Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN

Rubella menjadi terkenal karena sifat teratogeniknya. Rubella merupakan suatu penyakit virus yang umum pada anak dan dewasa muda, yang ditandai oleh suatu masa prodomal yang pendek, pembesaran kelenjar getah bening servikal, suboksipital dan postaurikular, disertai erupsi yang berlangsung 2-3 hari. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa dapat terjadi infeksi berat disertai keluhan sendi dan purpura. Kelainan prenatal akibat Rubella pada kehamilan muda dilaporkan pertama kali oleh Gredd di Amerika pada tahun 1941. Rubella pada kehamilan muda dapat mengakibatkan abortus, bayi lahir mati, dan menimbulkan kelainan kongenital yang berat pada janin. Sindrom Rubella kongenital merupakan penyakit yang sangat menular mengenai banyak organ dalam tubuh dengan gejala klinis yang sangat luas. Hingga saat ini penyakit Rubella masih merupakan masalah dan terus diusahakan eliminasinya. Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili Togaviridae. Virus dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secara fisikokimiawi virus ini sama dengan anggota viruus lain dari famili tersebut, tetapi virus Rubella secara serologik berbeda. Pada waktu terdapat gejala klinis virus ditemukan pada sekret nasofaring, darah, feses dan urin. Virus Rubella hanya menjangkiti manusia saja. 1 Anak laki laki dan wanita sama-sama terkena. Pada populasi yang rapat seperti institusi dan Asrama tentara, hampir 100% dari individu yang rentan dapat terinfeksi. Pada kelompok keluarga penyebaran virus kurang: 50-60% anggota keluarga yang rentan mendapat penyakit. Banyak infeksi yang subklinis, dengan rasio 2:1 antara penyakit yang tidak tampak dengan penyakit yang tarnpak. Rubella biasanya terjadi selama musim semi.2

BAB II LAPORAN KASUS STATUS PASIEN KEPANITERAAN FK TRISAKTI BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BUDHI ASIH

Nama Mahasiswa NIM

: Suryo Nugroho S : 030.08.235

Pembimbing : Dr. Daniel Effendi, Sp.A Tanda tangan:

IDENTITAS PASIEN Nama Umur : An. R : 7 tahun 3 bulan Jenis Kelamin : Perempuan Suku Bangsa : Betawi Agama : Islam

Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 29 Mei 2006 Alamat Pendidikan Orang tua / Wali Ayah : Nama Umur Alamat : Tn. M : 35 tahun : Gg, Anwar II no.11 Kp Melayu, Jakarta Timur Pekerjaan Penghasilan Pendidikan : Swasta : 1.200.000 : D3 Pekerjaan Penghasilan Pendidikan Ibu Nama Umur Alamat :

: Gg, Anwar II no.11 Kp Melayu, Jakarta Timur : 1 SD

: Ny. L : 31 tahun : Gg, Anwar II no.11 Kp Melayu, Jakarta Timur : Ibu rumah tangga : Tidak berpenghasilan : SLTA

Suku bangsa : Betawi Agama : Islam

Suku bangsa : Betawi Agama : Islam

Hubungan dengan orang tua: pasien merupakan anak kandung

I. RIWAYAT PENYAKIT A. ANAMNESIS Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. L (ibu kandung pasien) Lokasi Tanggal / waktu Tanggal masuk Keluhan utama Keluhan tambahan : Bangsal lantai V Timur, kamar 513 : 31 Agustus 2013 pk. 12.30 WIB : 30 Agustus 2013 : Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit : Batuk, pilek, ruam kulit, mata merah, nafsu makan menurun

A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG: Pasien seorang anak perempuan usia 7 tahun, datang ke IGD dibawa keluarganya dengan keluhan demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam mendadak tinggi, terus menerus sepanjang hari, dengan suhu ketiak 38,3C diukur dengan termometer digital. Orang tua Pasien membawa Pasien ke klinik 24 jam di dekat rumah, diberi obat penurun panas lalu panas turun, tetapi kemudian naik lagi. Pasien juga mengeluh adanya batuk-pilek sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk berdahak dimana dahak sulit keluar, berwarna putih kekuningan, kental. Batuk tidak disertai adanya nyeri dada maupun sesak napas. Pasien juga mengalami pilek. Hidungnya terkadang tampak ada ingus namun tidak didahului dengan bersin-bersin. Batuk-pilek tidak dicetuskan oleh aktifitas, ppasienisi, cuaca, maupun debu. Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, Pasien menjadi sulit makan dan minum. Hal tersebut dikatakan karena tenggorokannya terasa nyeri saat menelan dan terasa mual. Karena itu semenjak sakit, badan Pasien terlihat lebih kurus dibanding biasanya. Pada pagi hari sebelum masuk rumah sakit, demam Pasien menjadi meningkat. Setelah itu kedua mata Pasien tampak merah dan berair. Pada saat itu juga timbul bercak kemerahan pada pipi dan dahi Pasien. Bercak tersebut kemudian menyebar ke belakang leher, dada, tangan dan perut. Bercak tersebut disertai rasa gatal sehingga Pasien menjadi sering menggaruk-garuk kulitnya. Ibu Pasien menyangkal adanya kejang, diare, sulit BAB, sesak, gusi berdarah, mimisan, kencing berwarna kemerahan, maupun BAB berwarna hitam. Ibu Pasien mengaku sekitar 1 minggu yang lalu ada teman sekelas Pasien yang sedang sakit Campak sehingga tidak masuk sekolah untuk beberapa hari.

B. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA Penyakit Alergi Cacingan DBD Otitis Parotitis Umur (-) (-) (-) (-) (-) Penyakit Difteria Diare Kejang Morbili Operasi Umur (-) (-) (-) (-) (-) Penyakit Penyakit jantung Penyakit ginjal Radang paru TBC Lain-lain (ISPA) Umur (-) (-) (-) (-) 3 th

Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita: Pasien pernah dirawat selama 3 hari saat usia 3 tahun dan didiagnosis oleh dokter menderita ISPA. Pasien dipulangkan dengan keadaan sembuh total. Pasien belum pernah menderita keluhan seperti sekarang.

C. RIWAYAT KEHAMILAN/KELAHIRAN KEHAMILAN Morbiditas kehamilan Perawatan antenatal Tempat persalinan Penolong persalinan Cara persalinan Masa gestasi KELAHIRAN Tidak ada Rutin kontrol ke Bidan 1 bulan sekali Rumah Bersalin Bidan Spontan Penyulit: 38 minggu Berat lahir: 3200 gr Panjang lahir: 47 cm Lingkar kepala: (tidak tahu) Keadaan bayi Langsung menangis (+) Kemerahan (+) Nilai APGAR: (tidak tahu) Kelainan bawaan: tidak ada

Kesimpulan riwayat kehamilan/kelahiran: Tidak ada masalah dalam kehamilan dan persalinan.

D. RIWAYAT PERKEMBANGAN Pertumbuhan gigi I Gangguan perkembangan mental Psikomotor Tengkurap Duduk Berdiri Berjalan Bicara Membaca Perkembangan pubertas Rambut pubis Payudara Menarche : belum ::: Umur 4 bulan : Umur 9 bulan : Umur 16 bulan : Umur 19 bulan : Umur 12 bulan : Umur 5 tahun (Normal: 3-4 bulan) (Normal: 6-9 bulan) (Normal: 9-12 bulan) (Normal: 13 bulan) (Normal: 9-12 bulan) (Normal: 3-6 tahun) : Ibu lupa : Tidak ada (Normal: 5-9 bulan)

Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan: keterlambatan dalam berdiri dan berjalan.

E. RIWAYAT MAKANAN Umur (bulan) 02 24 46 68 8 10 10 -12 ASI/PASI ASI ASI ASI + PASI ASI + PASI ASI + PASI ASI + PASI Buah/Biskuit + + (Biskuit) + + Bubur Susu + + + + Nasi Tim + +

Umur Diatas 1 Tahun Jenis Makanan Nasi/Pengganti Sayur Daging Frekuensi dan Jumlah 3 x/hari, 1 porsi 1x/hari, 1 porsi 1x/minggu, 1 potong
5

Telur Ikan Tahu Tempe Susu (merk/takaran) Lain-lain

1 butir, 3 x/minggu 2 x/minggu 2 potong, setiap hari Susu Dancow -

Kesan: Riwayat makanan cukup baik Kesulitan makan : Menurut pengakuan ibu tidak sulit makan Kesimpulan riwayat makanan: tidak ada kesulitan, asupan cukup baik

F. RIWAYAT IMUNISASI Vaksin BCG DPT / PT Polio Campak Hepatitis B 1 bulan 2 bulan 0 bulan 0 bulan Dasar ( umur ) 4 bulan 2 bulan 1 bulan 6 bulan 4 bulan 9 bulan 6 bulan Ulangan ( umur )

Kesimpulan riwayat imunisasi: imunisasi dasar sesuai jadwal dan lengkap. Imunisasi ulangan belum dilakukan.

G. RIWAYAT KELUARGA a. Corak Reproduksi No 1. 2. Tanggal (umur) 29 Mei 2006 10 Juli 2009 lahir Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Hidup + + Lahir mati Abortus Mati (sebab) Keterangan kesehatan Pasien Sehat

b. Riwayat Pernikahan Ayah / Wali Nama Perkawinan keTn. M 1 Ibu / Wali Ny. L 1
6

Umur saat menikah Pendidikan terakhir Agama Suku bangsa Keadaan kesehatan Kosanguinitas Penyakit, bila ada

25 tahun D3 Islam Betawi Sehat -

21 tahun SLTA Islam Betawi Sehat -

Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami seperti ini sebelumnya. Ibu dan ayah tidak menderita penyakit hipertensi, jantung dan kencing manis. Kesimpulan Riwayat Keluarga: pasien anak pertama dari 2 bersaudara. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan sama dengan Pasien.

H. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan kakaknya di perkampungan, rumah dengan dua kamar tidur, satu kamar mandi, dan 1 dapur, beratap genteng, berlantai keramik, berdinding tembok. Keadaan rumah cukup luas, pencahayaan baik, ventilasi baik. Sumber air bersih dari air PAM. Air limbah rumah tangga disalurkan dengan baik dan pembuangan sampah setiap harinya diangkut oleh petugas kebersihan. Tidak terdapat orang yang mengeluh hal serupa dengan pasien. Kesimpulan Keadaan Lingkungan: Cukup baik.

I.

RIWAYAT SOSIAL DAN EKONOMI

Ayah pasien bekerja sebagai pedagang dengan penghasilan Rp.1.200.000,- /bulan. Sedangkan ibu pasien merupakan ibu rumah tangga. Menurut ibu pasien penghasilan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Sehari-hari pasien diasuh oleh ibunya. Kesimpulan sosial ekonomi: Kurang baik.

II. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 31 Agustus 2013 jam 13.30 WIB) Keadaan Umum Kesan Sakit Kesadaran : Tampak sakit sedang : Compos mentis
7

Kesan Gizi Keadaan lain Data Antropometri Berat Badan sekarang

: Cukup : Anemis (-), ikterik (-), sianpasienis (-), dyspnoe (-)

: 34 kg : 35 kg : 135 cm

Lingkar Kepala

: 50 cm

Berat Badan sebelum sakit Tinggi Badan Status Gizi -

Lingkar Lengan Atas : 17 cm

BB/U = 34/23 x 100 % = 147 % (Gizi lebih) TB/U = 135/122 x 100 % = 110 % (Tinggi normal) BB/TB = 34/32 x 100 % = 106% (Gizi lebih)

Tanda Vital Nadi Tekanan Darah Napas Suhu : 104 x/menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular : 90/60 mmHg : 24 x/menit, tipe torako-abdominal, inspirasi : ekspirasi = 1 : 2 : 37,1C, axilla (diukur dengan termometer air raksa)

KEPALA RAMBUT WAJAH MATA

: Normocephali : Rambut hitam ikal, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, cukup tebal : Wajah simetris, tidak ada pembengkakan, terdapat makulopapular rash : : kesan baik : -/Ptpasienis : -/-

Visus bedside Sklera ikterik

Lagofthalmus : -/Cekung : -/-

Konjunctiva anemis : -/Exophthalmus Strabismus Nistagmus : -/: -/: -/-

Kornea jernih : +/+ Lensa jernih Pupil : +/+ : bulat, isokor

Injeksi konjunctiva : +/+ Refleks cahaya TELINGA Bentuk Nyeri tarik aurikula Liang telinga Serumen : : normotia : -/: lapang : -/Tuli Nyeri tekan tragus Membran timpani Refleks cahaya : -/: -/: sulit dinilai : sulit dinilai
8

: langsung +/+ , tidak langsung +/+

Cairan HIDUNG Bentuk Sekret Mukosa hiperemis BIBIR :

: -/-

: simetris : +/+ : -/-

Napas cuping hidung Deviasi septum

: -/:-

: Simetris saat diam, mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-)

MULUT : Oral higiene baik, gigi karies (-), trismus (-), mukosa gusi dan pipi: merah muda, hiperemis (-), ulkus (-), halitosis (-), bercak koplik (-), lidah: normoglosia, ulkus (-), hiperemis (-) massa (-) TENGGOROKAN: Tonsil T1-T1 tidak hiperemis, kripta tidak melebar, detritus (-), arcus faring hiperemis, dinding posterior faring hiperemis, licin, tidak bergranul, ulkus (-) massa (-) LEHER : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB, tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea teraba di tengah. THORAKS :

Inspeksi: bentuk toraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernapasan yang tertinggal, pernapasan torako-abdominal, pembesaran KGB aksila -/- tidak tampak retraksi suprasternal dan sela iga, terdapat makulopapular rash pada dinding dada, ictus cordis terlihat pada ICS V linea midclavicularis kiri, pulsasi abnormal (-)

Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan, gerak napas simetris kanan dan kiri, vocal fremitus sama kuat kanan dan kiri, teraba ictus cordis pada ICS V linea midclavicularis kiri, denyut kuat.

Perkusi : sonor di kedua lapang paru, batas atas jantung setinggi interkpasiental II di linea parasternalis kiri, batas kiri jantung setinggi interkpasientalis IV medial dari linea midklavikularis kiri, batas kanan jantung setinggi interkpasientalis IV di linea parasternalis kanan.

Auskultasi: suara napas vesikuler, reguler, ronki basah halus (-), wheezing -/-, bunyi jantung I-II reguler, punctum maksimum pada ICS V 1 cm linea midclavicularis kiri, murmur (-), gallop (-)

ABDOMEN :
9

Inspeksi: perut rata, terdapat makulopapular rash pada dinding perut, tidak dijumpai adanya benjolan, kulit keriput (-) gerakan peristaltik (-) Palpasi: lemas dan tidak teraba adanya massa maupun pembesaran organ, nyeri tekan (-), turgor kulit baik. Perkusi: timpani pada seluruh lapang perut, nyeri ketok abdomen (-) Auskultasi: bising usus (+), frekuensi 4 x/menit

ANOGENITALIA: jenis kelamin perempuan, tanda radang (-), ulkus (-), sekret (-), fissura ani (-) KGB : Preaurikuler Postaurikuler Submandibula Supraclavicula Axilla Inguinal ANGGOTA GERAK : Ekstremitas Tangan Tonus otot Sendi Refleks fisiologis Refleks patologis Lain-lain Kaki Tonus otot Sendi Refleks fisiologis Refleks patologis Lain-lain : akral hangat ++/++ Kanan normotonus aktif (+) (-) oedem (-) Kanan normotonus aktif (+) (-) oedem (-) Kiri normotonus aktif (+) (-) oedem (-) Kiri normotonus aktif (+) (-) oedem (-) : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar

KULIT : warna sawo matang merata, pucat (-), tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit baik, lembab, pengisian kapiler < 2 detik, pada regio colli, toraks, abdomen tampak makula eritematosa berkonfluens yang tersebar generalisata. TULANG BELAKANG: bentuk normal, tidak terdapat deviasi, benjolan (-)
10

TANDA RANGSANG MENINGEAL: Kaku kuduk Brudzinski I & II Laseque Kerniq (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tanggal 30 Agustus 2013 Jenis Pemeriksaan HEMATOLOGI LENGKAP Leukpasienit Hemoglobin Hematokrit Trombpasienit LED Basofil Epasieninofil Netrofil batang Netrofil segmen Limfpasienit Monosit IMUNPASIENEROLOGI TP S. Typhi O S. Typhi AO S. Typhi BO S. Typhi CO S. Typhi H S. Typhi AH S. Typhi BH S. Typhi CH
11

Hasil 4,5 ribu/L* 12,6 g/dL 38 % 153 ribu/ L* 5 mm/jam 2 %* 0% 0% 58 % 31 % 9 %*

Nilai Normal 4,5-13,5 ribu/L 10,7-14,7 g/dL 33-45 % 184-488 ribu/L 0-10 mm/jam 0-1 % 1-5 % 3-6 % 25-60 % 25-50 % 1-6 %

Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif

Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif

IV. RESUME Seorang perempuan usia 7 tahun, datang ke IGD dengan keluhan demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam mendadak tinggi, terus menerus, dengan suhu ketiak 38,3 C diukur dengan termometer digital. Pasien juga mengeluh batuk-pilek sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien menjadi sulit makan dan minum karena tenggorokannya terasa nyeri saat menelan dan terasa mual. Selain itu kedua mata pasien tampak merah dan berair. Pada saat itu juga timbul bercak kemerahan pada pipi dan dahi pasien. Bercak tersebut kemudian menyebar ke belakang leher, dada, dan perut pasien. Bercak tersebut disertai rasa gatal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 104 x/menit, napas 24 x/menit, dan suhu 37,1 C. Kesan sakit sedang, kesadaran compos mentis. Pada mata terdapat adanya injeksi konjungtiva, hidung terdapat sekret, arkus faring dan dinding posterior faring hiperemis. Tampak makula eritematpasiena multipel berkonfluens pada regio colli, toraks, dan abdomen yang tersebar generalisata. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan adanya leukopenia (4,5 ribu/L), trombpasienitopenia (150 ribu/ L), peningkatan hitung jenis dari basofil yaitu 2%, monosit 9%.

V. DIAGNOSIS BANDING DEMAM & ERUPSI KULIT Rubella Morbilli Eksantema subitum BATUK BERDAHAK Pneumonia Bronkitis Bronkiolitis

MATA MERAH Konjungtivitis et causa Rubella virus Konjungtivitis bakterial

VI. DIAGNOSIS KERJA Rubella stadium erupsi VII. PEMERIKSAAN ANJURAN


12

Hematologi rutin ulang Rontgen toraks AP

VII. PENATALAKSANAAN Non Medikamentosa 1. Komunikasi - Informasi - Edukasi kepada orang tua pasien mengenai keadaan pasien 2. Tirah baring 3. Observasi tanda-tanda vital

Medikamentosa 1. IVFD Asering 4 cc/kgBB/jam 2. Policylan 3 x 1 C

VIII. PROGNOSIS Ad Vitam Ad Sanationam Ad Fungtionam : ad bonam : ad bonam : ad bonam

FOLLOW UP Tgl 31/8/13 Perawatan hari 1 Demam H-5 BB = 34kg S Batuk (+) Sesak (-) Demam (-) Mual (+) Lemas (+) Bercak kemerahan di muka, dada dan perut (+) O A P IVFD Asering 4 cc/KgBB/Jam Polycilan 3 x 1 C

KU: Tampak sakit sedang Rubella stadium KS: comppasien mentis TV: TD: 90/60 mmHg, N:104 x/m, R: 24 x/m, S: 37,4 C Kepala: normocephali Mata: CA -/-, SI -/-, Injeksi konjungtiva (+/+) Telinga: sekret (-) Hidung: sekret (+) Tenggorokan: arkus erupsi

13

faring hiperemis (+), dinding posterior faring hiperemis (+) Leher : KGB ttm Thorax : retraksi suprasternal (-), retraksi sela iga (-), SN vesikuler, ronki -/-, wh -/-, BJ I-II reguler, m (-), g (-) makulopapular rash (+) Abd : Supel, BU (+),4 x/menit, turgor kulit baik, makulopapular rash (+) Ext: akral hangat ++/++ Kulit: ptekie (-),makula eritematosa multipel berkonfluens generalisata 1/9/2013 Perawatan hari 2 BB = 34kg Batuk (-) Sesak (-) Demam (-) Mual (-) Lemas (+) Bercak kemerahan di muka, dada, perut, kedua tangan dan kaki (+) KU: Tampak sakit sedang Rubella stadium KS: comppasien mentis TV: TD: 90/60 mmHg, N:108 x/m, R: 22 x/m, S: 37,0 C Kepala: normocephali Mata: CA -/-, SI -/-, Injeksi konjungtiva (+/+) Telinga: sekret (-) Hidung: sekret (+) Tenggorokan: arcus faring hiperemis (+), dinding posterior faring
14

IVFD Asering 4 cc/KgBB/Jam Polycilan 3 x 1 C

erupsi

hiperemis (+) Leher : KGB ttm Thorax : retraksi suprasternal (-), retraksi sela iga (-), SN vesikuler, ronki -/-, wh -/-, BJ I-II reguler, m (-), g (-) makulopapular rash (+) Abd : Supel, BU 3 x/menit, turgor kulit baik, makulopapular rash (+) Ext : akral hangat ++/++ makulopapular rash (+) pada regio ekstremitas superior dan inferior Kulit: ptekie (-),makula eritematosa multipel generalisata 2/9/2013 Perawatan hari 3 BB 34,5kg Batuk (-) Sesak (-) Demam (-) = Mual (-) Lemas (+) Bercak kemerahan di muka, dada, perut, kedua tangan dan kaki (+) KU: Tampak sakit sedang Rubella stadium KS: comppasien mentis TV: TD: 90/60 mmHg, N:100 x/m, R: 22 x/m, S: 37,0 C Kepala: normocephali Mata: CA -/-, SI -/-, Injeksi konjungtiva (-/-) Telinga: sekret (-) Hidung: sekret (-) Tenggorokan: arcus faring hiperemis (-), dinding posterior faring hiperemis (-)
15

IVFD Asering 4 cc/KgBB/Jam Polycilan 3 x 1 C

erupsi

(Boleh pulang)

Leher : KGB ttm Thorax : retraksi suprasternal (-), retraksi sela iga (-), SN vesikuler, ronki -/-, wh -/-, BJ I-II reguler, m (-), g (-) makulopapular rash (+) Abd : Supel, BU (+),3x/menit, turgor kulit baik, makulopapular rash (+) Ext : akral hangat ++/++ makulopapular rash (+) pada regio ekstremitas superior dan inferior Kulit: ptekie (-),makula eritematosa multipel berkonfluens generalisata

31 Agustus 2013 Jenis Pemeriksaan HEMATOLOGI RUTIN Leukpasienit Hemoglobin Hematokrit Trombpasienit 5,5 ribu/L 13,6 g/dL 41 % 98 ribu/L* Hasil

2 Agustus 2013 Hasil 6,2 ribu/L 11,6 g/dL 35 % 146 ribu/L* Nilai Normal 4,5-13,5 ribu/L 10,7-14,7 g/dL 33-45 % 184-488 ribu/L

16

BAB III TINJAUAN PUSTAKA


Definisi Rubella atau Campak Jerman merupakan penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan Campak ringan atau demam skarlet, dan pembesaran serta nyeri limfonodi pascaoksipital, retroaurikuler, dan servikalis ppasienterior. Campak Jerman atau Rubella ini biasanya hanya menyerang anak-anak sampai usia belasan tahun.2

Etiologi Penyebab Rubella atau Campak Jerman adalah virus Rubella. Meski virus penyebabnya berbeda, namun Rubella dan Campak (rubeola) mempunyai beberapa persamaan. Rubella dan Campak merupakan infeksi yang menyebabkan kemerahan pada kulit penderitanya. Perbedaannya, Rubella tidak terlalu menular dibandingkan Campak yang cepat sekali penularannya. Penularan Rubella dari penderitanya ke orang lain terjadi melalui percikan ludah ketika batuk, bersin dan udara yang terkontaminasi. Virus ini cepat menular, penularan dapat terjadi sepekan (1 minggu) sebelum timbul bintik-bintik merah pada kulit si penderita, sampai lebih kurang sepekan setelah bintik tersebut menghilang. Namun bila seseorang tertular, gejala penyakit tidak langsung tampak. Gejala baru timbul kira-kira 14-21 hari kemudian. Selain itu, Campak lebih lama proses penyembuhannya sementara Rubella hanya 3 hari, karena itu pula Rubella sering disebut Campak 3 hari.2,3 Bentuk Virus Rubella disebabkan oleh virus yang mengandung-RNA pleomorfik, yang sekarang didaftar pada famili Togaviridae, genus Rubivirus. Virus ini sferis, berdiameter 50-60 nm, dan berisi asam ribonukleat helai-tunggal. Virus biasanya diisolasi pada biakan jaringan, dan keberadaannya diperagakan oleh kemampuan sel ginjal kera hijau Afrika (African green monkey kidney, AGMK) terinfeksi Rubella menahan tantangan dengan enterovirus. Selama penyakit klinis virus berada dalam sekresi nasofaring, darah, tinja, dan urin. Virus telah ditemukan dari nasofaring 7 hari sebelum eksantem, dan 7-8 hari sesudah menghilangnya. Penderita dengan penyakit subklinis juga infeksius.3

17

Gambar 1. Virus Rubella. 2

Epidemiologi Manusia adalah satu-satunya hpasienpes alamiah Rubella, yang disebarkan oleh droplet oral atau secara transplasenta melalui infeksi kongenital. Rubella terdistribusi secara luas di seluruh dunia. Sebelum pembentukan program vaksin Rubella pada tahun 1969, puncak insiden penyakit adalah pada anak umur 5-14 tahun. Sekarang kebanyakan kasus terjadi pada remaja dan dewasa muda yang rentan. Epidemi Rumah sakit di antara pegawai, dengan penularan pada penderita yang rentan, telah membantu Rumah sakit mensyaratkan bahwa pegawai yang mempunyai kontak dengan penderita harus imun terhadap Rubella. Anak laki-laki dan wanita sama-sama terkena. Pada populasi yang padat seperti institusi dan Asrama tentara, hampir 100% dari individu yang rentan dapat terinfeksi. Pada kelompok keluarga penyebaran virus kurang: 50-60% anggota keluarga yang rentan mendapat penyakit. Rubella biasanya terjadi selama musim semi. Pada tahun 1989 - 1990 sejumlah kasus Rubella menyerang lebih banyak pada anak remaja di atas umur 15 tahun dan dewasa diperkirakan karena kegagalan vaksinasi pada setiap individu. Risiko terserang Rubella kembali menurun untuk semua umur dan dilaporkan kasus di Amerika Serikat pada tahun 1999 sebanyak 267. Penyakit ini dapat sukar diDiagnosis secara klinis karena ruam enterovirus dan ruam yang lain dapat menampilkan penampakan yang serupa. Satu serangan biasanya memberikan imunitas permanen. Epidemi terjadi setiap 6-9 tahun sebelum vaksin tersedia.2
18

Patofisiologi Penularan terjadi melalui droplet, dari nasofaring atau rute pernapasan. Selanjutnya virus Rubella memasuki aliran darah. Namun terjadinya erupsi di kulit belum diketahui patogenesisnya. Viremia mencapai puncaknya tepat sebelum timbul erupsi di kulit. Di nasofaring virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya erupsi dan kadang-kadang lebih lama. Selain dari darah dan sekret nasofaring, virus Rubella telah diisolasi dari kelenjar getah bening, urin, cairan serebrpasienpinal, ASI, cairan sinovial dan paru. Penularan dapat terjadi biasanya dari 7 hari sebelum hingga 5 hari sesudah timbulnya erupsi. Daya tular tertinggi terjadi pada akhir masa inkubasi, kemudian menurun dengan cepat, dan berlangsung hingga menghilangnya erupsi.1 Patogenesis Saat tubuh terpapar virus Rubella, virus akan melekat dan menginvasi sel-sel epitel saluran pernapasan atas melalui prpasienes endpasienitpasienis kemudian menyebar ke sistem limfatik regional secara hematogen dan bereplikasi di jaringan limfoid nasofaring dan saluran pernapasan atas, kemuadian masuk ke dalam pembuluh darah (viremia) dan menyebar ke organ-organ lain, termasuk persendian hingga kapiler kulit.2,4 Manifestasi Klinis Masa inkubasi Masa inkubasi berkisar 14-21 hari. Dalam beberapa laporan lain waktu inkubasi minimum 12 hari dan maksimum 17 sampai 21 hari.1 Masa prodromal Pada anak biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya; jarang disertai gejala dan tanda masa prodromal. Namun pada remaja dan dewasa muda masa prodromal berlangsung 1-5 hari dan terdiri dari demam ringan, sakit kepala, nyeri tenggorok, kemerahan pada konjungtiva, rinitis, batuk dan limfadenopati. Gejala ini segera menghilang pada waktu erupsi timbul. Gejala dan tanda prodromal biasanya mendahului 1-5 hari erupsi di kulit. Pada beberapa penderita dewasa gejala dan tanda tersebut dapat menetap lebih lama dan bersifat lebih berat. Pada 20% penderita selama masa prodromal atau hari pertama erupsi timbul suatu enantema, tanda Forschheimer, yaitu makula atau petekie pada palatum molle. Pembesaran kelenjar limfe bisa timbul 5-7 hari sebelum timbul eksantema, khas mengenai kelenjar suboksipital, ppasientaurikular dan servikal dan disertai nyeri tekan.1 Masa eksantema
19

Seperti pada Rubeola, eksantema mulai retro-aurikular atau pada muka dan dengan cepat meluas secara kraniokaudal ke bagian lain dari tubuh. Mula-mula berupa makula yang berbatas tegas dan kadang-kadang dengan cepat meluas dan menyatu, memberikan bentuk morbiliform. Pada hari kedua eksantem di muka menghilang, diikuti hari ke-3 di tubuh dan hari ke-4 di anggota gerak. Pada 40% kasus infeksi Rubella terjadi tanpa eksantema. Meskipun sangat jarang, dapat terjadi deskuamasi post eksantematik.1 Limfadenopati merupakan suatu gejala klinis yang penting pada Rubella. Biasanya pembengkakan kelenjar getah bening itu berlangsung selama 5-8 hari. Pada penyakit Rubella yang tidak mengalami penyulit sebagian besar penderita sudah dapat bekerja seperti biasa pada hari ke-3. sebagian kecil penderita masih terganggu dengan nyeri kepala, sakit mata, rasa gatal selama 7-10 hari.1 Diagnosis Diagnosis klinis sering kali sukar dibuat untuk seorang penderita oleh karena tidak ada tanda atau gejala yang patognomik untuk Rubella. Seperti dengan penyakit eksantema lainnya, Diagnosis dapat dibuat dengan anamnesis yang cermat. Rubella merupakan penyakit yang epidemik sehingga bila diselidiki dengan cermat, dapat ditemukan kasus kontak atau kasus lain dalam lingkungan penderita. Sifat demam dapat membantu dalam menegakkan Diagnosis, oleh karena demam pada Rubella jarang sekali di atas 38,5 C.1 Pada infeksi tipikal, makula merah muda yang menyatu menjadi eritema difus pada muka dan badan serta artralgia pada tangan penderita dewasa merupakan petunjuk Diagnosis Rubella. Perubahan hematologik hanya sedikit membantu penegakan Diagnosis. Peningkatan sel plasma 5-20% merupakan tanda yang khas. Kadang-kadang terdapat leukopenia pada awal penyakit yang dengan segera segera diikuti limfpasienitpasienis relatif. Sering terjadi penurunan jumlah trombosit. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan serologik yaitu adanya peningkatan titer antibodi 4 kali pada hemaglutination inhibition test (HAIR) atau ditemukannya antibodi IgM yang spesifik untuk Rubella. Titer antibodi mulai meningkat 24-48 jam setelah permulaan erupsi dan mencapai puncaknya pada hari ke 6-12. selain pada infeksi primer, antibodi IgM spesifik Rubella dapat ditemukan pula pada reinfeksi. Dalam hal ini adanya antibodi IgM spesifik Rubella harus di interpretasi dengan hati-hati. Suatu penelitian telah menunjukkan

20

bahwa telah tejadi reaktifitas spesifik terhadapp Rubella dari sera yang dikoleksi, setelah kena infeksi virus lain.1,2 Diagnosis Banding Penyakit yang memberikan gejala klinis dan eksantema yang menyerupai Rubella adalah: a. Penyakit virus: Campak, roseola infantum, eritema mononukleosis infeksiosa dan Pityriasis rosea b. Penyakit bakteri: scarlet fever (Skarlatina). c. Erupsi obat: ampisilin, penisilin, asam salisilat, barbiturat, INH, fenotiazin dan diuretik tiazid. d. Bercak erupsi Rubella yang berkonfluensi sulit dibedakan dari Morbili, kecuali bila ditemukan bercak koplik yang karakteristik untuk morbili. Erupsi Rubella cepat menghilang sedangkan erupsi morbili menetap lebih lama. e. Bila terjadi kemerahan difus dan tampak bercak-bercak berwarna lebih gelap di atasnya, perlu dibedakan dari scarlet fever. Tidak seperti scarlet fever, pada Rubella daerah perioral terkena. Erupsi obat menyerupai Rubella yang dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening disebabkan terutama oleh senyawa hidantoin. Pada kasus yang meragukan dapat dilakukan pemeriksaan hemogram dan serologik.1 Komplikasi Komplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang-kadang terjadi. Resistensi terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah. Ensefalitis serupa dengan ensefalitis yang ditemukan pada Rubeola yang terjadi pada sekitar 1/6000 kasus. Kebanyakan anak-anak mengalami penyembuhan total. Anak laki-laki atau pria dewasa kadang mengalami nyeri pada testis (buah zakar) yang bersifat sementara. Sepertiga wanita mengalami nyeri sendi atau artritis. Pada wanita hamil, Campak Jerman bisa menyebabkan keguguran, kematian bayi dalan kandungan ataupun keguguran. Kadang terjadi infeksi telinga (otitis media).5,6 Rubella kongenital Infeksi rubella pada ibu hamil dapat menimbulkan infeksi pada janin dengan kelainan teratogenis yang bergantung umur kehamilan. Pada waktu mengalami infeksi rubella sebagian ibu hamil (50%) tidak menunjukkan gejala atau tanda klinis. Meskipun demikian
21

virus dapat menimbulkan infeksi pada plasenta dan diteruskan ke janin, yang mana virus itu menyerang banyak organ dan jaringan. Rubella pada ibu dapat menimbulkan berbagai kemungkinan di janinnya, yaitu: (1) non-infeksi, (2) infeksi tanpa kelainan apapun, (3) infeksi dengan kelainan kongenital, (4) resorpsi embrio, (5) abortus atau (6) kelahiran mati.1 Bayi yang lahir dari ibu hamil yang menderita rubella pada trisemester pertama bisa terkena sindrom rubella kongenital, yaitu trias anomali kongenital pada mata (katarak, mikroftalmia, glaukoma, retinopati), telinga (ketulian) dan defek jantung (stenosis arteri pulmonalis, patent ductus arteriosus, ventricle septal defect). Kerusakan jantung dan mata terjadi karena infeksi embrio yang berumur kurang dari 6 minggu, sedangkan ketulian dan defek mental terjadi pada semua embrio yang berumur sampai kira-kira 16 minggu. Selain itu dapat terjadi kelainan susunan saraf dan gigi. Manifestasi lainnya adalah glaukoma, mikrosefali dan berbagai kelainan viseral. 1 Manifestasi umum rubella kongenital pada waktu lahir adalah retardasi pertumbuhan dan psikomotorik. Antara 50-85% dari semua bayi beratnya kurang dari 2.500 gram, setelah lahir pertumbuhannya pun akan terhambat (growth retardation). Angka kematian bayi dengan rubella kongenital pada tahun pertama tinggi. Kematian dapat disebabkan karena gagal pertumbuhan, kelainan jantung dan miokarditis, pneumonia, hepatitis, trombositopenia, blueberry muffin ras, limfopenia, classic ensefalitis, atau defisiensi sistem imun. 1 Kira-kira sepertiga bayi rubella kongenial akan mengalami katarak. Katarak ini dapat bilateral atau unilateral dan seringkali sudah ada pada waktu lahir. Biasanya juga terdapat retinopati dan mikroftalmia yang biasanya unilateral. Pada 5% bayi rubella kongenital terdapat glaukoma. Diagnosis dini sangat penting untuk mencegah kebutaan. 1 Tanda yang paling umum rubella kongenital adalah tuli sensorineural, paling sering bilateral tetapi kadang-kadang unilateral. Kadang-kadang satu-satunya manifestasi infeksi kongenital adalah ketulian. 1 Kelainan neurologik pada bayi dengan rubella berupa meningoensefalitis yang aktif pada waktu lahir. manifestasinya antara lain berupa fontanel anterior yang cembung, gelisah, hipotonia, kejang-kejang, retraksi kepala dan opistotonus. 1 Pada rubella yang berat terjadi miokarditis yang sering menyebabkan kematian janin. Kelainan struktur jantung yang paling sering adalah paten duktus arteriosus, yang disusul stenosis arteria pulmonalis dan stenosis katup pulmonal. 1

22

Kelainan lain yang mungkin terjadi di antaranya adalah osteomielitis, malabsorbsi dan diabetes. Anomali kongenital lain dapat pula terjdi tetapi jarang dilaporkan, sehingga tidak dapat dipastikan apakah memang terjadi karena rubella atau karena sebab lain. 1

Penatalaksanaan Jika tidak terjadi komplikasi bakteri, pengobatan adalah simptomatis. Adamantanamin hidrokhlorida (amantadin) telah dilaporkan efektif in vitro dalam menghambat stadium awal infeksi Rubella pada sel yang dibiakkan. Upaya untuk mengobati anak yang sedang menderita Rubella kongenital dengan obat ini tidak berhasil. Karena amantadin tidak dianjurkan pada wanita hamil, penggunaannya amat terbatas. Interferon dan isoprinpasienin telah digunakan dengan hasil yang terbatas.5,6,7 Imunitas & Pencegahan Imunitas Setelah serangan Rubella, biasanya timbul imunitas jangka panjang. Reinfeksi dapat terjadi namun biasanya tidak disertai dengan gejala dan tanda klinis. Pada reinfeksi subklinis dapat terjadi peningkatan kadar antibodi IgM. Bila seorang ibu yang mengalami reinfeksi Rubella pada waktu hamil, sangat kecil kemungkinan bahwa bayinya menderita Rubella kongenital. 1 Belum ada standar pengukuran antibodi Rubella dan kepastian mengenai kadar minimal antibodi yang dapat memberikan proteksi klinis. Uji HAI merupakan teknik standar yang pertama kali digunakan secara luas untuk pemeriksaan antibodi Rubella. Bila dengan pemeriksaan HAI titernya >1/16 sampai 1/512 makan ada imunitas terhadap infeksi Rubella. 1 Suatu penelitian jangka panjang dengan pemeriksaan ELISA di Hawaii dengan menggunakan 3 jenis vaksin Rubella menunjukkan bahwa imunitas pasca vaksinasi Rubella menetap setelah 16 tahun dengan angka seroppasienitif 98% untuk vaksin HPV & DK 12 dan 88,8% untuk vaksin Cendehill. Sedangkan hasil penelitian di Eropa memperlihatkan menetapnya antibodi pada 87-89% individu selama 8-18 tahun pasca vaksinasi.1 Pencegahan Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau pelemahan penyakit dapat diberikan secara bervariasi dengan injeksi intramuskuler globulin imun serum (GIS) yang diberikan dengan dpasienis besar (0,25-0,50 mL/kg atau 0,12-0,20 mL/lb) dalam 7-8 hari pasca pemajanan. Efektifitas globulin imun tidak dapat diramalkan. Tampaknya tergantung pada kadar antibodi produk yang digunakan dan pada faktor yang belum diketahui. Manfaat GIS telah
23

dipertanyakan karena pada beberapa keadaan ruam dicegah dan manifestasi klinis tidak ada atau minimal walaupun virus hidup dapat diperagakan dalam darah. Bentuk pencegahan ini tidak terindikasi, kecuali pada wanita hamil nonimun.8 Program vaksinasi atau imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan terhadap Rubella. Di Amerika Serikat mengharuskan untuk imunisasi semua laki-laki dan wanita umur 12 dan 15 bulan serta pubertas dan wanita pasca pubertas tidak hamil. Imunisasi adalah efektif pada umur 12 bulan tetapi mungkin tertunda sampai 15 bulan dan diberikan sebagai vaksin Campak-Parotitis-Rubella (measles-mumps-Rubella, MMR).8 Prognosis Prognosis pasien Rubella anak adalah baik; sedang prognosis pasien Rubella kongenital bervariasi menurut keparahan infeksi. Hanya sekitar 30% bayi dengan ensefalitis tampak terbebas dari defisit neuromotor, termasuk sindrom autistik. 3,5

24

DAFTAR PUSTAKA

1.

Soedarmo SP, Garna H, Handinegoro SR. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. 2nd. Jakarta: IDAI. 2008; hal 125-7. Berhrman RE., Kliegman RM., Arvin AM. Nelson Ilmu Kesehatan Anak; Infeksi Virus-Rubella Ed .15. terjemahan oleh: Maldonado, Y. Jakarta: EGC. 2000; hal 1072. James, C. Manual Pemberantasan penyakit Menular; Rubella. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI. 2000.

2.

3.

4.

Price SA, Wilson LM. Konsep klinik proses-proses penyakit patofisiologi. 6th ed. Jakarta: EGC. 2003; 705-8

5.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Volume 2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007; 224-6

6.

William W. Current Pediatric Diagnosis & Treatment. 21st edition. USA: MacGrawHill Education. 2012; 1178-82

7.

SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair. Pedoman Diagnosis & Terapi. Surabaya: Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo. 2006; 157-9

8.

Soegijanto S. Buku Imunisasi di Indonesia. 1st ed. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2001; 105-25

25

Anda mungkin juga menyukai