipakai pada keadaan dermatosis yang hiperkeratotik dan pada konsentrasi sangat tinggi (40 %) dipakai untuk kelainan-kelainan
17

Dosis dewasa umumnya 250

yang dalam. Asam salisilat berkhasiat fungisid terhadap banyak fungi pada konsentrasi 3 6 % dalam salep, selain itu berkhasiat bakteriostasis lemah. Asam salisilat tidak dapat dikombinasikan dengan seng oksida karena akan terbentuk garam sengsalisilat yang tidak aktif. Asam benzoat mempunyai sifat antiseptik terutama fungisidal. Salep Whitefield dapat juga berguna untuk pengobatan topikal pada tinea kruris, tinea unguium dan tinea korporis. Asam undesilenat dalam bentuk cairan dapat digunakan pada tinea unguium. Golongan imidazol Umumnya senyawa imidazol ini berkhasiat fungistatis dan pada dosis tinggi bekerja fungisid terhadap fungi tertentu. Imidazol memiliki efektivitas klinis yang tinggi dengan angka kesembuhan berkisar 70 100 %. Mekanisme kerjanya dengan menghambat sintesis ergosterol, suatu unsur penting untuk integritas membran sel Golongan imidazol meliputi : a. Mikonazol Derivat mikonazol ini berkhasiat fungisid kuat dengan spektrum kerja lebar sekali. Lebih aktif dan efektif terhadap dermatofit biasa dan kandida daripada fungistatika lainnya. Zat juga bekerja bakterisid pada dosis terapi terhadap sejumlah kuman Gram positif kecuali basil-basil Doderlein yang terdapat dalam vagina. Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak diberikan sebanyak 2 kali sehari selama 4 minggu dalam bentuk krim 2 %, bedak kocok ataupun bedak. Penderita tinea pedis dewasa dan
18

anak-anak diberikan sebanyak 2 kali sehari selama 2 6 minggu dalam bentuk krim 2 % atau bedak kocok. Jika menggunakan bedak, maka cukup ditaburkan 2 kali sehari selama 2 4 minggu MIMS tahun 2005 menyebutkan contoh nama merk dagang obat mikonazol yaitu micoskin, mexoderm dan daktarin b. Klotrimazol Derivat imidazol ini memiliki spektrum fungistatis yang relatif lebih sempit daripada mikonazol. Pada konsentrasi tinggi, zat ini juga berdaya bakteriostatis terhadap kuman Gram positif. Penderita tinea pedis dan tinea korporis dewasa diberikan sebanyak 2 kali sehari selama 2 6 minggu dalam bentuk krim 1 % atau solusio, sedangkan pada anak-anak tidak tersedia. Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak diberikan sebanyak 2 kali sehari selama 4 minggu dalam bentuk krim 1 %, solusio ataupun bedak kocok. MIMS tahun 2005 menyebutkan contoh nama merk dagang obat klotrimazol yaitu canesten, lotremin dan fungiderm c. Ketokonazol Ketokonazol adalah fungistatikum imidazol pertama yang

digunakan per oral (1981). Spektrum kerjanya mirip dengan mikonazol dan meliputi banyak fungi patogen. Penderita tinea pedis dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 2 kali atau 4 kali sehari selama 2 4 minggu dalam bentuk krim 1 %. Penderita tinea kruris dewasa dan anakanak dioleskan sebanyak 2 kali atau 4 kali sehari selama 2 4 minggu dalam bentuk krim 2 %. Penderita tinea korporis dewasa dan anak-anak

19

dioleskan sebanyak 4 kali sehari selama 2 minggu dalam bentuk krim 2 % MIMS tahun 2005 menyebutkan contoh nama merk dagang obat ketokonazol yaitu formyco, nizoral dan mycozid

II.9

Prognosa Tergantung Infeksi tinea pedis dan penyakit yang mendasarinya Dengan

pengobatan, biasanya memiliki prognosis yang cukup baik.

20

BAB III ANALISA KASUS

Pada kasus Ny. R ditegakkan diagnosis Tinea Interdigital Pedis dextra berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Tinea pedis banyak terlihat pada orang yang dalam kehidupan sehari-hari banyak bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk dan para pekerja dengan kaki yang selalu atau sering basah. Pada kasus ini pasien adalah seorang Ibu rumah tangga yang sehari-hari melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri sehingga sering kontak dengan air dan tanpa diikuti dengan sikap selalu mengeringkan kaki setelah terkena air. Lokasi kelainan kulit yang timbul biasanya berdasarkan pada 3 bentuk, Bentuk interdigitalis, diantara jari IV dan V. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Bentuk moccasin foot, pada seluruh kaki , dan telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik. Bentuk subakut, terlihat vesikel, vesiko-pustul, dan kadang-kadang bula. Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Pada kasus ini daerah yang terkena adalah regio interdigitali I dan II pedis dextra. Penyakit ini dapat menyerang segala usia, tanpa membedakan jenis kelamin. Pada kasus ini pasien laki-laki berumur 66 tahun.. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur. Bentuk klinis ini dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan atau tanpa keluhan sama sekali. Pada kasus ini, pasien mengeluhkan timbul bercak kemerahan di sela jari kaki yang terasa gatal hingga pasien sering menggaruknya dan lama-kelamaan timbul sisik putih yang pedih apabila terkena air. Keluhan ini sudah dirasakan pasien sejak 1 bulan yang lalu. Gejala klinis penderita sesuai dengan gejalan klinis dari Tinea Pedis. Pengobatan medikamentosa pada pasien ini diberikan secara topikal dan sistemik. Pengobatan topikal yaitu mikonazol salap, fungistatik dan spektrum

21

antijamur yang luas. Pengobatan sistemik berupa griseofulvin 125 mg sebagai fungistatik yang diberikan 4 x sehari sampai 2 minggu setelah sembuh klinis. Selain pengobatan, edukasi kepada pasien juga sangat penting, memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakitnya dan pengobatannya, menyarankan kepada pasien untuk mengkonsumsi obat secara teratur dan tidak menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter dan menganjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas di rumah yang kontak terus menerus dengan air, mengeringkan kaki setelah terkena air.

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja, U. Mikosis, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Kelima, Jakarta: FK UI, 2007:89-109 2. Kurniawan, R. Penatalaksanaan Komprehensip Tinea Pedis. Artikel Ilmiah Dermatologi. Jakarta:2008. Di akses pada tanggal: 4 Agustus 2011. Di unduh dari URL: http://www.scribd.com/doc/36250422/Artikel-IlmiahDermatologi-tinea-Pedis 3. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri, R, Wardhani,W.I, Setiowulan, W. Mikosis Superfisialis In. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. 2001. Media Aesculapius : Jakarta

4. Marwali H., 2000Tinea Pedis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 1st edition. Penerbit Hipokrates : Jakarta. Diakses dari :

www.googlebooks.com

5. Diyoyen, Dermatofitosis: terapi dan penggunaan Golongan azol topikal berdasarkan evidence based medicine. 2009 .Di akses dari

http://www.scribd.com/doc/74126146/47/dermatofitosis-a-Definisi

23

Anda mungkin juga menyukai